Anda di halaman 1dari 31

MIKOLOGI

MACAM-MACAM MIKOSIS INTERMEDIET

OLEH KELOMPOK 1
Vinvin adrafin
Alfair firdaus
Hardiani La Ida
Firna A djais
Cut rianti K machmud
Siti Hajar
Nurul fadillah
Irma kader
Roslina jabid
Putri damayanti
Sofyanti abd halik
Meliyani paningfat
Rinto umalekhoa
Apriani Lessy
Nadia sabrina
Nitasari nasir
Fiandra Alim
Anita laila fitri
Nurwahdania Halik
Nabila setyaningrum

POLTEKKES KEMENKES TERNATE


PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang
berjudul ‘Mikosis Internediet’ ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah
Mikologi

kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senang hati demi
perbaikan makalah lebih lanjut.

Makalah ini dapat kami selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan
makalah ini. kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi mikosis intermediatede

B. Macam-macam mikosis intermediate

C. Pengobatan mikosis

D. Pencegahan mikosis

E. Isolasi dan identifikasi jamur penyebab mikosis intermediet

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

B. Saran

KATA PENGANTAR..................................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikosis adalah infeksi jamur yang dapat menyerang permukaan dan lapisan
kulit hingga organ dalam tubuh manusia. Mikosis umumnya menyerang orang
dengan sistem imun yang lemah.
Fungi (jamur) termasuk dalam phylum thallopyta,sebagian besar hidup
sebagai sebagai saprophyts dan sebagian kecil sebagai parasit pada tumbuhan,
hewan, dan manusia.
Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah
dermafofita (dermatophyte), bahasa yunani yang bearti tumbuhan kulit), Dan jamur
serta raga candida albican, yang menyebabkan terjadinya infeksi pada jamur
superficial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lender. Jamur lainnya dapat
menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi di bagian dalam.
Mikosis intermediate adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit
(stratum korneum, rambut, dan kuku ), dan alat-alat dalam. Kandidosis adalah
penyakit jamur yang bersifat akut, subakut disebabkan oleh spesies candida yang
menyerang mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus, atau paru.
Mikosis intermediate merupakan mikosis yang menyerang kilit, kuku, dan
rambut seperti pada gambar terutama disebabkan oleh 3 genus jamur, yaitu
Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton.
Gejala infeksi jamur tergantung pada jenis dan lokasi di dalam tubuh. Infeksi
jamur mungkin ringan, dalam bentuk ruam atau masalah pernapasan ringan.
Namun, beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur bisa berat dan dapat
menyebabkan komplikasi serius dan kematian.
Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit yang
disebabkan oleh jamur dapat dibagi berdasarkan penyerangannya, yaitu mikosis
profunda, mikosis intermediate dan mikosis superfsialis. Mikosis profunda

iv
menunjukkan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis,
traktus respiratorius, traktus urogenital, susunan kardiovaskular, susunan
saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit. Mikosis jenis ini jarang ditemukan
karena biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif.
Manisfestasi klinis morfologik dapat berupa tumor, infiltrasi peradangan vegetatif,
fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan. Mikosis intermediate adalah
penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit (stratum korneum, rambut, dan kuku",
dan alat-alat dalam seperti vagina, kulit, kuku, bronkus, atau paru yang disebabkan
oleh jamur golongan,
Mikosis intermediate adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit
(stratum korneum, rambut, dan kuku), dan alat-alat dalam. Kandidosis adalah
penyakit jamur yang bersifat akut, subakut disebabkan olehspesies candida yang
menyerang mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus, atau paru. Kandidosis dibedakan
secara klinik:

a. Kandidosis selaput lendir


 Kandidosis lisan
 Perleche
 Vulvovaginitis
 Balanitis atau balanopostitis
 Kandidosis mukokutan kronik

b. Kandidosis kutis
 Kandidosis intertriginosa
 Kandidosis perianal
 Kandidosis kutis generalisata
 Paronikia dan onikomikosis

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimasud dengan mikosis intermediate ?
2. Apa macam-macam mikosis intermediate ?
3. Bagaimana pengobatan mikosis ?
4. Bagaimana cara pencegahan mikosis?

v
5. Bagaimana cara isolasi dan identifikasi jamur penyebab mikosis intermediet

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi mikosis intermediatede
2. Untuk mengetahui macam-macam dari miksosi intermediate
3. Untuk mengetahui pengobatan mikosis
4. Untuk mengetahui cara pencegahan mikosis
5. Untuk mengetahui cara isolasi dan identifikasi jamur penyebab mikosis
intermediet

vi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Mikosis intermediate


Jamur (fungi) merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia. Jamur tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia. Baik di
udara, tanah, air, pakaian, bahkan ditubuh manusia sendiri. Meskipun banyak jenis
jamur yang bermanfaat bagi manusia dalam beberapa hal, namun masih terdapat
spesies tertentu yang dapat menyebabkan beberapa penyakit pada manusia.
Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis. Diantara jenis
mikosis yang terjadi adalah mikosis intermediate. Mikosis intermediate adalah
penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit (stratum korneum, rambut, dan kuku ),
dan alat-alat dalam. Kandidosis adalah penyakit jamur yang bersifat akut, subakut
disebabkan oleh spesies candida yang menyerang mulut, vagina, kulit, kuku,
bronkus, atau paru.
Kandidosis dibedakan secara klinik:

a. Kandidosis selaput lendir


 Kandidosis oral
 Perleche
 Vulvovaginitis
 Balanitis atau balanopostitis
 Kandidosis mukokutan kronik

b. Kandidosis kutis
 Kandidosis intertriginosa
 Kandidosis perianal
 Kandidosis kutis generalisata
 Paronikia dan onikomikosis
 Kandidosis kutis granulomatosa

vii
c. Kandidosis sistemik
 Endokarditis
 Meningitis
 Pielonefritis

Mikosis intermediate merupakan mikosis yang menyerang kilit, kuku, dan rambut
seperti pada gambar terutama disebabkan oleh 3 genus jamur, yaitu Trichophyton,
Microsporum, dan Epidermophyton

Gambar pada jaringan subkutan akibat dari infeksi jamur penyebab mikosis
intermediate

B. Macam Mikosis Intermediate


Berdasarkan golongan jamur yang menginfeksi, mikosis intermediate terbagi
menjadi dua yakni dermatofitosis dan non dermatofitosis.

viii
1. Dermatofitosis
Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit
“Dermatofitosis’’. Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh
karena mempuyai daya tarik kepala keratin (keratinofilik) sehingga infeksi
jamur ini dapat menyerang lapisan kulit mulai dari stratum komeurm sampai
dengan keratin sebagai sumber nutrisinya.Terdapat berbagai jenis golongan
jamur dermatofit yang menyebabkan mikositosis subkutsn. Masing - masing
jenis jamur akan memberikan efek yang berbeda pada jaringan subkutan
yang diinfeksi.

Gambar Lapisan kulit stratum korneum hingga stratum basal mampu diinfeksi oleh
jamur yang menyebabkan mikositosis intermediate

Berikut adalah berbagai jenis penyakit mikosis subkutan :


a. Tinea Kapitis Kapitis
Tinea kapitis merupakan infeksi jamur yang stratum cormeum kulit kepala
dan rambut kepala, yang disebabkan oleh jamur Mycrosporum dan
Trichopyton. Gejalanya adalah rambut yang terkena tampak kusam, mudah
patah dan tinggal rambut yang pendek-pendek pada daerah yang botak.

ix
Seringkali juga muncul bercak pada kepala serta gatal. Pada infeksi yang
berat dapat menyebabkan edematous dan bernanah seperti pada gambar.
Penderita tinea kapitis akan ditemukan spora rambut atau dalam rambutnya.

Jamur Trichophyton Sp.

b. Tinea kruris
Merupakan infeksi mikrosis superfisial yang mengenai pada bagian atas
sebelah dalam (lihat gambar) Pada kasus yang berat dapat pula mengenai
kulit sekitarnya. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum atau
Trichophyton rubrum dan Tricophyton mentografites. Penderita tinea kruris
akan mengeluarkan rasa gatal pada bagian bagian paha atas sebelah dalam,
sekitar anus bahkan meluas hingga perut bagian bawah. Rasa gatal bersifat
menahun dan akan terus bertambah hebat saat bersamaan dengan keluarnya
keringat.

x
Gambar trichophyton mentografites

Gambar kulit penderita tinea kruris pada bagian paha

c. Tinea korporis
Tinea korporis merupakan jenis dari mikosis subkutan berbentuk bulat-bulat
(cincin) yang terjadi pada jaringan granulomatous. Tinea korporis ditandai
dengan pengelupasan lesi kulit desertai rasa gatal. Gejalahnya bermula
berupa bintik kecil kemerahan. Saat bintik kecil tidak aktif melakukan
pembelahan, bintik yang telah melebar akan meninggalkan bekas pada kulit.

xi
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti
kebersihan dan banyak kerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta
kelembaban kulit yang lebih tinggi. Tinea korporis banyak ditemui dimuka,
anggota gerak atas, dada, punggung dan gerak bawah. Penyebab utamanya
adalah T.violaseum, T.rubrum, dan T.metagrofites.

Gambar penyakit tinea korporis

d. Tinea pedis
Tinea pedis merupakan jenis mikosis subkutan yang termasuk kronis
menyerang kulit terutama kulit di sela-sela jari kaki. Oleh karna itu tinea
pedis disebut juga Athlet’s sp foot atau “ Ring worm of foot”. Penyebab
utama dari tinea pedis adalah Trichophyton sp..Penyakit ini sering
menyerang orang dewasa yang banyak bekerja ditempat basah seperti
tukang cuci. Keluhan yang dialami oleh penderita tinea pedis umumnya
adalah rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi. Apabila dalam
kondisi parah akan memunculkan nanah pada kulit. Mikosis subkutan tinea
pedis memiliki tiga Mikosis subkutan. Tinea pedis memiliki tiga bentuk.
a. Bentuk intertriginosa
Bentuk tinea pedis intertriginosa muncul di celah-celah jari terutama
jari Lv dan jari V sepeti pada gambar. Hal ini terjadi desebabkan
kelemahan di celahcelah jari tersebut jamur-jamur hidup lebih
subur. Bila terjadi menahun dapat menimbulkan nyeri saat disentuh.

xii
Gambar bentuk tinea pedis pada sela sela jari.

b. Bentuk Hiperkeratosis
Bentuk hyperkeratosis dari tinea pedis ialah terdirinya pembelah
pembelahan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki
dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi
fisura-fisura yang dalam pada bagian leteral telapak kaki.

Gambar tinea pedis yang sering mucul pada telapak kaki

c. Bentuk Vesikuler Subakut


Tinea pedis bentuk vesicular subakut mulanya timbul pada daerah
sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak
kaki. Tampak ada vesikel yang terletak agak dalam di bawah kulit.
Seringkali disertai perasaan gatal yang hebat. Apabila vesikel-
vesikal pecah maka akan meninggalkan bekas meninggalkan bekas
melingkar yang disebut collorette.

Gambar tinea pedis bentuk vesikuler subakut dengan bentukan collorete akibat
terpecahnya vesikel

e. Tinea unguium

xiii
Tinea unguium disebabkan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan
permulaan dari dekstruksi kuku. Subingunal proksimal bila destruksi
dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila destruksi di mulai dari
tepi ujung dan leukonikia trikofita bila destruksi di mulai dari bawah kuku.
Penderita tinea unguium memiliki permukaan kuku tampak suram tidak
mengkilat lagi, serta rapuh, Dibawah kuku tampak adanya detritus yang
banyak mengandung elemen jamur. Penyebab utama dari tinea unguium
adalah T. rubrum, dan T. metogrofites.

Gambar tinea unguium yang disebabkan oleh T.rumbrum dan T.metagrofites

f. Tinea imbricate
Penyakit tinea imbricate yang disebabkan oleh Trikofitom komsentrikum.
Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa dan cabang-cabangnya di dalam
jaringan keratinin kilit yang mati. Hifa ini mengaktifkan enzim keratolitik
yang berdifuksi ke dalam jaringan epidermis menimbulkan reaksi
peradangan. Pertumbuhan jamur dengan polaradial di dalam stratum
korneum menyebabkann timbulnysa lesi pada kulit. Gambarkan klinik
berupa macula yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila
permukaan kulit yang terinfeksi diraba terasa jelas skuamanya ke dalam.
Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh. Para penderita
penyakit tinea imbricate ini sering kali disarankan untuk selalu menjaga

xiv
kebersihan, memakai ukuran sepatu yang pas, memakai kaos kaki katun
serta mencuci pakaian dengan menggunakan air panas.

Gambar tinea imbricate yang membentuk lesi pada kulit

g. Tinea favosa
Tinea favosa merupakan infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak
berambut, dan kuku. Kasus infeksi yang terjadi termasuk kronis yang
peryebabnya adalah Trichophyton schoenline, Trichophitan violaceum, dan
Microsporum gypseum. Gejalanya berupa bintik-bintik putih pada kulit
kepala kemudian membentuk kereta yang berwarna kuning kotor. Kereta ini
sangat lengket dan bila diangkat akan meninggalkan luka basah atau
bernanah serta berdarah seperti bau tikus “mousy odor”. Rambut pada
daerah yang terinfeksi tinea favosa nampak kusam, dan apabila luka tersebut
telah sembuh akan menimbulkan bekas kasar pada kulit.

2. Non-Dermatofitosis
a. Tinea versikolor
Merupakan mikosis superfisial dengan gejala berupa bercak putih kekuning-
kuningan disertai rasa gatal, biasanya pada kulit dada, bahu punggung,
axilla, leher dan perut bagian atas. Penyebabnya adalah Malassezia furfur.
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel

xv
bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek
dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain
sisik halus sampai kasar. Terdapat dua bentuk yang sering dijumpai yakni
bentuk makuler berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama
halus diatasnya dan tepi tidak meninggi, Serta bentuk folikuler yaitu seperti
tetesan air, sering timbul disekitar rambut.
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal.
Organisme ini merupakan "lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini
juga dipengaruhi oleh faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan
efek primer pytorosporum terhadap melanosit. Timbul bercak putih atau
kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila, berkeringat. Bisa pula tanpa
keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh
adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak
sebagai bercak dengan warna pucat, tetapi pada orang yang berkulit pucat
maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat
sisik halus.

xvi
b. Piedra hitam
Piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan yang melekat erat pada
rambut, berwarna hitam) disebabkan oleh jamur Piedra hortal. Penyakit ini
umumnya terdapat di negara tropis dan subtropis. Seringkali menginfeksi

rambut kepala, kumis. Atau jambang, dan dagu. Askospora dari Piedra
hortal berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam suatu
kantung yang disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa
yang padat membentuk benjolan hitam yang keras dibagian luar rambut.
Dari rambut yang ada benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai
ektotrik (diluar rambut) yang besarnya 4-8 um berwarna hitam dan
ditemukan spora yang besarnya 1-2 um. Pada rambut kepala, janggut, kumis
akan tampak benjolan atau penebalan yang keras warna hitam. Penebalan ini
sukar dilepaskan dari corong rambut tersebut. Umumnya rambut lebih
suram, bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam. Biasanya
penyakit ini mengenai rambut dengan kontak langsung atau tidak langsung.
c. Piedra putih
Piedra beigeli merupakan penyebab piedra putih, yang seringkali menyerang
pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan ditanah, udara,dan permukaan
tubuh. Jamur Piedra beigeli mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk
moniliaceae. Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan
blastoconidia. Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak
langsung dari orang yang sudah terkena infeksi. Adanya benjolan warna
tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak memberikan
gejala- gejala keluhan pada penderita.

xvii
C. Pengobatan Mikosis
Mikosis dapat ditangani dengan obat anti jamur. Jenis obat anti jamur yang
digunakan berbeda-beda, tergantung dari jenis mikosisnya. Kebanyakan mikosis luar
cukup ditangani dengan obat anti jamur topikal berbentuk krim, lotion, bubuk, cairan,
semprot, atau larutan tetes. Namun, ada beberapa mikosis jenis ini yang juga
memerlukan obat-obatan anti jamur yang diminum. Untuk mikosis organ dalam,
pengobatan yang digunakan berupa obat-obatan anti jamur yang diminum atau
disuntikan. Jika diperlukan, prosedur operasi juga dapat dilakukan untuk mengangkat
jaringan yang rusak akibat infeksi jamur. Pemberian pengobatan dan penanganan lain
dapat dipertimbangkan sesuai keadaan penderita

D. Pencegahan Mikosis
Untuk mencegah terjadinya infeksi jamur, cara yang paling tepat adalah dengan
memastikan bahwa tubuh dan lingkungan tempat tinggal terbebas dari pertumbuhan
jamur. Jamur senang tumbuh di lingkungan dan bagian tubuh yang lembab. Oleh
karena itu beberapa langkah di bawah ini dapat mencegah mikosis akibat tubuh yang
lembab, di antaranya:
a. Hindari menggunakan pakaian yang ketat
b. Hindari penggunaan pakaian secara berulang, termasuk pakaian dalam.
c. Saat pakaian sudah basah akibat keringat, segera ganti dengan pakaian yang
kering.

xviii
d. Selalu gunakan kaus kaki yang kering dan bersih.
e. Kebersihan sepatu perlu diperhatikan dengan mencucinya secara rutin.
Karena beberapa jenis mikosis dapat ditularkan, sebaiknya jangan gunakan barang-
barang pribadi, seperti handuk dan sisir, bersama-sama dengan orang lain. Melakukan
pemeriksaan rutin ke dokter juga dapat menjadi salah satu langkah pencegahan yang
tepat bagi seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah untuk menghindari
terjadinya mikosis

Isolasi dan Identifikasi Jamur Penyebab Mikosis Intermediet

E. Candida Albicans
Jamor Kandida telali dikunal dan dipelajari sejak abad ke-18 yang masıyebahkan
penyakit yang dihudrungkan dengan higiene yang buruk. Nama Kandida
diperkenalkan pala Third Isarnational Microbiology Congresa di New York pada
shun 1938, dan dihakukan pada Eight Mosunical Congress di Paris pada tahun 1954.
Candida albicans penyebab Kandidiasis terdapat di seluruh dunia dengan andikit
perbedaan variasi penyakit pada setiap area. Kandidiasis interdigitalis lebih sering
terdapat di daernh tropis sedangkan kandidimis kuku pada iklim dingin. Penyakit ini
dapat mengenai semua unar terutama bayi dan orang tua Infeksi yang disebabkan
Kandida dapat benpa akut, subakat atau konis pada seluruh tubuh manusis Candida
albicans adalah monomorphic yeast dan yeast like srgmine yang tumbuh baik pada
suhu 25-30 C dan 35-37 C

F. Struktur dan Pertumbuhan Candida Albicans


Candida albicus yaitu organima yangmemiliki dua wujud dan bentuk secara
sumulun/dimorphic organiom. Pertama adalah yeast-like state (oen-invasif dan nagur
fermenting urganimi. Kedua adalah fungu form memproduksi root-keztructure
struktur seperti akar yang sangat paejang/rkemide dan dapat memasuki nukose
(invasif) Dinding sel Kandida dan juga C albicans bersifat dinamis dengan struktur

xix
berlapio, terdiri dari beberapa jenis karbohidrat bertieda (80-90%) (1) AMannas
(polymers of masse) berpasangan dengim proten menibentuk glikoprimem
(mannoprotein); (ii) a-glacons yang bercabang menjadi polimer glukom yang
mengandung a-1,3 dan 0-1,5 yang saling berkaitan, dan (ii) chin, yaitu homopolimer
N-acetyl-D-glumine (Gdk-NAc) yang mengandung ikatan -14. Unsur pokok yang
lain adalah adalah protein (6-25%) dan lemak (1 7%) Yeust cells dan germ indve
memiliki komposisi dinding sel yang serupa, meskipun jumlah agrocant, chin, dan
wannen relatif bervariasi karena faktor morfologinya, Jumilah garums jauh lebih
hanyak dihanding mamun pada C. albicans yang secara imunologis memiliki
kesktifan yung rendah.
Jumor Candida tumbuh dengan cepat pada sudu 25-37°C pada media perhenilun
sedemtana sebagai sel oval dengan pendentikan tunas unthi memperbanyak diri, dan
apora jamur disebut tilastospora atan sel rugisel khamia Morfologi mikroskopis C
albierunt memperlihatkan paradokyphue dengan chester di sekitar blastakonidia bulat
bervepta panjang berukurma 3. 7x3-14 pmJamur membentuk hifs semu/pseudohifa
yang sebenarnya adalah rangkaian blastmpora yang bercabang, juga dapat
membentuk hifa sejati Pseudohifa dapat dilihat dengan media perbenihan khusus.
Candida albicans dapat dikenali dengan kemampuan umak memberstuk tahung benih
gerne tuber dalam serum atau dengan terbentuknya spom hear berdinding tebal yang
dinumukan célunyakupore. Formasi chlamydiapore baru terlihat tumbuh pada sahu
30-37°C, yang memberi reaksi positif pada pemeriksaan germ ne Identifikasi akhit
sennus spesies janmar memerlukan uji hiokimiawi

G. Kandidiasis
Kandidiasis merupakan infeksi jamursistemik yang paling sering dijumpai yang
terjadi bila C. albicans masuk ke dalam aliran darah terutama ketika ketahanan
fagositik host menurun. Respons imun cell-mediated terutama sel CD4 penting dalam
mengendalikan kandidiasis (seperti pada kandidiasis), seringkali muncul beberapa
bulan sebelum munculnya infeksi oportunistik yang lebih berat. Kandidiasis
mukokutan pada orang dengan HIV-AIDS/ODHA merupakan salah satu indikator
progresivitas HIV dapat muncul dalam tiga bentuk, yaitu kandidiasis vulvovagina,
orofaring, dan esofagus (belum digolongkan infeksi oportunistik kecuali jika sudah
mengenai esofagus). Strain kandida yang menginfeksi ODHA tidak berbeda dengan
pasien imunokompromais lainnya (tersering adalah C. albicans). Strain lain yang
xx
pernah dilaporkan adalah C. glabrata, C. parapsilosis, C. tropicalis, C kruseii, dan C.
dubliniensis. Kundida rekurens dapat disebabkan oleh strain yang sama atau strain
yang berbeda. Kandidiasisi orofaring dikenal dengan tiga bentuk yaitu
pseudomembran, eritematosa, dan cheilitis angularis. Kandidiasis pseudomembran
mempunyai gejala berupa rasa terbakar, gangguan mengecap, dan sulit menelan
makanan padat atau cair. Kandidiasis pseudomembran membentuk plak putih 1-2 cm
atau lebih luas di mukosa mulut, jika dilepaskan pseudomembran. tersebut akan
meninggalkan bercak kemerahan atau perdarahan. Kandidiasis eritematosa berupa
plak kemerahan halus di palatum mukosa bukal, atau permukaan dorsal lidah,
Cheilitis angularis tampak berupa kemerahan, fisura, atau keretakan di sudut bibir.
Kandidiasis esofagus biasanya muncul disertai kandidiasis orofaring (80% kasus),
dengan gejala klinis herupa disfagia, odinofagia, atau nyeri retrosternum, juga dapat
tidak menunjukkan gejala (40% kasus)

H. Etiologi dan Patogenesis Kandidiasis


Kandidiasis/yeast infection adalah infeksi jamur yang terjadi karena adanya
pembiakan jamur secara berlebihan, dimana dalam kondisi normal muncul dalam
jumlah yang kecil. Perubahan aktivitas vagina atau ketidakseimbangan hormoral
menyebabkan jumlah Candida berlipat ganda (muncul gejala Kandidiasis). Keadaan
lain

yang menyebabkan Kandidiasis adalah karena penyakit menahun, gangguan imun


yang berat, AIDS, diabetes, dan gangguan tiroid, pemberian obat kortikosteroid dan
sitostatika. Paparan terhadap air yang terus menerus seperti yang terjadi pada tukang
cuci, kencing pada pantat bayi, keringat berlebihan terutama pada orang
gemuk.Faktor lokal atau sistemik dapat memengaruhi invasi Kandida ke dalam
jaringan tubuh. Usia merupakan faktor penting yang sering kali menyebabkan
kandidiasis oral/oral thrush terutama pada neonatus. Perempuan dengan kehamilan
trimester ketiga cenderung untuk mengalami kandidiasis vulvovaginal.
Keutuhan kulit atau membran mukosa yang terganggu dapat memberikan jalan
kepada Kandida untuk masuk ke dalam jaringan tubuh yang lebih dalam dapat
menyebabkan kandidemia seperti perforasi traktus gastrointestinalis oleh trauma,
pembedahan serta ulserasi peptikum, pemasangan kateter indwelling, internal
feeding, dialisis peritoneal, drainase traktus urinarius, luka bakar yang berat, dan
xxi
penyalahgunaan obat bius. intravena. Kandidiasis viseral akan menimbulkan
neutropenia yang menunjukkan peran neutrofil dalam mekanisme pertahanan pejamu
terhadap jamur ini. Lesi viseral ditandai oleh nekrosis dan respons inflamatorik
neutrofilik. Sel neutrofil membunuh sel jamur Candida serta merusak segmen
pseudohifa secara in vitro. Kandida dalam sirkulasi darah dapat menimbulkan
berbagai infeksi pada ginjal, hepar, menempel pada katup jantung buatan, meningitis,
arthritis, dan endopthalmitis.

I. Manifestasi dan Gejala Kandidiasis


Kandidiasis oral memberikan gejala bercak berwarna putih yang konfluen dan
melekat pada mukosa oral serta faring, khususnya di dalam mulut dan lidah.
Kandidiasis kulit ditemukan pada daerah intertriginosa yang mengalami mascrasi
serta menjadi merah, paronikia, balanitis, ataupun pruritus ani, di daerah perineum
dan skrotum dapat disertai dengan lesi pustuler yang diskritpada permukaan dalam
paha.
Kandidiasis vulvovagina biasanya menyebabkan keluhan gatal, keputihan,
kemerahan di vagina, disparenia, disuria, pruritus, terkadang nyeri ketika
berhubungan seksual atau buang air kecil, pembengkakan vulva dan labia dengan lesi
pustulopapuler diskrit, dan biasanya gejala memburuk sebelum menstruasi.
Pemeriksaan dengan spekulum memperlihatkan mukosa yang mengalami inflamasi
dan eksudaf cair berwarna putih. Kandidiasis mukokutaneus kronik atau kandidiasis
granulomatous secara khas ditemukan sebagai lesi kulit sirkumkripta yang
mengalami hiperkeratosis, kuku jari mengalami distrofi serta hancur, atau alopesia
parsial pada kulit kepala. Gejala lain meliputi epidermofitosis kronik, displasia gigi,
hipofungsi kelenjar paratiroid, adrenal, serta tiroid. Kandidiasis esofagus
memberikan gejala ulserasi kecil, dangkal, soliter hingga multipel cenderung terdapat
pada bagian sepertiga distal yang menyebabkan keluhan disfagia atau nyeri
substernal. Lesi yang bersifat asimtomatik dapat terjadi pada pasien leukemia sebagai
port d'entre untuk kandidiasis diseminata. Lesi asimtomatik dan benigna juga terjadi
pada traktus urinarius berupa abses renal atau kandidiasis kandung kemih.
Kandida yang menyebar secara hematogen disertai gejala demam tinggi disebabkan
oleh abses retina yang meluas ke vitreus. Pasien dapat mengeluh nyeri orbital,
penglihatan kabur, skotoma, atau opasitas yang melayang dan menghalangi lapang
xxii
pandang penglihatan. Kandidiasis pulmonalis dapat terlihat dengan foto toraks
dengan gambaran infiltrat noduler yang samar atau difus.

J. Terapi Kandidiasis
Kandidiasis mulut dan mukokutan dapatdiobati dengan nistatin topikal, gentian
violet, ketokonazol, dan flukonazol. Kandidiasis pada daerah yang mengalami
maserasi, memperlihatkan respons terhadap upaya untuk mengurangi kelembaban
kulit dan iritasi dengan pemakaian preparat antifungus yang dioleskan secara topikal
dalam bahan dasar nonoklusif. Kandidiasis vulvovaginitis memberikan respons yang
lebih baik terhadap golongan azol, seperti klotrimazol, mikonazol, ekonazol,
ketokonazol, sulkonazol, dan oksinazol merupakan obat pilihan untuk C. albicans
yang dipakai sebagai krim atau losion.

K. Diagnosis kandidiasis
Diagnosis kandidiasis ditentukan berdasarkan gejala klinis yang menyebar dan tidak
mudah dibedakan dari infectious agent yang telah ada. Diagnosis laboratorium dapat
dilakukan melalui pemeriksaan spesimen mikroskopis, biakan, dan serologi. Tujuan
pemeriksaan laboratorium adalah untuk menemukan C albicans di dalam bahan klinis
baik dengan pemeriksaan langsung maupun dengan biakan. Bahan pemeriksaan
bergantung pada kelainan yang terjadi, dapat berupa kerokan kulit atau kuku, dahak
atau sputum, sekret bronkus, urin, tinja, usap mulut, telinga, vagina, darah, atau
jaringan. Cara mendapatkan bahan klinis harus diusahakan dengan cara steril dan
ditempatkan dalam wadah steril, untuk mencegah kontaminasi jamur dari udara.
Identifikasi spesies dapat dilakukan dengan uji morfologi dan kultur jamur untuk
spesifikasi dan uji sensitivitas. Pemeriksaan ini tidak disarakan untuk digunakan.
sebagai diagnosis karena tingginya kolonisasi. Diagnosis pada lesi Kandida juga
dapat dilakukan dengan pemeriksaan histologi terhadap sayatan spesimen hasil
biopsy.

L. Pemeriksaan Langsung Candida albicans dengan Larutan Kон Pemeriksaan langsung


dengan Larutan KOH dapat berhasil bila jumlah jamur cukup banyak. Keuntungan
pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara sederhana, dan terlihat hubungan antara
jumlah dan bentuk jamur dengan reaksi jaringan.

xxiii
Pemeriksaan langsung harus segera dilakukan setelah bahan klinis diperoleh sebab C.
albicans berkembang cepat dalam suhu kamar sehingga dapat memberikan gambaran
yang tidak sesuai dengan keadaan klinis. Gambaran pseudohifa pada sediaan
langsung/apus dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan kultur, merupakan pilihan
untuk menegakkan diagnosis kandidiasis superfisial.

M. Pemeriksaan Langsung Candida albicans dengan Pewarnaan Gram


Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan Gram sedikit membutuhkan waktu
dibandingkan pemeriksaan dengan KOH Pemeriksaan ini dapat melihat jamur C.
albicans berdasarkan morfologinya, tetapi tidak dapat mengidentifikasi spesiesnya.
Pemulasan dengan pewarnaan Gram dapat disimpan untuk penilaian ulangan.
Pewarnaan Gram memperlihatkan gambaran seperti sekumpulan jamur dalam bentuk
blastospora, hifia atau pseudohyfae, atau campuran keduanya. Sel jaringan seperti
epitel, leukosit, eritrosit, dan mikroba lain. seperti bakteri atau parasite. juga dapat
terlihat dalam sediaan. Jamur muncul dalam bentukan budding yeast cells dan
pseudomycelium juga terlihat pada sebagian besar

N. Pemeriksaan Kultur pada Candida Albicans


Media kultur yang dipakai untuk biakan Calbicans adalah Sabouraud dextrose
agar/SDA dengan atau tanpa antibiotik, ditemukan oleh Raymond Sabouraud (1864-
1938) seorang ahli dermatologi berkebangsaan Perancis. Pemeriksaan kultur
dilakukan dengan mengambil sampel cairan atau kerokan sampel pada tempat
infeksi, kemudian diperiksa secara berturutan menggunakan Sabouraud's dextrose
broth kemudian Sabouraud's dextrose agar plate. Pemeriksaan kultur darah sangat
berguna untuk endokarditis kandidiasis dan sepsis Kultur sering tidak memberikan
hasil yang positif pada bentuk penyakit diseminata lainnya. Sabouraud's dextrose

xxiv
broth/SDB berguna untuk membedakan C. albicans dengan spesies jamur lain seperti
Cryptococcus, Hasenula, Malaesezzia,
Pemeriksaan ini juga berguna mendeteksi jamur kontaminan untuk produk farmasi.
Pembuatan SDB dapat ditempat dalam tabung atau plate dan diinkubasi pada suhu
37°C selama 24-48 jam, setelah 3 hari tampak koloni C albicans sebesar kepala jarum
pentul, 1-2 hari kemudian koloni dapat dilihat dengan jelas. Koloni C. albicans
berwarna putih kekuningan, menimbul di atas permukaan media, mempunyai
permukaan yang pada permulaan halus dan licin dan dapat agak keriput dengan bau
ragi yang khas. Pertumbuhan pada SDB baru dapat dilihat setelah 4-6 minggu,
sebelum dilaporkan sebagai hasil negatif. Jamur dimurnikan dengan mengambil
koloni yang terpisah, kemudian ditanam seujung jarum biakan pada media yang baru
untuk selanjutnya dilakukan identifikasi jamur
Sabouraud, dextrose agar plate/SDA plate direkomendasikan untuk sampel atau
bahan klinis yang berasal dari kuku dan kulit. Media ini selektif untuk fungi dan
yeast melihat pertumbuhan dan identifikasi C albicans yang mempunyai pH
asam/pH5.6. Penambahan antibiotika membuat media ini lebih selektif yang
bertujuan untuk menekan bakteri yang tumbuh bersama jamur di dalam bahan klinis.
Pertumbuhan pada SDA plate terlihat jamur yang menunjukkan tipikal kumpulan
mikroorganisma yang tampak seperti krim putih dan licin Disertai bau khas/bau veast

O. Identifikasi Candida albicans dengan Corn Meal Candida Agar


Corn meal Candida/CMA agar berguna untuk membedakan spesies C. albicans
dengan Kandida yang lain, ditemukan oleh Hazen and Reed. Media ini
memperlihatkan bentuk hifa, blastokonidia, chlamydospores, and arthrospores

xxv
dengan jelas. Khusus pada Kandida adalah untuk melihabentuk chlamydospores.
Pemeriksaan ini pat dilakukan kultur pada kaca objek slide Culture untuk melihat
mortologie athicans, Bercak koloni yang diduga sebagai C albicans ditanam pada
CMA (pH 7) kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 48-72 jam. Pertumbuhan
Kandida pada CMA akan memperlihatkan bentuk chlamydospore yang berukuran
besar,
sangat

refraktif, dan berdinding tebal.

P. Identifikasi Candida albicans dengan Germ Tube


Germinating blastospores/germ rube terlihat berbentuk bulat lonjong seperti tabung
memanjang dari yeast cells (Reynolds-Braude phenomenon) pada serum manusia
yang ke dalamnya disuntikkan koloni yang diduga sebagai strain Kandida ke dalam
tabung kecil dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 2-3 jam. Germ tube terbentuk
dalam dua jam setelah proses inkubasi. Bagian ujung yang menempel pada peast
cells terlihat adanya pengerutan/pengecilan (tidak ada konstriksi). Bentuk germ tube
dari C. albicans

Q. Pemeriksaan kultur dengan Hichrome Candida Agar pada Candida albicans.


Identifikasi juga dapat dilakukan dengan kultur pada media hichrome candida
agar/MCA yang digunakan untuk mendapatkan hasil identifikasi Candida yang
berbeda dan lebih spesifik. Hichrome Candida agar pH 6.5 digunakan untuk
presumptive identification spesies Kandida yang penting secara klinis. Bahan klinis
dapat ditanam secam langsung pada HCA dan diinkubasi pada suhu 370C selama 48
jam. Hasil positif memperlihatkan koloni terlihat berwarna hijau kemilau. Bentuk dan
warna C albicans yang terlihat tumbuh pada HCA

xxvi
R. Pemeriksaan Candida albicans dengan Uji Biokimiawi
Uji biokimiawi dilakukan dengan pemeriksaan asimilasi karbohidrat untuk
konfirmasi spesies kandida. Carbohydrate assimilation test yaitu mengukur kekuatan
yeusi dalam memaksimalkan karbohidrat tertentu sebagai bahan dasar karbon dalam
oksigen. Hasil reaksi positif mengindikasikan adanya. pertumbuhan perubahan pH
yang terjadi pada media yang diuji dengan memanfaatkan gula sebagai bahan dasar.
Pemeriksaan ini membutuhkan waktu inkubasi selama 10 hari pada suhu 37°C. Hasil
produksi berupa gas dibandingkan pH standar merupakan indikasi adanya proses
fermentasi.

S. Pemeriksaan Aktivitas Fosfolipase Candida albicans


Pemeriksaan yang masih baru dan sudah mulai dilakukan pada tahap penelitian
adalah pemeriksaan aktivitas fosfolipase (Pz value). Pemeriksaan. ini mengukur
enzim hidrolitik yang disekresi pada infeksi yang disebabkan oleh Calbicans, dan
juga dapat diukur aktivitasnya adalah proteinase. Kedua enzim ini menyebabkan
destruksi membran ekstraseluler dan berperan pada proses infeksi C. albicans ketika
terjadi invasi melalui mukosa membran sel epitel. Sampel yang dipukai pada
pemeriksaan ini adalah strain Calbicans dari isolat yang sudah diketahui, kemudian
ditanam pada media agar yang mengandung SDA. Gambar 7 memperlihatkan zona
yang terbentuk dari koloni yang tumbuh pada media. agar, dan pengukuran aktivitas
fosfolipase

xxvii
T. Pemeriksaan Serologi dan Biologi Molekuler pada Candida albican
Pemeriksaan serologi terhadap Candida albicans dapat menggunakan metode
imunofluoresen/fluorecent antibody text yang sudah banyak tersedia dalam bentuk
rapid test. Hasil pemeriksaan harus sejalan dengan keadaan klinis penderita, ini
disebabkan karena tingginya kolonisasi. Pemeriksaan Candida albicans dengan
metode serologis sangat berguna untukkandidiasis sistemik.
Pemeriksaan biologi molekuler untuk Calbicans dilakukan dengan polymerase chain
reaction/PCR, restriction fragment length polymorphism/RFLP, peptide nucleic acid
fluorescence in situ hybridization/PNA FISH dan sodium dodecyl sulphate-poly
acrylamide gel electrophoresis/SDS-PAGE. Pemeriksaan biologi molekuler untuk
Candida albians sangat berguna karena dapat memberikan hasil yang lebih cepat dari
pada pemeriksaan dengan biakan
Pemeriksaan dengan PCR untuk identifikasi spesies kandida, hasilnya cukup cepat
akan tetapi kurang sensitif dibandingkan dengan biakan pada media. Sekarang ini
belum berhasil dibuat oligonukleotida primer yang spesifik untuk Candida albicans.
Amplifikasi dengan PCR dan analisis restriksi enzim dengan RFLP sudah dapat
dipakai untuk mengetahui genotipe dati Candida albicans. Pembacaan hasil dari
kedua pemeriksaan tersebut dilakukan dengan menggunakan sinar UV illumination
dan gel image dengan alat khusus, dan terbaca sebagai bentuk pita (band)
Pemeriksaan PNA FISH adalah hibridisasi asam nukleat untuk identifikasi Candida
albicans dan Candida glabrata, dengan sampel yang dipakai adalah kultur darah.
Pemeriksaan dapat dilakukan langsung dari hasil kultur yang jamur positif, dapat
juga dilakukan pada semua jenis sampel dari media cultur darah. Pemeriksaan ini
menggunakan label fluoresen untuk melapisi ribosomal RNA/RNA Candida albicans,
Deteksi antibodi terhadap Candida albicans sudah dapat dilakukan terhadap enolase
dengan metode SDS-PAGE, serta deteksi antigen jamur terhadap mannan, (1,3)-
Beta-D-Glucan, dan enolase. Pemeriksaan ini sudah dilakukan pada tahap penelitian,
tetapi sampai saat ini hasil yang didapat belum memuaskan baik dari sensitifitas
maupun spesifitiasnya. Pemeriksaan SDS-PAGE diawali dengan membuat subkultur
Candida albicans yang ditanam pada media yeast-extract-peptone- dextrose/YEPD.
Media ini terdiri dari dekstrosa sebagai bahan utarna dan menyediakan karbon,

xxviii
nitrogen, mineral, vitamin sebagai nutrisi untuk pertumbuhan jamur. Hasil biakan
disentrifugasi kemudian dilakukan pemeriksaan fraksinasi sel dengan SDS- PAGE

Deteksi antibodi terhadap Candida albicans sudah dapat dilakukan terhadap enolase
dengan metode SDS-PAGE, serta deteksi antigen jamur terhadap mannan, (1,3)-
Beta-D-Glucan, dan enolase. Pemeriksaan ini sudah dilakukan pada tahap penelitian,
tetapi sampai saat ini hasil yang didapat belum memuaskan baik dari sensitifitas
maupun spesifitiasnya. Pemeriksaan SDS-PAGE diawali dengan membuat subkultur
Candida albicans yang ditanam pada media yeast-extract-peptone- dextrose/YEPD.
Media ini terdiri dari dekstrosa sebagai bahan utama dan menyediakan karbon,
nitrogen, mineral, vitamin sebagai nutrisi untuk pertumbuhan jamur. Hasil biakan.
disentrifugasi kemudian dilakukan pemeriksaan fraksinasi sel dengan SDS- PAGE.

xxix
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jamur (fungi) merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia. Jamur tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia. Baik di udara,
tanah, air, pakaian, bahkan ditubuh manusia bahkan ditubuh manusia sendiri.
Meskipun banyak jenis jamur yang bermanfaat bagi tubuh manusia namun masih
terdapat spesies tertentu yang dapat menyebabkan beberapa penyakit pada manusia.
Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis. Diantara jenis
mikosis yang terjadi adalah mikosis intermediate. Mikosis intermediate merupakan
mikosis yang menyerang kilit, kuku, dan rambut seperti pada gambar terutama
disebabkan oleh 3 genus jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan
Epidermophyton.

B. Saran
1. Pada masyarakat yang sudah terkena segeralah berobat dan jangan
menularkan penyakit sekalipun dengan sengaja.
2. Apabila masyarakat sudah merasakan gejala, seperti gatal-gatal di area
tertentu segera mungkin berikan obat anti gatal atau langsung periksakan ke
dokter.

xxx
DAFTAR PUSTAKA

Budi, U Mulja. 1978. Mikosis Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI

Hongbin,Xu. 2015. Deep Dermatophytosis Caused By Trichophyton rubrum : Report Of Two Cases.
Journal Compilation. Mycoses (2007), 50, 102-108

Notoatmojo, 2003. Identifikasi Penyakit Kulit. Bandung : Gama Press

Budi, U Mulja. 1978. Mikosis Dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: FK UI.

Hongbin, Xu. 2015. Deep Dermatophytosis Caused By Trichophyton rubrum: Report Of

Two Cases. Journal Compilation. Mycoses (2007), 50, 102-108

Notoatmojo, 2003. Identifikasi Penyakit Kulit. Bandung: Gama Press.

Siregar, S. 1982. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta: EGC

Flann, Sandy, 2014. Fungal Nail Infection. USA: Lang Corporation.

Ahsani, D.N, 2014, Respon Imum pada Infeksi Jamur, JKKI. Vol 6. No. 2 Mei-Agustus.

xxxi

Anda mungkin juga menyukai