FAKULTAS HUKUM
Jln. Raya Kaligawe Km 4 Semarang
Kelas :B
Waktu : 75 menit
DosenPenguji : Dr. R. Sugiharto,S.H.,M.H.
Petunjuk :
1. perbedaan antara recidive dengan Concursus Realis ialah pada Residive sudah ada
putusan Pengadilan berupa pemidanaan yang telah MKHT sedangkan pada Concursus
Realis terdakwa melakukan beberapa perbuatan pidana dan antara perbuatan sang satu
dengan yang lain belum ada putrusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Sistem recidive khusus. Sistem ini menjelaskan bahwa tidak semua jenis pengulangan merupalan
alasan pemberatan pidana. Pemberatan pidana terdapat pengulangan dilakukan terhadap jenis
tindak pidana tertentu dan yang dilakukan dalam tenggang waktu tertentu juga.
Recidive menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Tidak sama dengan pecobaan,
penyertaan, pengulangan, dalam KUHP mengenai pengulangan tindak pidana tidak diatur secara
umum dalam “Aturan Umum” Buku I, tetapi diatur secara khusus secara sekelompok tindak
pidana tertentu baik berupa kejahatan di dalam Buku II maupun berupa pelanggaran di dalam
Buku III.
Dalam KUHP juga terdapat syarat tenggang waktu pengulangan tertentu. Sehingga KUHP
menganut sistem Recidive Khusus menjelaskan bahwa pemberatan pidana hanya dapat dikenakan
pada pengulangan jenis-jenis tindak pidana(kejahatan/pelanggaran) tertentu saja dan dapat
dilakuakn dalam tenggang waktu tertentu.
3. Unsur subjektif meliputi subjek dan adanya unsur kesalahan. Sedangkan yang termasuk
unsur objektif adalah perbuatannya bersifat melawan hukum, tindakan yang dilarang
atau diharuskan oleh undang-undang/perundangan dan terhadap pelanggarnya diancam
pidana, dan dilakukan dalam waktu, tempat dan keadaan tertentu.
Unsur subjektif
Unsur melawan hukum dalam rumusan Pasal 362 KUHP mengandung makna
sebagai unsur melawan hukum yang subjektif yaitu suatu perbuatan dapat
disebut melawan hukum apabila perbuatan mengambil barang milik orang lain
dengan maksud memilikinya, telah terbukti dilakukan berdasarkan dengan
kehendak atau niat yang jahat dan orang yang melakukannya sadar telah
melakukan perbuatan melawan hukum.
Unsur objektif.
Salah satu unsur yang harus dimiliki agar suatu perbuatan disebut sebagai
perbuatan pidana adalah unsur melawan hukum. sifat melawan hukum adalah salah satu
unsur esensial tindak
pidana yang dinyatakan secara tegas atau tidak dalam suatu pasal undang-undang
pidana karena akan menjadi sangat aneh apabila seseorang dipidana ketika melakukan
perbuatan yang tidak melanggar hukum
Tindak pidana terhadap “Nyawa” dalam KUHP dimuat pada Bab XIX dengan judul
“Kejahatan Terhadap Nyawa Orang” yang diatur dalam Pasal 338 sampai dengan Pasal
350. Mengamati pasal-pasal tersebut maka KUHP mengaturnya sebagai berikut:
Dilihat dari segi “Kesengajaan” (dolus) maka tindak pidana terhadap nyawa ini terdiri atas:
“sengaja merusak kesehatan orang”. “Perasaan tidak enak” misalnya mendorong orang
terjun ke kali, sehingga basah. “Rasa sakit” misalnya menyubit, mendupak, memukul.
6. Dalam rumusan Pasal 365 KUHPidana itu sendiri tidak disebutkan tentang apa
yang menjadi alasanuntuk tindak pidana pencurian dengan kekerasan adalah suatu
keharusan adanya kesatuan waktu antara pencurian dengan kekerasan. Bahwa
kekerasan yang dilakukakan dengan maksud untuk mempersiapkan, mempermudah
atau memperlancar tindak pidana pencurian atau untuk memungkinkan melarikan
diri dalam hal tertangkap tangan atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.
Mengenai tindak pidana pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 365
KUHP. Bahwa hukuman penjara selamalamanya sembilan tahun, di hukum
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan
pencurian itu atau jika tertangkap tangan supaya ada kesempatan bagi dirinya
sendiri atau bagi kawannya yang turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri
atau supaya barang yang dicuri itu tetap, ada ditangannya.
7. a. Dengan menggunakan nama palsu (valsche naam), dalam hal ini terdapat 2
(dua) pengertian nama palsu, antara lain:
Pertama, diartikan sebagai suatu nama bukan namanya sendiri melainkan nama
orang lain (misalnya menggunakan nama seorang teman).
Kedua, diartikan sebagai suatu nama yang tidak diketahui secara pasti pemiliknya
atau tidak ada pemiliknya (misalnya orang yang bernama A menggunakan nama
samaran B).Nama B tidak ada pemiliknya atau tidak diketahui secara pasti ada
tidaknya orang tersebut. Dalam hal ini kita harus berpegang pada nama yang
dikenal oleh masyarakat luas. Misalkan A dikenal di masyarakat dengan nama C,
maka A mengenalkan diri dengan nama C itu adalah menggunakan nama palsu.
Kemudian bagaimana bila seseorang menggunakan nama orang lain yang sama
dengan namanya sendiri, tetapi orang yang dimaksudkan itu berbeda. Misalnya
seorang supir bernama A mengenalkan diri sebagai seorang pegawai bank yang
juga bernama A, si A yang terakhir benar-benar ada dan diketahuinya sebagai
seorang pegawai bank. Di sini tidak menggunakan nama palsu, akan tetapi
menggunakan martabat atau kedudukan palsu
dalam hal ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan sebagai terjemahan
dari perkataan valsche hoedanigheid yakni, keadaan palsu, martabat palsu, sifat
palsu, dan kedudukan palsu. Adapun yang dimaksud dengan kedudukan palsu itu
adalah suatu kedudukan yang disebut atau digunakan seseorang, kedudukan mana
menciptakan atau memiliki hak- hak tertentu, padahal sesungguhnya ia tidak
mempunyai hak tertentu itu. Jadi kedudukan palsu ini jauh lebih luas
pengertiannya daripada sekedar mengaku mempunyai suatu jabatan tertentu,
seperti dosen, jaksa, kepala, notaris, dan lain sebagainya.Sudah cukup ada
kedudukan palsu misalnya seseorang mengaku seorang pewaris, yang dengan
demikian menerima bagian tertentu dari boedel waris, atau sebagai seorang wali,
ayah atau ibu, kuasa, dan lain sebagainya.Hoge Raad dalam suatu arrest- nya (27-
3-1893) menyatakan bahwa perbuatan menggunakan kedudukan palsu adalah
bersikap secara menipu terhadap orang ketiga, misalnya sebagai seorang kuasa,
seorang agen, seorang wali, seorang kurator ataupun yang dimaksud untuk
memperoleh keperca-yaan sebagai seorang pedagang atau seorang pejabat.