Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA) SEMARANG

FAKULTAS HUKUM
Jln. Raya Kaligawe Km 4 Semarang

UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2021/2022


Mata Kuliah : Hukum Pidana Positif Dalam KUHP
Hari,tanggal : Kamis, 6 Januari 2022

Kelas :B
Waktu : 75 menit
DosenPenguji : Dr. R. Sugiharto,S.H.,M.H.

Petunjuk :

 Mulailah mengerjakan soal dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan


membaca hamdalah
 Kejujuran merupakan kunci kesuksesan dari suatu pekerjaan.

1. Apa perbedaan antara recidive dengan concursus realis. Jelaskan !


Di dalam ajaran tentang recidive dikenal dua sistem recidive, yaitu sistem
recidive umum dan sistem recidive khusus. Dari dua sistem recidive tersebut
sistem recidive yang mana yang berlaku meurut KUHP. Jelaskan !

2. Menurut kepentingan hukum yang dilindungi KUHP membagi kejahatan kedalam


3 kelompok kejahatan. Jelaskan dengan diberikan masing-masing 2 (dua)
contoh kejahatan dari masing-masing kelompok kejahatan yang dimaksud !
3. Apa yang dimaksud dengan unsur subyektif dan unsur obyektif dari tindak pidana.
Dan sebut serta jelaskan unsur subyektif dan unsur obyektif dari tindak pidana
pencurian (Pasal 362 KUHP) dan tindak pidana penggelapan (Pasal 372 KUHP) .
4. Sebutkan kejahatan yang termasuk kejahatan terhadap benda/harta
kekayaan, kejahatan terhadap jiwa/nyawa, dan kejahatan terhadap tubuh/badan
(masing-masing 2).
5. Salah satu unsur dari tindak pidana pencurian (Pasal 362 KUHP) ialah
“mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain”. Apa yang dimaksud dengan perbuatan “mengambil sesuatu barang”. Dan
bagaimana suatu perbuatan dikualifikasi sebagai “mengambil” menurut teori
kontrektasi, ablasi, dan aprehensi. Jelaskan !
6. Pasal 365 ayat (1) KUHP tentang pencurian yang didahului,disertai,atau
diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Jelaskan apa yang dimaksud
dengan kekerasan menurut doktrin,KUHP, dan Rancangan KUHP.
7. Sebagai sarana yang digunakan dalam tindak pidana penipuan sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 378 KUHP adalah dengan menggunakan nama palsu
atau martabat palsu,tipu muslihat,atau rangkaian kebohongan. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan nama palsu,martabat palsu,tipu muslihat, dan rangkaian
kebohongan tersebut !

Mata Kuliah : HUKUM PIDANA


Nama : Mufarihan Maarif
Nim : 30302000187
Kelas : Kelas Reguler B
JAWABAN:

1. perbedaan antara recidive dengan Concursus Realis ialah pada Residive sudah ada
putusan Pengadilan berupa pemidanaan yang telah MKHT sedangkan pada Concursus
Realis terdakwa melakukan beberapa perbuatan pidana dan antara perbuatan sang satu
dengan yang lain belum ada putrusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetap.

Sistem recidive khusus. Sistem ini menjelaskan bahwa tidak semua jenis pengulangan merupalan
alasan pemberatan pidana. Pemberatan pidana terdapat pengulangan dilakukan terhadap jenis
tindak pidana tertentu dan yang dilakukan dalam tenggang waktu tertentu juga.

Recidive menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Tidak sama dengan pecobaan,
penyertaan, pengulangan, dalam KUHP mengenai pengulangan tindak pidana tidak diatur secara
umum dalam “Aturan Umum” Buku I, tetapi diatur secara khusus secara sekelompok tindak
pidana tertentu baik berupa kejahatan di dalam Buku II maupun berupa pelanggaran di dalam
Buku III.
Dalam KUHP juga terdapat syarat tenggang waktu pengulangan tertentu. Sehingga KUHP
menganut sistem Recidive Khusus menjelaskan bahwa pemberatan pidana hanya dapat dikenakan
pada pengulangan jenis-jenis tindak pidana(kejahatan/pelanggaran) tertentu saja dan dapat
dilakuakn dalam tenggang waktu tertentu.

2. Kejahatan Genosida (Genocide) Kejahatan Terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity)


Kejahatan Perang (War Crimes) Kejahatan Agresi (Aggression)
Contoh kejahatan Genosida : 1. Pembantaian bangsa Kanaan oleh bangsa Yahudi pada milenium
pertama sebelum Masehi.
2. Pembantaian bangsa Helvetia oleh Julius Caesar pada abad ke-1 SM.
Contoh kejahatan Terhadap kemanusiaan
1. Deportasi atau pemindahan paksa penduduk
2. Pemenjaraan atau perampasan berat atas kebebasan fisik dengan melanggar aturan-aturan dasar
hukum internasional

Contoh kejahatan perang :


1. Pembunuhan yang disengaja terhadap orang yang tidak bersalah
2. Penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi, termasuk eksperimen biologis

3. Unsur subjektif meliputi subjek dan adanya unsur kesalahan. Sedangkan yang termasuk
unsur objektif adalah perbuatannya bersifat melawan hukum, tindakan yang dilarang
atau diharuskan oleh undang-undang/perundangan dan terhadap pelanggarnya diancam
pidana, dan dilakukan dalam waktu, tempat dan keadaan tertentu.
Unsur subjektif
Unsur melawan hukum dalam rumusan Pasal 362 KUHP mengandung makna
sebagai unsur melawan hukum yang subjektif yaitu suatu perbuatan dapat
disebut melawan hukum apabila perbuatan mengambil barang milik orang lain
dengan maksud memilikinya, telah terbukti dilakukan berdasarkan dengan
kehendak atau niat yang jahat dan orang yang melakukannya sadar telah
melakukan perbuatan melawan hukum.
Unsur objektif.
Salah satu unsur yang harus dimiliki agar suatu perbuatan disebut sebagai
perbuatan pidana adalah unsur melawan hukum. sifat melawan hukum adalah salah satu
unsur esensial tindak
pidana yang dinyatakan secara tegas atau tidak dalam suatu pasal undang-undang
pidana karena akan menjadi sangat aneh apabila seseorang dipidana ketika melakukan
perbuatan yang tidak melanggar hukum

4. Kejahatan terhadap harta kekayaan.

pencurian (diefstal): mengambil barang orang lain untuk memilikinya.

pemerasan (afpersing); memaksa orang lain dengan kekerasan untuk memberikan


sesuatu.

pengancaman (afdreiging): memaksa orang lain dengan ancaman untuk memberikan


sesuatu.

Tindak pidana terhadap “Nyawa” dalam KUHP dimuat pada Bab XIX dengan judul
“Kejahatan Terhadap Nyawa Orang” yang diatur dalam Pasal 338 sampai dengan Pasal
350. Mengamati pasal-pasal tersebut maka KUHP mengaturnya sebagai berikut:

 Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia.


 Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa anak yang sednag / baru dilahirkan.
 Kejahatan yang ditujukan terhadap anak yang masih dalam kandungan. 

Dilihat dari segi “Kesengajaan” (dolus) maka tindak pidana terhadap nyawa ini terdiri atas:

 Yang dilakukan dengan sengaja.


 Yang dilakukan dengan sengaja disertai kejahatan berat.
 Yang dilakukan dengan direncanakan lebih dahulu.
 Atas keinginan yang jelas dari yang dibunuh.
 Menganjurkan atau membantu orang untuk bunuh diri.

Kejahatan terhadap nyawa yang dimuat KUHP adalah sebagai berikut:

 Pembunuhan (Pasal 338)


 Pembunuhan dengan pemberatan (Pasal 339)
 Pembunuhan berencana (Pasal 340)
 Pembunuhan bayi oleh ibunya (Pasal 341)
 Pembunuhan bayi berencana (Pasal 342)
 Pembunuhan atas permintaan yang bersangkutan (Pasal 344)
 Membujuk / membantu oragng agar bunuh diri (Pasal 345)
 Pengguguran kandungan dengan izin ibunya (Pasal 346)
 Pengguguran kandungan tanpa izin ibunya (Pasal 347)
 Matinya kandungan dengan izin perempuan yang mengandungnya (Pasal 348)
 Dokter / Bidan / Tukang obat yang membantu pengguguran / matinya kandungannya
(Pasal 349).

Tindak pidana terhadap tubuh pada KUHP disebut “penganiayaan”. Dibentuknya


kejahatan terhadap tubuh manusia (misdrijven tegen het lijf) ini ditujukan bagi
perlindungan kepentingan hukum atas tubuh dari perbuatan-perbuatan berupa
penyerangan atas tubuh atau bagian dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit atau luka,
bahkan karena luka yang sedemikian rupa pada tubuh dapat menimbulkan kematian.
Menurut Yurisprudensi, maka yang diartikan dengan “penganiayaan” (mishandeling)
yaitu sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit (pijn), atau luka.
Masuk pula dalam pengertian penganiayaan ialah

“sengaja merusak kesehatan orang”. “Perasaan tidak enak” misalnya mendorong orang
terjun ke kali, sehingga basah. “Rasa sakit” misalnya menyubit, mendupak, memukul.

5. Perbuatan mencuri itu dapat dikatakan selesai, apabila barang yang


diambil itu sudah berpindah tempat, bila si pelaku baru memegang barang
tersebut, kemudian gagal karena ketahuan oleh pemiliknya, maka ia belum dapat
dikatakan mencuri, akan tetapi baru melakukan apa yang dikatakan “percobaan
mencuri”.

