Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar teori

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel

darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter.

Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah.

Sel darah merah (eritrosit) merupakan salah satu komponen darah yang jumlahnya

paling banyak dalam susunan komponen darah manusia. Sel darah merah normal selalu

berbentuk bikonkaf, tidak memiliki inti, dan mengandung hemoglobin yang merupakan

representasi warna merah dalam darah. Kelainan pada eritrosit biasanya adalah pada

keadaan dimana eritrosit dan/atau masa hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi

fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. (Evelyn, 2012).

Sediaan apus darah (sediaan apus darah tepi / preparat darah) adalah salah satu teknis

pemeriksaan sel-sel darah menggunakan mikroskop. Pemeriksaan sediaan darah

umumnya digunakan untuk membantu pemeriksaan kelainan darah dan juga infeksi

parasit, seperti malaria. Sediaan apus darah tepi merupakan slide untuk mikroskop yang

pada salah satu sisinya dilapisi dengan lapisan tipis darah vena yang diwarnai dengan

pewarnaan (wright/giemsa) dan diperiksa di bawah mikroskop. Sediaan apus yang baik

adalah yang ketebalannya cukup dan bergradasi dari kepala (awal) sampai ke ekor

(akhir). Zona morfologi sebaiknya paling dari kurang 5 cm (Made, 2006).

Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca sediaan yang

sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan bertindak sebagai

tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan ynag lain bertindak sebagai alat untuk
meratakan tetes darah agar didapatkan lapisan tipis darah (kaca perata). Darah dapat

diperoleh dari tusukan jarum pada ujung jari. Sebaiknya tetesan darah pertama

dibersihkan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Tetesan yang kedua diletakan pada

daerah ujung kaca sediaan yang bersih. Salah satu ujung sisi pendek kaca perata

diletakan miring dengan sudut kira-kira 45˚ tepat didepan tetes darah menyebar

sepanjang sisi pendek kaca perata, maka dengan mempertahankan sudutnya, kaca perata

digerakan secara cepat sehingga terbentuklah selapis tipis darah diatas kaca sediaan.

Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar barulah dilakukan pewarnaan

sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu metode Giemsa dan Wright yang

merupakan modifikasi metode Romanosky (Maskoeri, 2013).

Pemeriksaan preparat apus darah tepi merupakan bagian yang penting dari rangkaian

pemeriksaan hematologi. Keunggulan dari pemeriksaan apus darah tepi ialah mampu

menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti morfologi sel (eritrosit, leukosit, trombosit),

menentukan jumlah dan jenis leukosit, mengestimasi jumlah trombosit dan

mengidentifikasi adanya parasit. Di Indonesia, pewarnaan yang umum digunakan ialah

pewarnaan Giemsa sebab Giemsa lebih tahan lama dalam iklim tropis. Beberapa klinik

juga menggunakan pewarna Wright dalam mewarnai apusan darah tepi. Terkadang

pewarnaan Giemsa juga dikombinasikan dengan Wright, dimana diharapkan kelebihan

dari tiap-tiap zat warna Giemsa dan Wright bisa didapatkan dan akan menjadikan sediaan

apus darah tepi lebih jelas terlihat secara mikroskopis dan jadi lebih tahan lama

(Riswanto Dkk 2018).

Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan trombosit.

Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan

diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separoh komposisi eritrosit terdiri dari air (60%)

dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Sel ni bersifat elastis dan lunak. Lekosit
(sel darah putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini dibagi menjadi dua

yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit terbagi menjadi tiga yaitu Netrofil

(terbanyak) berbentuk bulat dengan diameter 10-12 µm, Eosinofil yang strukturnya lebih

besar daripada netrofil (10-15 µm) dan Basofil (paling sedikit) dengan ukuran hampir

sama dengan netrofil tetapi basofil sangat sulit ditemukan. Agranulosit dibagi menjadi

dua yaitu Limfosit yang mempunyai ukuran yang bevariasi, inti bulat sitoplasma

mengelilingi inti seperti cincin dan berperan penting dalam imunitas tubuh, dan Monosit

(sel lekosit terbesar), intinya berbentuk oval kadang terlipat-lipat dapat bergerak dengan

membentuk pseudopodia. Tipe ketiga yaitu Trombosit (disebut juga keping darah),

berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma lengkap dengan membran yang

mengelilinginya, Trombosit terdapat khusus pada sel darah mammalia (Kiswari, 2014).

2.2 Sediaan apusan darah yang baik :

1. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjang ½ – 2/3 panjang kaca.

2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit

tersebar merata berdekatan dan tidak saling menumpuk.

3. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang dan tidak bergaris-garis.

4. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung sedimen.

Kegunaan dari pemeriksaan apusan darh tepi yaitu untuk mengevaluasi morfologi dari sel

darah tepi (trombosit, eritrosit, leukosit), memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit,

identifikasi parasit. Persyaratan pembuatan apusan darah yaitu objek glass harus bersih,

kering, bebas lemak. Segera dibuat setelah darah yang diteteskan, karena jika tidak

persebaran sel tidak merata. Leukosit akan terkumpul pada bagian tertentu, clumping

trombosit. Teknik yang digunakan menggunakan teknik dorong (push slide) yang pertama
kali diperkenalkan oleh maxwell wintrobe dan menjadi standar untuk apus darah tepi

(Made, 2006).

A. Penilaian Leukosit (Evaluasi Leukosit)

Terhadap leukosit dilaporkan kesan jumlah, hitung jenis sel dan kelainan mofologi sel.

Tiap-tiap perhitungan leukosit harus dikontrol pemeriksaan hapusan darahnya, penaksiran

jumlah leukosit harus di lakukan pada daerah perhitungan (counting area), yaitu bagian

dari hapusan darah tempat eritrosit terletak bardampingan satu dengan yang lainnya tidak

betumpukan. Bila di dapatkan 20-30 leukosit per lapang ini kira-kira sesuai dengan kira-

kira 10000 (Riswanto, 2013).

1. Hitung jenis leukosit

Dilaporkan prosentasi dari masing-masing jenis leukosit.

2. Kelainan morfologi sel, Kelainan dapat terjadi pada sitoplasma dan inti :

a) Kelainan pada sitoplasma :

1. Granula toksik : sitoplasma dari neutrofil terdapat granula kasar

kebiruan

2. Agranula polimorfnuklear : granula sedikit sama sekali tidak ada

granula pada sel MPN.

3. Vakolisasi : terdapatnya lubang pada sitoplasma atau inti

4. Batang auer : batang merah yang mungkin ditemukan pada sitoplasma

monoblast atau mieloblast.

5. Limfosit plasma biru

6. Smudge ceils : leukosit rusak pada saat pembuatan sediaan apus

7. Badan doble

b) Kelainan inti sel


1. Hipersegmentasi : banyak dijumpai neutrofil dengan segmen inti lebih

dari 3.

2. Anomali pelger-huet : kebanyakan granulosit mempunyai satu inti

3. Piknosit : sel dengan kromatin inti menggumpal akibat proses

degenerasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bakta I Made.2006. Hematologi Klinik Ringkas. EGC.Jakarta Dahlan Sofiyudin,2013.


Statustik Untuk Kedokterandan Kedokteran.SalembaMedika. Jakarta.
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedika dan Kanal Medika.
Yogyakarta.
Evelyn C.Pearce. 2012. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: PT.  Gramedia.

Maskoeri, Jasin. 2013. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada\

Riswanto (2013) dalam Ardina, R., Rosalinda, S. 2018. Morfologi Eosinofil Pada Apusan


Darah Tepi Menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright dan Kombinasi Wright-
giemsa. Artikel Penelitian. 3(2) : 5-12.

Kiswari, R. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Elangga.

Anda mungkin juga menyukai