Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium hematologi merupakan pemeriksaan cairan

darah yang berhubungan dengan sel-sel darah dan biokimiawi yang

berhubungan dengan sel darah. Pemeriksaan laboratorium hematologi terdiri

dari banyak macam pemeriksaan (Riswanto, 2013).

Pemeriksaan hematologi (darah rutin) adalah pemeriksaan yang

bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas sel darah merah, sel darah

putih dan trombosit serta menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang

terutama berperan pada proses pembekuan darah. Pemeriksaan darah rutin

meliputi hemoglobin, lekosit, eritrosit, trombosit dan hitung jenis lekosit.

Pemeriksaan darah rutin dipengaruhi oleh perbandingan pemberian EDTA

dengan volume darah. Apabila pemberian EDTA tidak tepat, sangat

mempengaruhi hasil pemeriksaan darah rutin yang tidak sesuai kenyataannya

(Andriyoko, 2012).

Spesimen darah rutin idealnya harus tiba di laboratorium dalam waktu

maksimal 45 menit setelah pengambilan sempel. Bila karena sesuatu sebab

spesimen harus disimpan atau dikirim ke laboratorium rujukan, maka

sebaiknya spesimen disimpan atau dikirim dalam wadah tertutup rapat untuk

mencegah pencemaran atau penguapan dan diberi label identitas penderita.

Batas waktu penyimpanan tergantung dari suhu, jenis antikoagulan dan jenis

pemeriksaan. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat

1
dilakukan selambat lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen

(Darwis, 2011).

Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan

kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan seperti :

Sel eritrosit akan mengalami krenasi dimana krenasi merupakan kelainan

bentuk dari eritrosit (poikilositosis) yang berbentuk seperti artefak. Krenasi

tersebut berwal dari sel eritrosit yang mengalami pengerutan akibat cairan

yang berada di dalam sel keluar melalui membran. Penundaan pemeriksaan

trombosit lebih dari 1 jam menyebabkan perubahan jumlah terbentuknya

jendalan yang berakibat menurunnya jumlah trombosit (Darwis, 2011).

Penanganan sampel darah menentukan hasil pemeriksaan

hematologis, antara lain medium, PH, suhu, perlakuan mekanik, dan lain-lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian hamatologis terutama

adalah antikoagulan, jeda waktu setelah sampel diperoleh hingga dilakukan

pemeriksaan, dan penyimpanan (Cora et al., 2012).

Darah yang akan diperiksa agar tidak membeku dapat diberi

antikoagulan. Antikoagulan merupakan cairan yang digunakan untuk

mencegah adanya pembekuan pada darah. Antikoagulan yang biasa

digunakan adalah Ethlylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

(Gandasoebrata,2008).

EDTA sebagai garam natrium atau kalium. Garam tersebut berfungsi

mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. EDTA

tidak berpengaruh terhadap morfologi eritrosit dan lekosit. Selain itu EDTA

2
juga dapat mencegah penggumpalan trombosit jika terlalu berlebihan dalam

penggunaan EDTA, maka akan berpengaruh pada eritrosit hal ini dikarenakan

pemeriksaan dengan memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan segera

disebabkan karena sifat darah yang cepat rusak apabila dibiarkan dikondisi

yang tidak ideal (Gandasoebrata.2008).

Seringkali penundaan pemeriksaan sampel dilakukan karena tenaga

medis yang kurang, volume kerja yang padat atau masalah teknis yang terjadi

pada saat pemeriksaan. Menurut prosedur, darah EDTA stabil selama 2 jam

pada suhu kamar 25OC atau disimpan dalam lemari es 4 OC selama 24 jam.

Tetapi dilapangan masih ditemukan penyimpanan sampel darah yang tidak

sesuai dengan prosedur, sampel darah EDTA disimpan lebih dari 2 jam tanpa

dimasukkan kedalam lemari es. Hal ini tentu dapat berpengaruh terhadap

keakuratan hasil pemeriksaan (Maulidya, L.2015).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hiskia (2016) untuk

melihat gambaran pemeriksaan eritrosit pada sampel darah EDTA segera dan

ditunda menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai eritrosit yang

signifikan antara sampel yang diperiksa segera dan ditunda selama 8 jam pada

suhu kamar, sedangkan sampel yang ditunda selama 24 jam pada suhu 4 ºC

tidak mengalami perubahan signifikan sehingga eritrosit yang didapat pada

sampel darah tersebut mengalami pembengkakan, terjadinya perbedaan

signifikan antara sampel darah yang ditunda 8 jam pada suhu kamar,

3
terjadinya perubahan morfologi sel darah merah dapat menimbulkan

penyimpangan yang bermakna.

Spesimen untuk pemeriksaan darah rutin paling baik dari darah vena

yang diberi antikoagulan EDTA agar tidak membeku. Pemeriksaan dengan

memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan segera apabila dilakukan

penundaan pemeriksaan sebaiknya sampel disimpan dalam lemari es dengan

suhu 4-8ºC dikarenakan waktu penyimpanan sampel pada suhu ruang paling

lama 2 jam sedangkan pada Lemari pendingin suhu 4-8ºC tidak lebih dari 6

jam (Gandasoebrat, 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis berkeinginan untuk

melakukan penelitian tentang gambaran profil darah rutin terhadap waktu

penyimpanan menggunakan antikoagulan EDTA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “Bagaimanakah gambaran profil darah rutin terhadap

waktu penyimpanan menggunakan antikoagulan K3EDTA ?”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran profil darah rutin terhadap waktu

penyimpanan menggunakan antikoagulan K3EDTA.

4
D. Manfaat Penelitian

1. Akademik

Sebagai sumbangsi kepustakaan ilmiah bagi almamater program

studi D-III Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar.

2. Praktisi Laboratorium

Sebagai informasi bagi praktisi teknik laboratorium kesehatan

mengenai gambaran profil darah rutin terhadap waktu penyimpanan

menggunakan antikoagulan K3EDTA.

3. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis serta

memantapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan

yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan.

4. Klinisi

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dibidang

hematologi serta dapat mengaplikasikan ilmu yang dimiliki pada masa

perkuliahan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Darah

Darah berasal dari Bahasa Yunani, “Haima” yang merupakan akar

kata dari “Hemo” atau “Hemato”. Darah manusia berwarna merah, dan

dibedakan menjadi dua, yaitu merah terang yang berarti kaya oksigen. Darah

merupakan bagian penting dari sistem transport dalam tubuh manusia

(Ariffriana D, dkk.,2016).

Darah merupakan jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh

lain, berada dalam konsentrasi cair, beredar dalam suatu sistem yang tertutup

yang dinamakan sebagai pembuluh darah (Ariffriana D, dkk.,2016).

Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan butir-butir

darah. Plasma darah adalah bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas

air, elektrolit dan protein darah. Butir-butir darah (Blood corpuscules) terdiri

atas 3 elemen yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan

trombosit (butir pembeku/platelet) (Handayani W dan Haribowo A.S, 2008).

Warna darah bervariasi dari warna merah terang sampai merah tua

kebiruan tergantung pada kadar oksigen yang dibawah sel darah merah.

Volume total darah dalam tubuh adalah kira-kira 70-100 ml/kg berat badan

sedangkan volume plasma dalam tubuh adalah kira-kira 40-50 ml/kg berat

6
badan. Darah memiliki sejumlah peranan penting dalam berbagai fungsi

tubuh, yaitu : (HR Hasdiana dkk,2014).

a. Fungsi Transport

Transport oksigen (O2) dan paru-paru, kemudian ditransport

menuju glukosa, asam amino, asam lemak, mineral, hormone, vitamin,

dan bahan nutrisi lainnya.

b. Fungsi Regulasi

Mempertahankan Ph dan konsentrasi elektrolit pada cairan

interstitial melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial.

Darah mengatur suhu tubuh melalui transport panas menuju kulit dan

paru-paru.

c. Fungsi Pertahan Tubuh

Mempertahankan tubuh dari invasi mikroorganisme (fungsi

leukosit), reaksi immunologi akibat masuknya benda asing (antigen) dan

proses hemoestasis.

B. Parameter Pemeriksaan Darah Rutin

1. Lekosit

Lekosit atau yang lebih dikenal sel darah putih adalah sel darah

yang mengandung inti. Sintesis leukosit atau leukopoiesis dalam tubuh

manusia merupakan salah satu proses sintesis sel darah atau

hematopoiesis (Ariffriana D, Dkk,. 2016).

7
Gambar 2. Sel darah putih (leukosit).
(Sumber : Ariffriana D, Dkk,. 2016).

Lekosit merupakan unit mobil dari sistem pertahanan tubuh

terhadap infeksi yang terdiri dari granuler dan agranuler. Lekosit granular

mengandung spesifik yang dalam sitoplasmanya mempunyai inti yang

memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Lekosit agranuler

mempunyai sitoplasma yang tampak homogen dan intinya berbentuk

bulat atau berbentuk ginjal (Junquiera,dkk,2007).


Darah tepi mengandung leukosit yang jumlahnya berkisar 4500-

11.000 sel/mm3. Sel darah putih (leukosit) dibentuk disumsum tulang dari

sel-sel progenitor. Pada proses diferensiasi selanjutnya, sel-sel progenitor

menjadi golongan yang tidak bergranula yaitu, limfosit T dan B, monosit,

dan magrofag, atau golongan yang bergranula yaitu, neutrofil, basofil, dan

eosinofil. Peranan sel darah putih adalah untuk mengenali dan melawan

mikroorganisme pada reaksi imun dan untuk membantu proses

peradangan dan penyembuhan (Corwin, EJ, 2009).

Adapun jenis-jenis leukosit, terdiri atas beberapa jenis sel darah

antara lain :
a. Granulosit

8
Memiliki granula kecil didalam protoplasmanya, memiliki diameter

sekitar 10-12 mikron. Berdasarkan granula-granula, granulosit terbagi

menjadi 3 kelompok yaitu :


1. Neutrofil
Neutrofil di bentuk didalam sumsum tulang. Siklus hidup

terdiri dari atas 3 fase yaitu sumsum tulang, darah, dan jaringan

didalam sumsum tulang terdapat dalam dua kompartemen mitik

adalah Blas, promeilosit, dan mielosit, sel yang termasuk dalam

kompartemen maturase adalah metamiolosit, batang, dan segmen

(Metha dan Hoffbrand.2008).

Gambar 3. Neutrofil
(Sumber : Ariffriana D, Dkk,. 2016).

Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling

banyak. Sel ini memiliki masa hidup singkat, 10 jam dalam

sirkulasi. Sekitar 50% neutrofil dalam darah perifer menempel

pada dinding pembuluh darah (pool marginal). Neutrofil

memasuki jaringan dengan cara bermigrasi sebagai respons

terhadap faktor kemotaktik. Migrasi, fagositosis, dan

pembunuhan adalah fungsi yang bergantung pada energi (Metha

dan Hoffbrand.2008).
2. Eosinofil
Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6%, berukuran 16

μm. Berfungsi sebagai fagositosis dan menghasilkan antibodi

9
terhadap antigen yang dikeluarkan oleh parasit. Masa hidup

eosinofil lebih lama dari neutrofil yaitu sekitar 8-12 jam (Kiswari,

2014).

Gambar 4. Eosinofil
(Sumber : Ariffriana D, Dkk,. 2016).

Eosinofil hampir sama dengan neutrofil tapi pada eosinofil,

granula sitoplasma lebih kasar dan berwarna merah orange. Warna

kemerahan disebabkan adanya senyawa protein kation (yang

bersifat basa) mengikat zat warna golongan anilin asam seperti

eosin, yang terdapat pada pewarnaan Giemsa. Granulanya sama

besar dan teratur seperti gelembung dan jarang ditemukan lebih

dari 3 lobus inti. Eosinofil lebih lama dalam darah dibandingkan

neutrofil (Hoffbrand, dkk. 2008).

Eosinofil akan meningkat jumlahnya ketika ditemukan

penyakit alergi, penyakit parasitik, penyakit kulit, kanker, flebitis,

tromboflebitis, leukemia mielositik kronik (CML), emfisema dan

penyakit ginjal. Sedangkan pada orang stres, pemberian steroid per

oral atau injeksi, luka bakar, syok dan hiperfungsi adrenokortikal

akan ditemukan jumlah eosinofil yang menurun (Riswanto, 2013).

3. Basofil

10
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya

yaitu kira-kira kurang dari 2% dari jumlah keseluruhan leukosit.

Sel ini memiliki ukuran sekitar 14 μm, granula memiliki ukuran

bervariasi dengan susunan tidak teratur hingga menutupi nukleus

dan bersifat azrofilik sehingga berwarna gelap jika dilakukan

pewarnaan Giemsa. Basofil memiliki granula kasar berwarna ungu

atau biru tua dan seringkali menutupi inti sel, dan bersegmen.

Warna kebiruan disebabkan karena banyaknya granula yang berisi

histamin, yaitu suatu senyawa amina biogenik yang merupakan

metabolit dari asam amino histidin. Basofil jarang ditemukan

dalam darah normal. Selama proses peradangan akan menghasilkan

senyawa kimia berupa heparin, histamin, beradikinin dan serotonin.

Basofil berperan dalam reaksi hipersensitifitas yang berhubungan

dengan imunoglobulin E (IgE) (Kiswari,2014).

Gambar 5. Basofil
(Sumber : Ariffriana D, Dkk,. 2016).
b. Agranulosit
Bagian dari sel darah putih dimana mempunyai inti sel satu

lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula, yang termasuk agranulosit

adalah limfosit dan monosit (Taryoto dan wartonah,2009).


1. Limfosit
Limfosit merupakan komponen penting pada respon imun

dan berasal dari sel stem hemopoetik. Sel stem limpoid umum

11
mengalami diferensiasi dan poliferasi untuk menjadi sel B yang

memperantai imunitas humural atau imunitas yang diperantai

antibody. Sel T diproses dalam timus yang mempertahankan

imunitas seluler. Limfosit matur adalah sel mononuclear kecil

dengan sitoplasma yang sedikit berwarna biru (Metha dan

Hoffbrand.2008).

Gambar 6. Limfosit
(Sumber : Ariffriana D, Dkk,. 2016).
Limfosit merupakan leukosit kedua terbanyak dalam

darah perifer sel-sel ini merupakan komponen esensial pada

system pertahanan imun, fungsi utamanya adalah berinteraksi

dengan antigen dan menimbulkan respon imun. Limfosit

merupakan sel dengan ukuran bervariasi dari kecil 7-10 µ, besar

20-30 µ. Bentuknya bermacam-macam yaitu : bentuk bulat,

memanjang, sitoplasma berwarna biru, bergranula besar, ukuran

agranula tidak sama besar. Warna agranula biru (Metha dan

Hoffbrand.2008).
2. Monosit
Monosit merupakan sel dengan ukuran 14-20 µ.

Sitoplasma berwarna biru kelabu, kadang-kadang mempunyai

pseudopodia. Terdapat granula halus, ukuran sama besar, tersebar

merata berwarna kemerahan . didalam sitoplasma dapat dijumpai

benda-benda yang di fagosit (Metha dan Hoffbrand.2008).

12
Gambar 7. Monosit
(Sumber : Ariffriana D, Dkk,. 2016).

Monosit bersirkulasi selama 20-40 µ hari kemudian

masuk kedalam jaringan sebagai magrofag. Ditempat ini monosit

matang dan menjalankan fungsi utamanya yaitu fagositosis dalam

jaringan. Monosit bertahan hidup selama beberapa hari, mungkin

beberapa bulan. Sel ini memiliki morfologi berubah-ubah dalam

darah ferifer (Metha dan Hoffbrand.2008).


Persentase normal monosit antara 4-6%. Peningkatan

jumlah monosit dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan

parasit (Kemenkes RI, 2013).


Hitung jumlah lekosit merupakan pemeriksaan yang digunakan

untuk menunjukkan adanya infeksi dan dapat juga untuk mengikuti

perkembangan dari suatu penyakit tertentu. Dua metode yang digunakan

untuk menghitung jumalah leukosit yaitu metode manual atau

mikroskopis dan automatik untuk metode elektronik (Ronald A, Sacher

dkk, 2009).
Leukositosis adalah peningkatan jumlah sel darah dalam sirkulasi.

Hal ini merupakan respons normal terhadap infeksi atau proses

peradangan. Sedangakan penurunan jumlah leukosit dibawah nilai normal

adalah leukopenia, hal ini dapat disebabkan misalnya infeksi virus,

penyakit atau kerusakan sumsum tulang, radiasi atau kemoterapi.

Penyakit sistemik yang parah misalnya lupus eritrematosus, penyakit

13
tiroid, dan sindrom cushing, dapat menyebabkan penurunan jumlah

leukosit (Corwin, EJ, 2009).

2. Eritrosit

Eritrosit merupakan sel yang telah berdiferensiasi dan mempunyai

fungsi khusus untuk transfor oksigen. Apabila dilihat dengan mikroskop

eritrosit, sel ini tampak bulat berwarna merah dan di bagian tengahnya

tampak lebih pucat, yang disebut dengan central pallor, berdiameter 7-8

µm dan tebal 1,5-2,5 µm. Tampak pula bagian tengah sel ini lebih tipis

disbandingkan dengan bagian tepi. Eritrosit tidak mempunyai inti dan

mengandung hemoglobin untuk mengedarkan oksigen. Dengan

pewarnaan Wright, eritrosit berwarna kemerahan karena mengandung

hemoglobin. Eritrosit berjumlah paling banyak daripada sel-sel lainnya.

Eriitrosit sangat lentur dan dapat berubah bentuk selama beredar dalam

sirkulasi (Ariffriana D, Dkk,. 2016).

Gambar 1. Sel darah merah (eritrosit).


(Sumber : Ariffriana D, Dkk,. 2016).

Dalam satu militer darah terdapat kira-kira 4-6 juta sel darah

merah, sehingga darah berwarna merah. Eritrosit berumur ± 120 hari, dan

14
sel darah merah yang sudah mati dihancurkan dalam hati. Eritrosit yang

telah tua dan mati akan dirombak atau diuraikan dalam limfa dan hati.

Eritrosit tidak mempunyai nucleus sel atau organela, dan tidak dianggap

sebagai sel dari segi biologi. Sel ini juga berperan dalam penentuan

golongan darah (Ariffriana D, Dkk,. 2016).

Menghitung jumlah eritrosit dapat dilakukan dengan cara manual

dan automatik. Menghitung jumlah eritrosit dengan cara manual

menggunakan volume yang kecil dan pengenceran yang tinggi memakan

waktu dan ketelitiannya kurang, sehingga sekarang ini jarang digunakan.

Sebelum ada cara automatik pemeriksaan manual masih sering dipakai

namun hanya sedikit yang menunjukkan hasil yang teliti dan dapat

dipercaya. Pada umumya pemeriksaan manual memberikan hasil yang

meragukan. Oleh karena itu dibuatlah alat hitung automatik, dengan alat

ini maka penghitungan sel menjadi lebih mudah, cepat dan teliti bila

dibandingkan dengan cara manual. Meskipun demikian pemeriksaan

manual tetap masih dipertahankan karena sebagai metode rujukan. Prinsip

hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis

untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis (HR

Hasdiana dkk,2014).

Peningkatan eritrosit dapat menyebabkan polisitemia, dehidrasi,

hipertensi, penyakit kardiovaskuler. Gejala yang dimaksud seperti sakit

kepala, pusing, dan lain-lain yang bias saja terjadi baik pada penderita

15
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal

sedangkan penurunan eritrosit yaitu kehilangan darah (perdarahan),

anemia, leukimia, infeksi kronis, dan lain-lain (Nugraha,2015).

3. Trombosit

Trombosit merupakan sel berbentuk disk dengan diameter 3-4

mikron, yang normalnya ditemukan dalam whole blood dengan

konsentrasi 200.000-400.000/µm. Trombosit melekat pada lapisan endotel

pembuluh darah yang robek dengan membentuk plug trombosit.

Gambaran struktur trombosit berupa membrane sel tipikal, tidak

mempunyai inti sel, berukuran 1-4 mikron, dan sitoplasmanya berwarna

ungu kemerahan. Granula trombosit mengandung faktor pembekuan

darah, adenosin, difosfat, dan adenosin trifosfat. Trombosit yang rusak

dihancurkan dalm limpa. Mekanisme pembentukan trombosit adalah

dengan membentuk pseuodopia dan fragmentasi dan sitoplasma

megakariosit. Istilah yang sekarang yang digunakan adalah platelet

(Ariffriana D, dkk, 2016).

Gambar 8. Sel darah merah (eritrosit).


(Sumber : Ariffriana D, Dkk,. 2016).

Sebenarnya, 12 trombosit tidak dapat dipandang sebagai sel utuh

karena ia berasal dari sel raksasa yang berada di sumsum tulang, yang

dinamakan megakariosit. Dalam pematangannya, megakariosit ini pecah

16
menjadi 3000-4000 serpihan sel, yang dinamai sebagai trombosit.

Trombosit berbentuk seperti cakram bikonveks (dalam keadaan inaktif)

dengan diameter 2-3 m dan volume 8-10 fl (Sutedjo, 2009).

Umur trombosit setelah pecah dari sel asalnya dan masuk darah

ialah antara 8 sampai 14 hari.Jumlah trombosit normal adalah antara

150.000-450.000/mm3 dengan rata-rata 250.000/mm3 (Sutedjo, 2009).

Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis

selama respon hemostatik normal terhadap luka vaskular. Trombosit

berfungsi penting pada usaha tubuh untuk mempertahankan jaringan bila

terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga

tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari penyusupan

benda atau sel asing. Trombosit melekat (adesi) pada permukaan asing

terutama serat kolagen. Disamping melekat pada permukaan asing,

trombosit akan melekat pada trombosit lain (agregasi). Selama proses

perubahan bentuk trombosit yang menyebabkan trombosit akan

melepaskan isinya. Masa agregasi trombosit akan melekat pada endotel,

sehingga terbentuk sumbat trombosit yang dapat menutup luka pada

pembuluh darah, sedangkan pembentukan sumbat trombosit yang stabil

melalui pembentukan fibrin (Sutedjo, 2009).

Hitung jumlah trombosit sangat penting untuk menunjang diagnosa

gangguan perdarahan. Untuk menghitung jumlah trombosit, pungsi vena

harus hati-hati tanpa menimbulkan trauma dan darah harus dihisap dengan

cepat dan segera dicampur dengan antikoagulan dengan adekuat. Hindari

17
pengocokan yang berlebihan karena akan menyebabkan perlekatan

trombosit sehingga hasil penghitungan tidak tepat (Riswanto, 2013).

Peningkatan jumlah trombosit disebut trombositosis, misalnya

dijumpai pada trombositemia idiopatik dan setelah splenektomi.

Penurunan jumlah trombosit atau trombositopenia dapat dijumpai pada

penyakit infeksi tertentu, misalnya demam berdarah dengue yang

disebabkan oleh virus dengue, adalah penyakit yang dapat menurunkan

jumlah trombosit darah sampai ke tingkat yang rendah. Akibatnya,

penderita akan sangat rentan akan perdarahan yang sukar dihentikan.

Trombositopenia dapat menyebabkan epistaksis, perdarahan pada saluran

cerna. Perdarahan kecil di bawah kulit juga sering terjadi. Keadaan lain

yang dapat menyebabkan trombositopenia ialah trombositopenia purpura,

anemia aplastik, leukimia akut, dan kadang kadang setelah kemoterapi

dan terapis radiasi (Sutedjo, 2009).

4. Hitung jenis Leukosit

Pemeriksaan hitung jenis leukosit (Differential Count) digunakan

untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis

leukosit yang masing-masing memiliki fungsi yang khusus. Sel-sel itu

adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basophil (Sutedjo,2009).

Hitung jenis leukosit dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai cara. Pada diagnosis rutin pemeriksaan hitung jenis leukosit

dilakukan dengan mesin penghitung sel. Teknologi yang digunakan untuk

pemeriksaan hitung jenis bergantung pada tipe mesin, dengan mengenali

18
berbagai karakteristik sel, seperti ukuran, pembiasan optik, impedansi dan

sebagian juga menurut pulasan sitokimiawi. Namun bila hal tersebut

berkenaan dengan pengenalan sel-sel patologis, validitas jenis

pemeriksaan diferensiasi tersebut sebagian besar terbatas. Karena itu

penilaian morfologis sediaan apus darah dengan menggunakan mikroskop

masih menjadi dasar diagnosis hematologi (Sutedjo,2009).

Pemeriksaan hitung jenis leukosit dihitung dengan metode

Giemsa maka pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai jumlah hitung

jenis leukosit dan kelainan bentuk dari leukosit, eritrosit, dan trombosit.

Prinsip kerjanya adalah dengan meneteskan darah di atas objek,

dipajankan, lalu di cat dan diperiksa dibawah mikroskop

(Gandasoebrata,R.2010).

Nilai rujukan hasil hitung jenis lekosit yaitu : Eosinofil 1 – 3 %,

Basofil 0 – 1 %, Netrofil Batang 2 – 6 %, Segmen 50 - 70 %, Limfosit

20 – 40 %, Monosit 2 – 8 % (Gandasoebrata,R.2010).

5. Hemoglobin

Hemoglobin merupakan suatu protein kompleks yang tersusun

dari protein globin dan suatu senyawa bukan protein yang dinamai hem.

Hem sendiri juga suatu senyawa yang rumit, yang tersusun dari suatu

senyawa lingkar yang bernama porfirin, yang bagian pusatnya ditempati

oleh logam besi (Fe). Jadi hem adalah senyawa porfirin-besi (Fe-Porfirin)

sedangkan hemoglobin adalah kompleks antara globin-hem. Satu molekul

hem mengandung 1 atom besi demikian pula 1 protein globulin hanya

19
mengikat 1 molekul hem. Sebaliknya 1 molekul haemoglobin terdiri atas

4 buah kompleks molekul globin dengan hem. Jadi dalam tiap molekul

hemoglobin terkandung 4 atom besi (Ronal.A.Scher dkk,.2004).

Hemoglobin adalah pikmen merah dan menyerap cahaya

maksimum pada Panjang gelombang 540 nm dan pigmen pengangkut

oksigen utama, terdapat di eritrosit. Nilai normal pada laki-laki adalah

13,5-18,0 g/dl dan pada wanita adalah 12-16 g/dl (Ronal.A.dkk,.2004).

Fungsi pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mengetahui apakah

seseorang mengalami kekurangan darah dapat diketahui dengan

mengukur kadar hemoglobin (Hb). Penurunan kadar hemoglobin (Hb)

dari normal berarti kekurangan darah, suatu kodisi yang di sebur anemia.

Adanya anemia biasanya di sertai dengan jumlah eritroit yang menurun

dan nilai hematokrit dibawah normal (Fadli,2015).

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan

cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan thrombin yang

diperlukan untuk merubah fibrinogen menjadi fibrin dalam proses

pembekuan. Namun tidak semua jenis antikoagulan dapat dipakai karena ada

beberapa antikoagulan yang dapat mempengaruhi bentuk eritrosit atau

leukosit yang akan diperiksa morfologinya (Gandasoebrata,R.2010).

Spesimen dan antikoagulan harus dicampur homogen serta setelah

pengambilan specimen untuk mencegah pembentukan microclot.

Pencampuran yang lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis. Jenis

antikoagulan yang baik adalah yang tidak merusak komponen-komponen

20
yang terkandung didalam darah dan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan

yang diinginkan (Gandasoebrata,R.2010).

Ada beberapa jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam

jenis pemeriksaan tertentu. Namun tidak semuanya dapat digunakan karena

ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk/morfologi eritrosit atau

leukosit (Gandasoebrata,R.2010).

Ada beberapa antikoagulansia yang banyak digunakan untuk

pemeriksaan darah diantaranya adalah : (Gandasoebrata,R.2010).

1. Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid (EDTA).

EDTA berupa senyawa kompleks khelat dengan rumus molekul

(HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan suatu senyawa asam

amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam

bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat

karboksilat dan dua gugus amina. EDTA membentuk kompleks kuat

terutama dengan Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan Co (III) (Anonim, 2008).

Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid atau yang dikenal dengan

EDTA, merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, serta dapat

diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi dalam penggunaannya, karena

adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya distandardisasi

terlebih dahulu.

21
Gambar 9. Struktur EDTA
(Sumber : Anonim, 2008).

Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung

baik donor elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen

sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam

secara serempak (Koeswardani R dkk, 2009).

Mekanisme kerja EDTA adalah dengan menghambat kerja

aktivator pada pembekuan darah. Pada proses pembekuan darah

diperlukan Ca2+ untuk mengaktivasi kerja protrombin menjadi trombin.

Ca2+ diperlukan kembali pada proses aktivasi fibrin lunak menjadi

fibrin dengan gumpalan keras. EDTA disini berfungsi sebagai

chelating agent yang dapat mengikat ion Ca2+ yang bebas dalam darah

sehingga tidak dapat berperan aktif dalam proses selanjutnya (Riswanto,

2010).

Semua garam EDTA bersifat hiperosmolar yang dapat

menyebabakan eritrosit mengkerut. Na2EDTA dan K2EDTA bersifat

lebih asam dibandingkan K3EDTA. Penggunaan antikoagulan K3EDTA

menunjukkan stabilitas yang lebih baik dari garam EDTA lain karena

22
darah dengan antikoagulan ini menunjukkan pH yang mendekati pH

darah (Wirawan R, 2008).

Dosis pemakaian antikoagulan EDTA kering yaitu 1-1,5 mg/ml

darah, sedangkan untuk EDTA cair yaitu 10 ul/1 ml darah. Pemberian

antikoagulan EDTA yang kurang dari yang dibutuhkan menyebabkan

jumlah trombosit menurun karena terjadi mikrotrombi di dalam

penampung yang dapat menyumbat alat, sebaliknya bila pemberian

antikoagulan berlebih menyebabkan sel mengalami pembengkakan,

kemudian disintegrasi, membentuk fragmen dengan ukuran yang sama

dengan trombosit sehingga terhitung oleh alat sebagai trombosit. Hal ini

mengakibatkan terjadinya peningkatan palsu jumlah trombosit. Begitu

pula sebaliknya, bila fragmen berbeda ukuran dengan trombosit, maka

menyebabkan penurunan jumlah trombosit (Wirawan, 2008).

2. Natrium Sitrat

Natrium Sitrat (Trisodium Citrat) yang digunakan berbentuk

larutan 3,2% dan 3,8%. Antikoagulan ini mencegah pembekuan dengan

cara mengikat ion kalsium. Antikoagulan Natrium Sitrat bersifat isotonis

dengan darah dan tidak bersifat toksik sehingga dapat juga digunakan

sebagai transfusi darah. Antikoagulan ini bias juga digunakan dalam

bentuk larutan dan paling sering dipakai untuk pemeriksaan laju endap

darah dengan pendinginannya 1 Volume Natrium Sitrat 3,8% : 4 volume

darah (Riswanto, 2010).

3. Heparin

23
Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh,

namun di laboratorium heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan

karena mahal harganya. Heparin berdaya seperti antithrombin. Heparin

bekerja dengan cara menghentikan pembentukan thrombin dari

prothtrombin sehingga menghentikan pembentukan fibrin dan

fibrinogen. Heparin tidak mempengaruhi bentuk eritrosit maupun

trombosit. jenis Heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium

Heparin karena antikoagulan tidak mengganggu analisa beberapa

macam ion dalam darah (Riswanto, 2010).

Banyaknya Heparin yang digunakan :

a. Heparin Kering : 0,1-0,2 mg/ml Darah.

b. Heparin Cair : 15 IU +/- 2,5 IU/ml Darah.

4. Natrium Oxalat

Natrium Oxalat bekerja dengan mengikat ion Ca, sehingga

terbentuk Ca oxalat yang digunakan berbentuk larutan 0,1 N.

Pemeriksaan Hematologi yang menggunakan Antikoagulan Na-Oxalat

yaitu pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT) (Riswanto, 2010).

5. Double Oxalat

Double Oxalat nama lainnya adalah Balance Oxalat Mixture

atau antikoagulan dari Heller dan Paul. Antikoagulan ini mengandung

kalium oxalat dengan perbandingan 2:3. Kalium Oxalat menyebabkan

eritrosit mengembang. Campuran kedua garam tersebut bertujuan untuk

menghindari perubahan-perubahan volume eritrosit.

24
Banyaknya Antikoagulan Double Oxalat yang digunakan :

a. Double Oxalat kering : 2 mg Double Oxalat / 1 ml Darah

b. Double oxalate Cair 2% : 0,1 ml Double Oxalat / 1 ml Darah

Double Oxalat digunakan dalam bentuk kering, sebelum

ditambahkan darah. Double Oxalate cair yang dimasukkan kedalam

tabung penampung darah harus dikeringkan terlebih dahulu pada suhu

yang kurang 60oC menghindari perubahn menjadi Karbonat (Sifat

antikoagulannya hilang) (Riswanto, 2010).

6. NaF dan Kalium Oxalat

Naf dan Kalium oxalat adalah antikoagulan yang sebenarnya

dikhususkan untuk pemeriksaan glukosa darah, namun masih dapat

digunakan untuk pemeriksaan hematologi. Antikoagulan ini biasanya

tersedia dalam tabung vakum yang diproduksi pabrikan. Kalium Oxalat

berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis

dengan cara menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan urase

sehingga kadar glukosa stabil (Riswanto, 2010).

Pada pemeriksaan Hematologi rutin terdapat dua metode yang sering

digunakan yaitu pertama metode manual yang menggunakan mesin

penghitung alat Hematologi Analizer dan kedua menggunakan cara metode

manual. Pemeriksaan hematologi rutin dilakukan dengan menggunakan alat

automatik, yaitu Alat hematologi Analyzer Automatik

25
Hematologi analyzer adalah salah satu alat laboratorium yang

berfungsi untuk pengukuran dan pemeriksaan sel darah dalam sampel darah.

Adapun prinsip kerja alat hematologi analyzer yang digunakan dalam metode

ini adalah pendaran cahaya/(light scattering) yang terjadi ketika sel mengalir

melewati celah dan berkas cahaya yang difokuskan ke sensing area yang ada

pada aperture tersebut. Apabila cahaya mengenai sel, maka cahaya akan

dihamburkan, dipantulkan, atau dibiaskan kesemua arah. Kemudian

hamburan cahaya yang mengenai sel akan ditangkap oleh detektor yang ada

pada sudut-sudut tertentu sehingga menimbulkan pulsa. Pulsa cahaya yang

berasal dari hamburan cahaya, intensitas warna, atau fluorensi, akan diubah

menjadi pulsa listrik. Pulsa ini dipakai untuk menghitung jumlah, ukuran,

maupun inti sel yang merupakan ciri dari masing-masing sel. Hamburan

cahaya dengan arah lurus (forward scettere d light) mendeteksi volume dan

ukuran sel. Sedangkan cayaha yang dihamburka dengan sudut 90 derajad

menunjukkan informasi dari isi granula sitoplasma. Pada metode ini juga

dapat dilakukan pewarnaan dengan cara menambahkan pewarna pada reagen.

Sel yang telah diberi warna akan memberikan pendaran cahaya yang berbeda-

beda, sehingga akan lebih banyak informasi untuk mendeteksi atau

membedakan berbagai jenis sel (Mengko R., 2013).

C. Kerangka Konsep

Rangkaian pemeriksaan laboratorium yang meliputi pra analitik,

analitik dan pasca analitik merupakan tahapan yang penting pada penentuan

26
hasil yang terpercaya. Tahapan pra analitik yang diantaranya meliputi

pengambilan spesimen, penanganannya dan pemberian antikoagulan

merupakan hal yang mutlak harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil

yang baik (Hasdiana dkk. 2014).


Darah merupakan jaringan ikat yang sel-selnya (elemen bentuk)

tertahan di bawah di dalam matriks cairan (plasma). Darah adalah cairan

tubuh yang berwarna merah yang terdiri dari tiga komponen, yaitu : sel darah

merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).

(HR,Hasdiana dkk. 2014).


Pemeriksaan darah merupakan suatu jenis pemeriksaan untuk

mengetahui keadaan darah, baik sel darah maupun komponen darah yang

terlarut dalam plasma, yang digunakan untuk mendiagnosis suatu keadaan

dan kelainan dalam tubuh. Pemeriksaan darah diantaranya yaitu :

pemeriksaan laboratorium hematologi yang dapat mendeteksi kelainan

jumlah sel, kelainan pembekuan darah (hemostasis) dan meningkatnya

jumlah leukosit akibat adanya infeksi, kelainan fungsi darah, dan kelainan

darah karena adanya kelainan organ (HR,Hasdiana dkk. 2014).

Suhu, Waktu, PH
Rutin
Darah Hematologi Lengkap

Antikoagulan

Gambar 1. Skema Kerangka Konsep

27
Keterangan : Variabel yang akan di teliti

----------------- Variabel yang Tidak di teliti

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat observasi laboratorik juga jenis penelitian

cross-sectional study.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum

Labuang Baji Makassar

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli 2018.

C. Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel.

1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang

berumur 20-25 tahun.

2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah orang sehat yang memenuhi

kriteria peneliti.

28
3. Besaran Sampel

Banyaknya sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 10 sampel.

4. Teknik Sampling

Sampel penelitian diambil secara purposive sampling yaitu

pengambilan sampel sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti.

D. Kriteria Sampel Penelitian

1. Kriteria Inklusi

a. Bersedia menjadi responden.

b. Laki-laki dan perempuan.

c. Pasien berumur 20-25 tahun

2. Kriteria Eksklusi

a. Hemolisis

b. Riwayat kelainan hemostasis

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah waktu penyimpanan, yaitu 6, 8, 24, jam di

dalam lemari pendingin bersuhu 4-8 OC.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah profil darah rutin.

F. Definisi Operasional

1. Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, leukosit, eritrosit,

trombosit, dan hitung jenis leukosit.

29
2. Penyimpanan spesimen adalah penyimpanan lamanya penyimpan

spesimen yang disimpan dalam kurung waktu 0 jam pada suhu kamar

(250C), 6 jam, 8 jam, dan 24 jam pada suhu 4-80C sebelum pemeriksaan.

3. Termometer adalah alat untuk mengukur suhu.

4. Sampel segera adalah sampel yang diambil pada pasien dilakukan

pemeriksaan segera setelah pengambilan sampel.

5. Penundaan 6 jam adalah darah pasien yang disimpan 6 jam pada lemari es

suhu 4-8 OC pada saat setelah sampel diambil.

6. Penundaan 8 jam adalah darah pasien yang disimpan 8 jam pada lemari es

suhu 4-8 OC.pada saat setelah sampel diambil.

7. Penundaan 24 jam adalah darah pasien yang disimpan 24 jam pada lemari

es suhu 4-8 OC.pada saat setelah sampel di ambil.

G. Tekhnik Pengumpulan Data

A. Pra Analitik

1. Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus.

2. Persiapan sampel : Sampel darah EDTA


3. Alat dan Bahan
a. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut : spuit 3 cc, tabung K3EDTA, torniquet, anti koagulan

EDTA, plester, refrigator, termometer, dan Automatik Analizer

(Mindray Bc 5150)
b. Bahan Penelitian :
Bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

darah Vena+K3EDTA, kapas alcohol 70%.


B. Analitik
1. Prosedur Pengambilan Darah Vena

30
a. Diminta pasien untuk meluruskan lengannya, pilih lengan yang

banyak melakukan aktifitas.


b. Diminta pasien untuk mengepalkan tangan.
c. Dipasang tali pembendung (tourniquet) kira-kira 10 cm diatas

lipat siku.
d. Dipilih bagian vena median cubital atau cephalic dan dilakukan

perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba

seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika

vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke

siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.


e. Dibersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas

alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan

jangan dipegang lagi.


f. Ditusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke

atas. Dimasukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga

jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan

mengalir masuk ke dalam tabung. Ditunggu sampai darah

berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah

tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua,

begitu seterusnya.
g. Dilepas atau diregangkan pembendungan dan perlahan-lahan,

dan diminta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah

yang diambil kira-kira 3 ml jumlah serum atau plasma yang

diperlukan untuk pemeriksaan.


a. Diletakkan kapas alkohol 70% di tempat suntikan lalu segera

lepaskan dan tarik jarum. Ditekan kapas beberapa menit lalu

plester selama kira-kira 15 menit.

31
b. Darah yang sudah diambil dihomogenkan dengan cara

membolak-balik tabung selama 3 menit.


c. Dicatat nama pasien dan diberi kode pada label yang tersedia

pada tabung EDTA.


2. Pemeriksaan darah rutin menggunakan alat Hematologi

Analyzer (Mindray Bc-5150)


a. Cara Kerja Alat
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Sampel yang diguakan adalah darah yang telah di masukkan

pada tabung K3EDTA dan dihomogenkan.


3) Dipastikan alat dalam status ready, jika system tidak ada pada

Whole Blood Mode, kemudian ditekan tombol (Mode) untuk

merubah Analysis Mode dan digunakan tombol (Left/Right)

untuk memilih “Whole Blood (WB)”, kemudian ditekan

tombol (Enter).
4) Ditekan tombol (Sample No) untuk memasukkan nomor

identitas darah sample, kemudian tekan tombol (Enter).


5) Dihomogenkan darah control yang akan diperiksa dengan

baik, kemudian dibuka tutupnya dan diletakkan di bawah

Aspiration Probe. dipastikan ujung Probe menyentuh dasar

botol darah sampel agar tidak menghisap udara.


6) Ditekan StarSwitch untuk memulai proses.
7) Ditarik Botol darah sampel dari bawah probe setelah

terdengar bunyi Beep dua kali.


8) Hasil akan tertampil pada layar dan secara otomatis tercetak

pada kertas printer.


b. Nilai Normal
Adapun nilai normal dari pemeriksaan darah rutin ialah :

a. Hemogobin :

32
Haemoglobin norma adalah 12,0-17,5 g/dl

b. Leukosit :

Jumlah leukosit normal pada orang dewasa adalah 4,00-

11.00 (10^3/µL)

c. Eritrosit :

Jumlah eritosit normal pada orang dewasa adalah 4,10 5,50

(10^6/µL)

d. Trombosit :

Jumlah trombosit normal adalah 150-450 (10^3/µL)

e. Hitung jenis leukosit :

1. Eosinofil 2,0-5,0 %

2. Basofil 0,0-0,1 %

3. Neutrofil 40,0-74,0 %

4. Segmen 30-70 %

5. Limfosit 19,0-48,0 %

6. Monosit 3,0-7,0 %

C. Pasca Analitik
Hasil pemeriksaan dilaporkan dan didokumentasikan.

33
H. Alur Penelitian

Pengambilan darah Vena + K3EDTA

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4

Segera suhu Ditunda 6 jam Ditunda 8 jam Ditunda 24


250C suhu 40C suhu 40C jam suhu 40C

Pemeriksaan Darah Rutin (Hematologi Analyser


Mindray Bc-5150

Hasil

Analisa Data

Kesimpulan
Gambar 2. Alur Penelitian

I. Analisa Data
Hasil uji laboratorium akan disajikan dalam bentuk table yang

selanjutnya dianalisa secara deskriptif.

34
35
36

Anda mungkin juga menyukai