Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

MATA KULIAH FISIOLOGI HEWAN

(Penentuan Jumlah Eritrosit Dan Leukosit Pada Hewan Coba)

DISUSUN OLEH:

1. Ulfi Habibatul Husna (20030204067)

2. Irma Novita Devi (20030204072)

3. Maulidatul Musyarofah (20030204078)

4. Aida Fitri Hidayatus Sholihah (20030204082)

PENDIDIKAN BIOLOGI B 2020

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2021
A. Judul

Penentuan Jumlah Eritrosit Dan Leukosit Pada Hewan Coba

B. Tujuan Percobaan

Mempelajari dan memahami prinsip kerja bilik hitung improved Neubauer yang digunakan
dalam penghitungan jumlah eritrosit / leukosit dengan praktik langsung untuk praktikum
luring atau pengamatan video untuk praktikum daring.

C. Ruang Lingkup

Eritrosit dan leukosit hewan coba yaitu mencit atau tikus putih.

D. Dasar Teori

1) Darah

Darah adalah partikel suspensi yang mengandung elektrolit. Darah terdiri atas 2 bagian
yang penting, yaitu plasma darah dan sel darah. Di dalam plasma darah terdapat air (dengan
elektrolit terlarut) serta protein darah (albumin, globulin, dan fibrinogen). Sedangkan
komponen sel darah adalah eritrosit, leukosit, dan trombosit. Ketiga sel tersebut terbentuk dari
stem cell yang sama, yaitu sel induk pluripotent. Pada mamalia dan unggas, pembentukan sel
darah pertama kali terjadi di dalam yolk sac. Sekitar pertengahan kehamilan, pembentukan sel
darah terjadi di dalam beberapa jaringan tubuh, misalnya sumsum tulang, hati, limpa, timus,
dan nodus limpatikus. Menjelang masa kelahiran sampai dewasa, sumsum tulang pipih
berperan utama dalam hematopoeiesis tersebut.

Darah merupakan cairan yang terdapat di dalam pembuluh darah yang memiliki fungsi
mengatur keseimbangan asam dan basa, mentransportasikan O2, karbohidrat, dan metabolit,
mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi atau hantaran, membawa panas tubuh dari pusat
produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, dan pengaturan hormon
dengan membawa dan mengantarkan dari kelenjar ke sasaran. Jumlah dalam tubuh bervariasi,
tergantung dari berat badan seseorang. Pada orang dewasa, 1/13 berat badan atau kira-kira 4,5-
5 liternya adalah darah. Faktor lain yang menentukan banyaknya darah adalah usia, pekerjaan,
keadaan jantung, dan pembuluh darah (Syaifuddin, 2009). Darah seperti yang telah
didefinisikan dan yang dapat dilihat, adalah suatu cairan tubuh yang berwarna merah dan
kental. Kedua sifat utama ini, yaitu warna merah dan kental, yang membedakan darah dari
cairan tubuh lainnya. Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berat
molekul yang berbeda, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut didalam
darah. Warna merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah, disebabkan oleh senyawa
berwarna merah yang terdapat dalam sel-sel darah merah yang tersuspensi dalam darah
(Sadikin, 2002). Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, mulai dari hewan-
manusia. Darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya
sebagai pembawa O2 (oxygen 6 carrier), mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan
mekanisme hemostasis (Bakta, 2006). Sel darah merah atau eritrosit selama hidupnya tetap
berada dalam darah. Sel-sel ini mampu mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan
pembuluh darah serta cabang-cabangnya. Leukosit melaksanakan fungsinya di dalam jaringan,
sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan fungsinya
pada dinding pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam sirkulasi tidak mempunyai
fungsi khusus (Atulmetha dan Hoffbrand, 2006)

2) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit atau sel darah merah memiliki bentuk cakram kecil bikonkaf, cekung pada
kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling
bertolak belakang. Dalam setiap mm3 darah terdapat 5.000.000 sel darah. Bila dilihat satu per
satu warnanya kuning pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna
pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma dan berisi masa hemoglobin.
Sel darah merah terbentuk di dalam sumsum tulang (Pearce, 2002). Adanya warna merah pada
sel darah merah disebabkan karena pigmen merah yang disebut dengan hemoglobin atau lebih
dikenal dengan Hb. Hemoglobin merupakan suatu protein yang terdiri atas hemin dan globin.
Hemin mengandung zat besi (Fe). Hb ini mempunyai daya ikat tinggi terhadap oksigen (O2).
Di dalam peredarannya ke seluruh tubuh, darah diikat oleh Hb yang kemudian diberi nama
oksihemoglobin. Selain mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa metabolisme tubuh
untuk dibuang melalui organ ekskresi. Hb yang mengangkut CO2 ini disebut
karbominohemoglobin (Isnaeni,2006).

Eritropoeiesis diawali oleh adanya sel hemositoblast. Hemositoblast akan segera


membentuk proeritroblast yang mempunyai sitoplasma berwarna biru tua, nukleus di tengah
dan nukleoli sedikit mengelompok tetapi sel ini belum mengandung Hb. Sel proeritroblast
kemudian berubah menjadi eritroblast yang mengandung kromatin dalam nukleus dan Hb.
Selanjutnya, sel berukuran lebih kecil dengan sitoplasma kebiruan karena terdapat RNA dan
kromatin mengalami kondensasi, pada saat ini sel disebut basofilik eritroblast. Sel berubah
menjadi polikromatik eritroblast yang ditandai dengan sitoplasma mengandung Hb, nukleus
mengecil, dan RE direabsorbsi dan selanjutnya berubah lagi menjadi eritroblast. Pada tahap
ini, nukleus mengalami fragmentasi dan autolisis, sitoplama banyak mengandung Hb dan
berwama merah. Pada tahap akhir akan terbentuk sel retikulosit sebab eritrosit sudah tanpa inti,
menghasilkan Hb terus menerus dalam jumlah kecil selama 3 hari dan akhirya membentuk
eritrosit matang setelah berada di luar sumsum tulang, berbentuk bulat pipih dan bikonkaf.
Eritropoeiesis sangat dipengaruhi oleh hormon eritropoitin. Ginjal mensekresikan REF (renal
eritropoeitin factor) yang segera akan dibawa menuju ke hati untuk mengubah eritropoitinogen
menjadi eritropoeitin. Eritropoeitin menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan
pembelahan sel hemositoblast.Eritrosit matang tidak mempunyai inti, mitokondria, ataupun
RE, tetapi mempunyai enzim sitoplasma yang mampu memetabolisme glukosa melalui proses
glikolitik untuk membentuk ATP. ATP diperlukan untuk menjaga kehidupan eritrosit dan
kelenturan membran sel. Seiring pertambahan waktu, sistem metabolisme menjadi kurang aktif
sehingga mengakibatkan kerapuhan membran sel.

3) Leukosit (sel darah putih)

Bening, tidak berwama dengan bentuk yang lebih besar dari sel darah merah, tetapi
jumlahnya lebih sedikit. Dalam kondisi normal tiap mm3 mamalia terdapat 4000-11.000 sel
darah putih. Leukosit memiliki peranan penting dalam pelindungan tubuh terhadap
mikroorganisme.Yang paling berperan dalam fungsi ini adalah sel granulusit dan monosit.
Dengan kemampuannya sebagai fagosit, mereka memakan bakteri hidup yang masuk ke
peredaran darah. Dan dengan kekuatan gerakan amoeboidnya, dia dapat bergerak bebas di
dalam dan dapat keluar dari pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh.
Apabila kurang atau lebih dari keadaan normal, dapat terjadi keadaan antara lain:

 Leukositosis : penambahan jumlah keseluruhan sel darah putih dalam darah,


yaitu jika penambahan melampaui 11.000 sel / mm3.
 Leukopenia : berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 4.000 atau kurang.
 Limfositosis : penambahan jumlah limfosit
 Agranulositosis : penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfnuklear.
4) Trombosit

