Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan sykur kami ucapkan kepada Allah SWT. Atas berkat serta
bimbingan- Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Pada makalah ini kami membahas tentang “ MIKOSIS SUPERFISIAL”


Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikologi di
politeknik Bina Husada Kendari.

Kami mengharapkan makalah ini dapat membawa manfaat yang baik bagi
pembaca sekalian. Kami juga meyadari bahwa makalah ini belum sempurna
sehingga kritk dan saran dari para pembaca sekalian sangat diharapkan.

Kendari, 23
Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan yang sangat penting
dan harus diperhatikan karena harus diperhatikan karena kebersihan akan
mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan kulit merupakan
mekanisme utama untuk mengurangi kontak dan transmisi terjadinya infeksi,
salah satunya infeksi jamur. Infeksi jamur kulit cukup banyak ditemukan di
Indonesia, yang merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi
bila higiene juga kurang sempurna.
Menurut Budimulpa (2010), penyakit akibat infeksi jamur (mikosis)
terbagi atas mikosis superfisialis dan mikosis profunda. Klasifikasi lain
menurut Jain (2012), infeksi jamur dibagi menjadi infeksi superficial
(menginvasi stratum korneum, rambut, dan kuku), subcutaneous (biasanya
karena implantasi), dan deep (sistemik) (Madani A, 2000).
Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur atau
mikosisi yang mempunyai insidensi cukup tinggi ialah mikosis superfisialis.
Penyakit yang termasuk mikosis superfisialis adalah dermatofitosis dan
nondermatofitosis, yang terdiri atas berbagi penyakit diantranya pityriasis
versicolor (Pv), yang lebih dikenal sebagau penyakit panu (Budimulja, 2002).
Penyakit dermatomikosis superfisialis (mikosis superfisialis) menjadi
penyakit yang paling banyak dijumpai di semua lapisan masyarakat yang
terjadi pada kulit, rambut, kuku dan selaput lendir. Dermatomikosis yang
menunjukkan bahwa jamur golongan dermatofit, penyebab dermatofitosis
yang merupakan bagian dari infeksi superfisisal, mendominasi hasil isolasi
jamur yang mereka lakukan yaitu sebanyak 188 temuan sedangkan jamur
infeksi sistemik hanya sebanyak 26 temuan.
Dermatofit berekembang pada suhu 25-28°C dan timbulnya infeksi pada
kulit manusia didukung oleh kondisi yang panas dan lembap. Dermatofit
tersebar di seluruh dunia dan menjadi masalah terutama di negara berkembang
mikosis superfisial mengenai lebih dari 20% hingga 25% populasi sehingga
menjadi bentuk infeksi yang tersering. Diberbagai negara saat ini terjadi
peningkatan bermakna dermatofitosis. Tinea cruris, Tinea pedis, dan jenis
spesies lainnya yang banyak di temukan. Di indonesia dermatofitosis
merupakan 52% dari seluruh dermatomikosis dan tinea kruris dan tinea
corporis merupakan dermatomikosis terbanyak. (
Infeksi non- dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang
paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat
yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit
yang paling luar.(
Insiden mikosis superfisial sangat tinggi di indonesia karena menyerang
masyarakat luas, oleh karena itu, akan dibicarakan secara luas. Sebaliknya
mikosis profunda jarang terdapat. Yang termasuk kedalam mikosis superfisial
terbagi 2 kelompok dermatofitosis dan non- dermatofitosis. Istilah
dermatofitosis harus dibedakan di sini dengan dermatomikosis harus
dibedakan disini dengan dermatomikosis. Dermatomikosis ialah penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneurm pada
epdermis, rambut, dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita.
Penyebabnya adalah dermatofita yang mana golongan jamur dermatofita.
Penyebabnya adalah dermatofita yang mana golongan jamur ini mempunyai
sifat mencerna keratin. Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang
terbagi dalam genus, yaitu microsporum, trichophyton, dan epidermophyton.
Selain sifat keratolitik sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat
makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit. (
Manifestasi klinis bervariasi dapat menyerupai kulit lain sehingga selalu
menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam penatalaksanaanya.
Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan identifikasi laboratorik.
Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Pada masa kini
banyak pilihan obat untuk mengatasi dermatofitosis, baik dari golongan
antifungal konvensional atau antifungal terbaru. Pengobatan yang efektif ada
kaitannya dengan daya tahan seseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab.
Prevalensi di indonesia, dermatosis akibat kerja belum mendapat perhatian
khusus dari pemerintah atau pemimpin perusahaan walaupun jenis dan tingkat
prevalensinya cukup tinggi. (
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka didapatkan rumusan
masalah dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan mikosis superfisial ?
2. Bagaimana klasifikasi dari mikosis superfisial ?
3. Apa yang dimaksud dengan jamur pityarisis versicolor ?
4. Apa yang dimaksud dengan jamur tinea nigra ?
5. Apa yang dimaksud dengan jamur piedra ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang mikosis superfisialis
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari mikosis superfisialis
3. Untuk memahami tentang jamur pityarisis versicolor
4. Untuk memahami tentang jamur tinea nigra
5. Untuk memahami jamur piedra
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mikosis superfisial


Mikosis adalah infeksi jamur. Dermatomikosis adalah penyakit jamur
yang menyerang kulit. Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: superfisialis,
kutaneus, subkutaneus, sistemik dan oportunistik. Mikosis superfisialis cukup
banyak diderita penduduk di negara tropis dengan udara yang lembab, udara yang
lembab dapat memicu terjadinya infeksi jamur kulit. Penyebab infeksi jamur kulit
dibedakan menjadi non-dermatofita. Untuk membedakan penyebabnya, maka
dilakukan pemeriksaan dengan KOH dan juga kultur. (
Mikosis suoerfisial adalah penyakit jamur yang menginfeksi lapisan
permukaan kulit, yaitu stratum korneurm, rambut dan kuku. Ada dua golongan
jamur yang menyebabkan mikosis superfisialis yaitu Dermatofita dan Non-
demarmatofita.
Berdasarkan lokasi anatomi tubuh yang dikenal, dematofitosis terbagi lagi
atas tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea kruris, tinea manus, tinea
pedis, tinea unguim. Sedang yang non-dermatofitosis terbagi lagi atas pitriasis
versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis kutis. Diantara penyakit
infeksi jamur superfisial ini, yang terbanyak frekwensinya dijumpai di Indonesia
adalah dermatofitosis, pitriasis versikolor dan kandidiasis kutis.(
2.2 Dermatofita
Definisi dermatofitosis adalah infeksi jamur suoerfisial disebabkan oleh
dermatofita yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin dan
menggunakannya sebagai sumber nutrisi, dengan menyerang jaringan berkeratin,
seperti stratum korneurm pada epidermis, rambut, dan kuku (
Dermatofita merupakan kelompok taksonomi jamur kulit superfisial yang
terdiri dari 3 genus, yaitu Microsporu , Trichophyton, dan Epidermophyton.
Kemampuannya untuk membentuk ikatan molekuler terhadap keratin dan
menggunakannya sebagai sumber makanan meyebabkan mereka mampu
berkolonisasi pada jaringan keratin.
Dermatofitosis tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi berbeda-beda
pada tiap negara(Abbas, 2012). Penelitian World Health 9 Organization (WHO)
terhadap insiden dari infeksi tinea korporis merupakan tipe yang paling dominan
dan diikuti dengan tinea kruris, pedis, onychomycosis ( Lakshmipathy,2013).
2.1.2 Klasifikasi Dermatofitosis
Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari
tiga genus, yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton. Enam
spesies penyebab utama dermatofitosis di Indonesia ialah Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophytes, Microsporum canis, Microsporum Gypseum,
Trichophyton concentrium, Epidermophyton floccosum. (
Dermatofita berdasarkan habitatnya:
 Zoofilik merupakan kelompok spesies dermatofita yang menular ke
manusia melalui hewan, kucing, anjing, kelinci, babi, kuda, binatang
ternak, dan binatang lainnya merupakan kontak langsung dengan hewan
tersebut atau secara tidak langsung melalui rambut hewan terinfeksi. Area
terbuka seperti kulit kepala, janggut, wajah dan lengan menjadi tempat
infeksi tersering, misalnya: Microsporum canis dan trikofiton gypseum.
 Geofilik merupakan fungu yang menyebabkan infeksi saat manusia kontak
langsung dengan tanah misalnya Mikrosporum gypseum.
 Antropofilik merupakan kelompok spesies dermatofita yang hanya
berkembang pada host manusia dan transmisi secara kontak langsung,
kulit yang terinfeksi atau rambut pada pakaian, topi, sisir, kaus kaki, dan
handuk juga dapat menjadi sumber reservoir. Misalnya, Mikrosporum
audoinii dan Trikofiton rubrum.
2.3 Non- dermatofita
Infeksi non-dermatofita pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang
paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat
yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit
yang paling luar. Yang termasuk jamur non-dermatofitosis antara lain :
pititriasis versicolor, tinea nigra palmaris, piedra (
2.4 jamur pityriasis versicolor
Tinea versikolor/ pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang
sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamut kulit ini
adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih
sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan
kadang-kadang terlihat diketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit
kepala.
a. Morfologi
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneurm) berupa kelompok
sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang
berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan
tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi
tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapt
milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang
sering di jumpai:
 Bentuk makuler
Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama
halus diatasnya dan tepi tidak meninggi.
 Bentuk folikuler
Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut

b. Patogenesis
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit
normal. Bagaimana perubahan dari saprofit menjadi patogen belum
diketahui. Organisme ini merupakan “lipid dependent yeast”.
Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor hormonal, ras,
matahari, peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap
melanosit.(
Penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya
asimtomatik, disebabkan oleh malassezia furfur dengan
manifestasiklinis bercak dengan pigmentasi yang bervariasi.
Bercak berwarna putih sampai coklat kehitaman. Terutama
meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat
paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit

c. Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia (kosmopolit) terutama di
daerah beriklim tropis. Di indonesia frekuensinya tinggi. Penularan
panu terjadi bila ada kontak dengan jamur penyebab oleh karena
itu kebersihan pribadi sangat penting(
d. Diagnosa
Selain mengenal kelainan yang khas yang disebabkan oleh
Melasezi fulfur diagnosa pitriasis versikolor harus dibantu dengan
pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%
Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok
bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan
dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan skapel steril dan
jatuhnya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula. Sebagian
dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH 10% yang
diberi tinta parker biru hitam, dipanaskan sebentar, ditutup dengan
gelas penutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Bila penyebabnya
memang jamur, maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias
lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-
sekat atau seperti butir-butir yang bersambung seperti kalung.
Pada pitriasis versikolor hifa tampak pendek-pendek, lurus atau
bengkok dengan disana sini banyak butiran-butiran kecil
bergerombol ( partologi,
2. Pembiakan
Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat
dibiakkan pada media buatan.
3. Pemeriksaan dengan sinar wood
Dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah
lesi sehingga batas lesi lebih muda dilihat. Daerah yang terkena
infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna emas sampai
orange (verma ,

e. Pengobatan
Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur
pakaian, sprei, handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan
pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif( skuama) dalam
waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas
pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu ( verma,
Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipogmentasi
belum akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali.
Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang
hipopigmentasi akan coklat kembali.
Obat-obat anti jamur yang dapat menolong misalnya salep
whitfield, salep salisil sulfur ( salep 2/4), salisil spirtus,
tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru seperti selenium sulfida 2%
dalam shampo, derivatimidasol seperti ketokonasol, isokonasol,
toksilat dalam bentuk krim atau larutan dengan kosentrasi 1-2% sangat
berkhasiat baik ( verma,

2.5 Jamur Tinea nigra

Sinonim tinea nigra adalah kereatomikosis Nigrikans Palmaris,


Kladosporiosis Epidemika, pitriasis nigra, mikrosporosis nigra. Tinea
nigra ialah infeksi yang disebabkan oleh expohiala werneckii, jamur
superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki dan tangan
memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang. Makula
yang terjadi tidak menonjol pada permukaam kulit, tidak terasa sakit dan
tidak ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat meluas
sampai ke punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar
sampai dileher dada dan muka. Gambaran fluoresensi ini dapat berupa
polosiklis, arsiner dengan warna hitam atau coklat hampir sama seperti
setetes nitras argenti yang diteteskan pada kulit ( suyono,

a. Morfologi
Lesi mula-mula kecil kemudian dapat menyebar secara
sentrifugal atau bersaru dengan lesi lainnya membentuk tepi
yang tidak beraturan atau polisiklis. Pigmentasi tidak merata,
paling gelap didapatkan pada bagian tepi. Tidak didapatkan
eritema atau tanda-tanda inflamasi lain. Karena asimtomatis
menyebabkan tidak terdiagnosis dalam waktu yang lama. Lesi
umumnya terbatas pada satu telapak tangan, namun dapart
mengenai jaringan tangan, telapak kaki, pergelangan tangan,
dada dan leher, wajah tidak pernah terkena( sutton,
b. Epidemiologi
Penyakit ini jarang terjadi. Kasus tine nigra terjadi secara
sporadik dibeberapa bagian belahan dunia terutama didaerah
pantai negara-negara tropis dan subtropis seperti misalnya:
kepulauan karibia, amerika tengah dan selatan, Asia Afrika dan
Australia. Penyakit ini paling sering menyerang anak-anak dan
dewasa muda, berumur kurang dari 19 tahun, pada wanita 3
kali lebih sering dibandingkan pada pria dan hampir sebagian
besar infeksi dilaporkan terjadi pada individu imunokompoten (
Gandahusada,
c. Diagnosis
a. Preparat langsung: kerokan kulit dengan KOH 10% akan
menunjukan adanya hifa dan spora yang tersebar didalam
gel-gel epitel, besar hifa berkisar 3-5µ dan spora berkisar 1-
2µ.
b. Pembiakan: pembiakan skuama pada media sabauroud
glukosa agar (SGA), dikeram pada temperatur kamar.
Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni menyerupai ragi,
berwarna hijau dan pada bagian tepinya tumbuh daerah
yang filamentous berwarna coklat. Pada pemeriksaan
mikroskopis tampak hifa halus bercabang, mengkilat dan
spora-spora yang lonjong ( sutton,

d. Pengobatan

pengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong.


Salep whotfield I dan II atau salep sulfursalisil juga dapat
menolong. Obat-obat anti jamur, preparat-preparat imidazol
seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat
baik. Umunya baik bila faktor-faktor predisposisi dapat
dieliminer dengan baik (gandahusada, dkk,

2.6 Jamur Piedra

Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut


yang memberikan benjola-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.
Ada dua maca, yaitu:

Piedra putih: penyebabnya piedraia beigeli

Piedra hitam: penyebabnya piedraia hortae

1.1.1 jamur piedra hitam

Jamur piedra hortae merupakan penyebab piedra hitam ( infeksi


pada rambut berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna
hitam). Penyakit ini umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan
subtropis. Terutama terdapat pada rambut kepala, kumis atau jambang dan
dagu( gandahusada, dkk,

a. Morfologi
Jamur ini tergolong kelas Ascomycetes dan membentuk spora
seksual. Dalam sediaan KOH, rambut dengan benjolan hitam
terlihat lebih jernih, berbentuk bulat atau lonjong, yaitu askus yang
berisi 2-8 askospora. Askospora berbentuk lonjong memanjang
agak melengkung dengan ujung yang meruncing, seperti pisang.
Askus-askus dan anyaman hifa yang padat membentuk benjolan
hitam yang keras diluar rambut. Pada rambut dengan benjolan,
tampak hifa endotrik( dalam rambut) sampai ektorik ( diluar
rambut) yang besarnya 1-2µm berwarna tengguli dan ditemukan
spora yang besarnya 1-2µm( gandahusada, dkk,
b. Epidemilogi
Penyakit ini terdapat diberbagai daerah tropis di dunia, diantaranya
di indonesia. Penularan penyakit ini mudah terjadi melalui sisir dan
alat-alat potong rambut yang terpapar jamur( verma,

c. Diagnosis
a. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan
tampak hifa endotrik ( dalam rambut pada lapisan kortek)
sampai ektotrik ( di luar rambut) yang besar 4-8 mu berwarna
tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2µ
b. Kultur rambut dalam media saboutound tampak koloni mula-
mula tumbuh sebagai ragi yang berwarna klining, kemudian
dalam 2-4 hari akan berubah menjadi koloni filamen.
d. Pengobatan
Pengobatan piedra adalah dengan memotong rambut yang
terkena infeksi atau mencuci kepala setiap hari dengan larutan
sublimat 1/2000 atau shampo yang mengandung antimikotik.
Sebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan
sublimat1/2000 dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil
pengobatan akan tampak dalam 1 minggu ( verma,
1.1.2 Jamur Piedra Putih
Piedraia beigeli merupakan penyebab piedra putih, terdapat
pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan ditanah , udara dan
permukaan tubuh.
a. Morfologi
Piedra beigeli ( trikosporon beigeli) terutama terdapat
didaerah subtropis, daerah dingin, ( di Indonesia belum
ditemukan). Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna
termasuk moniliaceae. Secara maksroskopis jamur ini
menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia( verma,
b. Epidemiologi
Penyakit ini terdapat diberbagai daerah dingin di dunia,
belum pernah ditemukan di indonesia. Kebersihan dijaga
untuk mencegah penularan ( verma,
c. Dianognosis
Pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada
agar sabauraud:
1. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut
yang ada benjolan tampak hifa endotrik ( dalam
rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik
( diluar rambut) yang besar 4-8 mu berwarna
tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-

2. Kuktur rambut dalam media SDA tampak koloni
mula-mula tumbuh sebagai ragi yang berwarna
kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah
menjadi koloni filamen
d. Pengobatan
Penanganan utama piedra putih adalah dengan mencukur
atau memotong rambut. Selain mencukur rambut yang
terinfeksi, agen anti jamur seperti terbinafine juga dapat
digunakan dalam pengobatan piedra. Pilihan pengobatan
piedra putih lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan
anti jamur topikal seperti imidazol, ciclopirox olamine, 2 %
selenium sulfida, sulfur 6% dalam larutan minyak, larutan
chlorhexidine, cat chlorani, zine pyrithione, dan lotion
amfoterisin B. untuk sebagian besar kasus, piedra putih
adalah kondisi yang tidak berbahaya dan kebanyakan orang
dapat pulih sepenuhnya ( verma,
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
mikosis

Anda mungkin juga menyukai