6. Dalam rumusan Pasal 365 KUHPidana itu sendiri tidak disebutkan tentang apa
yang menjadi alasanuntuk tindak pidana pencurian dengan kekerasan adalah suatu
keharusan adanya kesatuan waktu antara pencurian dengan kekerasan. Bahwa
kekerasan yang dilakukakan dengan maksud untuk mempersiapkan, mempermudah
atau memperlancar tindak pidana pencurian atau untuk memungkinkan melarikan
diri dalam hal tertangkap tangan atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.
Mengenai tindak pidana pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 365
KUHP. Bahwa hukuman penjara selamalamanya sembilan tahun, di hukum
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan
pencurian itu atau jika tertangkap tangan supaya ada kesempatan bagi dirinya
sendiri atau bagi kawannya yang turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri
atau supaya barang yang dicuri itu tetap, ada ditangannya.

7. a. Dengan menggunakan nama palsu (valsche naam), dalam hal ini terdapat 2
(dua) pengertian nama palsu, antara lain:

Pertama, diartikan sebagai suatu nama bukan namanya sendiri melainkan nama
orang lain (misalnya menggunakan nama seorang teman).
Kedua, diartikan sebagai suatu nama yang tidak diketahui secara pasti pemiliknya
atau tidak ada pemiliknya (misalnya orang yang bernama A menggunakan nama
samaran B).Nama B tidak ada pemiliknya atau tidak diketahui secara pasti ada
tidaknya orang tersebut. Dalam hal ini kita harus berpegang pada nama yang
dikenal oleh masyarakat luas. Misalkan A dikenal di masyarakat dengan nama C,
maka A mengenalkan diri dengan nama C itu adalah menggunakan nama palsu.
Kemudian bagaimana bila seseorang menggunakan nama orang lain yang sama
dengan namanya sendiri, tetapi orang yang dimaksudkan itu berbeda. Misalnya
seorang supir bernama A mengenalkan diri sebagai seorang pegawai bank yang
juga bernama A, si A yang terakhir benar-benar ada dan diketahuinya sebagai
seorang pegawai bank. Di sini tidak menggunakan nama palsu, akan tetapi
menggunakan martabat atau kedudukan palsu

b. Menggunakan martabat atau kedudukan palsu (valsche hoedanigheid)

dalam hal ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan sebagai terjemahan
dari perkataan valsche hoedanigheid yakni, keadaan palsu, martabat palsu, sifat
palsu, dan kedudukan palsu. Adapun yang dimaksud dengan kedudukan palsu itu
adalah suatu kedudukan yang disebut atau digunakan seseorang, kedudukan mana
menciptakan atau memiliki hak- hak tertentu, padahal sesungguhnya ia tidak
mempunyai hak tertentu itu. Jadi kedudukan palsu ini jauh lebih luas
pengertiannya daripada sekedar mengaku mempunyai suatu jabatan tertentu,
seperti dosen, jaksa, kepala, notaris, dan lain sebagainya.Sudah cukup ada
kedudukan palsu misalnya seseorang mengaku seorang pewaris, yang dengan
demikian menerima bagian tertentu dari boedel waris, atau sebagai seorang wali,
ayah atau ibu, kuasa, dan lain sebagainya.Hoge Raad dalam suatu arrest- nya (27-
3-1893) menyatakan bahwa perbuatan menggunakan kedudukan palsu adalah
bersikap secara menipu terhadap orang ketiga, misalnya sebagai seorang kuasa,
seorang agen, seorang wali, seorang kurator ataupun yang dimaksud untuk
memperoleh keperca-yaan sebagai seorang pedagang atau seorang pejabat.

c. Menggunakan tipu muslihat (listige kunstgreoen) dan rangkaian


kebohongan (zamenweefsel van verdichtsels), dalam hal ini kedua cara
menggerakkan orang lain ini sama-sama bersifat menipu atau isinya tidak benar
atau palsu, namun dapat menimbulkan kepercayaan atau kesan bagi orang lain
bahwa semua itu seolah-olah benar adanya. Namun terdapat perbedaan, yakni
pada tipu muslihat berupa perbuatan, sedangkan pada rangkaian kebohongan
berupa ucapan atau perkataan.Tipu muslihat diartikan sebagai suatu perbuatan
yang sedemikian rupa dan yang menimbulkan kesan atau kepercayaan tentang
kebenaran perbuatan itu, yang sesungguhnya tidak benar.Karenanya orang bisa
menjadi percaya dan tertarik atau tergerak hatinya. Tergerak hati orang lain itulah
yang sebenarnya dituju oleh si penipu, karena dengan tergerak hatinya atau
terpengaruh kehendaknya itu adalah berupa sarana agar si korban berbuat
menyerahkan benda yang dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai