Anda di halaman 1dari 31

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus
atau bakteri. Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup yang berada
dalam ruang vaskuler, karena perannya sebagai media komunikasi antar sel
ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa
oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-
paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan
kemudian menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah
(Desmawati, 2013).
Trombosit adalah sel darah tak berinti berasal dari sitoplasma
megakariosit. Sel ini memegang peranan penting pada hemostasis dengan
pembentukan sumbat hemostatik untuk menutup luka. Sumbat hemostatic
dibentuk melalui tahapan adhesi trombosit, reaksi pelepasan dan agregasi
trombosit dan aktivitas procoagulan (A.V Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H.
Moss, 2005). Menurut Durachim dan Dewi (2018) trombosit diaktifkan
setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Jumlah trombosit
normal dalam tubuh orang dewasa normal adalah 150.000 – 400.000
trombosit per mikro-liter darah. Masa hidup trombosit hanya berlangsung
sekitar 5 – 9 hari di dalam darah. Trombosit yang tua dan rusak akan
dikeluarkan dari aliran darah oleh organ limpa, kemudian digantikan oleh
trombosit baru. Trombosit diproduksi di dalam sumsum tulang belakang dari
fragmentasi sel induk yang disebut megakariosit. Trombopoetin merupakan
hormon yang diproduksi oleh hati, dapat menstimulasi pembentukan
trombosit. Trombopoetin berkaitan dengan trombosit yang bersirkulasi dalam
darah. Jika jumlah trombosit dalam darah cukup, maka jumlah trombopoetin
dalam serum tetap rendah, tetapi jika jumlah trombosit menurun, maka

1
2

jumlah trombopoetin bebas yang bersirkulasi lebih banyak dan dapat


meningkatkan produksi trombosit oleh sumsum tulang belakang (Sudaryono,
2011).
Apabila jumlah trombosit sangat rendah (trombositopenia) maka
tubuh menjadi mudah berdarah dapat menyebabkan hal seperti epistaksis,
gusi berdarah, dan sebagainya. Namun, jumlah yang sangat tinggi
(trombositosis) dapat meningkatkan risiko trombosis (Jeremy & Roger,
2017).
Batas waktu penyimpanan darah EDTA untuk pemeriksaan hitung
jumlah trombosit adalah kurang dari 1 jam pada suhu kamar. Penundaan
pemeriksaan lebih dari 1 jam menyebabkan penurunan fungsi dan jumlah
trombosit. Faktor yang mempengaruhi antara lain antikoagulan, temperatur,
penyimpanan, bahan, ukuran, bentuk permukaan dan tempat penyimpanan.
Darah EDTA yang ditunda lebih dari 1 jam akan mudah sekali menempel
antara trombosit dengan trombosit yang lainnya (agregasi) atau menempel
pada benda asing (adhesi). Pemeriksaan hematologi yang tidak segera
diperiksa, darah dapat disimpan pada suhu 4ºC antara 12-18 jam
penyimpanan (Wirawan, 2015).
Menurut Jurnal Sujud (2015) dengan judul perbedaan jumlah
trombosit pada darah EDTA yang segera diperiksa dan penundaan selama 1
jam di laboratorium RSJ Grhasia Yogyakarta mengalami penurunan 2.32%.
Jurnal Hardisari (2018) dengan judul Perbedaan hasil jumlah trombosit pada
darah K3EDTA yang disimpan di suhu kamar (24-29°C) dan lemari es (2-
8°C) selama 2 jam mengalami penurunan 15,47 % untuk suhu kamar dan 5.3
% untuk suhu almari es. Jurnal Lestari (2019) dengan judul Perbedaan jumlah
trombosit pada penyimpanan sampel darah suhu kamar dan lemari es selama
24 jam mengalami penurunan 38% untuk suhu kamar dan 22% untuk suhu
lemari es. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan pemeriksaan hitung
jumlah trombosit pada darah EDTA yang ditunda selama 0 jam, 1 jam, 2 jam
dan 4 jam.
3

Menurut Jurnal Azhar, Alisha (2018) dengan judul perbedaan jumlah


trombosit berdasarkan variasi waktu penyimpanan. Berdasarkan hasil
pemeriksaan jumlah trombosit yang langsung diperiksa dengan yang ditunda
selama 30 menit, 1 jam 30 menit, dan 2 jam mempunyai nilai Sig = 0,110 >
0,05 yang berarti dalam statistika tidak terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap hasil pemeriksaan jumlah trombosit.
Dikarenakan peneliti Azhar, Alisha (2018) tidak menemukan
perbedaan yang signifikan sesuai dengan teori Wirawan, (2015). Maka
peneliti akan melanjutkan penelitian tersebut berdasarkan perbedaan waktu
yang ditunda sebelumnya yaitu 30 menit, 1 jam 30 menit, dan 2 jam. Menjadi
0 jam, 2 jam, 4 jam, dan 6 jam. Sehingga peneliti tertarik melakukan
penelitian ini bertujuan untuk menemukan perbedaan hasil pemeriksaan
jumlah trombosit dengan lama penyimpanan 0 jam, 2 jam, 4 jam, dan 6 jam
pada suhu ruang 25°C dengan alat Hematology Analyzer.
Berdasarkan uraian diatas bisa disimpulkan bahwa lama penyimpanan
adalah faktor yang berpengaruh pada trombosit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah
sebagai berikut : “Bagaimana perbedaan hitung trombosit terhadap lama
darah EDTA pada lama penyimpanan 0 jam, 2 jam, 4 jam, dan 6 jam ?”.

1.3 Pembatasan Masalah


1. Pemeriksaan trombosit dengan lama waktu penundaan sampel dengan 0
jam, 2 jam, 4 jam dan 6 jam .
2. Sampel diambil dari Mahasiswa tingkat 3 prodi DIII Analis Kesehatan
Universitas Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.
3. Penelitian ini menggunakan alat Hematologi Analyzer.

1.4 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan jumlah trombosit
dengan lama penyimpanan 0 jam, 2 jam, 4 jam, dan 6 jam dengan alat
Hematology Analyzer.
4

1.1 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat akademik
1. Menambah pengetahuan peneliti tentang perbedaan lamanya
penyimpanan sampel terhadap jumlah trombosit.
2. Memberikan informasi tentang perbedaan lamanya penyimpanan
trombosit dengan alat Hematology Analyzer.

1.5
1.5.1
1.5.2 Manfaat teknis (Lapangan)
Sebagai informasi bagi petugas laboratorium untuk lebih
memperhatikan tahap pra analitik khususnya yaitu tidak menunda dan
mengirimkan sampel darah ke laboratorium untuk segera di periksa.

1.1 Waktu dan Tempat


1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2022
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Universitas Bakti Tunas
Husada Tasikmalaya.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1
2.1 Pengertian Darah
Darah merupakan jaringan cair yang terdiri atas bagian cair yang
disebut plasma dan unsur padat berupa sel darah. Sekitar 55% darah
merupakan komponen cairan atau plasma, 45% merupakan komponen darah,
yang paling banyak adalah sel darah merah atau eritrosit yaitu sejumlah 41%,
sel darah putih 5 atau leukosit 4%, dan keping darah atau Trombosit sebanyak
0,01% (Firani, 2018).
2.2 Trombosit

Gambar 2.1
Trombosit (Kiswari, 2014)

2.2.1 Proses Pembentukan Trombosit


Trombosit dihasilkan di sumsum tulang melalui fragmentasi
sitoplasma pada megakariosit. Prekusor megakariosit, yaitu
megakaryoblast berasal dari proses diferensiasi. Megakariosit
mengalami pematangan melalui replikasi sinkron endomiotik tanpa
pembelahan nukleus atau sitoplasma, yang menyebabkan volume
sitoplasma setiap kali jumlah lobus nucleus bertambah menjadi 2 kali
lipat (Hoffbrand, 2016).
Pada tahap awal terlihat invaginasi membrane plasma, yang
dinamai membrane pembatas yang berkembang sepanjang
pembentukan megakariosit menjadi anyaman yang bercabang-cabang.

5
6

Pada tahap perkembangan tertentu yang bervariasi, terutama pada tahap


nucleus berjumlah 8, sitoplasma membentuk granular. Megakariosit
matang berukuran sangat besar, dengan satu nucleus berlobus yang
terletak di tepi dan nucleus, sitoplasma yang rendah. Trombosit
terbentuk dari fragmentasi ujung-ujung perluasan plasma megakariosit,
setiap megakariosit menghasilkan sekitar 1.000-5.000 trombosit.
Interval waktu dari diferensiasi sel punca manusia menjadi produksi
trombosit sekitar 10 hari (Hoffbrand, 2016).

2.2.2 Pengertian Trombosit


Trombosit adalah bagian dari sel-sel darah yang diproduksi
dalam sumsum tulang belakang, berbentuk cakram bulat, oval,
bikonveks tidak berinti dan hidup sekitar 10 hari. Jumlah trombosit
antara 150.000-400.000 mililiter, sekitar 30-40% terkonsentrasi dalam
limpa dan sisanya bersirkulasi dalam aliran darah. Trombosit berperan
penting dalam pembekuan darah. Trombosit dihasilkan dalam sumsum
tulang dengan fregmentasi sitoplasma megakariosit. Precursor
megakariosit-megakarioblast timbul dengan proses diferensiasi dari sel
asal hemopoetik (Hoffbrand, 2012). Trombosit adalah elemen terkecil
berdiameter 2-4µm, dalam pembuluh darah. Trombosit diaktivasi
setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Produksi trombosit
mengikuti pembentukan mikrovesikulus dalam sitoplasma sel yang
Bersatu (koalesensi) membentuk membran batas pemisah (demarkasi)
trombosit. Produksi trombosit berada dibawah kontrol zat humoral yang
dikenal sebagai trombopoietin. Hitung trombosit normal adalah sekitar
250 x109 /L (batas 160-450 x 109 /L). (KEMENKES, 2011).

Trombosit dalam keadaan normal bersikulasi ke seluruh tubuh


melalui aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan
suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respon
terhadap kolagen terpanjang di lapisan subendotel pembuluh. Trombosit
melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan beberapa zat
7

(serotonin dan histamine) yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi


pembuluh darah. Fungsi lain dari trombosit yaitu mengubah bentuk dan
kualitas setelah berkaitan dengan pembuluh yang codera. Trombosit
akan menjadi lengket dan berkaitan dengan pembuluh yang cedera.
Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal Bersama membentuk
sumbat trombosit yang secara efektif menutup darah yang luka.
Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan
aliran darah kejaringan atau sumbat menjadi sangat besar, sehingga
lepas dari tempat semula dan mengalir ke hilir sebagai suatu embolus
dan mehnyumbat aliran ke hilir. guna mencegah pembentukan suatu
embolus, maka trombosit tersebut mengeluarkan bahan guna membatasi
luka penggumpalan tersebut. Bahan utama prostaglandin tromboksan
A2 I dan I prostasikin 12 Tromboksan A2 merangsang penguraian
trombosit dan menyebabkan vasokontriksi lebih lanjut pada pembuluh
darah (Handayani, 2008).

2.2.3 Struktur Trombosit


Ultra struktur trombosit dibagi menjadi 3 komponen, yaitu
(Kosasih, 2008):
a. Membran Trombosit
Terbentuk dari lapisan fosfolipid dua lapis (bilayer) dengan
distribusi fosfollipid yang asimetris. Membrane trombosit
menggandung glikoprotein yang berfungsi sebagai zat yang
menyebabkan agregasi, zat inhibitor, faktor koagulasi seperti
fibrinogen, faktor von Willebrand (VWF) dan thrombin, serta
dengan dinding pembuluh darah dan dengan trombosit lain.

b. Sitoplasma
8

Sitoplasma dalam trombosit terdapat beberapa organel :


mitokondria, cadangan glikogen, serta granula penyimpanan:
granula padat (densebodies), granula dan lisosom.
Isi granula : 2 kelompok
1) Protein spesifik untuk trombosit: β-trombogobulin (β-TG),
platelet faktor 4 (PF4)
2) Protein yang berasal dari plasma, misalnya fibrinogen,
fibronektin dan faktor V
Isi granula padat:
1) Kandungan kalsium tinggi
2) Serotonin
3) Adenosine difosfat (ADP)
4) Adenosine trifosfat (ATP). ADP dalam granula padat lebih
banyak dibandingkan dengan ATP (3:2).
c. Lisosom
Mengandung hidrolase asam: β-glukuronidase, katepsin, β-
galaktosidase, elasta dan kolagenase. Sekresi trombosit, lisosom
lebih lambat melepaskan isinya dibandingkan granula dan granula
padat, dan diperlukan inhibitor yang lebih kuat dan menginduksi
pelepasan isi lisosom.

