Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MIKOLOGI

KLASIFIKASI JAMUR YANG MENGINFEKSI MANUSIA

OLEH :

FATMAWATI TAADAN (2320191022)

LINA NUR KHASANAH (2320191006)

PUTRI AYU YUSUF (2320191020)

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatulahi wabarokatuh

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segalah limpahan nikmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini

sebagai salah satu syarat untuk nilai mata kuliah Bakteriologi III program studi D-

III Analis kesehatan. Sholawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada nabi

besar kita nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya yang sampai sekarang

mengikuti ajaran-ajaran beliau.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sepenuhnya masih

ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Apabila

pembaca belum puas dengan makalah yang kami buat, kami memohon kritik dan

saran yang membangun agar kami bisa membuat makalah yang lebih bagus dan

lebih baik.

Penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi bangsa

dan negara yang khususnya bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’allaikum warrahmatulahi wabarokatuh

Gorontalo, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................3
1.4 Manfaat................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
2.1 Uji Sensitivitas Bakteri........................................................................4
2.2 Intermediet dan Resisten......................................................................5
2.3 Uji Aktivitas Bakteri............................................................................5
2.4 Metode-Metode Uji Sensitivitas Bakteri..............................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................8

3.1 Kesimpulan..........................................................................................8
3.2 Saran.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peranan jamur dalam kehidupan manusia sudah dikenal sejak dahulu,

karena jamur hidupnya kosmopolitan sehingga banyak terdapat pada macam-

macam benda yang berhubungan dengan manusia seperti makanan, pakaian,

rumah dan perabotannya dapat ditumbuhi jamur. Hal tersebut berlaku pula

pada tumbuhan dan binatang peliharaan (Dwidjoseputro, 1975).

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, dengan kelembapan

berkisar antara 70-90% dan temperatur rata-rata 30oC. Faktor-faktor tersebut

sangat optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur (Dwidjoseputro,

1975).

Di negara-negara tropis, kontaminasi makanan oleh jamur merupakan

masalah yang sulit diatasi. Jamur yang tumbuh pada makanan tersebut dapat

memproduksi dan mengakumulasikan mikotoksin yang sangat berbahaya bagi

hewan maupun manusia.

Dengan sifat jamur yang tidak mempunyai klorofil, maka cara untuk

mempertahankan hidupnya dengan memanfaatkan zat-zat yang sudah ada

yang berasal oleh organisme lain, maka jamur disebut sebagai organisme

yang heterotrop. Kalau zat organik yang diperlukan jamur itu zat yang sudah

tidak dibutuhkan lagi oleh pemiliknya maka jamur semacam itu disebut

saproba. Kalau jamur itu hidup pada jasad-jasad lain yang masih hidup
sehingga akibatnya merugikan, maka jamur itu disebut parasit (Ainsworth,

1983).

Jamur merupakan tumbuhan yang kosmopolitan sehingga tempat

hidupnya sangat luas. Udara merupakan tempat yang penuh oleh spora jamur,

umumnya jenis-jenis jamur penyebab kontaminasi ataupun jenis tertentu

penyebab penyakit pada tanaman dan hewan termasuk manusia. Tanah

merupakan tempat yang paling padat oleh bermacam-macam jenis jamur, dari

jamur yang bersifat saprofit ataupun parasit, serta jenis-jenis lain yang

berguna dan bermanfaat. Sekelompok kecil jamur ada juga yang hidup di air,

umumnya penyebab penyakit pada ikan dan tanaman air.

Kepentingan jamur di dalam kehidupan manusia bermacam-macam. Ada

yang menguntungkan baik sebagai bahan makanan secara langsung, seperti

beberapa jamur yang sudah dikenal antara lain: mushroom, champignon,

shitake, mouleh, jamur kuping, jamur merang, dan sebagainya, maupun

sebagai bahan makanan secara tidak langsung, misalnya jamur yang aktif di

dalam proses pembuatan jenis makanan fermentasi seperti; oncom, kecap,

tempe, sosis, tauco, yoghurt, keju dan sebagainya. Juga minuman fermentasi,

seperti; anggur, tuak, bier, brem, dan sebagainya. Berperan juga di dalam

pembuatan obat-obatan, vitamin, asam amino, hormon, protein dan

sebagainya. Ada juga jamur yang merugikan, baik secara langsung sebagai

penyebab penyakit, seperti; panu, kadas, kurap, TBC semu dan sebagainya.

Juga sebagai penghasil senyawa yang bersifat toksik atau racun, misalnya;

aflatoksin, ochratoksin, luteoskirin dan sebagainya (Alexopoulus, 1979).


1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana klasifikasi jamur yang menginfeksi manusia?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui klasifikasi jamur yang menginfeksi pada manusia

1.4 Manfaat

Agar dapat mengetahui klasifikasi jamur yang menginfeksi manusia


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Jamur

Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi pada penyakit terutama di

negara-negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit

yang sering muncul di tengah masyarakat Indonesia. Iklim tropis dengan

kelembaban udara yang tinggi di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan

jamur. Banyaknya infeksi jamur juga didukung oleh masih banyaknya

masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga

masalah kebersihan lingkungan, sanitasi dan pola hidup sehat kurang menjadi

perhatian dalam kehidupan seharihari masyarakat Indonesia (Hare, 2013).

Jamur berbentuk sel atau benang bercabang, mempunyai dinding dari

selulosa atau kitin atau keduanya, mempunyai protoplasma yang mengandung

satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil, dan berkembang biak secara

aseksual, seksual, atau keduanya (Gandahusada et al.,2012).

Beberapa jamur meskipun saprofit, dapat juga menyerang inang yang

hidup lalu tumbuh dengan subur sebagai parasit dan jamur menimbulkan

penyakit pada tumbuhan, hewan, termasuk manusia, tidak kurang dari 100

spesies yang patogen terhadap manusia (Pelczar dan Chan, 2008).

2.2 Jamur Yang Dapat Menginfeksi Manusia

Jamur yang dapat menyebabkan infeksi antara lain Candida albicans dan

Trichophyton rubrum. Candida albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas


yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam

jaringan maupun eksudat. Ragi ini adalah anggota flora normal selaput

mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita. Pada

genitalis wanita Candida albicans menyebabkan vulvovaginitis yang

menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat, dan

pengeluaran sekret. Hilangnya pH asam merupakan predisposisi timbulnya

vulvovaginitis kandida. Dalam keadaan normal pH yang asam dipertahankan

oleh bakteri vagina (Jawetz et al., 2016).

Trichophyton rubrum adalah salah satu spesies jamur yang menyebabkan

dermatofitosis. Dermatofitosis adalah penyakit jamur yang menyerang

jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin) pada kuku, rambut dan

stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh golongan jamur

dermatofita. Jamur dermatofita tersebut digolongkan dalam tiga genus, yaitu

Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Perbedaan antara ketiga

genera tersebut didasarkan pada penampilan spora dan hifa. Jamur

Trichophyton rubrum merupakan rata-rata penyebab infeksi di Indonesia

(Kuswadji, 2008).
2.2.1 Jamur Candida albicans

1. Klasifikasi

Menurut Frobisher dan Fuert's (2013), Candida albicans dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Thallophyta

Sub divisio : Fungi

Classis : Ascomycetes

Ordo : Moniliales

Familia : Crytoccocaceae

Sub Familia : Candidoidea

Genus : Candida

Species : Candida albicans

2. Sifat Umum

Candida albicans adalah suatu jamur lonjong, bertunas, yang

menghasilkan pseudomisellium baik dalam biakan maupun dalam

jaringan dan eksudat. Candida adalah flora normal selaput lendir

saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan genital wanita (Jawetz

et al., 2016).

Jamur golongan Candida yang patogen dan merupakan

penyebab kandidiasis adalah Candida albicans. Penyakit kandidiasis

banyak dihubungkan dengan berbagai faktor, seperti keadaan kulit

yang terus lembab, pemakaian obatobat antibiotik, steroid dan

sitostatika, perubahan fisiologis tubuh pada kehamilan, penyakit-


penyakit menahun dan kelemahan umum, gangguan endokrin, dan

obesitas serta keadaan malnutrisi (Harahap, 2010).

Candida albicans ditemukan dalam jumlah besar pada saluran

pencernaan setelah pemberian antibiotik oral, misal tetrasiklin, tetapi

hal ini biasanya tidak disertai gejala-gejala. Candida albicans dapat

menimbulkan serangkaian penyakit pada beberapa lokasi, antara

lain:

a) Mulut

Pada infeksi mulut (sariawan) terdapat selaput lendir di pipi

dan tampak sebagai bercak-bercak putih yang sebagian besar

terdiri dari pseudomiselium dan epitel terkelupas dari selaput

lendir, hal ini terutama terjadi pada bayi.

b) Genitalia wanita

Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan

iritasi, gatal yang hebat dan pengeluaran sekret.

c) Kulit

Infeksi kulit terutama pada bagian-bagian yang basah, hangat

seperti ketiak, lipatan paha, skrotum atau lipatan-lipatan di bawah

payudara. Infeksi paling sering terjadi pada orang gemuk dan

penderita diabetes.

d) Kuku

Penebalan dan alur transversal pada kuku yang ditandai

dengan rasa sakit, bengkak kemerahan pada lipatan kuku,


menyerupai peronikhia progenils, dapat mengakibatkan kuku

tanggal.

e) Paru-paru dan organ lain

Infeksi Candida dapat menyerupai invasi sekunder paru-paru,

ginjal, dan organ-organ lain dimana terdapat penyakit

sebelumnya. Pada penderita leukemia yang tidak terkendali dan

penderita yang mengalami penekanan imun atau pembedahan,

lesi-lesi yang disebabkan oleh Candida dapat terjadi pada banyak

organ.

f) Kandidiasis mukokutan menahun

Kelainan infeksi ini merupakan tanda kegagalan kekebalan

sekunder (Jawetz et al., 2015)

2.2.2 Jamur Trichophyton rubrum

1. Klasifikasi

Menurut Wibowo dan Ristanto (2018), Trichophyton rubrum

diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Thallophyta

Sub divisio : Fungi

Classis : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Familia : Moniliaceae

Sub Familia : Trichophytae

Genus : Trichophyton
Species : Trichophyton rubrum (Wibowo dan Ristanto, 2018).

Dermatofita merupakan segolongan jamur yang mampu

mencernakan keratin. Dari tanah dapat diisolasikan banyak jamur

yang keratolitik. Sejumlah dermatofita antropofilik merupakan

penyebab umum penyakit kurap, yang agak sulit hidup di tanah dan

bergantung pada manusia/hewan atau benda yang dipakainya untuk

penyebarannya. Jamur inilah yang menimbulkan penyakit pada

manusia/hewan (Budimulja, 2013).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu jamur yang dapat menginfeksi

manusia ada 2 jenis yaitu jamur Candida albicans dan Trichophyton rubrum.

Dimana jamur Candida albicans adalah suatu jamur lonjong, bertunas yang

menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan

maupun eksudat, sedangkan Trichophyton rubrum adalah salah satu spesies

jamur yang menyebabkan dermatofitosis.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan

kebersihan, baik makanan dan lingkungan serta kebersihan diri, untuk dapat

mencegah terjadinya infeksi jamur.


DAFTAR PUSTAKA

Frobisher and Fuert’s. 2008. Mikrobiology in Health and Disease (14th edn).
Blackwell Scientific Publication. Osford:London

Harahap M. Infeksi jamur kulit dalam: ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates.
2010; 73-84

Hare, R., 2013, Mikrobiologi dan Imunologi, 1-2, 197, diterjemahkan oleh
Praseno, Penerbit Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.

Jawetz et al. 2016. Mikologi Kedokteran. Dalam: Mikrobiologi Kedokteran (20


ed.). Jakarta: EGC.

Pelczar, Michael J dan Chan, E. C. S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.


Jakarta: UI Press.

Wibowo, D. dan Ristanto. 2018. Petunjuk Khusus Deteksi Mikroba Pangan.


Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah
Mada.

Dwidjoseputro, 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni, Bandung.

AINSWORTH, G.C., BUTTON, B.C., HAWKSWORT, D.L., 1983.Ainswort &


Bisby’s Dictionary of the Fungi.Sevent edition. Commonwealth
Mycological Institute. Huddenfield, England

ALEXOPOULOS , C.J. 1979 Intoductory Mycology. 4.nd edition. John Willey &
Sons Inc. New York. London.

Anda mungkin juga menyukai