Ukuran 1/3 sel darah merah, terdapat 300.000 trombosit atau mm3. Berperan dalam
penggumpalan darah.
E. Bahan

1. Link 1
https://www.youtube.com/watch?v=WO9OkE2pnKe
2. Link 2
https://www.youtube.com/watch?v=1MX4w6RFE1Q

F. Langkah Kerja

 Langkah Kerja Luring


Untuk kegiatan praktikum luring perhatikan langkah berikut ini. Keluarkan darah
melalui intra cardiac ± 1,0 ml dari hewan coba tikus putih atau mencit, kemudian
letakkan darah dalam botol penampung yang sudah diberi sedikit EDTA.
a) Penentuan Jumlah Leukosit
1. Darah dihisap sampai angka menunjukkan 1,0 pada mikropipet dan ujungnya
dibersihkan dengan kertas hisap.
2. Hisaplah larutan Turk (yang dituangkan terlebih dahulu ke dalam tabung) sampai
menunjukkan angka 11.
3. Lepaskan pipet karet dari mikropipet, tutuplah kedua ujung mikropipet dengan jari
dan kocoklah selama 2 menit.
4. Buanglah 2 - 3 tetes cairan pada ujung mikropipet, selanjutnya letakkan ujung
mikropipet ke Improved Neubauer dan tuangkan cairan darah yang ada. Letakkan
di bawah permukaan mikroskop (dengan pembesaran lemah, carilah bilik hitung
Improved Neubauer, kemudian dengan pembesaran kuat) dan hitunglah semua
jumlah leukosit yang terdapat di dalam bujur sangkar pojok.
5. Jadi jumlah bujur sangkar yang dihitung sebanyak 4 x 16 = 64 kotak dengan volume
1/160 mm3.
6. Cara penghitungan (diamati pada pembesaran mikroskop 10 x 10) :
Jumlah bujur sangkar yang dihitung = 64 kali
Volume setiap bujur sangkar = 1/160 mm3
Darah yang diencerkan = 10 kali
Jumlah leukosit yang terhitung =L
Maka jumlah leukosit per mm3 = L/64 x 160 x 10 = 25L
b) Penentuan Jumlah Eritrosit
Untuk menghitung jumlah eritrosit, pada prinsipnya sama seperti penghitungan jumlah
leukosit, hanya terdapat perbedaan sebagai berikut:
1. Darah dihisap sampai angka menunjukkan 1,0 pada mikropipet dan ujungnya
dibersihkan dengan kertas hisap.
2. Hisaplah larutan Hayem (yang dituangkan terlebih dahulu ke dalam tabung) sampai
menunjukkan angka 101.
3. Lepaskan pipet karet dari mikropipet, tutuplah kedua ujung mikropipet dengan jari
dan kocoklah selama 2 menit.
4. Buanglah 2 - 3 tetes cairan pada ujung mikropipet, selanjutnya letakkan ujung
mikropipet ke Improved Neubauer dan tuangkan cairan darah yang ada. Letakkan
di bawah permukaan mikroskop (dengan pembesaran lemah, carilah bilik hitung
Improved Neubauer, kemudian dengan pembesaran kuat) dan hitunglah semua
jumlah leukosit yang terdapat di dalam bujur sangkar pojok.
5. Eritrosit yang dihitung adalah sell yang terdapat di dalam bujur sangkar kecil
sebanyak 5 x 16 = 80 kotak dengan sisi 1/20 mm atau volume setiap bujur
sangkar1/4000 mm3.
6. Cara penghitungan (diamati pada pembesaran mikroskop 10x40):
Jumlah bujur sangkar yang dihitung = 80 kali
Volume setiap bujur sangkar = 1/4000 mm3
Darah yang diencerkan = 100 kali
Jumlah eritrosit yang terhitung =E
Maka jumlah eritrosit per mm3 = E/80 x 4000 x 100 = 5000E

Catatan:

1. Bandingkanlah jumlah leukosit dan eritrosit antar hewan coba.


2. Sel leukosit/eritrosit yang dihitung adalah sesuai dengan perjanjian yang telah
ditetapkan semula, misalnya sel yang terletak pada garis batas sebelah kiri dan
atas dari setiap bujur sangkar masih ikut dihitung, tetapi sel yang terletak di
garis batas sebelah kanan dan bawah tidak dihitung.
3. Usahakan untuk menghitung sel darah dengan memakai alat penghitung/hand
counter.
4. Bilik hitung Improved Neubauer, membentuk bujur sangkar dengan sisi 3 mm.
Bilik ini terbagi menjadi 9 bujur sangkar kecil dengan sisi masing-masing 1
mm. Bujur sangkar yang di tengah dibagi lagi menjadi 25 kotak dengan sisi 115
mm, sedangkan yang di pojok dibagi lagi menjadi 16 kotak dengan setiap sisi
¼ mm.

Gambar 1. Improved Neubauer

Gambar 2. Kotak Penghitungan Pada Bilik Hitung Improved Neubauer.


Lingkaran biru adalah bilik untuk menghitung leukosit dan lingkaran merah
adalah bilik untuk menghitung eritrosit.
 Langkah Kerja Online
Untuk praktikum online pelajari langkah kerja offline lalu simak video pada link
berikut:
1. https://youtu.be/WO9OkE2pnKc
2. https://youtu.be/lMX4w6RFE1Q
G. Hasil dan Pembahasan
Perhatikan tabel hasil penghitungan jumlah eritrosit dan leukosit berikut ini. Hitunglah jumlah
eritrosit dan leukosit pada ketiga sample darah mencit jantan dan tentukan analisis yang tepat
dengan mengisi tabel simpulan analisis melihat keterangan di bawah tabel (A, B, C, D).
Simpulan Analisis
Sample Eritrosit Leukosit
Eritrosit Leukosit
1 178, 160, 143, 158, 162 16, 25, 18, 20 A (Normal) D
(Leukopenia)
2 244, 254, 231, 248, 222 40, 46, 47,45 A (Normal) A (Normal)
3 201, 228, 217, 206, 198 20, 21, 13, 22 A (Normal) D
(Leukopenia)
Keterangan: A. Normal, B. Anemia, C, Leukositosis, D. Leukopenia
Tabel perhitungan Eritrosit dan Leukosit sebagai berikut:

Sample Eritrosit Leukosit

E = 178 + 160 + 143 + 158 + 162 L = 16 + 25 + 18 + 20


= 801 = 79
Jumlah = (E/80)×4000×100 Jumlah = (L/64) ×160×10
1
= (801/80)×4000×100 = (79/64) ×160×10
= 320.400.000/80 = 126.400/64
= 4.005.000/mm3 = 1.975/mm3
E = 244 + 254 + 231 + 248 + 222 L = 40 + 46 + 47 + 45
= 1199 = 178
Jumlah = (E/80)×4000×100 Jumlah = (L/64) ×160×10
2
= (1199/80)×4000×100 = (178 /64) ×160×10
= 479.600.000/80 = 284.800/64
= 5.995.000/mm3 = 4.450/mm3
E = 201 + 228 + 217 + 206 + 198 L = 20 + 21 + 13 + 22
= 1050 = 76
Jumlah = (E/80)×4000×100 Jumlah = (L/64) ×160×10
3
= (1050/80)×4000×100 = (76 /64) ×160×10
= 420.000.000/80 = 121.600/64
= 5.250.000/mm3 = 1.900/mm3

Diskusi

a) Jelaskan kondisi apa yang terjadi pada hewan sample 1, 2, dan 3 dan jelaskan
penyebab jika ada kelainan kondisi.
Jawab:
Pada sample leukosit (1) menunjukkan hasil 1.975/ mm3. Hal ini berarti jumlah leukosit
kurang dari 4000-11.000/ mm3, yang merupakan jumlah normal leukosit (sel darah
putih) dalam tubuh mammalia, yang artinya hewan coba ini mengalami leukopenia
(kekurangan sel darah putih). Pada sample leukosit (2) menunjukkan hasil 4.450/ mm3.
Hal ini berarti jumlah leukosit setara dari 4000-11.000/ mm3, yang merupakan jumlah
normal leukosit (sel darah putih) dalam tubuh mammalia, yang artinya hewan coba ini
normal. Pada sample (3) menunjukkan hasil 1.900/ mm3. Hal ini berarti jumlah leukosit
kurang dari 4000-11.000/ mm3, yang artinya hewan coba ini mengalami leukopenia
(kekurangan sel darah putih).

b) Apakah fungsi dari larutan Hayem dan Turk?

Jawab:

Larutan Hayem berfungsi dalam mengencerkan darah, merintangi pembekuan, bentuk


bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan trombosit lenyap.
Sehingga mempermudah memberikan warna pada sampel darah yang diperoleh.
Sedangkan Larutan Turk yang terdiri atas asam asetat 2 % berfungsi untuk melisiskan
trombosit dan eritrosit, sehingga hanya leukosit yang bisa diamati.

c) Mengapa eritosit diencerkan sebanyak 100 kali dan leukosit diencerkan sebanyak
10 kali?

Jawab:

Sel darah harus diencerkan agar tidak terjadi hemolisis, sehingga darah dapat mudah
dihitung. Eritrosit diencerkan sebanyak 100 kali karena eritrosit memiliki sel yang
jumlahnya sangat banyak. Selain itu, eritrosit juga memiliki tingkat kepekatan yang
lebih tinggi daripada leukosit karena memiliki fungsi utama bagi tubuh yaitu untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

d) Berapa rata-rata leukosit hewan coba jantan dan betina? Berapa kisaran normalnya?

Jawab:

Kisaran normal jumlah leukosit adalah 4000-11000 sel/mm3. Jumlah eritrosit hewan
jantan lebih rendah daripada betina, hal tersebut dikarenakan jumlah eritrosit pada
jantan fluktuatif dengan nilai tertinggi saat umur 6 minggu, sedangkan pada betina
jumlah eritrosit meningkat seiring pertambahan umur. Sebaliknya Jumlah leukosit total,
neutrofil, limfosit, dan trombosit menurun seiring pertambahan umur. Jumlah leukosit
pada jantan dan betina fluktuatif, nilai terendah saat umur 6 minggu. Namun sebagian
lagi bertolak belakang, seperti jumlah eritrosit, hemoglobin, dan trombosit pada hewan
jantan yang lebih rendah dibandingkan betina. Hal ini mungkin dapat dipengaruhi oleh
profil hematologi bervariasi tergantung dari kondisi geografis dan faktor lingkungan
setempat. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit adalah
tergantung pada spesies, kondisi pakan, kandungan bahan organic seperti glukosa,
lemak, urea dan asam urat, kondisi lingkungan, musim serta umur hewan.

e) Berapa rata-rata eritrosit hewan coba jantan dan betina? Berapa kisaran normalnya?

Jawab:

Rata-rata eritrosit hewan coba jantan dan betina pada kisaran normal adalah 4 x 106 -
6 x 106 sel/mm3.

f) Mengapa jumlah eritrosit dan leukosit pada hewan coba jantan dan betina berbeda?
Jelaskan faktor yang mempengaruhi berdasarkan konsep fisiologi.