2.2.4 Fungsi Trombosit


Menurut Setiabudy (2009) fungsi trombosit secara umum adalah :
1) Mengawali penyumbatan pembuluh darah dengan membentuk
sumbat trombosit.
2) Menjaga stabilitas sumbat trombosit.
3) Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik
selama respon hemostatis normal terhadap cedera vascular.
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik
selama respon hemostatis normal terhadap cedera vaskuler. Tanpa
trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh
darah kecil. Reaksi trombosit dapat berupa adhesi, sekresi, agregasi dan
9

difusi aktifitas prokoagulannya sangat penting untuk fungsinya


(Hoffbrand, et al., 2009).
a. Adhesi Trombosit
Apabila pembuluh darah luka, maka sel endotel akan rusak
sehingga jaringan ikat dibawah endotel akan terbuka menimbulkan
adhesi trombosit yaitu suatu proses dimana trombosit melekat pada
permukaan asing terutama serat kolagen. Proses perlekatan
trombosit sangat bergantung pada protein plasma yang disebut
faktor Willebrand’s yang disintesis oleh sel endotel dari
magakariosit. Faktor ini berfungsi sebagai jembatan antara
trombosit dengan jaringan sub endotel. Adhesi trombosit
berhubungan dengan peningkatan daya lekat sehingga trombosit
berlekatan satu sama lain serta dengan endotel atau jaringan yang
cedera sehingga terbentuk sumbat hemostasis primer.
b. Agregasi
Disamping melekat pada permukaan asing, trombosit juga
akan melekat pada trombosit lain. Proses ini disebut sebagai
agregasi trombosit. Agregasi awal terjadi akibat kontak permukaan
dan pembebasan ADP dari trombosit yang melekat di permukaan
endotel. Proses ini disebut sebagai agregasi primer. Selanjutnya
trombosit pada agregasi primer akan mengeluarkan ADP sehingga
terjadi agregasi trombosit sekunder yang bersifat irreversibel.
Selain ADP, untuk agregasi trombosit diperlukan ion kalsium dan
fibrinogen. Agregasi trombosit terjadi karena adanya pembentukan
ikatan di antara fibrinogen yang melekat pada dinding trombosit
dengan perantara ion kalsium. Mula-mula ADP akan terikat
dengan reseptornya di permukaan trombosit. Interaksi ini
menyebabkan reseptor untuk fibrinogen terbuka sehingga
memungkinkan ikatan antara fibrinogen dengan reseptor tersebut.
Kemudian ion kalsium akan menghubungkan fibrinogen tersebut
sehingga terjadi agregasi trombosit.
c. Reaksi Pelepasan
10

Selama proses agregasi, terjadi perubahan bentuk trombosit


dari cakram menjadi bulat. Akibat dari perubahan bentuk ini maka
granula trombosit akan terkumpul di tengah dan akhirnya akan
melepaskan isinya. Proses ini disebut sebagai reaksi pelepasan
yang memerlukan adanya energi. Zat agregator lain seperti
thrombin, kolagen, epinefrin dan tromboxan A2 dapat
menyebabkan reaksi pelepasan. Tergantung zat yang merangsang,
akan dilepaskan bermacam-macam substansi biologik yang
terdapat di dalam granula padat dan granula alfa. Trombin dan
kolagen menyebabkan pelepasan isi granula padat, alfa dan
lisosom. Dari granula padat dilepaskan ADP, ATP, ion kalsium,
serotonin, epinefrin dan nor epinefrin. Dari granula alfa dilepaskan
fibrinogen, faktor Willebrand’s, faktor V, faktor 4, beta
tromboglobulin. Sedangkan dari lisosom dilepaskan
bermacammacam enzim hydrolase asam (Setiabudy, 2009)

2.2.5 Kelainan fungsi Trombosit


a. ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura)
Merupakan suatu kelainan darah yang penyebabnya
berkaitan erat dengan sistim imun atau kekebalan tubuh manusia.
ITP adalah kelainan pada sel pembekuan darah atau trombosit yang
jumlahnya menurun sehingga menimbulkan pendarahan.
Normalnya trombosit berada di kisaran 150-450 ribu per kilometer
darah. Tapi pada penderita ITP jumlah trombositnya hanya 20 ribu-
25 ribu per kilometer darah. Ciri khas penderita ITP adalah kulit
sering terlihat kebiru-biruan, gusi sering berdarah atau sering
mimisan. Karena trombositnya terus turun, penyakit ini sering
disangka penyakit Demam Berdarah. Penyebab pastinya sampai
hari ini masih dalam tahap penelitian. Ini merupakan suatu keadaan
yang cukup sulit. Karena pada masing-masing orang pun ego
imunnya berbeda-beda. Ada yang berat, ada yang ringan, ada yang
respons dengan obat, ada pula yang tidak respons dengan obat.
11

b. Drug Induced Trombocytopenia (DIT)


Trombositopenia yang diinduksi obat (DIT) adalah suatu
keadaan dimana terjadi trombositopenia setelah pemakaian obat.
c. Trombositopenia
Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit
kurang dari 200.000/mm3 dalam sirkulasi. Kelainan ini berkaitan
dengan peningkatan risiko pendarahan hebat, bahkan dengan
cedera ringan atau perdarahan spontan kecil. Trombositopenia
primer dapat terjadi akibat penyakit otoimun yang ditandai oleh
pembentukan antibodi terhadap trombosit, misalnya pada :
1) Penggantian darah yang masif atau transfuse ganti (karena
platelet tidak dapat bertahan di dalam darah yang
ditransfusikan).
2) Pembedahan bypass kardiopaskuler.
3) Keadaan-keadaan yang melibatkan pembekuan dalam pembuluh
darah (komplikasi kebidanan, kanker, keracunan darah, akibat
bakteri gram negative, kerusakan otak traumatik.
Sebab-sebab Trombositopenia sekunder adalah berbagai
obat atau infeksi virus atau bakteri tertentu, misalnya pada
penyakit:
1) Infeksi HIV.
2) Obat-obatan (heparin, kunidin,kuinin, antibiotic yang
mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam emas,
rifamicin).
3) Infeksi berat disertai septicemia (keracunan darah).
4) Leukemia kronik pada bayi
5) Limpoma
d. Trombositosis
Trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit diatas
400.000/mm3 dalam sirkulasi. Dan ini berkaitan dengan
peningkatan risiko trombosit dalam system pembuluh. Apabila
terjadi berkepanjangan akan mengalami memar dan perdarahan,
12

karena trombosit habis terpakai. Trombositosis dibagi menjadi dua


yaitu:
1) Trombositosis primer
Trombositosis primer dapat terjadi pada polisitemia vera
atau leukemia grunulomasitik kronik dimana bersama kelompok
sel lainnya mengalami poliferasi abnormal sel megakariosit
dalam sumsum tulang.
2) Trombositosis sekunder
Terjadi akibat infeksi, olahraga, ovulasi, dan stress atau
kerja fisik disertai pengeluaran trombosit dari pool cadangan
(dari limpa) atau saat terjadinya peningkatan permintaan
sumsum tulang seperti pada pendarahan atau pada anemia
hemolitik. Jumlah trombosit yang meningkat juga ditemukan
pada orang yang limpanya sudah dibuang dengan pembedahan.
Limpa adalah tempat penyimpanan dan penghancuran utama
trombosit, splenektomi tanpa disertai pengurangan pembentukan
sumsum tulang juga dapat menyebabkan trombositosis.
(Lestari,2018)

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Trombosit Secara In Vitro


Trombosit memiliki masa hidup yang lebih singkat daripada sel darah
merah dan hanya bertahan hidup antara 8−10 hari secara in vivo.
Kelangsungan hidup di in vitro bahkan lebih singkat, yaitu tiga hari tanpa
goyangan dan paling lama lima hari dengan kegiatan penggoyang (agitator).
Selama penyimpanan dapat mengalami berbagai perubahan, sehingga
penyimpanan di in vitro harus diperhatikan dalam upaya mengurangi
perubahan yang terjadi di sejumlah trombosit tersebut. Hal itu disebabkan,
karena suasana di in vitro sangat berbeda dengan lingkungan in vivo.
Cara menyimpan darah di in vitro harus dapat memenuhi persyaratan
sebagai berikut, yaitu harus mempertahankan sel darah tetap hidup dan sel
darah tetap berfungsi.4 Faktor yang harus diperhatikan untuk memenuhi
13

persyaratan tersebut adalah: kondisi suhu penyimpanan dan terdapat


antikoagulan. (Triyono,2014).

2.4 Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit


2.4.1 Cara Langsung
1. Metode Rees Ecker
Darah diencerkan dengan larutan BCB (Brilliant Cresyl
Blue), sehingga trombosit akan tercat terang kebiruan. Trombosit
dihitung dengan bilik hitung di bawah mikroskop, kemungkinan
kesalahan metode Rees Ecker 16-25% (Gandasoebrata, 2010).
2. Metode Brecher Cronkite
Darah yang diencerkan dengan larutan Amonium Oksalat
1%. Larutan ammonium oxalate 1% ini berfungsi untuk melisiskan
eritrosit dan bayangan lekosit hilang. Kelebihan dari metode ini
adalah lebih terlihat jelas dan harga relative lebih murah.
Sedangkan kekurangannya adalah mudah terkontaminasi dan
dengan latar belakang jernih sehingga trombosit sukar dibaca.
Metode pemeriksaan Brecher-Cronkite (Fase Kontras) ini
merupakan metode manual yang paling baik. Kesalahan pada
metode Brecher-Cronkite 8 – 10% (Hastutik, 2017).
3. Metode Automatic Cell Counter
Metode automatik menggunakan prinsip flow cytometri
yang memungkinkan sel-sel masuk flow chamber untuk dicampur
dengan diluent yang dialirkan melalui apertura berukuran kecil
sehingga memungkinkan sel lewat satu per satu. Aliran yang keluar
dilewatkan medan listrik untuk kemudian sel dipisah-pisahkan
sesuai muatannya. Teknik dasar pengukuran sel dalam flow
cytometri ialah impedansi listrik (electrical impedance) dan pendar
cahaya (light scattering.) Teknik pendar cahaya menghamburkan,
memantulkan atau membiaskan cahaya yang berfokus pada sel,
oleh karena tiap sel memiliki granula dan indek bias berbeda maka
14

akan menghasilkan pendar cahaya berbeda dan dapat teridentifikasi


(Sysmex, 2014).

2.4.2 Cara Tidak Langsung


Hitung trombosit cara tak langsung dilakukan dengan metode
Fonio dan estimasi jumlah trombosit pada sediaan apus darah tepi
(SADT). Metode Fonio dilakukan menggunakan darah kapiler
dicampur dengan larutan magnesium sulfat 14% kemudian dibuat
SADT dan dilakukan pengecatan giemsa. Jumlah trombosit dihitung
dalam 1000 eritrosit, jumlah mutlak trombosit dapat diperhitungkan
dari jumlah mutlak eritrosit. Cara ini lebih kasar daripada cara
langsung. Cara estimasi jumlah trombosit pada SADT, semua hasil
hitung trombosit baik normal maupun abnormal yang diperiksa secara
langsung harus dilakukan cross check dengan SADT yang bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hitung trombosit secara
langsung dan estimasi (Gandasoebrata, 2013).

2.5 Darah EDTA


Pemeriksaan hematologi seringkali menggunakan darah utuh (Whole
Blood), yaitu darah yang sama bentuk atau kondisinya seperti ketika beredar
dalam aliran darah. Spesimen berupa darah vena atau kapiler, sehingga untuk
keperluan ini darah harus ditambah dengan antikoagulan. Antikoagulan yang
dipakai adalah antikoagulan EDTA. Antikoagulan oksalat tidak disarankan
karena dapat menyebabkan perubahan morfologi lekosit dan eritrosit, heparin
dapat mengubah karakteristik trombosit serta menimbulkan dasar warna biru
kehitam-hitaman bila sediaan diwarnai dengan Wright. Pengambilan darah
vena untuk orang dewasa dilakukan pada vena difossa cubiti, sedangkan
pada anak-anak atau bayi apabila terpaksa darah diambil dari vena jugularis
eksterna, vena femoralis bahkan dari sinus sagittalis superior. Pengambilan
darah vena perlu dilakukan dengan hati-hati dan seksama, karena bahaya
yang terjadi jauh lebih besar daripada pengambilan darah kapiler. Hal-hal
yang perlu diperhatikan, daerah yang akan ditusuk harus diperiksa dengan
seksama antara lain letak dan ukuran vena (Riswanto, 2013).
15

2.6 Antikoagulan EDTA (Ethylendiamine Tetraacetic acid)


Antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) merupakan
antikoagulan yang baik dan sering digunakan untuk berbagai macam
pemeriksaan hematologi. Digunakan dalam bentuk garam Na2EDTA atau
K2EDTA. K2EDTA lebih banyak digunakan karena daya larut dalam air
kira-kira 15 kali lebih besar dari Na2EDTA. EDTA dalam bentuk kering
dengan pemakaian 1-1,5 mg EDTA / mL sedang dalam bentuk larutan EDTA
10% pemakaiannya 0,01 ml / ml darah. Garam- garam EDTA mengubah ion
kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. Tiap 1 miligram EDTA
menghindarkan membekunya 1 mililiter darah. Darah EDTA dibuat dengan
cara mengalirkan 2 ml darah vena pada tabung atau botol yang telah berisi 2
mg EDTA kemudian botol / tabung ditutup dan segera darah dicampur
dengan antikoagulan EDTA selama 60 detik atau lebih (Gandasoebrata,
2013).
Garam EDTA yang digunakan biasanya sebesar 1,5 mg/ml darah.
Darah dengan antikoagulan K3EDTA menunjukan stabilitas yang lebih baik
dari garam EDTA lain karena darah dengan antikoagulan K3EDTA
menunjukan pH yang mendekati pH darah. Perbandingan jumlah darah
dengan pemakaian antikoagulan juga harus tepat, karena jika jumlah darah
lebih banyak akan menyebabkan mikrotrombi maka trombosit dapat
menurun (Wirawan, 2015).
Vacutainer K3EDTA yang mempunyai stabilitass yang lebih baik dari
pada garam EDTA yang lain karena mempunyai pH mendekati pH darah
(Narayanan S, 2000).
Rumus kimia dari EDTA adalah C 10H16N2O8 EDTA bekerja dengan
cara mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion
(Wirawan, 2015).

2.7 Hematology Analyzer


16

Prinsip kerja hematology analyzer adalah sampel darah yang sudah


dicampur dengan reagen dilusi sebanyak 200x dan melalui proses hemolyzing
untuk mengukur jumlah lekosit, serta didilusi lagi sebanyak 200x (jadi
40.000x) untuk mengukur eritrosit dan trombosit, kemudian diproses pada
blok data processing dan hasilnya akan ditampilkan pada monitor dan dicetak
dengan mesin print. (Infolabmed, 2017).
Alat autoanalyzer ini memiliki beberapa kelebihan yaitu efisiensi
waktu, volume sampel, dan ketepatan hasil. Pemeriksaan dengan
autoanalyzer dapat dilakukan dengan cepat hanya memerlukan waktu sekitar
2-3 menit. Pemeriksaan secara manual membutuhkan lebih banyak sampel
darah, namun hematology autoanalyzer hanya menggunakan sedikit sampel.
Beberapa kasus pengambilan darah pasien kadang sulit mendapatkan darah
yang dibutuhkan, namun dengan hematology autoanalyzer ini sampel darah
yang digunakan dapat menggunakan darah perifer dengan jumlah darah yang
lebih sedikit. Hasil yang dikeluarkan alat ini biasanya sudah melalui quality
control yang dilakukan oleh intern laboratorium (Sysmex, 2014).
Beberapa kekurangan hematologi autoanalyzer antara lain tidak dapat
menghitung sel abnormal, misalnya sel-sel yang belum matang pada lekemia,
infeksi bakterial, sepsis dan sebagainya, dan tidak mampu menghitung ketika
jumlah sel sangat tinggi. Pembacaan alat otomatis, lekosit yang rusak berupa
pecahan-pecahan atau butiran-butiran kecil terbaca sebagai trombosit
(Gandasoebrata, 2013).
Cross check menggunakan sediaan apus darah tepi sangat berarti. Alat
autoanalyzer perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal perawatan. Suhu
ruangan harus dilakukan kontrol secara berkala, reagen harus dalam
penyimpanan yang baik, dan sampel dijaga supaya tidak terjadi aglutinasi.
Sampel darah yang digunakan adalah sampel darah yang sudah ditambahkan
antikoagulan, apabila ada darah yang menggumpal jika terhisap akan merusak
alat (Medonic, 2016).

2.8 Pengaruh Suhu dan Waktu Simpan Terhadap Jumlah Trombosit


17

Penyimpanan bahan pemeriksaan sedapat mungkin dihindarkan,


artinya darah sedapat mungkin segera diperiksa setelah berhasil ditampung
atau diambil. Apabila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera, darah EDTA
disimpan dalam lemari es, dan dibiarkan mendapat suhu kamar lebih dahulu
sebelum darah diperiksa (Gandasoebrata, 2013).
Batas waktu penyimpanan darah EDTA untuk pemeriksaan hitung
jumlah trombosit adalah kurang dari 1 jam pada suhu kamar. Penundaan
pemeriksaan lebih dari 1 jam menyebabkan penurunan fungsi dan jumlah
trombosit. Faktor yang mempengaruhi antara lain antikoagulan, temperatur,
penyimpanan, bahan, ukuran, bentuk permukaan dan tempat penyimpanan.
Darah EDTA yang ditunda lebih dari 1 jam akan mudah sekali menempel
antara trombosit dengan trombosit yang lainnya (agregasi) atau menempel
pada benda asing (adhesi). Pemeriksaan hematologi yang tidak segera
diperiksa, darah dapat disimpan pada suhu 4ºC antara 12-18 jam
penyimpanan (Wirawan, 2015).
Penggunaan hematology analyzer pada darah K3EDTA yang
mengalami penundaan akan mempengaruhi perubahan morfologi sel . Hal ini
disebabkan oleh teknologi yang digunakan mengandalkan ukuran dan sifat
pendar dari sel untuk membedakan populasi dari masing-masing sel.
Perubahan-perubahan struktur sel sampai dengan terjadinya desintegrasi akan
mempengaruhi pengelompokan populasi sel dan perhitungan jumlah sel
(Marpiah, 2017).
18

2.9 Kerangka Teori

Pra analitik Jumlah Trombosit Paska Analitik

Sampling Analitik Pemeriksaan


darah vena
dan Laporan

Darah +
EDTA 1. Alat
2. Metode
3. Reagen
Penyimpanan
darah EDTA

Waktu

Gambar 2.3
Skema Kerangka Teori

2.10Kerangka Konsep

Darah EDTA penyimpanan 0 jam, 2 Jumlah


jam, 4 jam dan 6 jam Trombosit

Gambar 2.4
Skema Kerangka Konsep

2.11Anggapan Dasar
19

Ketepatan jumlah trombosit penting diketahui sebagai penunjang


diagnostic, agar tindakan atau terapi yang benar bisa dilakukan. Trombosit
bersifat sangat labil, mudah rusak, mudah melekat dan berkelompok,
sehingga trombosit sulit dihitung, hal ini karena pengaruh faktor lingkungan
dan lama penyimpanan. Lama penyimpanan berpengaruh kepada tingkat
perubahan trombosit, makin lama penyimpanan, besar kemungkinan
perubahan trombosit semakin besar.

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini bersifat eksperimen yang dilakukan pemeriksaan sampel
darah dengan variasi waktu penyimpanan, terhadap jumlah trombosit.

3.2 Waktu dan tempat penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hematologi Universitas
Bakti Tunas Husada Tasikmalaya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni
tahun 2022.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti tersebut. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. (Sugiyono, 2011 : 80-81). Populasi dan sampel
dalam penelitian ini adalah Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Universitas
Bakti Tunas Husada Tasikmalaya semester VI angkatan 2019 yang memenuhi
kriteria. Pada penelitian kali ini saya menggunakan pengambilan sampel
darah vena. Dalam pengambilan jumlah sampel peneliti menggunakan Teknik
Purposive Sampling. Purposive Sampling merupakan teknik sampling yang
cukup sering digunakan. Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih
oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi
menjadi kriteria inklusi dan eksklusi (Salamadian, 2017).
20

3.4 Kriteria Sampel


3.4.1 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo,
2010). Pada penelitian ini menggunakan kriteria inklusi sebagai
berikut :
1. Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Universitas Bakti Tunas
Husada Tasikmalaya semester VI angkatan 2019 yang bersedia
terlibat dalam penelitian ini
2. Mahasiswa yang sedang sehat
3.4.2 Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel. Pada penelitian ini menggunakan kriteria
ekslusi sebagai berikut :
1. Mahasiswa yang tidak bersedia diambil darahnya untuk dilakukan
pemeriksaan
2. Mahasiswa yang mempunyai Riwayat penyakit trombositosis dan
trombositopenia

3.5 Alat dan Bahan


3.5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat di tabel
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Alat yang Digunakan Dalam Penelitian

No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah


1. Alcohol swab 70 % 3 buah
2. Hematology Analyzer - 1 unit
3. Syiring 3 mL 3 buah
4. Tabung K3EDTA 3 mL 3 buah
5. Tourniquet - 3 buah

3.5.2 Bahan
21

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat di tabel


sebagai berikut :

Tabel 3.2
Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian

No. Nama Bahan Spesifikasi


1. Darah Kontrol -
2. Sampel Darah 3 mL
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Persiapan Pasien
1. Menjelaskan pada pasien bahwa tes ini digunakan untuk melihat
jumlah trombosit dengan menggunakan darah vena.
2. Menjelaskan untuk tidak takut waktu diambil darahnya, walaupun
ada sedikit rasa sakit dan tidak enak.
3. Tidak ada larangan makan dan minum sebelum tes

3.6.2 Pengambilan Sampel Darah Vena


1. Membersihkan bagian pembuluh darah vena dengan alkohol swab
dan dibiarkan menjadi kering
2. Memasangkan tourniquet pada lengan atas dan meminta orang
mengepal dan membuka tangannya berkali-kali agar vena terlihat
jelas.
3. Kulit ditusuk dengan jarum dan spuit dalam tangan kanan sampai
ujung jarum masuk ke dalam lumen vena.
4. Dilepaskan pembendung dan perlahan-lahan Tarik penghisap spuid
sampai jumlah darah diinginkan
5. Ditaruh kapas diatas spuid dan jarum dicabut
6. Pasien diminta supaya tempat tusukan ditekan selama beberapa
menit dengan kapas tadi.
7. Darah dimasukan ke dalam tabung yang berisi antikoagulan EDTA
melalui dinding (Gandasoebrata,2010).

3.6.3 Perlakuan Sampel


22

1. Dimasukan darah yang telah diambil kedalam tabung yang berisi


antikoagulan
2. Dilakukan penyimpanan pada suhu kamar 25°C
3. Dilakukan penyimpanan selama 0 jam, 2 jam, 4 jam, dan 6 jam.
4. Diperiksa jumlah trombosit dengan menggunakan alat hematology
analyzer pada sampel yang langsung diperiksa dengan yang
ditunda selama 0 jam, 2 jam, 4 jam, dan 6 jam.

3.6.4 Cara Kerja Hematology Analyzer


1. Hubungkan kabel power ke stabilizer (stavo)
2. Hubungkan alat ke saklar lalu tekan tombol on/off
3. Alat akan self check, pesan “please wait” akan muncul di layar
4. Alat akan secara otomatis melakukan self check, setelah selesai
akan muncul background pemeriksaan.
5. Pembacaan sampel lalu shutdown – enter – tekan yes – enter – EZ
Cleanser – enter
6. Tekan tombol on/off di bagian belakang (Mindray 2300).

3.6.5 Analisis data


Data dianalisis dengan computer SPSS 25 IMB for windows.
Data dianalisis dengan uji Normalitas, dengan uji Shapiro Wilk, jika
data terdistribusi normal nilai sig>0,05 maka dilanjutkan dengan uji
One way ANOVA, jika data tidak terdistribusi normal nilai sig<0,05
maka dilanjutkan dengan uji Paired Samples.
23

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian ini diperoleh dari hasil pemeriksaan terhadap jumlah


trombosit yang dilakukan pada bulan Mei 2022 dengan tujuan untuk mengetahui
perbedaan jumlah trombosit. Sampel darah yang digunakan adalah darah dengan
antikoagulan EDTA. Masing-masing sampel dilakukan pemeriksaan jumlah
trombosit dengan menggunakan alat automatic MINDRAY BC-2300 pada lama
penyimpanan 0 jam 2 jam, 4 jam dan 6 jam. Didapatkan hasil seperti pada tabel
4.1
Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Jumlah Trombosit Pada Lama Penyimpanan 0 jam, 2 jam, 4
jam, dan 6 jam menggunakan alat Hematology Analyzer

Jumlah trombosit (10³/µl)


Pengulangan
0 jam 2 jam 4 jam 6 jam
R1 (1) 303 327 315 332
R1 (2) 300 334 321 300
R1 (3) 302 318 290 289
Rata - Rata 301,6 326,3 308,6 307
R2 (1) 367 401 400 356
R2 (2) 384 444 389 385
R2 (3) 404 390 375 416
Rata - Rata 385 412,6 388 385,6
R3 (1) 322 318 327 325
R3 (2) 358 329 359 338
R3 (3) 390 330 328 337
Rata - Rata 356,6 325,6 338 333,3
Jumlah 3.130 3.191 3.104 3.078
Rata - Rata Total 347,6 354,3 344,8 341,9

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui rata-rata jumlah trombosit untuk


setiap responden pada responden (1) yaitu sebesar 301,6 untuk sampel yang
diperiksa pada penundaan 0 jam, pada responden (2) yaitu sebesar 385 untuk
sampel yang diperiksa pada penundaan 0 jam, pada responden (3) yaitu sebesar
356,6 untuk sampel yang diperiksa pada penundaan 0 jam. Pada responden (1)
yaitu sebesar 326,3 untuk sampel yang diperiksa pada penundaan 2 jam, pada
responden (2) yaitu sebesar 412,6 untuk sampel yang diperiksa pada penundaan 2

23
24

jam, pada responden (3) yaitu sebesar 325,6 untuk sampel yang diperiksa pada
penundaan 2 jam, pada responden (1) yaitu sebesar 308,6 untuk sampel yang
diperiksa pada penundaan 4 jam, pada responden (2) yaitu sebesar 388 untuk
sampel yang diperiksa pada penundaan 4 jam, pada responden (3) yaitu sebesar
338 untuk sampel yang diperiksa pada penundaan 4 jam, pada responden (1) yaitu
sebesar 307 untuk sampel yang diperiksa pada penundaan 6 jam, pada responden
(2) yaitu sebesar 385,6 untuk sampel yang diperiksa pada penundaan 6 jam, pada
responden (3) yaitu sebesar 333,3 untuk sampel yang diperiksa pada penundaan 6
jam.
Untuk mengetahui suatu sampel data maka dalam Analisa data
menggunakan Uji Normalitas Metode Uji Shapiro Wilk. Untuk menentukan
Normalitas dari data tersebut dengan membaca nilai signifikan.
Tabel 4.2
Uji Normalitas Data Trombosit Pada Lama Penyimpanan 0 Jam Test of Normality

Shapiro - Wilk
N Sig
Penyimpana
n 0 jam 9 0,156

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.2, diperoleh nilai Sig. untuk
variabel jumlah trombosit yang disimpan selama 0 jam sebesar 0,156. Nilai Sig.
tersebut lebih besar dari nilai α (0,156 > 0,05). Dengan demikian disimpulkan
bahwa variabel jumlah trombosit yang disimpan selama 0 jam berdistribusi
normal.
Tabel 4.3
Uji Normalitas Data Trombosit Pada Lama Penyimpanan 2 Jam Test of Normality

Shapiro - Wilk
N Sig
Penyimpana
n 2 jam 9 0,015

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.3, diperoleh nilai Sig. untuk
variabel jumlah trombosit yang disimpan selama 2 jam sebesar 0,015. Nilai Sig.
tersebut lebih kecil dari nilai α (0,015 < 0,05). Dengan demikian disimpulkan
25

bahwa variabel jumlah trombosit yang disimpan selama 2 jam tidak berdistribusi
normal.

Tabel 4.4
Uji Normalitas Data Trombosit Pada Lama Penyimpanan 4 Jam Test of Normality

Shapiro - Wilk
N Sig
Penyimpana
n 4 jam 9 0,586

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.4, diperoleh nilai Sig. untuk
variabel jumlah trombosit yang disimpan selama 4 jam sebesar 0,586. Nilai Sig.
tersebut lebih besar dari nilai α (0,586 > 0,05). Dengan demikian disimpulkan
bahwa variabel jumlah trombosit yang disimpan selama 4 jam berdistribusi
normal.
Tabel 4.5
Uji Normalitas Data Trombosit Pada Lama Penyimpanan 6 Jam Test of Normality

Shapiro - Wilk
N Sig
Penyimpana
n 6 jam 9 0,683

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.2, diperoleh nilai Sig. untuk
variabel jumlah trombosit yang disimpan selama 6 jam sebesar 0,683. Nilai Sig.
tersebut lebih besar dari nilai α (0,683 > 0,05). Dengan demikian disimpulkan
bahwa variabel jumlah trombosit yang disimpan selama 6 jam berdistribusi
normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, dapat diketahui bahwa data yang
berdistribusi normal yaitu data trombosit yang disimpan selama 0 jam, 4 jam dan
6 jam. Sedangkan data yang tidak berdistribusi normal yaitu data trombosit yang
disimpan selama 2 jam.dikarenakan tidak semua data trombosit berdistribusi
normal maka pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji Paired
Samples.
26

Uji Paired samples digunakan untuk mengetahui apakah terdapat


perbedaan rata-rata dua sampel (dua kelompok) yang berpasangan atau
berhubungan. Uji paired sample t-test merupakan bagian dari statistik parametrik.
Untuk varian data boleh homogen atau tidak, hal ini bukanlah merupakan
permasalahan dalam uji paired sample t-tes. Dalam penelitian ini, uji paired t-test
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil pemeriksaan
jumlah trombosit pada sampel darah yang disimpan selama 0 jam, 2 jam, 4 jam
dan 6 jam menggunakan alat Hematology Analyzer.
Berikut adalah hasil uji Paired Samples mengenai jumlah trombosit pada
sampel darah yang disimpan selama 0 jam, 2 jam, 4 jam dan 6 jam menggunakan
software SPSS 25 IMB for windows
Tabel 4.6
Hasil Uji Paired Samples pada lama penyimpanan 0 – 4 jam
Test Statistics

Paired - Samples
N Sig (2-tailed)
Penyimpanan 0
jam - 8 0,768
Penyimpanan 4
jam

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.6, diperoleh nilai signifikan


sebesar 0,768. Oleh karena nilai signifikansi 0,768 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah
trombosit pada sampel darah yang disimpan pada lama penyimpanan 0 jam dan 4
jam.
Tabel 4.6
Hasil Uji Paired Samples pada lama penyimpanan 0 – 6 jam

Paired - Samples
N Sig (2-tailed)
Penyimpanan 0
jam - 8 0,471
Penyimpanan 6
jam
27

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.6, diperoleh nilai signifikan


sebesar 0,471. Oleh karena nilai signifikansi 0,471 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah
trombosit pada sampel darah yang disimpan pada lama penyimpanan 0 jam dan 6
jam.
Dikarenakan untuk variabel jumlah trombosit yang disimpan selama 2 jam
sebesar 0,015. Nilai Sig. tersebut lebih kecil dari nilai α (0,015 < 0,05). Dengan
demikian disimpulkan bahwa variabel jumlah trombosit yang disimpan selama 2
jam tidak berdistribusi normal. Dengan demikian data tersebut tidak bisa
dilanjutkan ke uji Paired Samples.
Berdasarkan hasil analisa pada penelitian yang telah dilakukan di
Laboratorium Hematologi Universitas Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, tentang
perbedaan jumlah trombosit pada darah EDTA pada lama penyimpanan 0 jam, 2
jam, 4 jam dan 6 jam menggunakan alat Hematology Analyzer. Ternyata
didapatkan hasil berdasarkan output uji Paired Samples bahwa nilai signifikan
sebesar 0,768 > 0,05 pada lama penyimpanan 0-4 jam dan nilai signifikan sebesar
0,471 > 0,05 pada lama penyimpanan 0-6 jam. Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah trombosit pada sampel
darah EDTA pada lama penyimpanan 0 jam, 2 jam, 4 jam dan 6 jam.
Dari tiga responden yang telah dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
ekslusi ketiganya memenuhi kriteria syarat pemilihan sampel. Berdasarkan
pemilihan tersebut ketiga responden tidak memiliki riwayat trombositopenia dan
trombositosis. Serta tidak ada ciri-ciri khusus yg menjadi pengaruh terhadap
jumlah trombosit seperti sering mengalami mimisan, kulit kebiru-biruan dan gusi
berdarah.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa penundaan lebih dari 1 jam menyebabkan terjadi penurunan
jumlah trombosit. Menurut Sugiati (2013), hal ini bisa terjadi mungkin disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu: pengambilan sampel darah yang lamban
menyebabkan trombosit saling melekat (agregasi) sehingga jumlahnya menurun
palsu, pencampuran yang kurang kuat terutama bila tidak memiliki alat pengocok
otomatis maka dikhawatirkan tidak homogen antara darah dengan antikoagulan
28

juga dapat menyebabkan agregasi trombosit, bahkan dapat terjadi bekuan. Alat
pemeriksaan apabila tidak dilakukan perawatan secara rutin maupun kalibrasi
maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan jumlah trombosit menjadi lebih
tinggi atau lebih rendah.
Hasil dari tabel pemeriksaan jumlah trombosit pada tabel tersebut terjadi
kenaikan dan penurunan jumlah trombosit setelah diperiksa. Hal ini bisa terjadi
karena dua faktor yaitu :
1. Agregasi (pelekatan)
Agregasi trombosit adalah kemampuan trombosit nelekat pada
permukaan asing disamping melekat pada permukaan asing trombosit
juga melekat pada trombosit lain. Sehingga jumlahnya menurun palsu.
Agregasi trombosit terjadi karena adanya pembentukan antara
fibrinogen yang melekat pada dinding trombosit dengan perantara ion
kalsium.
2. Ada variabel lain yang terbaca oleh alat seperti fragmen eritrosit yang
jatuhdibawah ambang atas hitung trombosit, fragmen leukosit yang
terhitung sebagai trombosit, bakteri dalam specimen darah, eritrosit
yang mengandung parasite sehingga terbaca sebagai trombosit. Dan
partikel bukan trombosit yang terhitung sehingga pada faktor kedua
tersebut menyebabkan hitung trombosit otomatis tinggi palsu.
Spesimen yamg akan diperiksa dilaboratorium sebaiknya memenuhi
persyaratan sesuai jenis pemeriksaan, volume mencukupi, kondisi yang baik:
tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, pemakaian antikoagulan dan pengawet yang
tepat, ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat identitas benar sesuai
dengan data pasien (Muslimah, 2016).
Faktor analitik didalam perhitungan jumlah trombosit juga memiliki
pengaruh diantarnya adalah pemeliharaan dan kalibrasi alat. Alat pemeriksaan bila
tidak dilakukan perawataan secara rutin maupun kalibrasi maka akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan jumlah trombosit menjadi tinggi dan menjadi
rendah. Selain itu kualitas reagen harus sesuai dengan aturan yang terdapat pada
masing-masing metode termasuk juga cara penyimpanan, penggunaan dan expired
29

nya. Pemakaian reagen yang sudah rusak atau sudah expired dan suhu
penyimpanan akan menyebabkan penurunan jumlah trombosit (Sugiati, 2013).
Batas waktu penyimpanan darah EDTA untuk pemeriksaan hitung jumlah
trombosit adalah kurang dari 1 jam pada suhu kamar. Penundaan pemeriksaan
lebih dari 1 jam menyebabkan penurunan fungsi dan jumlah trombosit. (Wirawan,
2015). Menurut Budi, (2010), terkadang oleh karena satu hal (jumlah pasien atau
alat mengalami kerusakan) maka, pemeriksaan harus ditunda. Dalam keadaan
seperti ini, sering terjadi batas waktu pemeriksaan kurang diperhatikan, terkadang
lebih dari 1 jam. Akibat pemeriksaan harus ditunda dan hal ini dapat
mempengaruhi hasil akhir pada pemeriksaan hitung jumlah trombosit.
Hitung jumlah trombosit menggunakan hematologi analyzer pada masa
sekarang ini sangat sering digunakan karena hanya memerlukan waktu yang lebih
cepat. Akan tetapi jika terjadi masalah misalnya pengambilan darah kurang tepat
akan menimbulkan hasil perhitungan yang kurang maksimal, maka dalam
perhitungan jumlah trombosit kita masih menggunakan kamar hitung dan hapusan
darah tepi sebagai kontrolnya (R Gandasoebrata, 2001).
Adapun akibat yang ditimbulkan dari penurunan jumlah trombosit, antara
lain : terjadinya pemanjangan waktu pendarahan, reaksi bekuan, penurunan
trombosit yang bersikulasi sebanyak <50% dari nilai normal, maka menyebabkan
perdarahan. Jika penurunan tersebut termasuk kategori berat (<50.000/µl),
hemoragik dapat terjadi. Terjadi tanda atau gejala perdarahan dikulit seperti :
petechiae, echymosis, dan purpura. Salah satu keadaan trombositopenia yang
sering terjadi antara lain: Ideopathic Trombocytopenic Purpura (ITP), akibat
infeksi virus misalnya pada DBD sedangkan peningkatan jumlah trombosit
disebut trombositosis, karena bertambahnya produksi trombosit oleh berbagai
sebab, antara lain keganasan (Joyce,2007).
Antikoagulan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antikoagulan
K3EDTA. Garam EDTA yang digunakan biasanya sebesar 1,5 mg/ml darah.
Darah dengan antikoagulan K3EDTA menunjukan stabilitas yang lebih baik dari
garam EDTA lain karena darah dengan antikoagulan K3EDTA menunjukan pH
yang mendekati pH darah. Perbandingan jumlah darah dengan pemakaian
30

antikoagulan juga harus tepat, karena jika jumlah darah lebih banyak akan
menyebabkan mikrotrombi maka trombosit dapat menurun (Wirawan, 2015).
31

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari analisis data dengan uji Paired Samples pada hasil pemeriksaan
jumlah trombosit pada sampel darah yang diperiksa pada lama penyimpanan 0
jam, 2 jam, 4 jam, dan 6 jam menggunakan alat Hematology Analyzer.
Diperoleh nilai Sig sebesar 0,768 > 0,05 pada lama penyimpanan 0 jam - 4
jam sedangkan pada lama penyimpanan 0 jam - 6 jam diperoleh nilai Sig
sebesar 0,471 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara jumlah trombosit pada sampel darah EDTA
pada lama penyimpanan 0 jam, 2 jam, 4 jam dan 6 jam.

5.2 Saran
1. Diharapkan ada penelitian selanjutnya untuk mengetahui batas waktu
penyimpanan yang bisa menyebabkan penurunan jumlah trombosit
2. Perlu pengkajian terhadap variabel-variabel lain yang mungkin
mempengaruhi jumlah trombosit. Seperti pengaruh obat, perbandingan
volume darah, lingkungan fisik dan lain-lain.

30

Anda mungkin juga menyukai