Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TERSTRUKTUR KEPERAWATAN ICU PERT 11

Trombosit (thrombocyte concentrates/ TC) dan Faktor pembekuan (cryoprecipitate)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


1. ARMAN SALEH POHAN
2. ADELIA PRATIWI
3. ASRI OMPUSUNGGU
4. BAHARUDDIN YUSUF
5. DEWI KRISTINA MATONDANG
6. EUNIQUE FELICIA
7. FITA ADILA
8. M.RAFIQI
9. RESA IDAYANI
10. RINI PANGGABEAN
11. SUCI HELENA
12. YULIANA

PROGRAM STUDI S -1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS IMELDA
MEDAN
T.A 2020 / 2021

5
6

A. Pengertian Trombosit

Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk bulat oval

atau gepeng tidak berinti dan mempunyai struktur mirip piringan dengan diameter

antara 1 sampai 4 mikron dan volume antara 7- 8 fl. Trombosit dihasilkan dari pecahan

fragmen megakariosit, suatu sel muda di dalam sumsum tulang dimana setiap

megakariosit menghasilkan 3000 – 4000 trombosit. Trombosit beredar di dalam

sirkulasi darah antara 7 – 10 hari. Rentang hidup trombosit dari differensiasi stem sel

sampai dihasilkan trombosit memerlukan waktu sekitar 10 hari (Kiswari, 2014). Nilai

rujukan trombosit berkisar antara 150.000 – 400.000/ ul darah (Kee, 2008).

Adapun Struktur Trombosit yaitu :

Ultra struktur trombosit dibagi menjadi tiga komponen yaitu membran trombosit,

sitoskeleton dan organel. Membran trombosit terbentuk dari lapisan fosfolipid dua lapis

dengan distribusi yang asimetris. Membran trombosit mengandung glikoprotein yang

berfungsi sebagai reseptor. Melalui reseptor tersebut trombosit berinteraksi dengan zat –

zat yang menyebabkan agregasi, zat inhibitor, faktor koagulasi seperti fibrinogen, faktor

Von Willebrand dan thrombin serta dengan dinding pembuluh darah dan dengan

trombosit lainnya (Kosasih, 2008). Selain itu membran trombosit mengalami invaginasi

ke dalam membentuk sistem kanalikuler terbuka menghasilkan permukaan reaktif yang

luas menyebabkan protein koagulasi plasma dapat diserap secara selektif (Hoffbrand

dan Moss, 2016). Dalam sitoplasma trombosit terdapat beberapa organel berupa

mitokondria, cadangan glikogen serta granula penyimpanan berupa granula padat,

granula alfa dan lisosom. Granula padat berupa kandungan kalsium tinggi, serotonin,

ADP dan ATP. Isi dari granula alfa terbagi menjadi dua kelompok yaitu berupa protein

spesifik untuk trombosit dan protein yang berasal dari plasma seperti fibrinogen,
7

fibronektin dan faktor V. Sedangkan lisosom mengandung hydrolase asam beta

glukoronidase, katepsin, beta galaktosidase, elastase dan kolagenase. Saat sekresi

trombosit, lisosom lebih lambat melepaskan isinya dibanding granula alfa dan granula

padat (Kosasih, 2008).

Produksi Trombosit, trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui

fragmentasi sitoplasma pada megakariosit. Megakariosit mengalami pematangan

melalui replikasi endomitotik yang menyebabkan volume sitoplasma setiap kali jumlah

lobus nukleus bertambah menjadi dua kali lipat. Tahap awal terjadi invaginasi membran

plasma yang berkembang sepanjang pembentukan megakariosit menjadi anyaman yang

bercabang-cabang. Tahap perkembangan tertentu yang bervariasi terutama pada tahap

nukleus berjumlah delapan, sitoplasma menjadi granular. Megakariosit berukuran

sangat besar dengan satu nukleus berlobus yang terletak di tepi. Trombosit terbentuk

dari ujung-ujung perluasan sitoplasma megakarit. Tiap megakariosit menghasilkan

sekitar 4000 trombosit. Interval waktu dari differensiasi sel sampai menjadi trombosit

adalah sekitar 10 hari (Hoffbrand dan Moss, 2016).

