Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MIKOLOGI

Nama : Hesti Riasonia Clarita


NIM : P07534017087
Tinggkat : II B

MIKOSIS

Mikosis adalah infeksi jamur yang dapat menjangkit permukaan kulit hingga organ tubuh
manusia, seperti otak, jantung, hati, ginjal, dan limpa. Mikosis umumnya menyerang orang
yang memiliki sistem daya tahan tubuh lemah, pengindap kanker, atau mereka yang baru
menjalani operasi besar (misalnya transplantasi organ).

Penyebab Mikosis

Berdasarkan jenis dan lokasi infeksi, mikosis dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

 A. Mikosis superfisial atau kutaneus

Mikosis superfisial adalah infeksi jamur yang mengenai bagian epidermis, sedangkan mikosis
kutaneus adalah infeksi jamur pada bagian dermis kulit. Infeksi jamur yang termasuk mikosis
superfisial adalah piedra hitam (disebabkan oleh Piedraia hortae), piedra putih (disebabkan
oleh Trichosporon beigelii), pityriasis versicolor (disebabkan oleh Malassezia furfur), and
tinea nigra (disebabkan oleh Phaeoannellomyces werneckii).

Mikosis kutaneus dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu dermatofitosis dan dermatomikosis.
Dermatofitosis disebabkan oleh jamur Epidermophyton, Microsporum, dan Trichophyton.
Sedangkan dermatomikosis disebabkan oleh jamur-jamur jenis lain, tetapi umumnya adalah
Candida spp.

 B. Mikosis subkutan

Mikosis subkutan adalah infeksi jamur yang menyerang bagian bawah kulit atau hipodermis,
misalnya karena masuknya jamur akibat adanya cedera atau luka. Seringkali reaksi peradangan
pada jaringan subkutan meluas hingga lapisan epidermis. Infeksi jamur yang termasuk mikosis
subkutan meliputi kromoblastomikosis, misetoma dan sporotrikosis.

 C. Mikosis dalam

Mikosis dalam adalah infeksi jamur yang menyerang organ tubuh manusia, seperti organ dalam
perut, paru-paru, tulang, hingga sistem saraf pusat. Umumnya, infeksi jamur ini masuk ke
tubuh melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan pembuluh darah.

Ada 2 jenis mikosis dalam, yaitu mikosis primer dan mikosis oportunistik. Mikosis primer
adalah infeksi jamur pada orang yang sehat, dengan daya tahan tubuh yang normal. Infeksi
dapat terjadi apabila terdapat paparan jamur patogen dalam jumlah yang banyak atau intensitas
yang tinggi, misalnya di daerah endemik. Jamur yang dapat menyebabkan mikosis primer
adalah Coccidioides immitis, Histoplasma capsulatum, Blastomyces dermatitidis,
dan Paracoccidioides brasiliensis.

Berbeda dengan mikosis primer, mikosis oportunistik terjadi pada orang dengan daya tahan
tubuh yang lemah, misalnya karena terapi kanker, menderita HIV/AIDS, transplantasi organ,
atau pasca operasi. Jenis-jenis infeksi jamur yang masuk dalam kategori ini meliputi
kriptokokosis, kandidiasis, aspergilosis, zigomikosis, phaeohypomycosis, hyalohypomycosis.

Gejala Mikosis

Gejala mikosis yang dirasakan oleh penderitanya akan berbeda-beda sesuai dengan letak
kelainan dan jenis jamur penyebabnya. Misalnya pada penderita mikosis superfisial, gejala
dapat berupa:

 Pityriasis versicolor. Disebut juga dengan panu dengan gejala seperti hipopigmentasi
atau hiperpigmentasi pada bagian leher, pundak, punggung, dan dada.
 Piedra hitam. Munculnya bintik hitam kecil pada bagian batang rambut, umumnya
disebabkan oleh jamur Piedraia hortae.
 Piedra putih. Munculnya bintik kecil berwarna krem yang lembut dan rapuh di ujung
batang rambut, disebabkan oleh jamur T.beigelli.
 Tinea nigra. Munculnya bintik seperti noda asam berwarna cokelat hingga hitam
keperakan di telapak tangan atau kaki.

Sedangkan pada penderita mikosis subkutan, gejala bisa berupa:

 Kromoblastomik. Ditandai dengan lesi kulit yang menyerupai kutil (veruka),


khususnya pada tungkai dan kaki.
 Misetoma. Ditandai dengan adanya lubang-lubang pada pemukaan kulit yang
merupakan jalur keluarnya nanah yang berasal dari bagian subkutan. Dan di sekitar
lubang tersebut tampak bintik-bintik jamur yang berpigmen. Misetoma dapat
mengakibatkan kerusakan pada tulang, tendon hingga otot.
 Sporotrikosis. Muncul benjolan di lengan, jari, atau tangan, dapat membesar seperti
bisul, dan berkembang menjadi luka borok.

Pada kasus mikosis dalam, berikut ini adalah gejala-gejala yang menyertai berdasarkan
pembagian jenisnya, yaitu:

 Mikosis primer. Gejala yang muncul beragam, tergantung organ yang terkena infeksi
jamur, mulai dari pneumonia hingga meningtis.
 Mikosis oportunistik. Terdapat 2 jenis infeksi oportunistik yang paling umum, yaitu
kandidiasis dan aspergilosis. Kandidiasis adalah infeksi yang kerap terjadi, dengan
gejala yang timbul sesuai dengan lokasi infeksi. Gejala umumnya berupa bintik-bintik
warna putih di dalam mulut dan lidah, kemerahan pada rongga mulut, dan rasa nyeri di
tenggorokan. Selain itu, gejala iritasi di sekitar alat kelamin juga bisa dialami, seperti
gatal, ruam, keputihan bagi wanita dan bau tidak sedap. Dalam kondisi tertentu,
kemunculan gejala di saluran pernapasan, pencernaan, hingga organ tubuh lain juga
dapat terjadi.

Sedangkan aspergilosis umumnya terjadi di saluran pernapasan, sinus, hingga paru-paru.


Gejala yang dapat timbul antara lain adalah reaksi alergi terhadap hifa jamur pada penderita
asma atau cystic fibrosis, yang memperburuk gangguan pada pernapasan. Selain itu, gangguan
pada saluran pernapasan, mulai dari batuk ringan hingga batuk darah, dapat terjadi karena
terbentuknya bola jamur (fungus ball) di saluran pernapasan. Kondisi ini disebut aspergiloma,
dan biasanya terjadi pada aspergilosis jangka lama (kronis).

A. MIKOSIS SUPERFISIALIS
a. Dermatofitosis
b. Nondermatofitosis, terdiri atas berbagai penyakit:
- Pitiriasis versikolor
- Piedra hitam
- Piedra putih
- Tinea nigra palmaris
- Otomikosis
- Keratomikosis

a. Dermatofitosis
1. Klasifikasi:
a. Berdasarkan lokasi:
 Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala
 Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot
 Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus,
bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
 Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan
 Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki
 Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk
5 tinea di atas.
Selain 6 bentuk tinea, masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu:
 Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris
dan disebabkan Trichophyton concentricum
 Tinea favosa atau favus: dermatofitosisyang terutama disebabkan
Trichophyton schoenleini: secara klinis antara lain terbentuk skutula dan
berbau seperti tikus (mousy odor).
 Tinea fasialis, tinea aksilaris, yang juga menunjukkan daerah kelainan
 Tinea sirsinata, arkuata yang merupakam penamaan deskriptif morfologis.
Keenam istilah tersebut dapat dianggap sebagai sinonim tinea korporis.
Gejala klinis:
Tinea glabrosa atau dermatofitosis pada kulit tidak berambut mempunyai
morfologi khas. Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas, terdiri atas
macam-macam efloresensi kulit (polimorfi). Bagian tepi lesi lebih aktif (lebih
jelas tanda-tanda peradangan) daripada bagian tengah. Eczema marginatum
adalah istilah yang tepat untuk lesi dermatofitosis secara deskriptif.
Bergantung pada berat ringannya reaksi radang dapat dilihat berbagai macam
lesi kulit. Wujud lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa sedikit
hiperpigmentasi dan skuamasi, menahun oleh Trichophyton rubrum sampai
kerion Celsi yang disebabkan Microsporum canis. Diantara 2 bentuk ekstrim
ini, dapat dilihat macam-macam kelainan kulit dengan tingkat peradangan yang
berbeda.
Gejala klinis berdasarkan lokasinya.

B. MIKOSIS PROFUNDA
Mikosis profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan jamur, dengan gejala
klinis tertentu yang menyerang alat bawah kulit, misalnya traktus intestinalis, traktus
respiratorius, traktus urogenitalis, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang
dan kadang-kadang kulit. Kelainan kulit pada mikosis profunda dapat berupa afek primer,
maupun akibat proses dari jaringan di bawahnya (per kontinuitatum).
Dikenal beberapa penyakit jamur profunda yang klinis dan manifestasinya berbeda satu sama
lain, yaitu:
1. Aktinomikosis 11. Kandidosis
2. Nokardiosis 12. Geotrikosis
3. Aktinomikosis misetoma 13. Aspergillosis
4. Blastomikosis 14. Fikomikosis
5. Parakoksidiodomikosis 15. Sporotrikosis
6. Lobomikosis 16. Maduromikosis
7. Koksidiodomikosis 17. Rinosporidiosis
8. Histoplasmosis 18. Kromoblastomikosis
9. Histoplasmosis Afrika 19. Infeksi yang disebabkan jamur
10. Kriptokokosis Dematiaceae (berpigmen coklat)
Diantara 19 macam penyakit jamur profunda di atas, aktinomikosis menurut
RIPPON sudah bukan penyakit jamur asli. RIPPON cenderung memasukkan Actinomyces dan
Nocardia atau bacteria-like fungi ini dalam golongan bakteri, walaupun masih mempunyai
sifat-sifat jamur, yaitu branching dalam jaringan, membentuk anyaman luas benang jamur pada
jaringan maupun pada media biakan, dan menyebabkan penyakit kronik. Namun Actinomyces
dan Nocardia mempunyai sifat khas bakteri, yaitu adanya asam muramik pada dinding sel,
tidak mempunyai inti sel yang karakteristik, tidak mempunyai mitokondria, besarnya khas
untuk bakteri, dan dapat dihambat oleh obat antibakterial.
Mikosis profunda biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif.
Manifestasi klinis morfologik dapat berupa tumor, infiltrasi peradangan vegetatif, fistel, ulkus,
atau sinus, tersendiri maupun bersamaan. Mengingat banyaknya penyakit yang dapat
memenuhikedua syarat tersebut, misalnya tuberkulosis, lepra, sifilis, frambusia, keganasan,
sarkoidosis, dan pioderma kronik, maka pemeriksaan tambahan untuk verifikasi sangat
diperlukan.
Pemeriksaan tersebut adalah sediaan langsung dengan KOH, biakan jamur,
pemeriksaan histopatologik dan pemeriksaan imunologik termasuk tes kulit, maupun serologik
dan pemeriksaan imunologik lain. Pemeriksaan tambahan ini diperlukan untuk memastikan
atau menyingkirkan mikosis profunda dan penyakit yang disebut sebagai diagnosis banding.
Sebagai contoh, pemeriksaan gelap, histopatologik, dan pemeriksaan tes serologik untuk sifilis
yang spesifik maupun nonspesifik dapat menyingkirkan sifilis bila tesnya negatif.

MISETOMA
Definisi: penyakit kronik, supuratif dan granulomatosa yang dapat disebabkan bakteri
Actinomyces dan Nocardia, yang termasuk Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur
berfilamen.
Gejala klinis: pembengkakan, abses, sinus, dan fistel multipel. Di dalam sinus ditemukan butir-
butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat.
dan yang disebabkan jamur berfilamen disebut maduromycosis.
Gejala klinis Obat-obat baru antifungal, misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk
misetoma maduromikotik.
SPOROTRIKOSIS
Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan Sporotrichium schenkii dan ditandai
dengan oembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis di atas nodus sering
melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen.
Penyakit jamur ini mempunyai insidens yang cukup tinggi pada daerah tertentu. Diagnosis
klinis umumnya mudah dibuat berdasarkan kelainan kulit yang multipel yang umumnya khas.
Penyakit ini umumnya ditemukan pada pekerja di hutan maupun petani.
Pengobatan yang memuaskan biasanya dicapai dengan pemberian larutan kalium yodida jenuh
oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atau itrakonazol dapat
diberikan.

KROMOMIKOSIS
Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit jamur yang
disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dermatiaceous). Penyakit ini ditandai dengan
pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-lahan, sehingga akhirnya membentuk
vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbuhan ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya
ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di tempat lain pernah ditemukan, misalnya di tangan,
muka, telinga, leher, dada, dan pantat. Sumber penyakit biasanya dari alam dan terjadi infeksi
melalui trauma.

JAMUR JAMUR MAKANAN


A. Jamur pada tempe : Rhizopus oryzae

Jamur pada tempe ( Rhizopus oryzae) adalah


berwarna hitam, terdapat cabang- cabang yang berupa
hifa-hifa yang banyak, dan diujung hifa ada sporangium
yaitu sebagai kotak spora. Rhizopus oryzae merupakan
jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe.
Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan
toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Rhizopus
oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam
amino. Selain itu jamur ini juga mampu menghasilkan protease.

Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus oryzae tumbuh baik pada kisaran
pH 3,4-6. Pada penelitian, semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat
sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk
pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi
kebutuhan air untuk jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar
air, jumlah nutrien dalam bahan juga dibutuhkan oleh jamur.

Ciri-ciri :
 Koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu
 Stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan,
 Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam
kelompok (hingga 5 sporangiofora)
 Rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora
sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek), yang
berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak
 Kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar
 Spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder
 Cara Reproduksi
 Rhizopus bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual adalah
dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium, sedangkan reproduksi
seksualnya dengan konjugasi.
 .Klasifikasi jamur tempe
 Kingdom : Fungi
 Divisi : Zygomycota
 Class : Zygomycetes
 Ordo : Mucorales
 Familia : Mucoraceae
 Genus : Rhizopus
 Species : Rhizopus oryzae

B. Jamur pada oncom : Neurospora sitophila

Jamur oncom ( Neurospora sitophila) terdapat hifa yang pendek dan tipis serta
sporangium yang kecil.Pertumbuhan jamur ini yang sangat pesat, warna jingganya yang khas,
serta bentuk spora (konidia) yang berbentuk seperti tepung merupakan ciri-ciri khas kapang
ini. Dalam kehidupan sehari-hari kapang Neurospora telah memegang peranan penting terutama
dalam pengolahan makanan fermentasi. Kapang Neurospora telah dimanfaatkan untuk
membuat oncom yang sangat populer bagi masyarakat Jawa Barat. Nama Neurospora berasal
dari kata neuron (= sel saraf), karena guratan-guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson.
Jamur oncom termasuk dalam kelompok kapang (jamur berbentuk filamen). Sebelum diketahui
perkembangbiakan secara seksualnya, jamur oncom masuk ke dalam kelompok
Deuteromycota, tetapi setelah diketahui fase seksualnya (teleomorph), yaitu dengan
pembentukan askus, maka jamur oncom masuk ke dalam golongan Ascomycota.

Klasifikasi jamur oncom


Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Ascomycetes
Ordo : Sordariales
Familia : Sordariaceae
Genus : Neurospora
Species : Neuspora sitophila

C. Jamur pada roti : Rhizopus stolonifer

Rhizopus stolonifer Jamur ini memiliki hifa tipis bercabang-cabang dan berfungsi
sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari
substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung
banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora).
Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomycotina. Jenis jamur ini
memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan
diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor
(hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk
sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter lebih besar
daripada rizoid dan sporangiofor). Berikut adalah gambar dari Rhizopus Stolonifer.Rhizopus
Stolonifer mempunyai beberapa karakteristik diantaranya : dapat tumbuh pada suhu 5 C – 37
C, tetapi pertumbuhan optimumnya yaitu pada suhu 25 C. Berkisar pada 0,93 tetapi di laboratorium
telah terjadi pertumbuhan pada MY50G agar mudah (0,89 aw) seperti beberapa lainnya
mucorales, R.stolonifer dapat tumbuh di bawah kondisi anaerobik. Rhizopus Stolonifer dapat
hidup / tumbuh pada roti atau buah-buahan lunak. Dalam hal ini Rhizopus Stolonifer terutama
banyak dijumpai pada roti dan menyebabkan kerusakan pada roti tersebut. Hal tersebut
dikarenakan spora tersebut berada pada udara, tanah ataupun diri kita, yang kemudian apabila
jatuh pada roti maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat. Organisme ini
menyebabkan cetakan roti menjadi hitam dengan membentuk permukaan halus dari roti yang
lembab menggembung ke angkasa. Miselium dari R.stolonifera adalah yang terdiri atas tiga
jenis haploid yang berbeda hyphae. Bagian terbesar dari miselium terdiri dari dengan cepat
bertumbuh hyphae yang bersifat senositik (multinucleate) dan takbersekat (tidak yang dibagi
oleh dinding lintang ke dalam sel-sel atau kompartemen-kompartemen). Dari ini semua, cincin
busur hyphae"geragih-geragih" dibentuk. Geragih-geragih dari rizoid-rizoid di mana saja
ujung-ujung mereka berhubungan substrat. Sporangia membentuk di ujung sporangiofor-
sporangiofor, yang bersifat cabang lurus membentuk secara langsung di atas rizoid-rizoid.
Masing-masing sporangium mulai sebagai suatu bengkak ke dalam dimana sejumlah nucleus
mengalirkan, dan itu adalah pada akhirnya dikerat dari sporangiofor-sporangiofor oleh
pembentukan suatu sekat. Protoplasma di dalam dibelah, dan suatu dinding sel dibentuk di
sekitar masing-masing spora. Sporangium menjadi hitam karena mendewasakan, memberi
warna karakteristik cetakan nya. Masing-masing spora, ketika dibebaskan, dapat berkecambah
untuk menghasilkan suatu miselium yang baru. Reproduksi seksual terjadi hanya antara
tegangan kawin yang berbeda, yang biasanya berlabel + dan -. Meski tegangan yang kawin
secara analisis yang tak dapat dibedakan, mereka sering ditunjukkan dalam hidup diagram
siklus sebagai bendera yang berbeda. Ketika tegangan keduanya di dalamsudah dekat,
menghasilkan hormone-hormon yang menyebabkan ujung hyphal memasang bersama-sama
dan mengembangkan ke dalam gametangia, yang menjadi terpisah dari sisa tubuh fungal oleh
pembentukan septa. Tembok kota antara keduanya menyentuh dan memecahkan gametangia,
dan kedua protoplas-protoplas multinucleate datang berkumpul. + dan - nucleus bergabung
untuk membentuk suatu zigospora yang muda dengan beberapa nucleus diploid. Zigospora lalu
mengembangkan suatu tebal, mantel hitam keras dan menjadi tidur, sering kali untuk beberapa
bulan-bulan. Meiosis terjadi pada waktu perkecambahan. Zigospora membuka dan
menghasilkan suatu sporangium yang serupa menghasilkan sporangium dengan tidak
berkelamin, dan daur hidup mulai kembali lagi.
D. Jamur pada nasi : Aspergilus oryzae
Serat-serat seperti benang halus yang berupa hifa serta
sporangium yang berukuran cukup besar. Aspergilus
merupakan jamur mikroskopis yang masuk kedalam divisi
Ascomycotina,dimana memiliki ciri-ciri terdiri dari suatu
lapisan konidiofor yang panjang- panjang yang berbaur dengan
miselia aerial. Kepala konidia berbentuk bulat,berwarna
hijau pucat agak kekuningan,dan bila tua menjadi coklat
redup. Konidiofor berwarna hialin dengan panjang 4 - 5 mm,dan umunya berdinding kasar. Vesikula
berbentuk semi bulat dan berdiameter 40-80µm,berwarna hijau,dan berdinding halus atau
sedikit kasar. mempunyai hifa berseptat dan miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul
diatas permukaan merupakan hifa fertil, koloninya berkelompok, konidiofora berseptat atau
nonseptat yang muncul dari sel kaki, pada ujung hifa muncul sebuah gelembung, keluar dari
gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium - konidium yang tersusun
berurutan mirip bentuk untaian mutiara, konidium - konidium ini berwarna (hitam, coklat,
kuning tua, hijau) yang memberi warna tertentu pada jamur.
Aspergillus berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan
konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya
tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru.(Tarigan, 1991).
Spesies ini termasuk kosmopolit,dan dapat ditemukan pada aneka substrat terutama pada
makanan fermentasi. Namun pada pengamatan yang kami akukan jamur ini hanya ditemukan pada
nasi,padahal nasi bukanlah produk dari hasil olahan fermentasi. Hal ini dikarenakan karena
Aspergilus dapat berkembang biak dengan kadar gula yang cukup tinggi,begitu pula dengan
nasi,nasi juga memiliki kandungan glukosa yang amat tinggi sehingga Aspergilus dapat
tumbuh dengan baik pada nasi yang telah basi.
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Class : Eurotiomycetes
Ordo : Plectascales
Familia : Trychocomaceae
Genus : Aspergilus
Species : Aspergilus oryzae
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/156790765/Infeksi-Jamur-Sistemik-Obstetri-Sosial
https://www.alodokter.com/mikosis
https://id.scribd.com/doc/288913015/Penyakit-Kulit-Mikosis
https://id.scribd.com/doc/288913015/Penyakit-Kulit-Mikosis
https://karyatulisilmiah.com/penyakit-dermatofitosis/
http://int.search.myway.com/search/GGweb.jhtml?n=783a852d&p2=%5EBNF%5Exdm003
%5ETTAB02%5Eid&ptb=F77975CD-8971-4D7F-91D7-
CCC7CA9A4C6E&qs=&si=EAIaIQobChMIz5SFy_fn1gIVA9i9Ch0g5gJYEAAYASAAEgI
U7vD_BwE&ss=sub&st=hp&trs=wtt&ts=1560069631917&tpr=sc&searchfor=JENIS+JENI
S+INFEKSI+JAMUR+PADA+MANUSIA+SUPERFISIAL%2C+PROFUNDA+DAN+SIST
EMIK&pn=3&ots=1560071209936

Anda mungkin juga menyukai