Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

Di susun oleh :
Endah Pitaloka 411113077
Alif Saefullah M. H. 411113078
Andriyani Rizki 411113079
Agnes Tri Lestari 411113080
Fitriyani Sholihah 411113081
Widia Nur’aeni 411113082
Neng Nur A. D. 411113083
Dede Risman 411113084

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


JENDERAL ACHAMAD YANI
Jl. Terusan Jenderal Sudirman Telp (022) 6631622-24 Fax (022) 6631624
CIMAHI 40633
IDENTIFIKASI DERMATOFITOSIS
I. Hari/Tanggal : Jumat, 20 Februari 2015
II.
III. Prinsip :

IV. Prinsip kerja :pemeriksaan dilakukan dengan


melakukanpengamatan jamur saprofitik berdasarkan pada
pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan LPCB (Lacto
Phenol Cotton Blue)

V. Prinsip LPCB: phenol berfungsi mematikan jamur. Glycerol


mengawetkan preparat dan mencegah presipitasi dari cat dan
cotton blue untuk mewarnai jamur menjadi biru.

VI.
VII. TUJUAN
1. Untuk mengidentifikasi jamur yang terdapat dalam sampel kerokan kulit.
2. Mengamati morfologi, bentuk, struktur jamur yang diamati
3. Untuk mengidentifikasi sampel kerokan kulit yang diduga mengalami
dermatofitosis.
VIII.
IX. TINJAUAN PUSTAKA
X. Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain
adalah dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan kulit)
dan jamur serupa ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya infeksi
jamur superficial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur lainnya dapat
menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi dibagian dalam.Jamur yang
berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan
penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis).(Djenuddin, 2005).

XI. Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi


tinggi di Indonesia, oleh karena negara kita beriklim tropis dan
kelembabannya tinggi.Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial
yang disebabkan genus dermatofita, yang dapat mengenai kulit, rambut
dan kuku. Manifestasi klinis bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit
lain sehingga selalu menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan
dalam penatalaksanaannya. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan
identifikasi laboratorik.Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan
sistemik.Pada masa kini banyak pilihan obat untuk mengatasi
dermatofitosis, baik dari golongan antifungal konvensional atau antifungal
terbaru.Pengobatan yang efektif ada kaitannya dengan daya tahan
seseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab. Prevalensi di Indonesia,
dermatosis akibat kerja belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah
atau pemimpin perusahaan walaupun jenis dan tingkat prevalensinya
cukup tinggi.(Pohan, 2007).

A. FISIOLOGI DAN HISTOLOGI KULIT


XII. Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian
dalam tubuh dari lingkungan luar.Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m 2 dan
beratnya sekitar 15% dari berat badan secara keseluruhan . Kulit memiliki banyak
fungsi dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan
menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pembentukan pigmen, keratinisasi, dan pembentukan vitamin D
(Djuanda dkk, 2007).
XIII. Kulit terdiri atas tiga bagian utama, yaitu epidermis, dermis, dan
hipodermis. Epidermis merupakan lapisan teratas kulit yang terutama terdiri atas
epitel berlapis n lapisan tanduk. Selain itu, epidermis juga mengandung tiga jenis
sel lain yaitu melanosit yang menghasilkan melanin, sel merkel sebagai
mekanoreseptor sensoris, serta sel Langerhans yang berfungsi untuk fagositosis
dan presentasi antigen. Epidermis terdiri dari stratum korneum yang kaya keratin,
stratum lucidum, stratum granulosum yang kaya keratohialin, stratum spinosum,
dan stratum basal yang mitotik. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang menunjang
epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan (hipodermis) (Junquiera dan
Carneiro, 2007).Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata,
yaitu stratum papilare dan stratum retikulare.Selain kedua stratum tersebut, dermis
juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar
keringat, dan kelenjar sebasea (Price dan Wilson, 2005). Sedangkanhipodermis
terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-
organ di bawahnya (Junquiera dan Carneiro, 2007).
XIV. Proses pembentukan lapisan tanduk (keratin) dikenal sebagai
proses keratinisasi. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan,
lalu sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. Makin lama inti menghilang, mengalami apoptosis dan menjadi sel
tanduk yang amorf. Sel-sel yang sudah mengalami keratinisasi akan meluruh dan
digantikan dengan sel di bawahnya yang baru saja mengalami keratinisasi untuk
kemudian meluruh kembali, begitu seterusnya. Proses ini memakan waktu sekitar
empat minggu untuk epidermis dengan ketebalan 0.1 mm (Junquiera dan
Carneiro, 2007; Price dan Wilson, 2005).
XV.
B. DERMATOFITA
XVI. Dermatofita adalah golongan jamur yang mempunyai sifat
mencerna keratin. Berdasarkan sifat morfologi, dermatofita dikelompokkan dalam
3 genus : Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Enam spesies
penyebab dermatofitosis di Indonesia adalah Trichophyton rubrum, Truchophyton
mentagrophytes, Microsporum canis, Microsporum gypseum, Trichophyton
concentricum dan Epidermophyton floccosum.(Gandahusada dkk, 2006).
XVII.Jamur golongan dermatofita membentuk koloni filament pada
biakan agar Sabouraud.Setiap spesies memiliki sifat koloni, hifa dan spora yang
berbeda.Seua dermatofita bisa membentuk hifa spiral.Makrokonidia dari
Trichophyton berbentuk panjang menyerupai pensil.Mikrokonidia T. rubrum
kecil, berdinding tipis, berbentuk lonjong, terletak pada konidiofora yang pendek
dan tersusun secara satu persatu pada sisi hifa (en thyrse) atau berkelompok (en
grappe).Jamur jenis ini memilki hifa yang halus dan banyak
mikrokonidia.Mikrokonidia T. mentagraphytes berbentuk bulat dan membentuk
banyak hifa spiral.(Gandahusada dkk, 2006).
XVIII. Makrokonidia M.canis berbentuk kumparan berujung
runcing dan terdiri ari 6 sel atau lebih.Makrokonidia ini berbentuk
tebal.Microsporum gypseum juga berbentuk kumparan terdiri atas 4-6 sel,
dindingnya lebih tipis Mikrokonidia M.canis dan M.gypseum berbentuk lonjong
dan tidak khas.(Gandahusada dkk, 2006).
XIX. Epidermophyton floccosum, merupakan satu-satunya pathogen
pada genus ini, hanya menghasilkan makrokonidia, berdinding halus, berbentuk
gada, bersel dua sampai empat dan tersusun dalam dua atau tiga kelompok.Koloni
biasnaya rata dan seperti beludru dengan warna coklat sampai kuning kehijauan.E
floccosum tidak menginfeksi rambut. (Brooks dkk, 2004).
XX. Beberapa spesies dermatofita, keadaan reproduksi seksual telah
ditemukan, dan semua dermatofita dengan bentuk seksual menghasilkan
askospora.(Brooks dkk, 2004).
XXI.
C. DERMATOFITOSIS
XXII.Mikosis superfisialis adalah penyakit infeksi mukokutaneus
yang paling banyak dijumpai, disebabkan oleh infeksi jamur dengan
kedalaman infeksi 1-2 mm. Penyakit ini timbul akibat perubahan
lingkungan mikro di kulit, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu
dermatofitosis dan nondermatofitosis (Riza, 2009).

XXIII. Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh


golongan jamur dermatofit.Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh
karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi
jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari stratum korneum
sampai dengan stratum basalis(Budimulja, 2002).Terdiri atas:
XXIV. a. Tinea kapitis
XXV. Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut
yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.
XXVI. b. Tinea korporis
XXVII. Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus
(glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea.
XXVIII. c. Tinea kruris
XXIX. Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah
lipat paha, genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut
bagian bawah.Penyebab utama adalah Epidermophyiton floccosum,
Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentografites.
XXX. d. Tinea unguium
XXXI. Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi
jamur dermatofita.
XXXII. e. Tinea barbae
XXXIII. Tinea barbae adalah infeksi jamur golongan dermatofitosis yang
mengenai daerah jenggot, jambang dan kumis.
XXXIV.
XXXV.
XXXVI. Sedangkan jenis penyakit yang termasuk golongan
nondermatofitosis terdiri atas:
XXXVII. a. Pitiriasis versikolor
XXXVIII. Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial pada lapisan
tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum
orbiculare.Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa
peradangan.Pitiriasis versikolor mengenai wajah, leher, badan, lengan atas,
ketiak, paha dan lipat paha.
XXXIX. b. Piedra
XL. Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus)
sepanjang rambut, dan disebabkan oleh Piedra hortai (black piedra) atau
Trichosporon beigelii (white piedra).
XLI. c. Kandidiasis
XLII. Kandidiasis adalah penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan
jamur intermediat yang menyerang kulit, subkutan, kuku, selaput lendir dan
alat-alat dalam.
XLIII.
XLIV. ALAT DAN BAHAN
XLV. Alat :
1. Objek Glass
2. Cover Glass
3. Mikroskop
4. Skalpel
5. Cawan Petri
6. Bunsen
7. Ose

XLVI. Bahan :

1.Kerokan kulit
2.Alkohol 70%
3.Agar SDA
4.Reagen LPCB
XLVII. Phenol 20 g
XLVIII. Lactic acid 20 ml
XLIX. Glycerol 40 g
L. Cotton blue 0.05 g
LI.
LII. CARA KERJA
LIII. Cara kerja :
LIV. Pengambilan Sampel :
a. Kulit, bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif yaitu daerah
pinggir. Terlebih dahulu diberihkan dengan alkohol 70%
b. Lalu dikerok dengan skalpel yang sebelumnya telah disterilisasi
menggunakan bunsen.
c. Letakkan cawan petri steril dibawah kulit yang dikerok untuk
menampung hasil kerokan.

LV. Penanaman Sampel

a. Sediakan media SDA


b. Sebarkan hasil kerokan di atas media SDA secara aseptis
c. Inkubasi pada suhu kamar ( 25˚C ) selama 7 hari
d. Amati morfologi koloni dan bandingkan dengan kunci determinasi
dermatofita

LVI. Pewarnaan LPCB

a. Setelah dilakukan pengamatan koloni, kemudian dilanjutkan dengan


pewarnaan LPCB untuk mengidentifikasi jenis jamur yang tumbuh.
b.Ambil satu tetes larutan LPCB dan letakan pada kaca objek
c.Panaskan ose dan dinginkan kemudian ambil koloni jamur
d.Campurkan dengan larutan LPCB, tutup dengan cover glass
e.Amati di bawah mikroskop perbesaran lensa objectif 40 x
LVII.
LVIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
LIX. Pengamatan koloni pada media SDA

LX.
LXI. Diameter : 1,5 cm
LXII. Warna koloni atas : Hijau serbuk
LXIII. Warna koloni bawah : Hijau
LXIV. Permukaan koloni : Beludru
LXV. Konsistensi : Basah

LXVI. Pemeriksaan mikroskopik menggunakan pewarnaan LPCB

LXVII.Jamur dari kerokan kulit


LXVIII. Aspergillus sp LXXIX. Spora :
LXIX.
Konidiospora
LXX.
LXXX. Hifa : Bersepta
LXXI.
LXXXI. Ket :
LXXII.
a. Sterigmata
LXXIII.
b. Vesikel
LXXIV.
c. Konidiospora
LXXV.
d. Hifa
LXXVI.
LXXVII.
LXXVIII.

LXXXII.

B. Pembahasan

LXXXIII. Dermatofitosis adalah setiap infeksi fungal


superfisial yang disebabkan oleh dermatofit dan mengenai stratum
korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk onikomikosis dan berbagai
macam bentuk tinea.Disebut juga epidermomycosis dan epidermophytosis.
(Sunartati, 2010).

LXXXIV. Jamur dermatofit dinamai sesuai dengan genusnya


(mycrosporum, trichophyton, dan epidermophyton) dan spesiesnya
misalnya, microsporum canis, t. rubrum).Beberapanya hanya menyerang
manusia (antropofilik), dan yang lainya terutama menyerang hewan
(zoofilik), walau kadang bisa menyerang manusia. Apabila jamur hewan
menimbulkan lesi dikulit pada manusia, keberadaaan jamur tersebut sering
menyebabkan suatu reaksi inflamasi yang hebat (misalnya, cattle
ringworm).(Djenuddin, 2005).

LXXXV. Keluhan pada seseorang yang mengalami dermatofitosis


didahului munculnya bercak kemerahan yang semakin melebar.Rasa gatal
terutama dirasakan saat berkeringat atau beraktivitas.Keringat mengandung air,
elektrolit, glukosa dan asam laktat.pH keringat berkisar antara 4,0-6,8. Kelenjar
keringat ada 2 jenis, yaitu: (1) ekrin, berukuran kecil dan terletak pada lapisan
dermis dan memiliki sekret encer; serta (2) apokrin, berukuran lebih besar, mulai
aktif setelah pubertas dan memiliki sekret lebih kental. Kelenjar keringat tipe
apokrin umumnya terdapat pada axilla, pubis, areola mammae, labium minora dan
saluran telinga luar.Produksi kelenjar keringat secara berlebihan menyebabkan
kulit menjadi lembab sehingga dapat menjadi media yang tepat untuk
pertumbuhan jamur.Hal ini menunjukkan bahwa perubahan lingkungan berperan
sebagai faktor predisposisi yang bisa dimanfaatkan oleh jamur, sedangkan infeksi
jamur dari eksternal bisa berperan sebagai faktor pencetus sehingga bisa
menyebabkan infeksi jamur.Rasa gatal ini oleh pasien sering digaruk hingga
kulitnya lecet dan pedih.Lecet adalah hilangnya epidermis tetapi tidak sampai
menembus stratum basalis.Dengan menggaruk, sistem spinothalamica (sel saraf
tulang belakang) terhalang sehingga transmisi sensasi gatal tidak sampai ke otak.
LXXXVI. Umumnya central healing terjadi pada penyakit yang
disebabkan oleh jamur dikarenakan sifat jamur yang tumbuh secara radier dan
adanya produksi enzim keratolisis.Dilakukan pemeriksaan kerokan lesi kulit
dengan KOH 10% ditemukan hifa dan spora. Pemeriksaan kerokan lesi kulit
dengan KOH 10% adalah salah satu jenis pemeriksaan penunjang untuk
penegakan diagnosis penyakit akibat jamur dengan cara mengerok pada bagian
lesi. Kerokan dilakukan secara satu arah dan umumnya dipilih lesi bagian tepi.
Hifa adalah filamen atau benang yang membentuk miselium fungi (Dorland,
2006). Hifa terlihat pada pemeriksaan langsung penyakit jamur yang disebabkan
oleh jenis kapang (seperti: tinea), sedangkan pada jenis khamir (seperti: Candida
albicans) akan terlihat pseudohifa. Spora adalah unsur reproduktif yang dapat
berisifat seksual atau aseksual dari organisme tingkat rendah.
LXXXVII. Sediaan basah dibuat dengan meletakan bahan di
atas gelas alas, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH.Untuk kuku
20%. Setelah sedian dicampur dengan KOH, tunggu 15-20 menit untuk
melarutkan jaringan.untuk mempercepat pelarutan dilakukan pemanasan
sediaan basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap, pemanasan
dihentikan. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan
zat warna pada sedian KOH, misalnya tinta parker superchroom blue
black.(Riza, 2009).
LXXXVIII. Kerokan kuku, diuji dengan KOH 10% dan sediaan
tinta Parker atau calcofluor -white. Spesimen akan diinokulasi ke dalam
media isolasi primer, seperti agar sabouraud’s dextrose yang terdiri dari
sikloheksimid (actidione) dan masa inkubasi 26-28o C selama 4 minggu.
Pertumbuhannya signifikan pada banyak dermatofita.(Pohan,2007)

LXXXIX. Pemeriksaan mikologik untuk membantu


menegakan diagnosa terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan
biakan. Pemeriksaan lain misalnya pemeriksaan histopatologik, percobaan
binatang, dan imunologik tidak diperlukan.(Djenuddin, 2005).

XC. Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada


klinis.Sebagai contoh lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat
dengan antijamur topikal.walaupun pengobatan topikal pada kuku sering
tidak efektif dan biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh.
Infeksi dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan implamasi akut
dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum termasuk tapak kaki
dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik. Idealnya,
konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi
sistemik antijamur dimulai.(Pohan,2007).

XCI.
XCII. KESIMPULAN
XCIII. Dari hasil pengamatan pengamatan cemaran jamur pada kerokan
kulit dan didapatkanjamur Aspergillus sp.
XCIV.
XCV. DAFTAR PUSTAKA
1. Brooks, Geo F. ; Janet S. Butel dan Stephen A. Morse. 2004.
Mikobiologi Kedokteran Jawetz, melnick, & Adelberg, Ed.23. Jakarta
:EGC
2. Budimulja, Unandar. 2008. Eritrasma dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: FK UI
3. Djuanda, Adhi. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit
Kulit dan kelamin. Jakarta: FK UI.
4. Djuanda, Adhi. dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 5th ed.
Jakarta: FK UI
5. Dorland W. A. Newman.2006.Kamus Kedokteran Dorland.Edisi
XXIX.Jakarta:EGC
6. Gandahusada, Srisasi; Herry D. Illahude, dan Wita Pribadi. 2006.
Parasitologi Kedokteran. Jakarta :Balai Penerbit FK UI
7. Junqueira L.C. dan Carneiro J. 2007. Histologi Dasar Teks & Atlas 10th
ed. Jakarta: EGC
8. Price S.A. dan Wilson L.M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit 6th ed. Jakarta: EGC
9. Djenuddin, G. 2005. Penyakit Kulit oleh Kapang Dermtofit (Ringworm)
pada Kelinci. Balai Penelitian Veteriner, Bogor.
10. {CFSPB} Center For Food Security & Public Health. 2005.
Dermatophytosis.Ringworm, Tinea, Dermatomycosis. Dalam Sunartati
T. 2010. Trichophyton mentagrophytes sebagai agen penyebab
Dermatofitosis pada kambing. J. Sain Vet. VoL 28 No. I Th. 2010 hal
48-52.
XCVI.

XCVII.

XCVIII.

XCIX.

C.

CI.

CII.

CIII.

CIV. IDENTIFIKASI KANDIDIASIS


CV.

CVI.

CVII.

CVIII.

CIX.
CX.

CXI.

CXII.
I. Hari / tanggal
II. Kamis, 26 Februari 2015
III. Tujuan
IV. Untuk menidentifikasi jamur Candida albican pada secret
vagina
V. Dasar Teori :
VI. Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk
hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa,
berproduksi seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi
merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya
berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi.
VII. Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang –
benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala
yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetative yang
berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan miselium
fertile yang berfungsi dalam reproduksi.
VIII. Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai
cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang – cabang yang
disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan
khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai
miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak
berfilamen. (Ita Trie 2012)
IX. Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang
(Mold).
X. 1. Khamir
XI. Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara
pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan
bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang
terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan
panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa
ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk
yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas
dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan
lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak
lainnya (Coyne 1999)
XII.
a. Khamir Murni
XIII.Khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan
pembentukan askospora khamir ini diklasifikasikan sebagai
Ascomycetes (Saccharomyces cerevisae, Saccharomyces
carlbergesis, Hansenula anomala, Nadsonia sp). (Coyne 1999)
b. Khamir Liar
XIV.Khamir murni yang biasanya terdapat pada kulitanggur. Khamir ini
mungkin digunakan dalam proses fermentasi, meskipun galur yang
diperbaiki telah dikembangkan yang menghasilkan anggur dengan rasa
yang lebih enak dengan bau yang lebih menyenangkan. Khamir liar yang
ada dikulit anggur dimatikan dengan penambahan dioksida belerang pada
buah anggur yang telah dihancurkan. Inokulum galur khamir yang
dikehendaki ditambahkan kemudian untuk memfermentasi air perasan
anggur. (Coyne 1999)
c. Khamir Atas
XV.Khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu
fermentasi,sehingga khamir itu dibawa kepermukaan. Khamir atas
mencakup khamir yang digunakan dalam pembuatan roti,untuk
kebanyakan anggur minuman dan bir inggris (Saccharomycescereviceae).
(Coyne 1999)
d. Khamir Dasar
XVI.Khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian
awal fermentasi. Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar.
Galur terpilih digunakan dalam industri bir lager (Saccharomyces
carlsbergensis). (Coyne 1999)
e. Khamir Palsu atau Torulae
XVII.Khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan
spora seksual. Banyak diantaranya yang penting dari segi
medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale,
Candida albicans). (Coyne 1999)
XVIII.
XIX. Ada 3 macam morfologi hifa:
a. Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau
septum. (Syamsuri 2004)
b. Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang
atau sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori
ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma
dari satu ruang keruang yang lain.setiap ruang suatu hifa yang bersekat
tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang
khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel. (Syamsuri 2004)
c. Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel
dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang. (Syamsuri 2004)
XX.

XXI. Candida berukuran kecil (4-6 µm), oval, berdinding tipis, ragi
mirip jamur yang bereproduksi dengan buding. Genus Candida memiliki 200
spesies. Hanya beberapa yang menyebabkan penyakit pada manusia. Dalam
medis, beberapa spesies signifikan yang perlu diketahui diantaranya Candida
albicans, Candida glabarata, Candida parapsilosis, Candida tropicallis,
Candida krusei, Candida kefyr, Candida guiller-mondii, Candida husitaniae,
Candida stellatoidea, dan Candida dubliniensis.
XXII. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Candida diantaranya,
Oropharyngeal Candidiasis (OPC), Acute Pseudomembranous Candidiasis
(Exudative), Kronik atrofi stomatitis, Angular Cheilitis (Parleche), Kronik
hiperplastik Candidiasis (Candida leukoplakia), Medline Glossitis, Esophageal
Candidiasis, Gastric Candidiasis, Candia Enterocolitis dan sindrom diare,
Cutaneous Candidiasis (Candida folikulitis, paronychia, Kronik
mucocutaneous candidiasis), Vulvovaginal candidiasis, Ocular candidiasis,
Endocarditis, Kronik sistemik candidiasis, neonatal candidiasis, CNS
candidiasis, Pulmonary candidiasis, urinary tract candidiasis, Infeksi Candida
pada luka bakar, dan lain-lain.
XXIII. Kandidiasis vagina disebabkan oleh mikroorganisme jamur yang
disebut Candida albicans. kandidiasis vagina juga dapat disebut thrush vagina.
Jamur ragi yang menyebabkan kebanyakan kasus kandidiasis vagina, Candida
albicans, biasanya tinggal di beberapa tempat di tubuh, seperti mulut dan
vagina, dalam keseimbangan tertentu dengan mikroorganisme lainnya, seperti
bakteri. Namun, beberapa faktor atau kondisi dapat menyebabkan
pertumbuhan berlebih dari Candida albicans dan menyebabkan kandidiasis
vagina.
XXIV. Adapun Klasifikasi dari jamur Candida albicans yaitu :
XXV. Kingdom : Fungi
XXVI. Phylum : Ascomycota
XXVII. Class : Saccharomycetes
XXVIII. Order : Saccaharomycetaceles
XXIX. Family : Saccharomycetaceae
XXX. Genus : Candida
XXXI. Spesies : Candida Albican
XXXII. Perempuan beresiko untuk kandidiasis vagina termasuk mereka
minum antibiotik yang kuat, terutama untuk jangka waktu yang panjang.
Antibiotik membunuh bakteri, yang dapat mengubah keseimbangan
mikroorganisme di vagina, serta di mulut, dan tempat-tempat lain dalam
tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan proliferasi ragi dan kandidiasis vagina.
Hal ini juga dapat menyebabkan infeksi ragi atau sariawan pada mulut (thrust
oral) dan saluran pencernaan (gastroenteritis).
XXXIII. wanita hamil dan mereka dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah juga
lebih mungkin untuk mengembangkan kandidiasis vagina dan memiliki
serangan berulang infeksi ragi. Perempuan dengan sistem kekebalan yang
lemah termasuk orang-orang dengan HIV / AIDS atau mereka mengambil
obat steroid atau kemoterapi, yang semuanya menekan sistem kekebalan
tubuh.
XXXIV. Orang dengan diabetes juga lebih mungkin untuk mengembangkan
kandidiasis vagina karena peningkatan kadar gula dalam tubuh menyediakan
makanan bagi ragi dan mendorong berlebih nya. Orang lain yang beresiko
termasuk sangat muda dan sangat tua. Classic gejala kandidiasis vagina
termasuk gatal vagina dan sebuah think cairan vagina. Untuk informasi lebih
lanjut tentang gejala-gejala dan komplikasi, lihat gejala kandidiasis vagina.
Membuat diagnosis kandidiasis vagina termasuk melakukan evaluasi medis
yang lengkap dan pemeriksaan riwayat dan fisik, termasuk pemeriksaan
panggul. Ini termasuk mengambil sampel kecil atau diambil sampel dari
vagina dan / atau leher rahim dan pemeriksaan di bawah mikroskop untuk
mengkonfirmasi pertumbuhan berlebih dari ragi. Infeksi lain dari sistem
vagina dan reproduksi, seperti klamidia dangonore, biasanya di uji pada saat
yang sama. Ada kemungkinan bahwa diagnosis kandidiasis vagina bisa
dilewatkan atau ditunda karena gejala mungkin ringan dan untuk alasan
lainnya. kandidiasis vagina dapat berhasil diobati dengan rencana perawatan
yang meliputi perubahan gaya hidup dan pengobatan (Anonymous 2011)
XXXV.
XXXVI. Klasifikasi
XXXVII. Berdasarkan tempat yang terkena, kandidiasis dibagi sebagai
berikut:
XXXVIII. 1. Kandidosis selaput lendir :
XXXIX. a. Kandidosis oral (thrush)
XL. b. Perleche
XLI. c. Vulvovaginitis
XLII. d. Balanitis atau balanopostitis
XLIII. e. Kandidosis mukokutan kronik
XLIV. f. Kandidosis bronkopulmonar dan paru
XLV. 2. Kandidosis kutis :
a. Lokalisata :
XLVI. 1). daerah intertriginosa.
XLVII. 2). daerah perianal
b. Generalisata
c. Paronikia dan onikomikosis
d. Kandidiasis kutis granulomatosa.
XLVIII. 3. Kandidosis sistemik :
a. Endokarditis
b. Meningitis
c. Pielonefritis
d. Septikemia
XLIX. 4. Reaksi id (kandidiasis).
L. Epidemiologi
LI. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dapat menyerang semua
umur, baik laki-laki maupun perempuan. Hubungan ras dengan penyakit ini
tidak jelas tetapi insiden diduga lebih tinggi di negara berkembang. Penyakit
ini lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan kelembaban udara yang
tinggi dan pada musim hujan sehubungan dengan daerah-daerah yang
tergenang air.
LII.
LIII.
LIV. Alat dan bahan :
LV. Alat LVI.
 Objek Glass
 Ose bulat dan ose lurus
 Lampu spiritus
 Tabung reaksi
 Mikroskop
 Incubator
 Cawan petri
 Spidol permanen
 Rak tabung
 Swab
LVII. Bahan / Reagen LVIII.
 Sampel : secret vagina
 Media Sabouraut Dextrose
Agar
 Media uji biokimia :
a. Gula gula : laktosa
1%, sukrosa 1%,
manitol 1%,
glukosa 1%
 Skalpel
 NaCl Fisiologi
 Antibiotik Kloramfenikol
 Reagen pewarnaan gram :
Kristal violet, lugol,
alcohol 96%, safranin
LIX.
LX. Cara Kerja
1. Pemeriksaan mikroskopik
a. Buat apusan kering dari sampel secret vagina.
b. lalu lakukan pewarnaan gram :
1) Sediaan yang telah di fiksasi di bubuhi larutan Kristal violet
oksalat selama 1 menit
2) Di cuci dengan air keran
3) Di tetesi lugol dan diamkan selama 1 menit
4) Di cuci di air keran
5) Di tetesi alcohol 96% selama 20-30 detik
6) Kemudian tetesi safrani selama 30 detik
7) Di cuci di air keran dan keringkan.
c. Amati di bawah mikroskop perbesaran 100x
LXI.
2. Pembiakan
a. Tanam sampel secret vagina ke media Agar Sabouraud + Antibiotik
( gentamisin, Kloramfenikol untuk menghambat kontaminasi bakteri)
b. Inkubasi pada suhu 370C selama 24-48 jam
c. Amati koloni, jika Candida albicans : dalam 24-48 jam tumbuh koloni
dengan diameter 1-2 mm dan berwarnna kream putih
LXII.
3. Uji biokimia
a. Di ambil koloni yang tumbuh pada agar sabouraut dengan ose tusuk
b. Ditanam pada larutan glukosa 1 %, sukrosa 1%, manitol%, dan laktosa
1%
c. Diinkubasi pada suhu kamar selama 24-48 jam
d. Diameter perubahan yang terjadi antara lain apakah jamur dapat
memfermentasikan gula menjadi asam dan gas atau tanpa gas
e. Hasil dinyatakan positif apabila terjadi perubahan warna dari ungu
menjadi kuning
f. Adanya gas dapat dilihat dengan adanya gelembung udara pada tabung
durham
LXIII.
LXIV.
4. Uji Germ Tube
a. Di ambil satu ose koloni yang tumbuh pada agar sabouraut tanam pada
2 ml serum (manusia/kelinci/domba)
b. Inkubasi selama 2-3 jam pada suhu 370C
c. Ambil 1 ose dari serum yang telah di tanam jamur pada serum
d. Letakkan pada object glass lalu tutup menggunakan cover glass
e. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x
LXV. Hasil Pengamatan :
1 Pemeriksaan mikroskopik / Pewarnaan GRAM

LXVI.

LXVII. Blastropora

LXVIII. Sel Ragi

LXIX.

LXX. Perbesaran : 100x

LXXI. Tersangka : Candida Albicans

LXXII.
2 Hasil pembiakan / Pengamatan pada media SDA di dapatkan
hasil :
LXXIII.

LXXIV.LXXV. Ciri koloni LXXVI. Media SDA

LXXVII.
LXXVIII. Diameter LXXIX. 2-3 mm

LXXX.
LXXXI. Warna koloni LXXXII. krem

LXXXIII.
LXXXIV. Permukaan koloni
LXXXV. Cembung

LXXXVI.
LXXXVII. KonsistensiLXXXVIII. Padat
4
LXXXIX. XC. Ciri khas XCI. Bau Ragi

XCII.
3 Uji biokimia

XCIII. XCIV. NAMA XCV. H


O UJI ASIL
(+/-)
XCVI. XCVII. Gula – CI.
CII. +/
gula
+
- Laktosa
CIII.
XCVIII. CIV. +/
- Sukrosa +
CV.
XCIX.
CVI. +/
- Glukosa
+
C. CVII.
CVIII. +/
- Manitol
+
CIX.
4 Gern tube
CX. Serum (2Ml) + koloni Candida albicans

CXI.

CXII.

CXIII. Di inkubasi 370C selama 2 jam ambil 1 tetes dan tetes


kan pada objek glas

CXIV. Tutup menggunakan deckglass

CXV.

CXVI. Amati di bawah mikroskop


perbesaran 100x

CXVII.

CXVIII. Hasil
CXIX.

CXX.

CXXI. (+) Candida albicans

CXXII.

CXXIII.

CXXIV.
CXXV.
CXXVI.
CXXVII.
CXXVIII. Pembahasan :
CXXIX. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa Gejala kandidiasis vagina termasuk gatal vagina dan
sebuah cairan vagina. Candida albicans sebenaranya merupakan flora
normal dalam tubuh manusia namun ia akan bersifat patogen apabila
pertumbuhannya terlalu banyak (blooming) sehingga apabila
konsentrasinya dalam jumlah yang banyak dapat bersifat patogen dan
dapat menimbulkan penyakit. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan
bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya Candida
albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya
kedua bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat
ditunjukkan pada suatu percobaan di luar tubuh. Pada keada an yang
menghambat pembentukan tunas dengan bebas, tetapi yang masih
memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa. Kelainan jaringan
yang disebabkan oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses
kecil atau granuloma. Pada kandidiasis sistemik, alat dalam yang
terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat hanya mengenai korteks atau
korteks dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil berwarna
keputihan. Biasanya juga terjadi pada laki-laki dimana ujung penis dan
kulitnya tampak merah.
CXXX. Membuat diagnosis kandidiasis vagina termasuk melakukan
evaluasi medis yang lengkap dan pemeriksaan riwayat dan fisik, termasuk
pemeriksaan panggul. Ini termasuk mengambil sampel kecil atau diambil
sampel dari vagina atau leher rahim dan pemeriksaan di bawah mikroskop
untuk mengkonfirmasi pertumbuhan berlebih dari ragi. Infeksi lain dari
sistem vagina dan reproduksi, seperti klamidia dan gonore, biasanya diuji
pada saat yang sama. kandidiasis vagina dapat berhasil diobati dengan
rencana perawatan yang meliputi perubahan gaya hidup dan pengobatan.
CXXXI.
CXXXII. Kesimpulan :
CXXXIII. Pengobatannya kandidiasis dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan
berdasarkan pada bagian-bagian tubuh yang terkena penyakit
ini.Pengobatan kandidiasis kuli dan kandidiasis mulut ( selaput lendir )
yang lokal dapat dibuat dengan memberikan obat antijamur topikal.
CXXXIV. Pengobatan kandidiasis oral berupa lozenges atau oral gel yang
mengandung nistatin, amfoterisin B, atau mikonazol.Pemberian obat 2-3
kali sehari selama 5-7 hari memberikan hasil yang baik.Pengobatan
kandidiasis vagina mempunyai banyak sekali bentuk pengobatan yang
efektif, Obat yang biasanya dipakai untuk terapi kandidiasis vagina adalah
preparat khsusus intravaginal yang mengandung imidazol selama 1-5
hari.Terapi oral juga 1-5 hari, ketokonazol 400 mg selama 5 hari,
intrakonazol 2 kali 200 mg sehari dan flukonazol 150 mg sekali.efektivitas
pengobatan dengan obat-obat tersebut diatas 80%.
CXXXV. kandidiasis vagina disebabkan oleh mikroorganisme jamur yang disebut
Candida albicans. kandidiasis vagina juga dapat disebut thrush vagina,
kandidiasis vagina dapat berhasil diobati dengan rencana perawatan yang
meliputi perubahan gaya hidup dan pengobatan.
CXXXVI. Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan tubuh dan lingkungan.Penyakit kandidiasis juga dapat
disebabkan oleh pemakaian antibiotik.Oleh karena itu, berhati-hatilah saat
memakai antibiotik.Selain itu, hindari obesitas dan hindari bekerja pada
tempat-tempat lembab atau banyak air.
CXXXVII. Daftar pustaka
 Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach.
USA : Delmar Publisher
 Trie. Ita. 2012. http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-
mikrobiologi-pengamatan-jamur.html. diakses tanggal 31 januari
2013
 Budimulja, U., 2005, Mikosis, dalam Djuanda, A., Hamzah, M. dan
Aisah, S.(eds), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 4th ed, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 89 – 105.
CXXXVIII.
 Daili, E.S.S., Menaldi S.L. dan Wisnu, I.M., 2005, Penyakit Kulit
Yang Umum Di Indonesia Sebuah Panduan Bergambar, PT Medical
Multimedia Indonesia, Jakarta : 27 – 37.
 Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga :Jakarta.
 Yosephine, D. H. 2008. Candida albicans.
 http://farmakologi.files.wordpress.com/2011/02/antijamur.pdf
Diakses pada tanggal 20 Januari 2013
 http://micymicy.blogspot.com/2011/06/pembahasan-praktikum-
mikrobiologi.html
 http://medical-kesehatan.blogspot.com/2009/09/kandidiasis.html
 http://infokulitkelamin.blogspot.com/2013/07/kandidiasis-
pengobatannya.html

CXXXIX.

CXL.

CXLI.

CXLII.

CXLIII.

CXLIV.
CXLV.

CXLVI.

CXLVII.

CXLVIII.

CXLIX.

CL.

CLI.

CLII.

CLIII.

CLIV.

CLV. IDENTIFIKASI Aspergilus sp


CLVI.
I. Tanggal : 14 maret 2015
II. Dasar Teori
III. `Aspergillus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang
termasuk jamur, dan termasuk dalam mikroorganisme
eukariotik.Aspergillussp secara makroskopis dicirikan sebagai hifa
bersepta dan bercabang, konidiofora muncul dari foot cell (miselium yang
bengkak dan berdinding tebal) membawa stigmat dan akan tumbuh
konidia yang membentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam.
IV. Aspergillussp secara makroskopis mempunyai ifa fertile yang
muncul di permukaan dan hifa vegetative terdapat di bawah
permukaan.Jamur tumbuh membentuk koloni moid berserabut, smoth,
cembung serta koloni yang kompak berwarna hijau coklat, hitam,
putih.Warna koloni di pengaruhi oleh warna spora misalnya spora
berwarna hijau, maka koloni hijau yang semula berwarna putih tidak
tampak lagi.
V. Aspergillusadalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang dapat ditemukan dimana–mana di alam ini.Ia tumbuh
sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula
pada tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan yang
lazim ditemukan di rumah sakit dan Laboratorium. Aspergillus adalah
jamur yang membentuk filamen-filamen panjang bercabang, dan dalam
media biakan membentuk miselia dan konidiospora. Aspergillus
berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan
konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka
sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran
pernapasan ke dalam paru.
VI. Spesies Aspergillus adalah saprofit yang ada di mana-mana
di alam, dan aspergillosis terjadi di seluruh dunia. A. fumigatus adalah
pathogenyang paling sering ditemukan. Tidak hanya itu, A. flavus, A.
niger, dan A.terreus juga dapat menyebabkan penyakit. Aspergillus
berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan
konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka
sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran
pernafasan ke dalam paru. Spora tersebut dapat pula dengan mudah
ditangkap dengan membuka pelat biakan Sabouraud di udara
terbuka. Aspergillus dapat diidentifikasi di dalam jaringan dengan pulasan
Hematoksilin & Eosin (HE). Akan tetapi identifikasi dan morfologinya
akan nampak lebih baik bila dilihat dengan pulasan Gridley, periodic acid-
Schiff (PAS) atau Gomori-methenamine-silver (GMS). Hifanya
berdiameter 710 urn, bersepta, bercabang dengan sudut 45 derajat dan
sering membentuk susunan seperti jari jari lingkaran bila ditemukan di
tempat-tempat bebas. Hingga saat ini tak lebih ada 600 spesiesAspergillus.
Dalam hal ini yang paling sering menyebabkan ABPA adalah
Aspergillusfumigatus, A.flavus dan A.niger. Kadang-kadang dapat pula
disebabkan oleh A. terreus, A. clavatus dan A. Glaucus . Aspergillus sp,
terutama A. fumigatus dan A. flavus menghasilkan sejumlah metabolit
toksik berupa toksin, tetapi tidak ada petunjuk yang membuktikan bahwa
toksin tersebut ada hubungannya dengan ABPA. Aspergilosis
bronkopulmonum alergika (allergic bronchopulmonary aspergillosis =
ABPA) ialah penyakit kronis saluran pernafasan, yang terjadi pada
penderita asma atopi akibat kolonisasi jamur Aspergillus spp. Dalam hal
ini A. fumigatus menghasilkan endotoksin, sedangkan A. flavus
menghasilkan aflatoksiin. Ada lima jenis tahapan jika Aspergillosis
menyerang hewan atau manusia. Kelima stadia tersebut terdiri atas akut,
remisi, eksaserbasi, asma dependen-kortikosteroid dan fibrosis. Stadia ini
sering hanya dapat ditetapkan setelah·perawatan selama 1-2 bulan. Dalam
paru-paru, makrofag alveolar mampu menelan dan menghancurkan
konidia. Tetapi makrofag dari hewan yang diterapi kortikosteroid atau
pasien immunocompromise mengalami kemampuan yang berkurang
untuk menahan inokulum. Konidia membengkak dan melakukan
pertunasan untuk menghasilkan hifa yang memiliki kecenderungan untuk
menginvasi cavitas yang sudah ada sebelumnya ( Aspergilloma atau bola
jamur) atau menginvasi pembuluh darah
VII. Identifikasi Aspergillus
VIII. Aspergillus sp dapat di kelompokkan dalam beberapa golongan
untuk memudahkan dalam identifikasi. Beberapa golongan tersebut
antara lain:

a. Aspergillusflavus
IX. Jamur dalam grup ini sering menyebabkan kerusakan
makanan.Konidia grup ini berwarna kuning sampai hijau dan mungkin
membentuk skerotia.
X. Konidiofora tidak berwarna, kasar bagian atasagak bulat
sampai kolumner, vesikel agak bulat sampai berberntuk batang pada
kepala yang kecil, sedangkan pada kepala yang besar bentuk
globulosa.Konidia kasar dengan bermacam-macam warna.
b. Aspergillus fumigatus
XI. Konidia atas berbentuk kolumner (memanjang) berwarna
hijau sampai hijau kotor.Vesikel berbentuk piala, konidiofora berdinding
halus umumnya berwarna hijau, konidia globulosa, ekimulat berwarna
hijau.
c. Aspergillus niger
XII. Konidia atas berwarna hitam, hitam kecoklatan, atau coklat
violet.Bagian atas membesardan membentuk globulosa.Konidiofora halus,
tidak berwarna atas tegak berwarna coklat kuning. Vesikel berbentuk
globulosa dengan bagian atas membesar, bagian ujung seperti batang
kecil,mkonidia kasar menunjukan lembaran atau pita bahkan berwarna
hitam coklat.
d. Aspergillus terreus
XIII. Bagian atas kolumner, kelabu puvat atau berbayang bayang
agak terang.Konidiofora halus tidak berwarna, vesikel agak bukat dengan
bagian atas tertutup sterigmata. Konidia kecil halus, berbentuk globulosa
sampai agak elips

XIV. Patogenitas Aspergillus sp.


XV. Diantara spesies-spesies Aspergillus sp. Dapat menghasilkan
nikotoksin, yang disebut aflatoksin. Dalam pembentukan mikotoksin
di pengaruhi oleh beberapa factor, yaitu lingkungan (substrat,
kelembaban, suhu, pH) dan lamanya kontaj antara dengan
substrat.Mikotoksin di identifikasikan sebagai zat yang di produksi
oleh jamur.
XVI. Dalam bahan makanan, dan bersifat tahan terhadap panas sehingga
dengan pengolahan , pemasaran tidak menjamin berkurangnya
aaktifitas toksin tersebut. Penyakit yang di timbulkan karena memakan
makanan yang terkontaminasi oleh racun fungi, karena banyak
makanan yang terkontaminasi oleh Aspergillus flavus.
XVII. Fungi diketahui lebih tahan dalam keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan daripada mikroorganisme lain. Fungi umumnya
menghendaki oksigen sehingga bersifat aerob sejati, tetapi khamir
(yeast) bersifat fakultatif yang artinya dapat hidup dalam aerob
maupun anaerob maupun aerob.Suhu optimum pertumbuhan fungi
parasite lebih tinggu yaitu 30-37°C daripada jenis yang saprofit yang
hidup pada suhu 22-30°C.
XVIII. Beberapa fungi diketahui ada yang mampu tumbuh pada suhu
mendekati 0°C.pada dasarnya fungi bersifat heterotroph, namun
beberapa jenis fungi mampu memanfaatkan berbagai macam bahan
untuk kehidupannya. Fungi tidak mampu mensintesis CO 2sebagaimana
bakteri, maka sumber kaarbon harus tersedia dari luar dirinya ,
misalnya sebagai bentuk glukosa atau lainnya.
XIX. Penyakit akut yang di sebabkan oleh mikotoksin dapat menyerang
system saraf pusat, mempengaruhi hati, dan ginjal.Beberapa
diantaranya bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker
pada hati apabila dimakan dalam jumlah kecil untuk jangka panjang
yang cukup lama.
XX. Apergillosis yaitu penyakit yang di sebabkan oleg jamur
Aspergillus sp. Terutama aspergillus fumigatus dengan menyebabkan
radang granulomatitis pada selaput lender, mata, bronchus, telingan,
kadang-kadang pada kulit dan sybbkutan pada tulang,paru-paru dan
meningen.
XXI. Factor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
XXII. Aspergillus cetakan tumbuh subur terbaik dalam
lingkungan yang kaya oksigen. Aspergillus jamur juga tumbuh dengan
baik pada bahan kaya karbon yang mereka feed off untuk nutrisi. Namun
beberapa spesies Aspergillus cetakan dapat bertahan hidup di lingkungan
dengan nutrisi yang sangat sedikit dan dapat bertahan hidup dengan sangat
sedikit kelembaban seperti hanya kelembaban di udara (dikenal sebagai
xerophilic).Satu tempat umum Anda mungkin menemukan Aspergillus
tumbuh dalam kompos atau pada daun jatuh, karena Aspergillus tumbuh
baik pada membusuk vegetasi.Aspergillus sering juga tumbuh pada
tanaman masih hidup dan pohon, dan makanan dengan tepung seperti
kentang dan roti mungkin sering mendorong pertumbuhan
Aspergillus.Dalam bangunan dan rumah Aspergillus sering dapat
ditemukan tumbuh di dalam pendingin udara kotor.Hal ini bahkan telah
menjadi masalah di beberapa rumah sakit.Aspergillus juga tumbuh dengan
baik pada bahan bangunan dan jadi mungkin sering tumbuh pada atau di
dalam dinding di rumah, terutama jika rumah lembab atau telah rusak oleh
banjir.
a. Kebutuhan air
XXIII. Kebanyakan jamur membutuhkan air minimal untuk
pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan khamir dan bakteri
b. Suhu pertumbuhan
XXIV. Kebanyakan jamur bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik
pada shu kamar.Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyak jamur
adalah sekitar 25-30°C, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-
37°C atau lebih tinngu.Misalnya aspergillus.Beberapa jamur bersifat
psikotropik yaitu dapat tumbuh lambat pada suhu dibawah
pembekuan.Isalnya pada suhu -5°C sampai -10°C.beberapa jamur juga
bersifat termofilik yaitu dapat tumbuh pada suhu tinggi.
c. Kebutuhan oksigen dan pH
XXV. Semua jamur bersifat aerobic yaitu membutuhkan oksigen
untuk pertumbuhannya. Kebanyakn jamur dapat tumbuh pada kisaran
pH yang luas Yitu pH 2-8,5 tetapi biasanya pertumbuhannya akan
lebih baik pada kondisi asam atau pH rendah
d. Substrat atau media
XXVI. Pada umumnya jamur dapat menggunakan berbagai
komponen makanan dari yang sederhana sampai komplek.Kebanyakan
jamur memproduksi enzim hidrolitik misalnya amylase, pectinase,
proteinase, dan lipase.Oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan
yang mengandung pati, protein, pectin dan lipid.
e. komponen penghambat
XXVII. beberapa jamur mengeluarkan komponen yang dapat
menghambat organisme lainnya. Komponen ini disebut antibiotic.
Beberapa komponen lain bersifat mikostatik yaitu penghambat
pertumbuhan jamur atau fungisidal yaitu membunuh jamur.
Pertumbuhan jamuar biasanya berjakan lambat bila di bandingkan
dengan pertumbuhan bakteri dan khamir.Jika kondisi pertumbuhan
memungkinkan semua mikroorganisme untuk tumbuih, jamur biasanya
kalah dalam kompetensi dengan khamir dan bakteri.Tetapi sekali jamur
dapat mulai tumbuh, pertumbuhan yang berlangsung denga cepat.
XXVIII.
XXIX. Kacang tanah merupakan biji-bijian yang sering
terkontaminasi oleh jamur Aspergillussp. , hal ini terjadi sebelum panen
maupun pada masa penyimpanan. Kacang tanah bias diolah menjadi
berbagai bahan makananseperti ampyang, selai kacang, kacang atom, dan
sambal kacang. Karena kandungan protein sekitar 25-30% , karbohidrat
12% , dan lemaknya 40-50% sangat bagus sebagai bahan makanan.
XXX. Sambal kacang merupakan salah satu makanan yang bahan
bakunya dari kacang tanah, di gunakan untuk bumbu campuran.Sambal
tersebut ada yang dikemas siap pakai untuk memudahkan masyarakat
dalan mengkonsumsinya serta dapat disimpan pada ruang lemari es selama
waktu tertentu. Selam proses penyimpanan sambal kacang dapat
terkontaminasi oleh jamur antara alin Aspergillus sp.
XXXI. Sambal kacang yang sudah terkontaminasi oleh jamur akan
berubah semual berwarna coklat berubah menjadi coklat kehitaman, bau
tengik dan asam. Kontaminasi jamur aspergillus sp. Terhadap sambal
kacang dapat di sebabkan oleh produsen yang kurang memperhatikan
kebersihan waktu membuat sambal dan juga di pengaruhi oleh
kelembaban yang tinggi, lamanya penyimpanan dari bahan makanan
tersebut di konsumsi terus menerus dalam jangja waktu lama akan
menyebabkan kanker hati, gangguan system syaraf pusat, dan lever serta
hepatitis.
XXXII. Alat dan Bahan
XXXIII. Alat
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Labu Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Pipet ukur
XXXIV. Bahan
1. Sampel: kacang-kacangan
2. Media Potato Dextrosa Agar (PDA)
3. Kloramfenikol
4. Media pepton water 1%
XXXV.Cara Kerja
1. Persiapan homogenisasi sampel
XXXVI. Ditimbang sejumlah 25 gram cuplikan kemudian di
gerus, di tambahkan 225 ml larutan pengencer pepton water 1%
hingga diperoleh pengeceran 10-1. Di homogenkan kemudian
dilakukan pengenceran sesuai dengan yang diperlukan (SNI 19-
2897-1992:2)
2. Identifikasi Aspergillus
a. Pipet 1 ml dari sampel yang telah di hompgenisasi ke dalam
cawan petri steril secara duplo
b. Tuangkan PDA yang telah di cairkan suhu 45°C sebanyak 15-
20 ml kedalam cawan petri dan goyangkan cawan petri
sedemikian rupa sehingga campuran tersebut merata
c. Setelah agar membeku balikkan cawan petri kemudian inkubasi
pada suhu 25°C atau suhu kamar selama 5-7 hari
d. Amati koloni yang tumbuh secara makrokopis dan lakukan
pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan LPCB.
XXXVII.
XXXVIII. Hasil pengamatan
1. Pemeriksaan mikroskopis menggunakan pewarnaan LPCB

XXXIX.
2. Pembiakan pada media: PDA
XL. Diameter : ±2 mm
XLI. Warna koloni : hijau
XLII. Permukaan koloni : seperti bludru
XLIII. Resistensi : padat
XLIV.