Trombosit mempunyai peranan penting dalam pembentukan bekuan darah.

Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

Terjadi kerusakan di suatu pembuluh, trombosit akan menuju ke daerah tersebut sebagai

respon terhadap kolagen yang terpajan di lapisan sub endotel pembuluh. Trombosit

melekat pada permukaan yang rusak dan mengeluarkan zat yang menyebabkan

terjadinya vasokonstriksi pembuluh. Fungsi lain dari trombosit adalah mengubah bentuk

dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh darah yang cedera. Trombosit akan

menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit yang secara

efektif menambal daerah yang luka (Handayani, 2008).


8

B. Sampling Pemeriksaan Trombosit

Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan jumlah trombosit diusahakan

dilakukan dengan benar dan harus segera diperiksa dalam waktu kurang dari 1 jam

setelah pengambilan darah . Penundaan pemeriksaan dapat menyebabkan penurunan

jumlah trombosit, tetapi jika terdapat suatu sebab pemeriksaan untuk tidak bisa

dilakukan segera maka sampel boleh disimpan pada suhu 4 – 8 0 C .

Pemeriksaan hitung jumlah trombosit menggunakan darah EDTA yaitu :

 Lokasi : vena mediana cubiti ( dewasa ) dan vena jugularis superficialis ( bayi )

 Alat-alat : kapas alcohol,diaspossible syringe / vacutainer 10 cc, Tabung reaksi

pyrex 10 cc/tabung EDTA, kapas steril, plester

 Reagensia : EDTA 10%

 Cara kerja :

1. Teknis pengambilan darah serupa dengan pengambilan sample darah vena

2. Darah yang telah diambil dialirkan kedalam tabung yang telah berisi EDTA 10%

3. Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen

C. Metode Pemeriksaan Trombosit

Hitung jumlah trombosit dapat dilakukan dengan metode otomatis dan manual. Cara

manual dapat dilakukan dengan metode langsung menggunakan bilik hitung dan tidak

langsung pada sediaan apus darah tepi (Umarani, 2016).

1. Metode Otomatis

Seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya permintaan

pemeriksaan hematologi, saat ini sebagian besar laboratorium klinik


9

menggunakan alat hematologi analyser. Alat ini digunakan untuk mengukur

sertamenghitung sel-sel darah dengan cara otomatis berdasarkan impedansi

aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilalui. Hematologi

analyser biasa digunakan untuk pemeriksaan hematologi rutin yang meliputi

hitung sel eritrosit, lekosit, trombosit dan pemeriksaan hemoglobin. Prinsip

reaksi pada alat hemotologi otomatis bervariasi diantaranya adalah impedansi

dan flowcytometri.

a. Metode Impedansi

Prinsip pengukuran impedansi didasarkan pada perubahan hambatan

listrik pada celah yang telah diketahui ukurannya (aperture) ketika sebuah

partikel dalam cairan konduktif melewati celah ini. Sel-sel darah

disuspensikan ke dalam sejumlah cairan konduktif secara elektrik. Kemudian

dengan adanya sistem focusing hydrodinamik, sel-sel darah tadi diatur

sedemikian rupa sehingga dapat melewati celah aperture satu demi satu.

Ketika sel melewati celah, akan terbentuk sinyal yang jumlahnya sebanding

dengan jumlah sel yang melewati celah. Besar sinyal yang terbentuk

sebanding dengan dengan besar volume sel. Sel yang berukuran 2-20 fl akan

dihitung sebagai trombosit. Lebih dari 20 fl dihitung sebagai eritrosit dan

lebih dari 36 fl dihitung sebagai lekosit. Aspirasi darah dibagi menjadi dua

volume terpisah. Satu volume dicampur dengan larutan pengencer dan

dialirkan ke dalam celbath untuk dihitung jumlah eritrosit dan trombosit.

Volume darah lainnya dicampur dengan larutan pengencer dan reagen Lytic

yang berfungsi untuk melisiskan sel darah merah. Hitung lekosit dilakukan

sebagai sisa sel yang melewati celah. Impedansi listrik digunakan terutama
10

di laboratorium sejumlah cairan konduktif secara elektrik. Kemudian dengan

adanya sistem focusing hydrodinamik, sel-sel darah tadi diatur sedemikian

rupa sehingga dapat melewati celah aperture satu demi satu. Ketika sel

melewati celah, akan terbentuk sinyal yang jumlahnya sebanding dengan

jumlah sel yang melewati celah. Besar sinyal yang terbentuk sebanding

dengan dengan besar volume sel. Sel yang berukuran 2-20 fl akan dihitung

sebagai trombosit. Lebih dari 20 fl dihitung sebagai eritrosit dan lebih dari

36 fl dihitung sebagai lekosit. Aspirasi darah dibagi menjadi dua volume

terpisah. Satu volume dicampur dengan larutan pengencer dan dialirkan ke

dalam celbath untuk dihitung jumlah eritrosit dan trombosit. Volume darah

lainnya dicampur dengan larutan pengencer dan reagen Lytic yang berfungsi

untuk melisiskan sel darah merah. Hitung lekosit dilakukan sebagai sisa sel

yang melewati celah. Impedansi listrik digunakan terutama di laboratorium

b. Metode Flowcytometri

Adalah metode pengukuran jumlah dan sifat komponen sel dalam

medium cairan bergerak. Setiap sel melewati celah satu persatu yang

kemudian melalui sinar laser menimbulkan sinyal elektronik yang dicatat

oleh instrumen sebagai karakteristik sel yang bersangkutan. Prinsip kerja

flowcytometri adalah sejumlah sel disuspensikan ke dalam suatu cairan

konduktif. Sel-sel tersebut diberi tekanan hydrodinamik sehingga dapat

melewati suatu lorong satu demi satu. Ketika sel sampai di suatu titik lorong,

sel akan ditembak dengan sinar laser. Kemudian hasil tembakan sinar laser

akan dibaca oleh detektor (McPherson & Pincus, 2017). Salah satu kelebihan

alat hematologi otomatis adalah efisiensi waktu. Pemeriksaan menggunakan


11

alat otomatis dapat dilakukan dengan cepat. Beberapa parameter dapat

dilakukan secara bersamaan. Selain itu volume sampel yang dibutuhkan

lebih sedikit. Kelebihan lainnya adalah ketepatan hasil yang dikeluarkan

yang sudah melalui pemantapan mutu internal laboratorium. Selain memiliki

kelebihan, alat hematologi otomatis juga mempunyai kelemahan yaitu tidak

dapat menghitung sel yang abnormal dan biaya perawatan yang tidak murah.

2. Metode Manual

a. Metode Manual Langsung

Pemeriksaan hitung jumlah trombosit metode manual langsung dapat

dilakukan menggunakan kamar hitung Improved Neubauer baik metode

Rees Ecker maupun Brecher Cronkite. Metode Rees Ecker darah diencerkan

dengan larutan BCB (Brilliant Cresyl Blue) sehingga trombosit akan tampak.

terang kebiruan. Secara mikroskopik trombosit tampak mengkilat berwarna

biru muda berbentuk bulat, agak lonjong, atau koma yang tersebar dengan

ukuran lebih kecil dari eritrosit. Sedangkan pada metode Brecher Cronkite,

darah diencerkan dengan larutan ammonium oksalat 1% yang bertujuan

untuk melisiskan sel darah merah sehingga yang tersisa adalah trombosit.

Kemungkinan kesalahan pada metode Rees`Ecker berkisar 16-25%

sedangkan pada metode Brecher Cronkite adalah 8-10%. Penyebab

kesalahan dapat terjadi karena teknik pengambilan sampel, pengenceran

darah yang tidak akurat dan penyebaran trombosit yang tidak merata

(Kiswari, 2014).
12

b. Metode Manual Tidak Langsung

Hitung trombosit tidak langsung dapat dilakukan dengan metode Barbara

Brown yaitu dengan menghitung jumlah trombosit pada sediaan apus darah

tepi. Trombosit dihitung dalam 1000 eritrosit. Pembuatan sediaan apus darah

tepi sangat penting dalam bidang hematologi. Apus darah tepi dapat

memberikan petunjuk tentang keadaan hematologik seperti kelainan pada

morfologi sel-sel darah (Kiswari, 2014). Pembuatan sediaan apus yang

berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk diagnosis morfologis

yang bermakna. Ketrampilan teknis yang diperlukan dapat diperoleh melalui

latihan yang cukup lama. Saat membuat sediaan apus darah, hal yang perlu

diperhatikan adalah bahwa hanya 2/3 atau 3/4 bagian kaca objek yang

digunakan untuk apusan darah. Ketebalan lapisan sediaan apus harus dibuat

sedemikian rupa sehingga sebagian eritrosit yang berdampingan dapat

terpisah. Sediaan apus dengan lapisan yang terlalu tebal tidak

memungkinkan analisis sel karena sel-sel tidak cukup tersebar (Freund,

2011).
13

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil hitung jumlah trombosit :

1. Pra Analitik

Faktor yang mempengaruhi hasil hitung jumlah trombosit pada tahap pra

analitik dapat terjadi seperti pada pemilihan sampel darah. Penggunaan darah

kapiler akan diperoleh hasil sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan darah

vena. Khasanah (2016) dalam penelitiannya mendapatkan hasil perbedaan

bermakna antara sampel darah vena dan kapiler pada hasil hitung jumlah

trombosit. Faktor lain adalah pengambilan darah yang terlalu lama dan tidak

segera mencampur darah dengan antikoagulan, homogenisasi darah antikoagulan

yang kurang smpurna juga dapat menyebabkan trombosit saling melekat bahkan

terjadi bekuan. Selain itu perbandingan volume darah dengan antikoagulan harus

sesuai ketentuan. Perbandingan yang tidak tepat dapat menyebabkan kesalahan

pada hasil. Volume darah terlalu sedikit dan antikoagulan berlebih kemungkinan

trombosit akan membesar dan mengalami disintegrasi. Sebaliknya jika volume

darah terlalu banyak dan antikoagulan sedikit dapat mengakibatkan terjadinya

jendalan. Darah yang tidak segera diperiksa atau penundaan pemeriksaan yang

terlalu lama juga dapat menyebabkan perubahan jumlah trombosit (Sujud dkk,

2015).

2. Analitik

Tahap analitik adalah proses pengerjaan sampel sampai diperolehnya

hasil pemeriksaan. Kesalahan analitik dalam bidang hematologi dapat terjadi

berupa kesalahan sistematik atau acak. Kesalahan sistematik dapat diakibatkan

oleh kesalahan dalam sistem pengujian dan metode, umumnya disebabkan oleh

prosedur kalibrasi yang tidak tepat, kurang optimalnya komponen alat,


14

kerusakan reagensia. Kesalahan acak biasanya diakibatkan tidak stabilnya

instrument, perubahan suhu dan variasi operator (Sukorini, 2010).

3. Pasca Analitik

Kesalahan pada tahap pasca analitik dapat terjadi bila keliru dalam

memasukkan data sampel, salah mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan.

D. Interpretasi

1. Trombositopenia

Trombositopenia adalah istilah keadaan dimana jumlah trombosit

dibawah jumlah normal. Penurunan sampai dibawah 10.000 sel/mm3 darah

berpotensi untuk terjadinya pendarahan dan hambatan pembekuan darah.

Penyebab trombositopenia:

a. Penurunan masa hidup, sekuestrasi/pemecahan abnormal : Terjadi pada

Hopersplenisme,Trombopoetik Trombositopenia Pupura,Uremik Hemolitik,

DIC, Sepsis,Trombositopenia Imun

b. Penurunan Produksi : Terjadi pada Mieloptisis, kelainan-kelainan sumsum

tulang primer, infeksi, pengaruh obat-obatan tertentu.

c. Produksi yang tidak efektif : Terjadi pada proses ,megaloblastik

2. Trombositosis

Trombositopenia adalah istilah keadaan dimana jumlah trombosit diatas

jumlah normal. Penyebab lazim trombositosis :

a. Kelainan-kelainan Mieloproliferastif: Terjadi pada Polisitemia vera,

myeloid agranulosit, leukemia granulositik kronik, (Trombositopenia

primer)
15

b. Trombositosis sekunder: Dapat disebabkan oleh peradangan, keganasan,

penyakit hodgin, perdarahan akut, pasca splenoktomi,reboun dari defisiendi

besi yang parah


16

Faktor Pembekuan Darah


Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah
menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah
pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi
bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di
jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif
fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.
Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda
dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam
pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi
ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.

Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir
dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik
koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif.
Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah
yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga
akselerator globulin.
Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi
dianggap dalam skema hemostasis.
Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan
berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan
kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor
Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang
17

berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan.


Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor
von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif
terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor
antihemophilic A.
Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil
dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi
faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi
dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai
jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium,
fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan
mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan
gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan
disebut juga thrombokinase.
Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur
intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga
kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau
permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan
faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer
untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang
memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan
kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase.
Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.
18
19

1. Pembekuan darah
Bekuan mulai terbentuk dalam waktu 15-30 detik bila trauma pembuluh sangat
hebat, dan dala 1-2 menit bila traumanya kecil. Pembekuan darah berlangsung melalui
dua jalur yaitu jalur intrinsic dan jalur ekstrinsik.

a. Jalur intrinsic/ intrinsic pathway


Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue factor) berasal dari
luar darah. Lintasan intinsik melibatkan factor XII, XI, IX, VIII dan X, prekalikrein,
kininogen dengan berat molekul tinggi/ High Molecular Weight Kininogen
(HMWK), ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit. Lintasan ini membentuk factor Xa
(aktif). Lintasan ini dimulai dengan “fase kontak” dengan prekalikrein, kininogen
dengan berat molekul tinggi, factor XII dan XI terpajan pada permukaan pengaktif
yang bermuatan negative. Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut teraktif
pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam fase kontak terakit pada
permukaan pengaktif, factor XII akan diaktifkan menjadi factor XIIa pada saat
proteolisis oleh kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk
menghasilkan lebih banyak kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale
balik. Begitu terbentuk, factor xiia mengaktifkan factor XI menjadi Xia, dan juga
melepaskan bradikinin(vasodilator) dari kininogen dengan berat molekul tinggi.
Factor Xia dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan factor IX, menjadi enzim
serin protease, yaitu factor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile
dalam factor X untuk menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu factor Xa. Reaksi
yang belakangan ini memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks
tenase, pada permukaan trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan factor IXa dan factor X.
Perlu kita perhatikan bahwa dalam semua reaksi yang melibatkan zimogen yang
mengandung Gla (factor II, VII, IX dan X), residu Gla dalam region terminal amino
pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk
Ca2+. Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus diaktifkan
untuk membuka fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol
20

yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu
glikoprotein, bukan merupakan precursor protease, tetapi kofaktor yang berfungsi
sebagai resepto untuk factor IXa dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII
diaktifkan oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk factor
VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh thrombin dalam proses pemecahan lebih
lanjut.

b. Jalur Ekstrinsik/ Ekstrinsic Pathway


Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue factor) berasal dari
luar darah. Lintasan ekstrinsik melibatkan factor jaringan, factor VII,X serta Ca2+
dan menghasilkan factor Xa. Produksi factor Xa dimulai pada tempat cedera
jaringan dengan ekspresi factor jaringan pada sel endotel. Factor jaringan
berinteraksi dengan factor VII dan mengaktifkannya; factor VII merupakan
glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis di hati.
Factor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk factor VIIa dengan menggalakkan
aktivitas enzimatik untuk mengaktifkan factor X. factor VII memutuskan ikatan
Arg-Ile yang sama dalam factor X yang dipotong oleh kompleks tenase pada
lintasan intrinsic. Aktivasi factor X menciptakan hubungan yang penting antara
lintasan intrinsic dan ekstrinsik.
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah
bahwa kompleks factor jaringan dengan factor VIIa juga mengaktifkan factor IX
dalam lintasan intrinsic. Sebenarna, pembentukan kompleks antara factor jaringan
dan factor VIIa kini dipandang sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai
pembekuan darah secara in vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsic,
yang turut melibatkan factor XII, prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul
besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari fibrinolisis dibandingkan
dalam koagulasi, karena kalikrein, factor XIIa dan Xia dapat memotong
plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan factor jaringan (TFPI: tissue factor fatway inhibitior)
merupakan inhibitor fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini
21

berupa protein yang beredar didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI
menghambat langsung factor Xa dengan terikat pada enzim tersebut didekat tapak
aktifnya. Kemudian kompleks factor Xa-TFPI ini manghambat kompleks factor
VIIa-faktor jaringan.

c. Lntasan Terakhir
Pada lintasan terakhir yang sama, factor Xa yang dihasilkan oleh lintasan
intrinsic dak ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa)
yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pengaktifan protrombin terjadi
pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompelks protrombinase
yang terdiri atas fosfolipid anionic platelet, Ca2+, factor Va, factor Xa dan
protrombin. Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan
didalam trombosit serta plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip factor
VIII dalam kompleks tenase. Ketika aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin,
unsure ini terikat dengan reseptor spesifik pada membrane trombosit dan
membentuk suatu kompleks dengan factor Xa serta protrombin. Selanjutnya
kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan demikian akan
menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin.
Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati.
Region terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu Gla, dan
tempat protease aktif yang bergantung pada serin berada dalam region-
terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah terikat dengan kompleks factor Va serta
Xa pada membrane trombosit, protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak
aktif untuk menghasilkan molekul thrombin dua rantai yang aktif, yang kemudian
dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A dan B pada thrombin disatukan oleh
ikatan disulfide.
Proses konversi Fibrinogen menjadi Fibrin. Fibrinogen (factor 1, 340 kDa)
merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan terdiri atas 3 pasang
rantai polipeptida nonidentik (Aα,Bβγ)2 yang dihubungkan secara kovalen oleh
ikatan disulfda. Rantai Bβ dan y mengandung oligosakarida kompleks yang terikat
22

dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati: tiga


structural yang terlibat berada pada kromosom yang sama dan ekspresinya diatur
secara terkoordinasi dalam tubuh manusia. Region terminal amino pada keenam
rantai dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan disulfide,
sementara region terminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan
molekol memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aa dan Bβ,
diberi nama difibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung terminal
amino pada rantainya masing-masing yang mengandung muatan negative
berlebihan sebagai akibat adanya residu aspartat serta glutamate disamping tirosin
O-sulfat yang tidak lazim dalam FPB. Muatannegatif ini turut memberikan sifat
dapat larut pada fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah
agregasi dengan menimbulkan repulse elektrostatik antara molekul-molekul
fibrinogen. Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks
protrobinase, menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul
fibrinopeptida dan bagian α serta β pada rantai Aa dan Bβ fibrinogen. Pelepasan
molekul fibrinopeptida oleh thrombin menghasilkan monomer fibrin yang memiliki
struktur subunit (αβγ)2. Karena FPA dan FPB masing-masing hanya mengandung
16 dab 14 residu, molwkul fibrin akan mempertahankan 98% residu yang terdapat
dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan memajankan tapak
pengikatan yang memungkinkan molekul monomer fibrin mengadakan agregasi
spontan dengan susunan bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin
yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel
darah merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos merah atau putih.
Bekuan fibrin ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya melalui
ikatan nonkovalen antara molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah factor
XIII menjadi XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan
membentuk ikatan silan secara kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk
ikatan peptide antar gugus amida residu glutamine dan gugus ε-amino residu lisin,
23

sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan


resistensi terhadap proteolisis.

DAFTAR PUSTAKA

 Kosasih. As. Dan Kosasih, E.N, 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Klinik, ed 2. (Tangerang : Karisma)

 Bakta,I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC

 Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan Keenambelas,

Dian Rakyat. Jakarta.

 Sadikin, H.M., 2013.Kimia Darah. Widya Medika. Jakarta.

 Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium.

Yogyakarta: Amara Books; 2008. hal. 17-35.

Anda mungkin juga menyukai