Jawab:

 Jumlah eritrosit yang berbeda pada hewan coba dipengaruhi oleh berat badan,
umumnya berat badan mencit jantan lebih berat daripada mencit betina sehingga
semakin berat badan hewan coba, maka semakin banyak hemoglobin. Kadar
hemoglobin yang tinggi juga memiliki kadar eritrosit yang tinggi. Jumlah sel darah
merah darah merah yang banyak juga menunjukkan besarnya aktivitas hewan
tersebut. Biasanya mencit jantan beraktivitas lebih banyak daripada mencit betina.
Hewan yang aktif bergerak/ beraktivitas akan memiliki eritrosit dalam jumlah yang
banyak pula, karena hewan yang aktif akan mengkonsumsi banyak oksigen, dimana
eritrosit sendiri mempunyai fungsi sebagai transport oksigen dalam darah.
 Jumlah leukosit yang berbeda antara mencit jantan dan betina yaitu pada betina lebih
besar daripada jantan karena pada betina memiliki sistem kekebalan yang lebih aktif
dibandingkan jantan, karena tubuh perempuan memproduksi sel yang lebih besar dan
lebih aktif untuk memerangi patogen (seperti bakteri dan virus) yang menyerang
tubuh. Oleh karenanya jumlah leukosit pada mencit jantan lebih besar daripada
mencit betina. Selain itu, pertambahan berat mencit jantan lebih cepat dibandingkan
mencit betina, akibatnya zat besi yang dimiliki lebih cepat terpakai untuk proses
pertumbuhan sehingga leukosit menjadi lebih tinggi.
g) Buatlah skema dan jelaskan proses pembentukan eritrosit dan leukosit?

Jawab:

Proses pembentukan eritrosit

Pembentukan Eritrosit

Sel Proeritroblas/ Eritoblas Eritoblas


Hemositoblas pronormoblas Basofilik Polikromatik

Eritrosit/ Sel Retikulosit Eritoblas


Darah Merah Ortokromatik

Proses pembentukan eritrosit dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning saat
embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut
eritropoeisis. Eritropoiesis adalah proses pembentukan eritrosit yang dimulai dari
eritroblas, proeritroblas, basofilik eritroblas, polikromatik eritroblas, ortokromatik
eritroblas, retikulosit hingga sampai eritrosit yang beredar pada darah perifere. Proses
ini dirangsang oleh hormon eritropoeitin yang secara normal merangsang sumsum
tulang untuk meningkatkan produksi dan pelepasan eritrosit. Ginjal mempunyai
peranan yang dominan dalam produksi eritropoeitin. Eritropoeiesis diawali oleh adanya
sel hemositoblast. Hemositoblast akan segera membentuk proetroblast yang
mempunyai sitoplasma berwarna biru tua, nukleus ditengah dan nukleoli sedikit
mengelompok tetapi sel ini belum mengandung Hb. Sel proeritroblast kemudian
berubah menjadi eritroblast yang mengandung kromatin dalam nukleus dan Hb.
Selanjutnya sel berukuran kecil dengan sitoplasma kebiruan karena terdapat RNA dan
kromatin mengalami kondensasi, pada saat ini sel disebut basofilik eritroblast. Sel
berubah menjadi polikromatik eritroblast yang ditandai dengan mengandung Hb,
nukleus mengecil dan RE selanjutnya berubah lagi menjadi eritroblast. Pada tahap ini
nukleus mengalami fragmentasi dan autolysis, sitoplasma banyak mengandung Hb dan
berwarna merah. Pada tahap akhir akan terbentuk sel retikulosit sebab eritrosit sudah
tanpa inti, menghasilkan Hb terus menerus dalam jumlah kecil selama 3 hari dan
akhirnya membentuk erotrosit matang setelah berada di luar sumsum tulang berbentuk
pipih dan bikonkaf (Raharjo dkk, 2017).

Proses pembentukan leukosit

Pembentukan sel darah putih dimulai dari diferensiasi dini dari sel stem
hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem commited. Dalam pembentukan
leukosit tipe mielositik dimulai dengan sel muda yang berupa mieloblas, sedangkan
pembentukan leukosit tipe limfositik dimulai dengan sel muda yang berupa limfoblas.
Leukosit dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama granulosit disimpan dalam
sumsum sampai sel-sel tersebut diperlukan dalam sirkulasi. Kemudian, bila
kebutuhannya meningkat, beberapa faktor seperti sitokin-sitokin akan dilepaskan.
Dalam keadaan normal, granulosit yang bersikulasi dalam seluruh darah kira-kira 3x
jumlah yang disimpan dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit
selama enam hari. Sedangkan limfosit sebagian besar akan disimpan dalam berbagai
area limfoid, kecuali pada sedikit limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah.

Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya


4-8 jam dalam sirkulasi darah, dan 4-5 jam berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan
infeksi jaringan yang berat, masa hidup keseluruhan sering kali berkurang. Hal ini
dikarenakan granulosit dengan cepat menuju jaringan yang terinfeksi, melakukan
fungsinya, dan masuk dalam proses dimana sel-sel itu sendiri harus dimusnahkan.
Monosit memiliki masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam, berada di dalam darah
sebelum berada dalam jaringan. Begitu masuk ke dalam jaringan, sel-sel ini
membengkak sampai ukurannya yang sangat besar untuk menjadi makrofag jaringan.
Dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup hingga berbulan-bulan atau bahkan
bertahun- tahun. Makrofag jaringan ini akan menjadi dasar bagi sistem makrofag
jaringan yang merupakan sistem pertahanan lanjutan dalam jaringan untuk melawan
infeksi. Limfosit terus menerus memasuki sistem sirkulasi bersama dengan pengaliran
limfe dari nodus limfe dan jaringan limfe lain. Kemudian, setelah beberapa jam,
limfosit berjalan kembali ke jaringan dengan cara diapedesis dan selanjutnya kembali
memasuki limfe dan kembali ke jaringan limfoid atau ke darah lagi demikian
seterusnya. Limfosit memiliki masa hidup berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau
bahkan bertahun-tahun, tetapi hal ini tergantung pada kebutuhan tubuh akan sel-sel
tersebut.

h) Bagaimana proses destruksi pada eritrosit dan leukosit di dalam tubuh hewan?

Jawab:

Proses destruksi pada eritrosit dan leukosit di dalam tubuh hewan yaitu terjadi saat sel
darah merah rusak, sel tersebut akan dibawa ke hati untuk dilakukannya perombakan
hemoglobin. Tepatnya heme dirombak menjadi zat besi dan biliverdin. Kemudian
biliverdin direduksi kembali menjadi bilirubin yang selanjutnya akan dibawa ke ginjal
melalui plasma darah, dan bergabung dengan albumin. Sedangkan zat besi akan
tertahan, dan kemudian dikirim ke sumsum tulang merah untuk pembentukan
hemoglobin baru dalam eritrosit. Proses destruksi eritrosit terjadi karena proses
penuaan yang disebut proses senescence, sedangkan destruksi patologik disebut
hemolisis. Hemolisis dapat terjadi intravaskuler dapat juga ekstravaskuler, terutama
pada sistem RES, yaitu limfa dan hati (Bakta, 2006).

H. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum penentuan jumlah eritrosit dan leukosit
pada hewan coba di atas adalah bahwa jumlah eritrosit dan leukosit pada hewan mencit (Mus
musculus) dapat dihitung dengan menggunakan kotak penghitungan pada bilik hitung
Improved Neubauer. Jumlah eritrosit pada hewan coba ketika berada pada kondisi normal
menunjukkan angka 4 x 106 - 6 x 106 sel/mm3. Sedangkan jumlah leukosit pada hewan
coba ketika berada dalam kondisi normal menunjukkan angka 4.000 – 11.000 sel / mm3.
Jenis kelamin dan usia mempengaruhi jumlah sel darah dan batas kondisi normalnya.
I. Daftar Pustaka
Sitasiwi, A. J., & Isdadiyanto, S. (2017). Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit Mencit
(Mus musculus) Jantan setelah perlakuan dengan ekstrak etanol daun Nimba (Azadirachta
indica). Buletin Anatomi dan Fisiologi (Bulletin of Anatomy and Physiology), 2(2), 161-167.

Effendi, Zukesti. 2009. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.
Universitas Sumatera Utara: Medan.
Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.: Jakarta.
Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisus.
Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta.
Kimball, John W,1996. Biologi Edisi Kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai