KI:
1. Gelandangan:
2. Hematom: kumpulan ekstravasasi darah yang besar akibat adanya trauma sehingga
menimbulkan massa yang dapat teraba salah satu jenis purpura pewarnaan yang
berbatas jelas yang ditimbulkan oleh perdarahan di bawah permukaan kulit.
Sumber: Fanni Kusuma Djati, Chrystina Kusuma Dewi. Laporan Kasus: Tatalaksana Hematoma
Akibat Trauma. FK UNSOED.
3. Atrofi: penurunan ukuran jaringan atau organ karena penyusutan sel; penurunan ukuran
sel disebabkan oleh hilangnya organel, sitoplasma dan protein Bila suatu otot tidak
digunakan selama berminggu-minggu, kecepatan penghancuran protein kotraktil akan
berlangsung lebih cepat daripada kecepatan penggantiannya penyebab: berkurangnya
suplai darah, nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya rangsangan endokrin, dan penuaan
Sumber: Paulo Bonaldo dan Marco Sandri. 2013. Cellular and molecular mechanisms of muscle
atrophy. Disease Model & Mechanism.
RA Tanzila, Irfannuddin. 2015. Analisis Atrofi Otot Akibat Bedrest Lama pada Pasien Stroke di
RSUD Palembang Bari. Syifa MEDIKA, Vol. 6 (No.1)
4. Refleks fisiologis: tindakan atau gerakan tubuh yang terjadi secara otomatis, atau tanpa
berpikir, sebagai reaksi terhadap sesuatu stimulus, pemrosesan bawah sadar, dan
reaksi yang dihasilkan
5. Refleks babinski: stimulasi aspek plantar lateral kaki menyebabkan ekstensi (dorsofleksi
atau gerakan ke atas) jempol kaki. Refleks Babinski menguji integritas saluran
kortikospinal (CST) tanda Babinski menunjukkan kerusakan pada CST. Karena
saluran serat CST berjalan dari otak, melalui batang otak dan ke dalam sumsum tulang
belakang, lesi pada sistem saraf pusat (SSP) sering mempengaruhi integritas CST.
Dengan demikian, ada atau tidak adanya refleks Babinski dapat memberikan informasi
yang sangat berguna tentang ada tidaknya patologi yang mempengaruhi SSP. Refleks
Babinski sangat penting dalam pengaturan di mana ada kecurigaan cedera tulang
belakang atau stroke, karena mungkin merupakan indikator awal.
Sumber: Aninda B.Acharya ; Radia T.Jamil ; Jeffrey J.Dewey. 2021. Babinski Reflex. (online),
Sumber: Ajaya Kumar A. Unnithan ; Parth Mehta. 2021. Hemorrhagic Stroke. (online),
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559173/, diakses 22 Agustus 2021.
Dhirendra Srivastava, dkk. 2018. Facial asymmetry revisited: Part I- diagnosis and treatment
planning. Journal Oral Biololgy Craniofacial Research. Vol. 8(1).
6. Apa yang mungkin dapat menyebabkan kekuatan otot lengan dan kaki kanan menurun
serta artrofi tungkai kanan pasien?
Penyebab dari atrofi dan kelelahan otot rangka akibat empat kondisi penyakit
yang berbeda: 1) Kelemahan otot rangka yang diinduksi perawatan intensif; 2)
kanker cachexia;3) kelemahan otot akibat penyakit inflamasi kronis; dan 4)
gangguan neurologis.
Kekuatan otot lengan dan kaki kanan menurun: miopati inflamasi Ketiadaan
beban pada otot menyebabkan menurunnya sintesis protein
Atrofi tungkai kanan: berkurangnya protein pada sel otot, diameter serabut,
produksi kekuatan, dan ketahanan terhadap kelelahan, tidak ada suplai saraf pada
otot. Jika otot tidak digunakan selama beberapa hari atau minggu, maka kecepatan
penghancuran protein kontraktil otot (aktin dan myosin) lebih tinggi dibandingkan
pembentukkannya, sehingga terjadi penurunan protein kontraktil otot dan terjadi
atrofi otot
Sumber: Rohman, U. (2019). Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu
Lama. Journal Sport Area, 4 (2), 367-378.
Scott K. Powers, dkk. 2017. Disease-Induced Skeletal Muscle Atrophy and Fatigue. Medical
Science Sports Exercise. Vol. 48(11).
7. Apa saja yang menyebabkan refleks fisiologis meningkat?
lengkung motorik yang menurun dari korteks serebral dan batang otak disebut
sebagai UMN yang menghasilkan adanya peningkatan refleks di sumsum tulang
belakang dengan mengurangi hambatan tonik pada segmen sumsum tulang
belakang lesi pada UMN, beberapa penyakit yang berkaitan adalah multiple
sclerosis, tumor kepala, stroke, defisiensi vitamin B12, amyotrophic lateral
sclerosis
Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang timbul
namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang
bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan
volunter, maupun untuk membela diri. Refleks neurologik bergantung pada suatu
lengkungan (lengkung refleks) yang terdiri atas jalur aferen yang dicetus oleh
reseptor dan sistem eferen yang mengaktifasi organ efektor, serta saling
berhubungan. Bila lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain
lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi
di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat
yang lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada sistem piramidal,
hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi.
8. Bagaimana interpretasi refleks babinski pasien?
Refleks Babinski dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan neurologis rutin dan
digunakan untuk menentukan integritas CST. Kehadiran tanda Babinski menunjukkan
kerusakan pada CST. Karena saluran serat CST berjalan dari otak, melalui batang otak
dan ke dalam sumsum tulang belakang, lesi pada sistem saraf pusat (SSP) sering
mempengaruhi integritas CST. Dengan demikian, ada atau tidak adanya refleks Babinski
dapat memberikan informasi yang sangat berguna tentang ada tidaknya patologi yang
mempengaruhi SSP.
Traktus kortikospinalis mempengaruhi refleks segmental di medula spinalis. Ketika
traktus kortikospinalis tidak berfungsi dengan baik, hasilnya adalah bidang reseptif dari
refleks ekstensor jari kaki yang normal membesar dengan mengorbankan bidang
reseptif untuk fleksi jari kaki. Ekstensi jari kaki secara konsekuen ditimbulkan dari apa
yang biasanya merupakan bidang reseptif untuk fleksi jari kaki.
Sumber: Aninda B.Acharya ; Radia T.Jamil ; Jeffrey J.Dewey. 2021. Babinski Reflex. (online),
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519009/, diakses 22 Agustus 2021.
H.Kenneth Walker. Chapter 73 The Plantar Reflex. Clinical Methods: The History, Physical, and
Laboratory Examinations. Ed. 3rd.
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
pasien?
Wajah asimetris: pemeriksaan fotografi analisis frontal kraniofasial, lokalisasi
asimetri dari PA sefalogram, model stereolitografi 3D; CT, MRI, pemindaian
radionukleotida
Kekuatan otot menurunatrofi tungkai: CK serum dan laktat plasma normal,
elektromiografi, MRI, biopsi otot
10. Apa diagnosis dan diagnosis banding pasien?
11. Siapa pihak yang dapat dihubungi dalam penanganan pasien tersebut?
12. Bagaimana tata laksana yang tepat untuk pasien?