Anda di halaman 1dari 13

Jenis-Jenis Mikosis dalam

Mikosis dalam atau mikosis profunda/ sistemik adalah penyakit jamur yang

mengenai alat dalam. Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke

alat dalam (misalnya paru), melalui luka, atau menyebar dari permukaan kulit atau

alat dalam lain. Adapun jenis-jenis dari mikosis dalam :

1. Misetoma

Misetoma atau sinonimnua Madura foot, maduramikosis. Misetoma adalah

sindrom klinis yang disebabkan oleh infeksi jamur, terdiri atas pembengkakan

setempat yang indolen dan membentuk sinus, menyerang jaringan kutan,

subkutan, fasia dan tulang. Trias yang khas pada kelainan ini adalah

pembengkakan disertai deformitas, sinus yang mengeluarkan nanah, dan nanah

tersebut berisi butir/granula jamur penyebab.

 Penyebab

Terdapat dua bentuk misetoma :

1) Misetoma aktionomikotik (bacterial mycetoma) yang disebabkan oleh jamur

golongan schizomycophyta, yaitu Actinomyces, Nocardia, dan Streptomyces.

Jamur penyebab yang penting adalah Actinomaduranpelletieri, Nocardia

brasiliensis, dan Streptomyces somaliensis.

2) Misetoma maduramikotik (fungal mycetoma atau eumycetoma) disebabkan

oleh jamur golongan eumycophyta, diantaranya adalah Madurella

mycetomatis, Scedosporium apiospermum(Pseudoallescheria boydii),

Madurella grisea, Leptospaheria sinegalensis.


 Morfologi

Hifa jamur membentuk gumpalan yang disebut butir-butir jamur atau granula

yang merupakan koloni jamur didalam jaringan atau abses. Butir-butir jamur

dapat berwarna putih, kekuning-kuningan, tengguli hitam atau berwarna lain,

tergantung pada spesies jamur penyebabnya. Bila butir jamur ini terdiri dari hifa

yang halus (lebarnya kurang dari 1 mikron), maka penyakitnya disebut misetoma

aktiknomikotik. Bila terdiri atas hifa yang kasr (lebarnya lebih dari 1 mikron)

maka penyakitnya disebut misetoma maduromikotik.

 Patologi dan gejala klinis

Infeksi ini terjadi melalui trauma, misalnya oleh tusukan duri yang

terkontaminasi jamur (biasanya dari tanah) pada kulit atau jaringa subkutan.

Gejala baru muncul beberapa tahun kemudian sehingga kulit menentukan periode

inkubasi. Pada tempat tusukan terdapat kelaian dimulai dari tumor kecil yang

makin lama makin besar, merusak jaringan atau tulang, kemudian membentuk

abses dan fistel (sinus).

Dari fistel dapat keluar nanah, dalam nanah dan jaringan kulit yang

membengkak dapat ditemukan butir-butir jamur. Fistel yang mengeluarkan

granula merupakan gejala karakteristik misetoma. Meskipun pembengkakan

cukup besar, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Biasanya proses ini

berlangsung menahun dan perlahan lahan kelainan menyebar ke jaringan sekitar

secara perkontinuitatum. Tidak pernah terjadi penyebaran secara hematogen.


 Pengobatan

Pengobatan untuk misetoma maduromikotik adalah secara bedah, yaitu

dengan melakukan ekstirpasi jaringan yang ada kelainnannya atau ampurasi

bagian tubuh. Dianjurkan oemberian antifungal selam 6 bulan sebelum dilakukan

pembedahan karena terapi antifungal dapat memperkecil ukuran tumor. Setelah

pembedahan diberikan lagi antifungal untuk mencegah rekurensi.

Kegagalan pengobatan misetoma maduromikotik, mungkin disebabkan oleh

lama dan luasnya kelainan, jamur penyebab resisten terhadap antifungal dan obat

mungkin sulit menembus misetoma karena adanya ekstra selurler semen, jaringan

fibrotik dan nanah disekeliling granula.

2. Kromomikosis

Sinonim : Chromoblastomycosis

Kromomikosis merupakan infeksi lokkal yang menahun pada kulit dan jaringan

subkutis orang sehat dan imunokompeten yang sering terjadi pada kaki atau

tungkau bawah dengan kelainan khas berbentuk kutil (verrucous) yang secara

lambat tumbuh terus, kelainan ini disebabkan oleh beberapa spesies jamur

berwarna gelap coklat kehitaman (dematiceae)

 Penyebab

Disebabkan oleh beberapa spesies jamur yang tergolong Dematiceae. Diantaranya

adalah Phialophora verrucosa, Fansecaea pedrosoi, Fansceae compacta,


Clasdosporium carrionii (Cladophialopora carrionii) dan Rhinocladiella

aquaspersa.