XLV. Pembahasan
XLVI. Isolasi suatu mikrobia adalah memisahkan mikrobia dan
menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium.Pada praktikum
kali ini teknik isolasi dilakukan pada isolasi jamur.Jamur merupakan
mikroorganisme yang memeiliki peranan penting bagi keberlangsungan
hidup tanaman.Jenis jamur sangat bervariasi, tergantung pada kondisi
tanah dan ketersediaan sumber makanan. Selain terdapat jamur yang
menguntungkan bagi makhluk hidup lain, terdapat pula jamur yang
merugikan contohnya Aspergillus niger. Aspergillus niger disisi lain
sangat berperan penting pada produksi asam sitrat yang banyak digunakan
pada berbagai makanan dan minuman ataupun sebagai pengawet dan
peningkat citarasa, namun Aspergillus niger juga dapat mengkontaminasi
makanan misalnya pada roti tawar, kacang, pada jagung yang disimpan
dan sebagainya.
XLVII. Pada saat isolasi mikrobia perlu dilakukan inokulasi
jamur.Sebelum dan sesudah menginokulasikan jamur, jarum ose yang
digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar
jarum ose yang digunakan bersifat steril dan bebas dari
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sedangkan pada cawan petri,
setelah sampel dimasukan kedalam cawan petri setiap membuka dan
menutup cawan petri harus terlebih dahulu dipanaskan untuk
meminimalkan terkontaminasinya sampel.Wadah media yang
menggunakan cawan petri, pada saat inkubasi jamur pada cawan petri
selalu dalam posisi terbalik.Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
mikroba (jamur) terkena uap air yang dihasilkan pada saat
inkubasi.Sehingga kualitas jamur yang ditanam tidak rusak atau
mengalami gangguan.
XLVIII. Dari hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa dalam
bumbu kacang kupat tahu ditemukan jamur Aspergilus sp. Jamur
Aspergius sp hal ini menunjukan bahwa bumbu kacang tersebut
terkontaminasi jamur Aspergillus sp. Hal ini menunjukkan bahwapedagang
di beberapa pasar tradisional ini kurang memperhatikan kondisi
penyimpanan kacang tanahtersebut, karena pada umumnya pedagang
kurang memahami tentang kontaminasi kapang dan begitujuga akibat yang
akan ditimbulkan, sedangkan kontaminasi kapang akan terjadi karena
waktupenyimpana dari pedagang yang tidak menentu, suhu penyimpanan
yang sesuai dengan pertumbuhankapang dan pedagang juga jarang
memperhatikan kelembaban waktu penyimpanan, dengan kondisidemikian
maka kontaminasi kapang terhadap kacang tanah tidak dapat terhindarkan.
Kontaminasi kapang dapat terhidarkan disebabkan waktu penyimpanan
yang tidak terlalulama dan kelembaban yang masih dapat dikendalikan
sehingga kontaminasi kapang pada sampeltersebut dapat
dihindari.Kebanyakan kapang bersifat mesofilik yaitu tumbuh baikpada
suhu kamar.Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah
sekitar 25-30°Ctetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37°C atau
lebih tinggi.Beberapa kapang bersifatpsikrotrofik dan termofilik.Semua
kapang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kapangdapat
tumbuh pada kisaran pH yang luas, yaitu 2-8,5 tetapi biasanya
pertumbuhannya akan lebih baikpada kondisi asam atau pH rendah.
XLIX. Kapang merupakan mikroorganisme utama yang
menyerang kacang tanah.Serangan kapang pada kacang tanah dapat
menyebabkan penurunan kualitas fisik biji, perubahan warna, penurunan
kandungan nutrisi, dan kontaminasi mikotoksin (Sauer et al., 1992).
Sartini (2008) menyatakan bahwa, terdapat tujuh jenis kapang yang
merusak kacang tanah, yaitu Aspergillus flavus, Aspergillus niger,
Aspergillus parasiticus, Cladosporium sp., Fusarium sp., Penicillium sp.,
dan Mucor sp.Kapang yang mengkontaminasi kacang tanah. Kapang jenis
ini merupakankapang yang umum menyerang biji-bijian diantaranya
kacang tanah. Cara penyimpanan yang kurangtepat dan waktu yang lama
akan mengakibatkan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhankapang
tersebut, sehingga bumbu kacang yang dijual mengalami kontaminasi
oleh keempat jenis kapang ini
L. Daftar pustaka
LI. http://blackmold.awardspace.com/aspergillus.html
LII. http://www.academia.edu/6273021/Aspergillosis
LIII. http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-
22818-5.%20BAB%20II.pdf
LIV. https://books.google.co.id/books?
id=VDDXzIbJ8s8C&pg=PA117&lpg=PA117&dq=aspergillus+merupa
kan&source=bl&ots=sPYEBchGZw&sig=Cxw6AfawJxBzYYMEElF
QNwy7SUM&hl=id&sa=X&ei=86saVdqZOYuouQTMmIGwAQ&red
ir_esc=y#v=onepage&q=aspergillus%20merupakan&f=false
LV.jtptunimus-gdl-yanuardwij-5219-1-bab1.pdf
LVI. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=2919
LVII.
LVIII.
LIX.

LX.

LXI.

LXII.

LXIII.

LXIV.

LXV.

LXVI.

LXVII.

LXVIII.

LXIX.
LXX.

LXXI.

LXXII.

LXXIII.

LXXIV.

LXXV.

LXXVI.

LXXVII.

LXXVIII.

LXXIX.

LXXX. PENENTUAN ANGKA


KAPANG
LXXXI.

LXXXII.

LXXXIII.

LXXXIV.

LXXXV.

LXXXVI.

LXXXVII.
I. Tanggal : 14 Maret 2015
II. Tujuan :
III. Untuk mengetahui angka kapang pada jamu bersih darah
merk njonja meneer
IV. Dasar teori
V. Kapang adalah mikroorganisme yang termaksud dalam
anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa. Kapang bukan merupakan
kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang
tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota.
VI. Kapang (Inggris: mold) merupakan anggota regnum Fungi
("Kerajaan" Jamur) yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang
sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan
anggota dari kelas Ascomycetes. Kapang bereproduksi dengan
menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual
dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah
yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora aseksual memiliki
ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan ringan, sehingga penyebarannya
umumnya secara pasif menggunakan aliran udara. Apabila spora tersebut
terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan gangguan
kesehatan.
VII. Kapang adalah mikroba yang memiliki lebih dari satu sel
berupa benang benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut
miselium, dan berkembang biak dengan spora. Khamir adalah mikroba
bersel tunggal berbentuk bulat lonjong dan memperbanyak diri dengan cara
membentuk tunas (askospora), tetapi tidak membentuk miselum
VIII. Kapang merupakan multiseluler yang bersifat aktif karena
merupakan organisme saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organic
kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat
dilihat bahwa kapang terdiri dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa
ini dikenal sebagai miselium.
IX. Kapang Monascus purpureus sudah digunakan sebagai
bumbu masakan oriental sejak berabad silam. Kapang ini menjadi sumber
berbagai senyawa penting, seperti pigmen biotek, toksin dan penghambat
enzim. Kapang Monascus purpureus ini dapat berfungsi sebagai pewarna
alami dan penghambat aktivitas biologi. Terdapat 14 senyawa monacolin
yang terdapat dalam kapang merah ini, antara lain Monacolin K,J,L,M,X
dan bentuk asam hidroksinya.
X. Angkak atau beras merah merupakan produk olahan dari
beras yang difermentasikan oleh kapang Monascus purpureus. Manfaat dari
angkak adalah sebagai pengawet atau pewarna makanan yang alami serta
sebagai bahan alami yang terbukti efektif untuk mereduksi kadar kolesterol
dalam darah. Berkat berbagai senyawa itu angkak dapat dipakai untuk obat
memperbaiki peredaran darah sampai meredakan sakit lambung, mengobati
memar, gangguan pencernaan dan mulas pada bayi.
XI. Prinsip uji angka Kapang pada makanan dan minuman
sesuai metode analisis mikrobiologi (MA PPOM 62/MIK/06) yaitu
pertumbuhan kapang/khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media
yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-25°C. Pada uji ini digunakan
Pepton Dilution Fluid (PDF) dan Air Suling Agar 0,05 % (ASA) sebagai
larutan pengencer, Potato Dextrose Agar (PDA) yang ditambahkan
kloramfenikol (100 mg/l) (0,01%) sebagai media pertumbuhannya.
XII. Prosedur pengujian angka Kapang pada makanan dan
minuman sesuai metode analisis mikrobiologi (MA PPOM 62/MIK/06)
yaitu dengan cara aseptik ditimbang 25 g atau dipipet 25 ml sampel ke
dalam kantong plastic stomacher steril. Ditambahkan 225 ml PDF,
dihomogenkan dengan stomacher selama 30 detik sehingga diperoleh
suspense dengan pengenceran 10-1 sesuai Disiapkan 3 buah tabung yang
masing-masing telah diisi 9 ml ASA. Dari hasil homogenisasi pada
penyiapan sampel yang merupakan pengenceran 10-1, dipipet 1 ml ke dalam
tabung ASA pertama, dikocok homogen hingga diperoleh pengenceran 10-2.
XIII. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-3. Dari masing-
masing pengenceran dipipet 0,5 ml, dituangkan pada permukaan PDA yang
sudah ditambahkan kloramfenikol segera digoyang sambil diputar hingga
suspense tersebar merata dan dibuat duplo. Untuk mengetahui sterilitas
media dan pengencer, dilakukan uji blangko. Pada satu lempeng PDA yang
sudah ditambahkan kloramfenikol diteteskan 0,5 ml pengencer dan
disebaratakan dan untuk uji media digunakan satu lempeng PDA +
kloramfenikol. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20-25° C dan
diamati pada hari ke tiga sampai ke lima.
XIV. Koloni kapang seperti kapas atau bulat dengan berbagai
warna, permukaan kasar dan koloni khamir memiliki bentuk bulat kecil
putih, hampir menyerupai bakteri. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan
dihitung. Hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh dinyatakan
sesuai persyaratan berikut, dipilih cawan petri dari salah satu pengenceran
yang menunjukkan jumlah koloni antara 50-150. Jumlah koloni dari kedua
cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada
cawan petri dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan
jumlah antara 50 - 150, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan faktor
pengencerannya, kemudian diambil rata-rata.
XV. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang.dalam tiap gram
atau tiap ml sampel. Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari
pernyataan diatas, maka diikuti petunjuk sebagai berikut :
a) Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri dari pengenceran yang
sama menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni dihitung dari jumlah
koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengencerannya.
b) Bila dari dua tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah
koloni lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran
dibawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran terendah . Bila pada
pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni kurang dari dua
kali jumlah koloni pengenceran dibawahnya, maka diambi langka rata-
rata dari jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut. Hasil
dinyatakan sebagai angka kapang dalam tiap gram sampel
c) Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan
jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari
tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai angka kapang
perkiraan.
d) Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan
karena faktor inhibitor, maka angka kapang dilaporkan sebagai kurang
dari satu dikalikan dengan faktor pengenceran terendah ( < 1 x factor
pengenceran terendah) (BBPOM RI,2006).
XVI.
XVII. Beberapa kapang dapat langsung bersifat patogenik dan
menyebabkan penyakit pada manusia dan tanaman. Beberapa kapang
merupakan penyebab berbagai infeksi pernafasan dan kulit pada manusia.
Beberapa jenis lain selama proses pembusukan pangan atau
pertumbuhannya dalam bahan pangan dapat memproduksi racun yang
dikenal sebagai mikotoksin. Sebagai suatu kelompok zat, mikotoksin dapat
menyebabkan gangguan hati, ginjal dan susunan syaraf pusat dari manusia
maupun hewan ( Winarno, 1980 ).
XVIII. Kapang adalah multiseluler, terdiri dari berbagai sel yang
bergabung jadi satu. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang terdiri
dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium.
Kapang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya, dikenal
sebagai pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut
pertumbuhan iterkalar. Hifa pada beberapa kapang mempunyai penyekat
melintang atau septa dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi.
Hifa tersebut memanjang di atas atau tembus melalui medium di mana
kapang itu tumbuh (Soekarto, 2008).
XIX. Dalam laboratorium, sterilisasi media menggunakan
otoklaf yang menggunakan tekanan yang disebabkan uap air, sehngga
suhunya mencapai 1210C. Sterilisasi terlaksana bila mencapai tekanan 15
lbs dan suhu 1210C selama 15 menit.
XX. Secara kimiawi, media biakan dipilah menjadi media sintetik dan
media non sintetik. Pada media sintetik, kandungan dan isi bahan yang
ditambahkan diketahui secara terperinci. Media sintetik sering digunakan
untuk mempelajari sifat faali dan genetika mikroba. Media nonsintetik
menggunakan bahan yang terdapat dari alam; bahan-bahan ini biasanya
tidak diketahui kandungan kimiawinya secara rinci. Media nonsintetik
sering digunakan dalam laboratorium mikrobiologi karena mudah disiapkan
dan harganya lebih murah dibanding media sintetik. Selain itu media ini
dapat digunakan untuk membiakan berbagai macam mikroba.
XXI. Klasifikasi Kapang
XXII. Berdasarkan bentuk kapang yang memiliki lebih dari satu
sel berupa benang benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut
miselium, dan berkembang biak dengan spora. Khamir adalah mikroba
bersel tunggal berbentuk bulat lonjong dan memperbanyak diri dengan cara
membentuk tunas (askospora), tetapi tidak membentuk miselum. Adapun
klasifikasi dari kapang adalah sebagai berikut :
XXIII. Klasifikasi Kapang, Fungi tergolong Eumycetes, terdiri dari 4 kelas
:
1. Phycomycetes
2. Ascomycetes
3. Basidiomycetes
4. Deuteromycetes (Rahmawan, 2010).
XXIV.
XXV. Morfologi Kapang
XXVI. Kapang Fungi multiseluler mempunyai miselium atau
filament, dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat,
yakni seperti kapas. Pertumbuhan fungi mula-mula berwarna putih, tetapi
bila telah momproduksi spsra maka akan terbentuk berbagai warna
tergantung dari jenis kapang. Sifat-sifat kapang baik penampakan
mikroskopik ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan
klasifikasi kapang.
XXVII. Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok
berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa
bersekat atau septet yang membagi hifa dalam mangan-mangan, dimana
setiap mangan mempunyai inti satu atau lebih,.dinding penyekat pada
kapang disebut dengan septum yang tidak bertutup rapat sehingga
sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang keruang lainnya.
XXVIII. Kapang tidak bersepta intinya tersebar disepanjang septa.
Koloni kapang seperti kapas atau bulat dengan berbagai warna, permukaan
kasar dan koloni khamir memiliki bentuk bulat kecil putih, hampir
menyerupai bakteri memiliki lebih dari satu sel berupa benang benang halus
yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, dan berkembang biak
dengan spora. Khamir adalah mikroba bersel tunggal berbentuk bulat
lonjong dan memperbanyak diri dengan cara membentuk tunas (askospora),
tetapi tidak membentuk miselum
XXIX.
XXX. PERHITUNGAN JUMLAH KAPANG & KHAMIR PADA
MEDIA PDA (Potato Dextro Agar)
A. ACARA
XXXI. Praktikum penentuan jumlah kapang dan khamir dalam
sample dengan menggunakan media PDA (Potato Dextro Agar). B. PRINSIP
Pertumbuhan kapang dan khamir dalam media yang sesuai, setelah
diinkubasikan pada suhu 25oC atau suhu kamar selama 5 hari. C. TUJUAN
Mengetahui jumlah koloni dan identifikasi kapang dan khamir yang
terkandung atau terdapat dalam sample. D. DASAR TEORI Banyak istilah
yang dipergunakan untuk menyebut jamur atau fungi, seperti cendawan,
kapang, lapuk atau khamir. Jamur yang berbentuk filament disebut kapang,
sedangkan khamir biasanya untuk sebutan yang uniseluler dan yang lebih
mencolok penampilannya disebut jamur, misalnya jamur merang, jamur
kelentos, dan jamur hijau. Untuk mempermudah menyebut digunakan satu
kata nama yaitu fungi. Fungi berasal dari bahasa yunani yaitu mykes yang
berarti jamur atau fungi. Berikut merupakan ciri-ciri fungi :
 Merupakan organisme yang tidak berklorofil, oleh karena itu bersifa
heterotrof. Hidup sebagai parasit, saprofit, dan ada pula yang bersimbiosis.
 Bersifat eukarion (mempunyai inti yang sejati), yaitu materi inti dibungkus
olah membran inti.
 Ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak, yang bersel
banyak berbentuk benang atau filamen. Berdasarkan sifat tersebut ukuran
jamur sanga bervariasi dari yang sangat kecil (mikroskopis) sampai yang
berukuran cukup besar (makroskopis).
 Berkembang biak secara vegetatif dan generatif.
 Menyenangi lingkungan yang agak asam, kurang cahaya, terutama di
tempat-tempat lembab yang mengandung zat organik. Fungi hidup di
dalam tanah, pada tubuh manusia, binatang, atau tumbuhan yang hidup
atau mati, bahkan pada pakaian, sepatu, atau makanan. Fungi yang bersel
banyak tubuhnya tersusun dari benang-benang yang disebut hifa, yang
berdiameter 5-10 mikrometer. Hifa dapat bercabang-cabang membentuk
anyaman yang disebut miselium. Pada beberapa fungi, dinding sel atau
dinding hifa mengandung selulosa, tetapi pada umumnya terutama terdiri
atas nitrogen organik, yaitu kitin. Pada umumnya fungi lebih tahan
terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan
mikroorganisme lainnya. Khamir dapat tumbuh dalam kisaran suhu yang
luas, fungi saprofit mempunyai optimum 22-30oC, sedangkan fungi
patogen mempunyai suhu optimum 30-37oC. Beberapa spesies fungi dapat
tumbuh pada suhu 0oC, dengan demikian dapat menyebabkan kerusakan
pada bahan makanan yang disimpan dalam lemari pendingin. Beberapa
jenis fungi dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Manfaatnya antara
lain dapat dimakan, sebagai bahan pengolahan makanan, menghasilkan
antibiotik, dan sebagai pengurai dalam ekosistem. Tetapi tidak sedikit
spesies fungi yang merupakan penyakit, misalnya pada tumbuhan, hewan,
dan manusia
XXXII.
XXXIII.
XXXIV. Alat dan bahan
 Alat cawan petri
 Tabung reaksi
 Labu erlenmayer
 Gelas ukur
 Blue tip dan yellow tip
 Spreader glass
 Bahan
 Media potato dextrosa agar ( PDA )
 Kloram fenikol
 Pepton water 1% dan
 Larutan NaCl fisiologis steril
XXXV.
XXXVI. Cara kerja
XXXVII.
XXXVIII.
XXXIX.
XL.
XLI.
XLII.
1. Persiapan dan
homogenisasi sampel
XLIII. Ditimbang sejumlah 5 gram sampel,ditambahkan 125ml
larutan pengecer pepon water 1% hingga diperoleh pengenceran 10 -1 .
Dihomogenkan kemudian dilakukan pengenceran sesuai dengan yang
diperlukan (SNI 19-2897-1992:2)
2. Penentuan Angka Kapang
a) Pipet 1 ml dari masing-masing pengencewran ke dalam cawan
petri steril secara duplo
b) Tuangkan PDA yang telah dicairkan suhu 450C sebanyak 15-20
ml ke dalam cawan petri dan goyangkan cawan petri hingga
homogenkan
c) Setelah agar membeku balikkan cawan petri dan inkubasi pada
suhu 250C atau suhu kamar selama 5 hari
d) Hitung koloni kapang setelah 5 hari
3. Cara perhitungan koloni dalam uji kapang
a) Hitung cawan yang mengandung jumlah 10-150 koloni dan catat
pengenceran yang digunakan
b) Hitung cawan yang mengandung jumlah koloni dari 150 dan catat
pengenceran yang digunakan
XLIV. Bila jumlah koloni percawan lebih dari 150 pada
seluruh pengenceran maka laporkan hasilnya sebagai terlalu
banyak untuk dihitung , tetapi jika salah satu pengenceran
mempunyai jumlah koloni mendekati 150 laporkan sebagai
perkiraan kapang atau khamir.
c) Hitung cawan yang mengandung jumlah koloni kurang dari 10
koloni atau cawan tanpa koloni dan catat pengenceran yang
digunakan. Bila pada kedua pengenceran yang digunakan
diperoleh koloni kurang dari 10, catat koloni yang ada, nyatakan
perhitungan sebagai kurang dari 10 dan kalikan dengan 1/d,
dimana d adalah faktor pengenceran pertama yang digunakan dan
dilaporkan sebagai perkiraan ALT, kapang dan khamir ( SNI 27-
2332-2009).
XLV.
XLVI. Hasil Pengamatan
I. II. Pen III. Jumlah Koloni XLVII. Keterangan :
XLVIII. Karena koloni
N g (Makroskopis)
jamur yang
e
tumbuh kurang
n
dari 10 koloni
c
maka tidak
e
dilakukan
r
perhitungan .
a
XLIX.
n L.
IV. V. 10 VI. 8 (<10) LI.
1 LII. Pembahasan :
LIII. Kapan
VII. VIII. 1 IX. 7(<10) g mempunyai kisaran
2 0 pH pertumbuhan
2
yang luas, yaitu 1.5-
X. XI. 103 XII. 1(<10)
11. Kebusukan
3
makanan kaleng yang
XIII. XIV. 1 XV. - disebabkan oleh
4 0 kapang sangat jarang
4 terjadi, tetapi
XVI. XVII. 1 XVIII. mungkin saja terjadi.
5 0 Kebanyakan kapang
5
tidak tahan panas
XIX. XX. 1 XXI.
sehingga adanya
6 0
6
kapang pada
makanan kaleng
disebabkan oleh kurangnya pemanasan (under process) atau karena terjadi
kontaminasi setelah proses. Kapang memerlukan oksigen untuk tumbuh
sehingga pertumbuhan pada kaleng hanya mungkin terjadi apabila kaleng
bocor.
LIV. Kapang lebih tahan asam, sehingga kapang sering
membusukkan makanan asam, seperti buah-buahan asam dan minuman
asam. Kapang seperti Bysochamys fulva, Talaromyces flavus, Neosartorya
fischeri dan lain-lain telah diketahui sebagai penyebab kebusukan
minuman sari buah kaleng dan produk-produk yang mengandung buah.
Spora kapang-kapang ini ternyata mampu bertahan pada pemanasan yang
digunakan untuk mengawetkan produk tersebut. Spora kapang ini tahan
terhadap pemanasan selama 1 menit pada 920C dalam kondisi asam atau
pada makanan yang diasamkan.Akan tetapi untuk mencapai konsistensi
yang seperti ini, kapang tersebut memerlukan waktu untuk membentuk
spora, sehingga sanitasi sehari-hari terhadap peralatan sangat penting
untuk mencegah pertumbuhan kapang ini dan pembentukan sporanya.
Pada umumnya kapang yang tumbuh pada makanan yang diolah dengan
panas tidak menyebabkan penyakit pada manusia.
LV. Kesimpulan
LVI. Setelah di lakukan pemeriksaan penentuan angka kapang pada
jamu bermerk njonja meneer didapatkan dari setiap pengenceran koloni
yang tumbuh kurang dari 10. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa
sampel tersebut masih layak di konsumsi.
LVII.
LVIII.
LIX.
LX. DAFTAR PUSTAKA
LXI. BPOM RI. 2006. Metode Analisis Mikrobiologi Suplemen 2000. Pusat
Pengujian
LXII. Obat Dan Makanan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan
Republik
LXIII. Indonesia : Jakarta.
LXIV. Lalo, Ahmad., dkk, 2012. Penuntun Praktikum
Mikrobilologi dan Parasitologi. Akfar Bina Husada : Kendari
LXV. LAY, Bibiana W. 1994. Anaisis Mikroba di aboratorium.
PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
LXVI. Rahmawan, Obin. 2010. Ruang Lingkup Mikrooragisme..
http://www.iptek.net.id /ind/pustaka_pangan/index.php. Diakses tanggal
28 April 2012.
LXVII. Soekarto. 2008. Kapang dalam bahan pangan.
http://www.scumdoctor.com /Indonesian/first-aid/kapang/.html. Diakses
tanggal 28 April 2012.
LXVIII. Waluyo Lud, 2007. Edisi Revisi Mikrobiologi Umu.
Penerbit UMM PRESS : Malang.
LXIX. Winarno, dkk. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.
Gramedia: Jakarta
LXX. Dwidjoseputro. 2005. DASAR -DASAR
MIKROBIOLOGI. Jakarta : Penerbit Djambatan.
LXXI. Supardi, Imam. 1999. MIKROBIOLOGI DALAM
PENGOLAHAN DAN KEAMANAN PANGAN. Bandung : Yayasan
Adikarya Ikapi
LXXII. Jennie, Betty Sri Laksmi. 1978. MIKROBIOLOGI
HASIL PERTANIAN. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
LXXIII. Muctadi, Deddy. 1980. PETUNJUK PRAKTIK
MIKROBIOLOGI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
LXXIV.
LXXV.
LXXVI.

LXXVII.

LXXVIII.

LXXIX.

LXXX.

LXXXI.

LXXXII.

LXXXIII.
LXXXIV.

LXXXV.

LXXXVI.

LXXXVII.

LXXXVIII.

LXXXIX.

XC. PENENTUAN AKTIVITAS ANTI


JAMUR
XCI.

XCII.

XCIII.

XCIV.

XCV.

XCVI.

XCVII.
XCVIII.
I. Tanggal praktikum : 5 Maret 2015
II. Tujuan : Untuk melihat aktifitas antijamur
III. Sampel : Herbalis
IV. Dasar Teori :
V. Jamur merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi
terutama di negara-negara tropis Penyakit kulit akibat jamur merupakan
penyakit kulit yang sering muncul di tengah masyarakat Indonesia. Iklim
tropis dengan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia sangat
mendukung pertumbuhan jamur.
VI. Candida spp dikenal sebagai jamur dimorfik yang secara
normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan
mukosa genital pada mamalia tetapi populasi yang meningkat dapat
menimbulkan masalah. Jamur Candida albicans dianggap sebagai spesies
patogen dan menjadi penyebab utama kandidiasis. Candida albicans
merupakan jamur opportunistik penyebab sariawan, lesi pada kulit,
vulvavaginistis, sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginistis, gastrointestinal
kandidiasis yang dapat menyebabkan gastric ulcer, atau bahkan dapat
menjadi komplikasi kanker.
VII. Candida albicans, yang menyebabkan infeksi jamur, adalah
salah satu penyebab paling umum vulvovaginitis perempuan dari segala
usia. Penggunaan antibiotic terus-menerus dapat menyebabkan infeksi
jamur dengan membunuh antijamur normal bakteri yang hidup di vagina.
Infeksi jamur kelamin biasanya menyebabkan gatal-gatal dan tebal, putih
discharg vagina, dan gejala lain. Untuk informasi lebih lanjut, lihat: ragi
infeksi vagina
VIII. Mikroorganisme yang ada dialam ini memiliki dua sifat
dimana dapat merugikan dan juga dapat dimanfaatkan salah satunya
adalah berperan dalam ilmu pengetahuan sehingga dapat membantu
perkembangan ilmu pengetahuan, salah satunya adalah fungi (jamur).
IX. Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil
sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan
sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti
selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain.
Oleh karena itu jamur digolongkan tumbuhan yang heterofrotik yaitu
tanaman yang hidupnya tergantung pada organisme lain.
X. Telah diketahui bahwa mikroba ada yang menguntungkan
dan ada pula yang merugikan, adapun mikroba yang merugikan dapat
disingkirkan, dihambat dengan atau dibunuh menggunakan bahan kimia,
pertumbuhan bakteri dapat dihambat oleh faktor-faktor lain yaitu oleh
sinar matahari, logam suhu, dll. Berbagai jenis bahan kimia yang dibuat
secara sintetik telah banyak dimanfaatkan orang untuk menyembuhka luka
dan telah diuji khasiatnya, zat yang demikian disebut dengan zat antiseptic
Selain itu antiseptic juga dapat dimanfaatkan untuk digunakan di daerah
kewanitaan.
XI. Berbagai macam produk pembersih wanita banyak terdapat
di pasaran saat ini. Wanita mempergunakan produk ini dengan berbagai
tujuan. Ada yang sekedar ingin membuat vagina fresh dan wangi atau
membersihkan vagina dari keputihan, gatal-gatal serta sebagai pembersih
pada saat menstruasi.
XII. Zat yang terkandung didalamnya berbeda-beda. Ada yang
berasal dari bahan alami (sirih), dari produk susu (mengandung laktat) dan
bahan obat seperti bethadine douche. Secara umum kesemua bahan yang
di pakai bersifat antiseptik (dapat membunuh kuman).
XIII. Pada umumnya wanita harus merawat bagian tubuh yang
paling sensitif yaitu daerah vagina. Apa lagi jika anda tidak merawatnya
dan mengalami keputihan. Jika pada vagina anda mengeluarkan cairan
berwarna bening anda tidak perlu panik.
XIV. Asal tidak berbau dan tidak berwarna, cairan itu sangat baik
karena berfungsi sebagai perlindungan alami yang mengurangi gesekan
dinding vagina pada saat kita berjalan. Tetapi jika cairan yang dikeluarkan
berlebih, perubahan warna, berbau dan terasa gatal itu sangat bahaya.
XV. Cairan ini terjadi karena gangguan hormonal yang memicu
kuman penyakit (pathogen) dan menyebabkan infeksi. Cairan ini berwarna
kekuningan hingga kehijauan, jumlah berlebih, kental, lengket dan berbau
tidak sedap seperti bau busuk. Cairan ini akan menyebabkan vagina terasa
sangat gatal atau panas bahkan sampai menimbulkan luka di daerah mulut
vagina.
XVI. Jika itu yang terjadi pada anda, sebaiknya konsultasikan
pada dokter kandungan. Karena jika anda membiarkannya dan tidak di
obati secara tuntas, kemungkinan terjadinya mandul sangat besar. Kuman
mudah menyusup dan menyebabkan infeksi pada rongga rahim sel telur.
Mengakibatkan pelengketan dalam indung telur karena sperma sulit
bertemu dengan sel telur yang akhirnya sulit memiliki keturunan.
XVII.Sebuah jamur adalah anggota kelompok besar eukariotik
organisme yang meliputi mikroorganisme seperti ragi dan jamur, serta
lebih akrab jamur. Kadang disebt juga Fungi yang diklasifikasikan sebagai
sebuah kerajaan yang terpisah dari tanaman, hewan dan bakteri. Salah satu
perbedaan utama adalah bahwa sel-sel jamur memiliki dinding sel yang
mengandung kitin, tidak seperti dinding sel tumbuhan, yang mengandung
selulosa. Ini dan perbedaan lainnya menunjukkan bahwa jamur
membentuk kelompok satu organisme yang terkait, bernama Eumycota
(benar jamur atau Eumycetes), yang berbagi nenek moyang (a
monophyletic group). Kelompok jamur ini berbeda dari yang secara
struktural mirip jamur lendir (myxomycetes) dan jamur air (Oomycetes).
XVIII. Disiplin biologi yang ditujukan untuk mempelajari
jamur ini dikenal sebagai ilmu jamur, yang sering dianggap sebagai cabang
botani, meskipun penelitian genetik menunjukkan bahwa jamur yang lebih
dekat dengan binatang daripada tumbuhan. Berlimpah di seluruh dunia,
kebanyakan fungi tidak mencolok karena ukuran kecil struktur mereka,
dan mereka samar gaya hidup di tanah, pada benda mati, dan sebagai
symbionts tanaman, hewan, atau jamur lain. Mereka mungkin menjadi
terlihat ketika berbuah, baik sebagai jamur atau cetakan. Jamur melakukan
suatu peran penting dalam dekomposisi materi organik dan memiliki peran
penting dalam siklus hara dan pertukaran. . Mereka telah lama digunakan
sebagai sumber makanan langsung, seperti jamur dan cendawan, sebagai
ragi roti agen, dan di fermentasi berbagai produk makanan, seperti anggur,
bir, dan kecap.. Sejak tahun 1940-an, jamur telah digunakan untuk
produksi antibiotik, dan, baru-baru ini, berbagai enzim yang diproduksi
oleh jamur digunakan industri dan deterjen.. Jamur juga digunakan sebagai
agen biologi untuk mengendalikan gulma dan hama. Banyak spesies
menghasilkan bioaktif senyawa yang disebut mycotoxins, seperti alkaloid
dan polyketides, yang beracun untuk hewan termasuk manusia. Struktur
yang berbuah beberapa spesies mengandung psikotropika senyawa dan
dikonsumsi recreationally atau tradisional upacara spiritual. Jamur dapat
mematahkan dibuat bahan dan bangunan, dan menjadi signifikan patogen
manusia dan hewan lainnya. Kerugian tanaman akibat jamur penyakit
(misalnya penyakit ledakan beras) atau makanan busuk dapat memiliki
dampak besar manusia pasokan makanan dan ekonomi lokal. Kerajaan
jamur meliputi keragaman besar taksa dengan bervariasi ekologi, siklus
hidup strategi, dan morfologi mulai dari perairan bersel tunggal chytrids
jamur besar. Namun, sedikit yang diketahui tentang benar keanekaragaman
hayati dari Kerajaan Jamur, yang telah diperkirakan sekitar 1,5 juta
spesies, dengan sekitar 5% dari ini telah secara resmi diklasifikasikan.
XIX. Perintis sejak 18 dan abad ke-19 taxonomical karya Carl
Linnaeus, Hendrik Kristen persoon, dan Elias Magnus Fries, jamur telah
diklasifikasikan menurut morfologi (misalnya, karakteristik seperti warna
atau mikroskopis spora fitur) atau fisiologi. Kemajuan dalam genetika
molekuler telah membuka jalan bagi analisis DNA untuk dimasukkan ke
dalam taksonomi, yang kadang-kadang menantang sejarah pengelompokan
berdasarkan morfologi dan sifat-sifat lainnya. Filogenetik penelitian yang
diterbitkan dalam dekade terakhir telah membantu membentuk kembali
klasifikasi Kerajaan Jamur, yang terbagi menjadi satu Subkerajaan, tujuh
filum, dan sepuluh Subfilum
XX. Obat-obat anti jamur juga disebut dengan obat anti mikotik,
dipakai untuk mengobati dua jenis infeksi jamur : infeksi jamur superficial
pada kulit atauselaput lender dan infeksi jamur sistemik pada paru-paru
atau system saraf pusat.Infeksi jamur dapat ringan, seperti pada tinea pedis
(atletes food) atau berat,seperti pada paru-paru atau jamur seperti candida
spp, (ragi),merupakan bagian dari flora normal pada mulut, kulit, usus
halus dan vagina.Kandidiasis dapat terjadi sebagai infeksi oportunistik jika
mekanisme pertahanantubuh terganggu. Obat-obat seperti anti biotic,
kontrasepsi oral dan imonusupredif, dapat juga mengubah mekanisme
pertumbuhan tubuh
XXI. Sekitar 80.000 fungi yang telah ditemukan di dunia, 400
spesies diantaranya dinyatakan penting dalam dunia medis. Beberapa
fungi punya peranan penting dalam memproduksi berbagai bahan makanan
seperti keju, roti, dan bir. Fungi njuga menyumbangkan peran dalam dunia
pengobatan melalui metabolisme bioaktif dalam tubuhnya yang
dimanfaatkan manusia untuk membuat antibiotik (contoh : penisilin) dan
obat penekan daya tahan tubuh (contoh : siklosporin). Infeksi yang
disebabkan oleh fungi dinamakan mikosis. Insidensi mikosis tertinggi
adalah kandidiasis yang disebabkan oleh Candida albicans(Brooks,
2007). Candida albicans merupakan flora normal dari kulit, membran
mukosa, dan traktus gastrointestinal. Candida albicans dapat menginfeksi
penderita diabetes mellitus, orang dengan daya imun tubuh rendah
(AIDS), wanita yang mengkonsumsi pil KB dan wanita hamil. Kesulitan
dalam pengobatan kandidiasis karena sering terjadi resistensi terhadap
obat antikandida biasa sehingga memerlukan obat seperti amfoterisin B
dan flusitosin. Keduanya merupakan obat sintetis dengan efek samping
yang dapat menimbulkan masalah serius pada beberapa organ seperti
ginjal dan hati Temu putih adalah tanaman herba berasal dari India dan
hidup di daerah beriklim tropis seperti India, Indonesia, Filipina, dan
Nigeria. Temu putih mengandung diarilheptanoid, minyak atsiri atau
volatile oil, polisakarida serta golongan lain seperti sesquiterpenedan
eugenol(Bruneton,1999).Para ilmuwan menemukan adanya efek temu
putih sebagai antijamur, antiulkus, antimutasi, dan hepatoprotektor
XXII.Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk
tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu
terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau
lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain, blastospora berukuran
besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit. Sel ini
dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan
bergaris tengah sekitar 8-12 µ. Morfologi koloni C. albicans pada medium
padat agar Sabouraud Dekstrosa, umumnya berbentuk bulat dengan
permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit
berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan
mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan
berbau asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast,
extract pepton, Candida albicans tumbuh di dasar tabung.
XXIII. Pada medium tertentu, di antaranya agar tepung
jagung (corn-meal agar),agar tajin (rice-cream agar) atau agar dengan
0,1% glukosa terbentuk klamidospora terminal berdinding tebal dalam
waktu 24-36 jam. Pada medium agar eosin metilen biru dengan suasana
CO2 tinggi, dalam waktu 24-48 jam terbentuk pertumbuhan khas
menyerupai kaki laba-laba atau pohon cemara. Pada medium yang
mengandung faktor protein, misalnya putih telur, serum atau plasma darah
dalam waktu 1-2 jam pada suhu 37° C terjadi pembentukan kecambah dari
blastospora.
XXIV. Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH
yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5.
Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28oC - 37oC.
Candida albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon
dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur
karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat.
XXV. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang
mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun
aerob. Proses peragian (fermentasi) pada Candida albicans dilakukan
dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan
dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara
mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob.
Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat
atau etanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan
persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan
pernafasan. Pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai oleh Candida
albicans sebagai sumber karbon maupun sumber energi untuk melakukan
pertumbuhan sel.
XXVI. Candida albicans dapat dibedakan dari spesies lain
berdasarkan kemampuannya melakukan proses fermentasi dan asimilasi.
Pada kedua proses ini dibutuhkan karbohidrat sebagai sumber karbon.
Pada proses fermentasi, jamur ini menunjukkan hasil terbentuknya gas dan
asam pada glukosa dan maltosa, terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak
terbentuknya asam dan gas pada laktosa. Pada proses asimilasi
menunjukkan adanya pertumbuhan pada glukosa, maltosa dan sukrosa
namun tidak menunjukkan pertumbuhan pada laktosa.
XXVII. Penentuan aktivitas antijamur dapat dilakukan
dengan salah satu dari dua metode utama berikut :
1. Metode dilusi cair atau padat
XXVIII. Pada prinsipnya sejumlah obat antimikroba diencerkan
hingga diperoleh beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-
masing konsenterasi obat di tambah suspense kuman dalam media.
Sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi obat di campur dengan
media agar, kemuadian ditanami jamur. Metode dilusi cair adalah
metode untuk menentukan konsentrasi minimal dari suatu antijamur
yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme.
XXIX. Konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan
jamur di tunjukan dengan tidak adanya kekeruhan tersebut konsentrasi
hambat minimal (KHM) pada dilusi cair.
2. Metode difusi
XXX. Pada metode difusi ini yaitu uji potensi berdasarkan
pengamatan luas daerah hambatan pertumbuhan jamur karena
berdifusinya jamur dari titik awal pemberian ke daerah difusi. Metode
ini bertujuan untuk menguji sensitivitas antimikroba terhadap
mikroorganisme. Pada metode ini ada beberapa cara yaitu cara Kirby
bauer, cara sumuran dan cara pour plate.
XXXI.
XXXII. Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang
terdiri dari sel, seperti cendawan, dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat
berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebabkan infeksi kulit,
kuku, mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi
kulit adalah tinea. For example, tinea pedis ('athletes foot) . Infeksi umum
yang ada pada mulut dan vagina disebut seriawan. Hal ini disebabkan oleh
Candida. Candida merupakan ragi yang merupakan salah satu jenis jamur.
Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit.
XXXIII. Ada beberapa jenis obat-obatan antijamur
a. Antijamur cream
XXXIV. Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan
vagina. Antara lain : ketoconazole, fenticonazole, miconazole,
sulconazole, dan tioconazole.
b. Antijamur peroral
XXXV. Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan
lozenges. Obat-obatan ini tidak terserap melalui usus ke dalam tubuh.
Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi Candida (guam)
pada mulut dan tenggorokan.
XXXVI. itraconazole, fluconazole, ketoconazole, dan
griseofulvin dalam bentuk tablet yang diserap ke dalam tubuh.
Digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya
tergantung pada jenis infeksi yang ada. example:
XXXVII. Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati
infeksi kuku yang biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea.
XXXVIII. Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati
jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai
macam infeksi jamur pada tubuh
c. Antijamur injeksi
XXXIX. Amphotericin, flucytosine, itraconazole,
voriconazole dan caspofungin adalah obat-obatan anti jamur yang
sering digunakan dalam injeksi.
XL. Infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu :
XLI. 1. Infeksi jamur sistemik
XLII. - Amfoterisin B
XLIII. - Flusitosin
XLIV. - Ketokonazol
XLV. - Itakonazol
XLVI. - Fluconazol
XLVII. - Kalium Iodida
XLVIII. 2. Infeksi jamur topikal (dermatofit dan
mukokutan)
XLIX.
L. AMFOTERISIN B
LI. Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi
streptomyces nodosus.
LII. Mekanisme kerja
LIII. Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat
pada membran sel jamur sehingga membran sel bocor dan kehilangan
beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.
LIV. Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan
disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan
manusia.
LV. Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel.
LVI. Farmakokinetik
LVII. Absorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.
LVIII. Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang
diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari,
sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah beberapa bulan setelah
pemberian.
LIX. Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya
3 % dari jumlah yang diberikan.
LX. Efek samping
LXI. Infus : kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil,
lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.
LXII.50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan
mengalami demam dan menggigil.
LXIII. Flebitis (-) à menambahkan heparin 1000 unit ke dalam
infus.
LXIV. Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai à
pemberian kalium.
LXV. Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B
diberikan bersama flusitosin.
LXVI. Indikasi
LXVII. Untuk pengobatan infeksi jamur seperti
koksidioidomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis.
LXVIII. Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk
blastomikosis.
LXIX. Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis
mikotik.
LXX. Alat dan Bahan :
LXXI. Alat :
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Mikro pipet
4. Tip
5. Rak tabung
LXXII. Bahan :
1. Vagina wash
2. Aquadest
3. SDA
LXXIII. Cara kerja :
1. Buat suspense Candida albicans 0,5 mc farland
2. Buat pengenceran sampel antiseptic vagina wash
a. Stock 100%
b. Pengenceran 75% : 1,5 ml sampel 100% + 0,5 ml aquadest
c. Pengenceran 50% : 1 ml sampel 100% +1 ml aquadest
d. Pengenceran 25% : 0,5 ml sampel 100% + 1,5 ml aquadest
3. Swab C. albicans pada SDA
4. Masukan pada setiap sumur 50µl sampel dan control
5. Inkubasi 37º selama 48 jam
6. Amati ada tidaknya hambatan (zona bening) di sekitar sumur
LXXIV.
LXXV.
LXXVI. 50ml 1ml
1,5 ml
LXXVII.
LXXVIII.
LXXIX.
LXXX.
LXXXI.
LXXXII.
LXXXIII.
LXXXIV.
LXXXV.
LXXXVI.
LXXXVII.
LXXXVIII.
LXXXIX.
XC.
XCI.
XCII.
XCIII.
XCIV.
XCV. Hasil pengamatan :
XCVI.
XCVII. XCVIII. Obat Antijamur XCIX. Diameter hambatan (mm)
N

C. CI. Herbalis 100% CII. 17 mm


1
CIII. CIV. Herbalis 100% CV. 13 mm
2
CVI. CVII. Herbalis 75% CVIII. 13 mm
3
CIX. CX. Herbalis 75% CXI. -
4
CXII. CXIII. Herbalis 50% CXIV. -
5
CXV. CXVI. Herbalis 50% CXVII. -
6
CXVIII.CXIX. Herbalis 25% CXX. -
7
CXXI. CXXII. Herbalis 25% CXXIII. -
8
CXXIV.
CXXV. XII. Pembahasan :
CXXVI. Penggunaan antifungi sering menimbulkan resistensi dan
kasus resistensi terus meningkat dari tahun ke tahun. Tujuh puluh lima
persen antimikrobia, termasuk antifungi berasal dari genus Streptomyces.
Ariningsih telah melakukanskrining primer terhadap rizosfer alang-alang
(Imperata cylindrica L), rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach)
dan rumput kembangan (Digitaria microbachne (Presl.) Henr) sehingga
diperoleh 2 isolat Streptomyces GJSK 4 (berasal dari rizosfer rumput gajah
di daerah Sukoharjo) dan KBSK 11 (berasal dari rizosfer rumput
kembangan di daerah Sukoharjo) yang berpotensi “kuat” sebagai antifungi.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian lanjutan yang bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antifungi dari isolat Streptomyces terhadap Candida
albicans.
CXXVII. Isolat Streptomyces GJSK 4 dan KBSK 11 pada
oatmeal agar diuji aktivitasantifunginya terhadap Candida albicans dengan
metode agar block. Isolat Streptomyces GJSK 4 dan KBSK 11 difermentasi,
diekstraksi menggunakan corong pisah dengan pelarut etil asetat, kemudian
dipisahkan dari fase air dan dievaporasi. Ekstrak etil asetat ditentukan Kadar
Bunuh Minimum (KBM) nya melalui metode dilusi cair yang dilanjutkan
dengan penggoresan pada media padat.
CXXVIII. Hasil uji agar block menunjukkan bahwa isolat
Streptomyces GJSK 4 dan KBSK 11 berpotensi ”kuat” sebagai antifungi
terhadap C. albicans. Diameter zona hambat isolat Streptomyces GJSK 4
sebesar 16 mm dan KBSK 11 sebesar 16,5 mm terhadap C. albicans sensitif
antifungi. Sedangkan pada C. albicans multiresisten antifungi, isolat
Streptomyces GJSK 4 memberikan zona hambat 15 mm dan KBSK 11 15,5
mm. Hasil uji KBM menunjukkan bahwa pada konsentrasi ekstrak etil asetat
0,5% belum bisa membunuh C. albicans sensitif antifungi dan multiresisten
antifungi. Berdasakan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil
ekstraksi dari isolat Streptomyces GJSK 4 dan KBSK 11 kurang berpotensi
sebagai antifungi terhadap Candida albicans sensitif antifungi dan
multiresisten antifungi.Obat anti jamur adalah senyawa yang digunakan
untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Sebuah jamur
adalah anggota kelompok besar eukariotik organisme yang meliputi
mikroorganisme seperti ragi dan jamur, serta lebih akrab jamur. Kadang
disebt juga Fungi yang diklasifikasikan sebagai sebuah kerajaan yang
terpisah dari tanaman, hewan dan bakteri. Kemajuan dalam genetika
molekuler telah membuka jalan bagi analisis DNA untuk dimasukkan ke
dalam taksonomi, yang kadang-kadang menantang sejarah pengelompokan
berdasarkan morfologi dan sifat-sifat lainnya. Filogenetik penelitian yang
diterbitkan dalam dekade terakhir telah membantu membentuk kembali
klasifikasi Kerajaan Jamur, yang terbagi menjadi satu Subkerajaan, tujuh
filum, dan sepuluh Subfilum.
CXXIX. IX. Kesimpulan :
CXXX. Dari hasil praaktikum pada sampel vagina wash
“Herbalis” di dapatkan hasil dari pengenceran 100% di dapatkan zona
hambat 17% dan herbalis 100% 13 mm dan pada herbalis terdapat zona
hambat 13 mm.
CXXXI.
CXXXII.
CXXXIII.
CXXXIV. X. Daftar Pustaka
1. Wolff K, Johnson RA, Svurmond D. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis
of clinical dermatology, edisi 5. New York: McGraw-Hill, 2005: 716
2. Anonim. Waspadai Infeksi Jamur. 2002; (cited 2006 Nov 25) available
from URL: http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0206/10/iptek/wasp10.htm
3. Anonim. Infeksi Jamur Paru Perlu Perhatian Serius. 2001; (cited 2006 Nov
25) available from URL: http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0109/27/infe10.htm
4. Jawetz E, Melnick JI, Adelberg EA, editor. Mikrobiologi kedokteran.
Jakarta: EGC, 1995: 627-9
5. Bennet JE. Antimicrobial agents: antifungal agents. Di dalam: Goodman
and Gilmans the pharmacological basis of theurapetics (book on CD-
ROM). Edisi ke-9. New York : McGraw-Hill Companies, 1996.
6. Rex JH, Arikan S. Antifungal agents. Di dalam : Murray PR, Baron EJ,
Jorgensen JH, Pfaller MA, Yolken RH, ed. Manual of clinical
microbiology. Edisi ke 8. Washington DC : ASM Press, 2003 : 1860-1.
7. Neal MJ. Medical Pharmacology at a glance. Edisi ke-4. Oxford :
Blackwell Publishing, 2002: 87
8. Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. Edisi ke 9. New York : Mc
Graw-Hill, 2004 : 795-7.
9. Hartadi. Penyakit menular seksual. Semarang: Balai Penerbi UNDIP,
1990: 71-3
10. Piehl EJ. Penyakit hubungan seksual. Didalam: Price SA, Wilson LM; alih
bahasa, Anugerah P; editor, Wijaya C. Patofisiologi: konsep klinis poses-
proses penyakit (pathophisiology clinical concepts of disease processes),
buku 2, edisi 4. Jakarta: EGC, 1995: 1169
CXXXV.
CXXXVI.

Anda mungkin juga menyukai