 Morfologi

Jamur penyebab kromomikosis terdapat di tanah, kayu dan tumbuh-tumbuhan

yang sudah busuk. Jamur ini tergolong Dematiceae, berwarna gelap coklat

kehitaman membentuk filament.

 Patologi dan gejala klinis

Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-

lahan sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar.

Pertumbuhan ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai,

namun lokalisasi di tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka,

leher, dada, dan bokong

 Pengobatan

Obat- obatan yang biasanya memberikan hasil yang kurang memuaskan dan

harus diberikan dalam waktu yang lama. Hasil pengobatan yang baik

dicapai dengan kombinasi amfoterisin B dan 5-f l u o r o s i t o s i n .

Itrakonazol pada akhir-akhir ini mem berikan harapan baru pada

p e n y a k i t i n i terutama bila penyebabnya adalah C1 adosporium carrionii.

3. Sporotrikosis
Sporotrikosis adalah infeksi kronik supuratif granulomatoda yang disebabkan

oleh jamur dimorfik, bergantung pada suhu (thermal dimorphic) Sporotrichum

schenckii. Penyakit ini biasanya hanya menimbulkan kelainan setempat dikulit

dan jaraingan subkutan tempat terjadinya trauma, misalnya pada sporotrikosis

kulit dan sporotrikosis lokalisata limfatika, tetapi dapat juga menyerang organ

tubuh yang lain pada bentuk klink sporotrikosis diseminata.

 Penyebab

Sporotrikosis disebabkan oleh Sporotrichum schenckii atau Sporothirx

schenckii. Di alam bebas, S. schenckii sering terdapat di tanah dan tumbuh-

tumbuhan yang sudah lapuk.

 Morfologi

Sporotrichum schenckii adalah jamur dimorfik bergantung suhu (thermally

dimorphic). Biakan jamur pada suhu kamar memebentuk koloni filament putih

dengan hida halsu dan spora yang tersusun menyerupai bunga pada ujung

konidiofora. Pada suhu 370C biakan membentuk koloni ragi dengan blastospora

yang bulat atau lonjong.

 Patologi dan gejala klinis

Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium

schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. kulit dan jaringan

subkutis diatas nodus bening sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang

indolen. Diagnosa klinis & pembiakan umumnya mudah dibuat berdasarkan


kelainan kulit yang multiple yang umunya khas. Penyakit ini umumnya ditemukan

pada pekerja hutan maupun petani. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong

diagnosis adalah pembiakan terutama pada mencit atau tikus dan pemeriksaan

histopatologik

 Pengobatan

Pengobatan yang biasanya dengan pemberian larutan kaliumIodida

jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atau

trakonazol dapat diberikan.

4. Zigomikosis

Penyakit jamur ini terdiri atas berbagai infeksi yang disebabkan

oleh bermacam-macam jamur pula yang taksonominya dan peranannya masih

didiskusikan. Zygomycetes meliputi banyak genera yaitu: Mucor, Rhizopus,

Absidia, Mortierella, dan Cunning-hamella.

 Penyebab

Penyebab ini penyakit ini disebabkan oleh jamur yang pada dasarnya

oportunistik, maka pada orang sehat jarang ditemukan Fikomikosis subkutan.

 Patologis & gejala klinis

Gejala klinis 7 Diagnosis kelainan timbul di jaringan subkutan antara lain: di

dada, perut, atau lengan ke atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan

membesar setelah sekian waktu. Nodus itu konsisten nya keras kadang dapat

terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai

pembesaran kelenjar getah bening regional. Diagnosis ditegakkan berdasarkan


pemeriksaan histopatologik dan biakan. jamur agak khas hifa lebar A- 0 Bm

seperti pita, tidak  bersepta, dan coenocytic.

 Pengobatan

Pengobatan sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jenuh

kalium Iodida. mulai dari10-15 tetes 8 kali sehari dan perlahan-lahan dinaikkan

sampai timbul geja lain toksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis

diturunkan 1 sampai tetes dan dipertahankan terus menerus sampai tumor

menghilang. Itrakonazol berhasil mengatasi fikomikosis subkutan dengan baik

5. Entomoframikosis

Penyebabnya adalah Ordo Enthomophthorales yang terbagi menjadi genus

Basiobolus dan Conidiobolus. Dari genus Bsidiobolus dikenla basidiobolus

ranaranum yang menyebabkan basidiobolosis dan dari genus conidioblus dikenal

conidiobolus coronatus atau conidiobolus lamprauges yang menyebabkan

konidiobolosis. Gambaran histopatologi kelainan disebabkan kedua jamur tersebut

mirip tetapi secara mikologi dan secara klinis berbeda. Basidiobolomikosis dan

konidiobolomikosisterutama berbentuk infeksi subkutan dan mukokutan.

6. Basidiobolomikosis

Pada biakan B ranarum membentuk koloni filament, tampak datar, melipat

dan berlilinm berwarna kekuningan sampai abu-abu. koloni satelit dapat

ditemukan disekitar biakan utama karena pertumbuhan spora yang dilepaskan dari

buakan utama. Secara mikroskopis terlihat hifa lebar senositik yang lama
kelamaan berseptum saat produksi zigospora dimulai. Zigospora yang khas

mempunyai tonjolan menyerupai paruh burung pada permukaan dindingnya.

Selain zigospora juga ditemukan konidia dan klamidokonidia.

7. Konidiobolomikosis

C.coronatus tumbuh cepat pada media sebagai koloni filament, yang

membentuk lipatan dan lekukan terutama bila ditumbuhkan pada suhu 370C.

koloni yang semula tampak berlilin kemudian menjadi powdery dan berwarna

putih, kekuningan, sampai kecoklatan. Secara mikroskopis tampak gambaran

sporangiospora pendek yang membentuk sporangiola. Spora akan membentuk

papillae yang membentuk spora lagi sehingga tampak gambaran seperti corona.

Zigospora mempunyai dinding licin dan berbeda dengan zigospora B. rananum,

zigospora C.coronatus tidak mempunyai paruh.

8. Zigomikosis

Penyebab zigomikosis atau mukormikosis ialah jamur yang termasuk dalam

ordo mucorales, family Mucoraceae yang memiliki enam family, yaitu

Mucoraceae, Cunninghamelaceae, Sakseneaceae, Thamnidiaceae,

Syncephalasraceace, dan Mortierellaceae. Genus Rhix=zopus, Absidia, dan

Rhizomucor merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Ketiganya

adalah jamur kontaminan yang terdapat di alam bebas.

9. Keratomikosis
Keratomikosis atau keratitis mikotik adalah penyakit infeksi pada kornea yang

disebabkan oleh jamur. Penyebab penyakit ini biasanya berbagai jamur saprofit,

seperti Fusarium, Aspergillus, Curvularia, Candida dll. Di Jakarta penyebab

terbanyak keratomikosis adalah Aspergillus flavus pada kornea/mata yang

imunokompromis seperti mata dengan sindrom ‘mata kering’ dan individu dengan

infeksi HIV/AIDS, kelainan lebih sering disebabkan golongan Candida.

Pengobatan keratomikosis tergantung dari penyebab dan luas lesi. Pada lesi

superfisialis, jika pada pemeriksaan langsung ditemukan jamur, natamisin 5% dan

amfoterisin B 0,15% topical merupakan pengobatan utama.

10. Rinosporidiosis

Penyebab penyakit ini adalah Rhinosporidium seeberi, suatu organusme

dengan sejarah taksonomi yang unik. Awalnnya dimasukkan dalam kelompok

protozoa,kemudian jamur dan terakhir dikelompokkan sebagai parasite Protista

(mezamycetozoa) berdasarkan analisis sikuens DNA ribosomal 18S small-

subunit. Diduga habitat alaminya adalah air tanah, tetapi tidak ada bukti bahwa

rinosporadis merupakan penyakit menular.

11. Aktimikosis

Sinonim : Lumpy jaw, leptotrikosis, streptotrikosis

Aktinomikosis adalah infeksi bakteri yang subakut atau kronik, disebabkan

bakteri filament, gram positif, anaerobic atau mikroaerofilik yang tidak tahan

asam. Karakteristik penyakit ini adalah menyebar secara perkontinuitatum,


tampak sebagai peradangan yang supuratif granulomatosa, pembentukan abses

multiple dan sinus yang dapat mengeluarkan sulfur granule dan debris dari

mikroorganisme penyebab lain. Secara klinis aktinomikosis dibagi menjadi

aktinomikosis servikofasialis, torakalis dan abdominalis. Pada perempuan

mungkin terjadi aktinomikosis pelvis.

12. Nokardiosis

Nokardiosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh infeksi Nocardia sp.

Nocardia spesies terdapat di alam bebas, di tanah sebagai saprofit. Penyakit

terjadi karena inhalasi jamur (terhirup). Infeksi ini lebih sering terjadi pada laki-

laki daripada perempuan. Manusia jarang terinfeksi Nocardia spp, kecuali pada

individu yang imunokompromis. Terdapat dua bentuk nokardiosis, yaitu

nokardiosis sistemik dan nokardiosis misetoma.

13. Feohifomikosis (Pheohyphomycosis)

Feohifomikosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh jamur golongan

Dematiceae, ditandai dengan ditemukan nya elemen-elemen jamur berwarna

coklat tenguli dalam jaaringan. Penyakit ini dapat mengenai kulit, jaringan bawah

kulit dan organ dalam. Penyakit ini dulu dikenal sebagai kladosporiosis. Berbeda

dengan kromomikosis, penyakit ini dapat menimbulkan bermacam-macam gejala

lain dari bentuk kista hingga bentuk tumor.

14. Kandidosis
Kandidosis atau kandidiasis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit,

kuku, selaput lender dan alat dalam yang disebabkan oleh berbagai spesies

Candida. Kandidosis ini terbagi menjadi kandidosis kulit dan kulit, kandidosis

kuku, kandidosis selaput lender, kandidosis sistemik, kandidosis superfisialis kulit

dan kuku, kandidosis vagina dan kandidosis orofarings.

15. Kriptokokosis

Kriptokokosis adalah mikosis sistemik yang disebabkan oleh Cryptococcus

neoformans dan Cryptococcus gatii. Keduanya merupakan golongan khamir

bersimpai yang termasuk dalam kompleks spesies Cr.neoformasns dan Cr.gatii

saat ini keduanya menjadi dua spesies yang berbeda. Berdasarkan determinan

antigenic pada simpainya, keduanya terbagi lagi menjadi empat serotype

A,B,C,D. serotype A adalah Cr. Neofromans var grubii dan serotype D adalah Cr.

Neoformans var neoformans. Serotipe B dan C alah Cr. Gatii.

16. Histoplamosis

Histoplamosis adalah penyakit jamur sistemik yang disebabkan oleh jamur

dimorfik bergantung suhu (thermally dimorphic) Histoplasma capsulatum

sedangkan histoplasmosis Afrika disebabkan oleh Histoplasma duboisii

17. Aspergilosis
Aspergillus adalah kelompok kapang oportunis pathogen yang dapat

menginfeksi manusia. Kelainan yang ditimbulkan berupa aspergilosis yaitu

infeksi yang dapat mengenai kulit, kuku, dan alat dalam terutama paru. Selain

infeksi, kapang tersebut juga dapat menyebabkan alergi atau kolonisasi penyebab

paru.

18. Koksidiodomikosis

Disebabkan oleh Coccidioides immitis, jamur dimorfik yang terdapat di alam

bebas. C.immitis adalah jamur dimorfik. Di tanah dan dalam biakan pada suhu

kamar C.immitis membentuk koloni filament. Hifa jamur ini membentuk

artospora dan mengalami fragmentasi. Artospora ringan, mudah dibawa oleh

angin dan terhirup ke dalam paru. Pada suhu 370C, C.immitis membentuk koloni

yang terdiri atas sferul yang berisi endospore.

19. Blastomikosis

Penyakit ini disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis. B.dermatitidis adalah

jamur dimorfik di alam bebas. Dalam biakan pada suhu 37 0C dan di jaringan

manusia, jamur tumbuh sebagai sel ragi (8-15 mikron) berdinding tebal dan

berkembang biak dengan membentuk tunas. Tunas ini berhubungan dengan sel

induk pada dasar yang lebar, biasanya hanya dibentuk satu tunas. Biakan pada

suhu kamar membentuk koloni filament dengan mikrokonidia berbentuk lonjong

sampai bulat.

20. Parakoksidioidomikosis
Penyebab nya adalah Paracoccidioides brasiliensis. P.brasiliensis adalah

jamur dimorfik yang terdapat di alam bebas. Dalam biakan agar souraud pada

suhu kamar, jamur membentuk koloni filament. Bila dibiakkan pada suhu 37 0C

jamur membentuk koloni ragi dengan sel ragi berdinding tebal dan bertunas

banyak.

Sumber :

Sutanto, inge, dkk. 2013. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai