Anda di halaman 1dari 6

10 & 11.

Komplikasi trauma pada wajah, penyembuhan fraktur wajah, infeksi terkait tatalaksana

Sumber: Jurnal of Postgraduate Medicine ‘Complications and Pitfalls in Maxillofacial Trauma’

KOMPLIKASI DALAM PENYEMBUHAN FRAKTUR

- Komplikasi yang berhubungan dengan penyembuhan fraktur dapat dibagi menjadi 3 yaitu
delayed union, nonunion dan malunion.
- Delayed union dan nonunion adalah dimana fraktur gagal untuk sembuh dalam waktu 2-3
bulan
- Delayed union dapat mengalami proses penyembuhan tanpa tindakan operasi
- Sedangkan non union diperlukan tindakan operasi sampai ditahap union
- Malunion merupakan gejala klinis dimana fraktur sembuh kurang dari posisi optimal, sebagai
contoh dapat terjadi tulang lebih rendah dari kondisi normal, posisi yang tidak tepat (rotate
atau twisted)
- Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya kemampuan dalam memfiksasi fragmen tulang
dalam posisi yang tepat
- Untuk mencegah delayed union dan nonunion adalah dengan melakukan diagnosis yang
tepat dan penggunaan alat fiksasi yang tepat
- Malunion pada tulang wajah dapat mengakibatkan maloklusi dan perubahan bentuk wajah
- Melakukan fiksasi pada rahang harus dilakukan pertama sehingga fungsi utama nya dapat
dikembalikan dan deformitas pada tulang skeletal dan juga jaringan lunak berkurang
- Deformitas pada tulang wajah dan maloklusi dapat ditangani dengan prosedur ortognati dan
orthodontic, sehingga tercipta hubungan kerjasama antara maxillofacial surgeon dengan
orthodontis.

KOMPLIKASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN ALAT FIKSASI

- Komplikasi yang berhubungan dengan alat fiksasi adalah multifaktorial. Bisa terjadi karena
sensitif terhadap metal,sensitif terhadap thermal, nerve injury, tooth injury.
- Bahan metal yang digunakan untuk osteosintesis merupakan bahan yang biokompatibel,
tidak menyerupai jaringan asli, dapat meyebabkan reaksi terhadap thermal dan berbagai
stimuli
- Pelanggaran yang umumnya terjadi pada Prinsip fiksasi :
o Plate yang terlalu kecil
o Lebih memilih satu plate daripada 2
o Meletakkan screw pada garis fraktur
o Sedikit screw yang diletakkan pada setiap sisi fraktur
o Plate bending yang tidak kuat
- Selain itu over heating dapat menimbulkan nekrosis pada tulang dan irigasi yang adekuat
saat drilling merupakan hal yang penting

DEFORMITAS WAJAH
- Trauma pada wajah apabila tidak di lakukan treatment dengan adekuat maka dapat
menyebabkan perubahan bentuk wajah yang terlihat jelas walapun perubahannya minimal
- Deformitass dapat berupa asimteri, tinggi yang tidak sesuai, lebar yang tidak sesuai,
maloklusi
- Deformitas wajah baik jaringan keras maupun jaringan lunak dapat terjadi karena error
diagnosis, teknik surgery yang tidak tepat, fiksasi yang tidak baik atau tidak diberikannya
perawatan sama sekali

- Deformitas orbital karena tidak dilakukan perawatan


pada dinding orbital yang mengakami fraktur, yang
kemudian dilakuakn rekonstruksi dari dinding orbital.
- Tujuan dari perawatan nya adalah untuk membetulkan 3
dimensi tulang facial
- Deformasi wajah dapat dilakukan perawatan berupa
osteomising bone kemudian meletakkan pada posisi
yang benar, prosedur kamuflase, augmentasi bone graft
dan alloplastic material
- Melakukan replacement pada tulang keras dan jaringan
lunak bertujuan untuk mengembalikan anatomi yang
sesuai dan mencegah deformitas meluas
- Dapat digunakan computarized planning ,
stereolithography,allpoplastic implant dll untuk kasus
yang sulit
OPTHALMIC COMPLICATION

- Early complications terakit dengan ophthalmic injuries meliputi:


o Traumatic optic neuropathy
o Retrobulbar hematoma
o Globe rupture
o Vision loss
o Diplopia
o Muscle entrapment
o Enopthalmos
o Corneal abrasion
o Superior orbital fissure syndrome
o Orbital emphysema
o Blindness
o Sympathetic Opthalmi
- Late complications:
o Persistent diplopia
o Enophthalmos
o Exophthalmos
o Lower lip malposition
o Exposure keratitis
o Blindness
o Sympathetic opthalmia
- Injury yang teerkait dengan superior orbital fissure dapat menyebabkan superior orbital
fissure syndrome

- Traumatic optic nerve injuries dapat disebabkan oleh injury secara langsung maupun tidak
langsung ke saraf
- Penetrasi objek ke orbit akan menyebabkan kerusakan secara langsung ke optic nerve (yang
memiliki prognosis lebih buruk dibadingkan indirect injury
INFEKSI

- Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi terkait trauma


- Postoperative infection dapat menggagalkan hasil yang telah tercapai dari operasi
- Penyebab dari postoperative infection: instability faled hardware, teeth in the line of
fracture, medically compromised patient, delay dari perawatan

- Potensi infeksi selalu menjadi pertimbangan ketika merawat fraktur mandibular, terutama
ketika fraktur berkaitan dengan rongga mulut.
- Perawatan antara 3-5 hari setelah trauma terbukti optimal dengan tingkat infeksi terendah.
- Faktor risiko lain seperti kontaminasi kotoran, penyakit dentoalveolar, ggiig dengan fraktur,
potensi penyembuhan host yang buruk, dan resopsi tulang yang parah berkaitan dengan
mandibula edentulous.
- Infeksi pada rongga mulut adalah polymicrobial, baik anaerob dan aerob.
- Mikroorganisme yang paling umum adalah Staphylococcus, a-hemolytic, Streptococcus, dan
Bacteriodes.
- Pada awal perjalanan infeksi, populasi bakteri sebagian besar bakteri aerob gram positif.
Ketika infeksi berkembang menjadi lebih kronis, orgaisme gram negatif yang mendominasi.
- Manajemen infeksi dimulai dengan pemeriksaan klinis diikuti dengan pemeriksaan yang
sesuai untuk mengetahui segmen yang fraktur.
- Pemeriksaan laboratorium juga diperlukan termasuk penrhitungan darah lengkap, harus
dilakukan ketika terdapat indikasi klinis.
- CT scan an MRI dilakukan ketika infeksi melibatkan jaringan lunak leher.
- Penicillin G, bakteri gram positif  untuk infeksi dini
- Klindamisin, bakteri gram negatif  untuk infeksi kronis
- Terapi antibiotic harus dimulai sebelum operasi, tetapi panjang spesifik terapi antibiotic
pasca operasi bervariasi dengan keadaan masing-masing.

TMJ DYSFUNCTION DAN ANKYLOSIS

- Fraktur condyle dapat menyebabkan internal dearrangement TMJ


- Insidensi sakit pada TMJ, bunyi sendi dan deviasi membuka mulut meningkat pada pasien
dengan fraktur condyle
- Ankylosis  komplikasi jarang dari fraktur condyle, biasa terjadi dengan intracapsular
fracture pada anak-anak atau imobilisasi berkepanjangan pada treatment fraktur
mandibular
- Ankylosis tidak dirawat  underdevelopment mandibula pada sisi fraktur
- Treatment gap arthroplasty, costochondral rib graft (anak-anak), sendi prostetik--

GROWTH AND TMJ PROBLEMS

 Komplikasi yang terjadi: Growth restriction, rethrognathic appearance, dan TMJ ankylosis
 Growth restriction terjadi setelah trauma pada anak – anak yang masih dalam tahap tumbuh
kembang
 Jika ada kesalahan diagnosis atau kurangnya tatalaksana dalam unilateral / bilateral condylar
fracture  dapat menyebabkan open bite dan keterbatasan dalam membuka mulut.
Nantinya menyebabkan retrognatik
 Dapat terjadi ankylosis TMJ  menyebabkan growth restriction juga
 Diperlukan perawatan secepatnya untuk mencegah masalah tumbuh kembang

INJURI SARAF

Faktor yang berpengaruh terhadap recovery dari peripheral sensory nerve adalah umur, kondisi
kesehatan umum, lokasi injuri, dan tipe injuri.

 Saraf yang paling sering terlibat dalam trauma fasial:


 Facial nerve (VII)
o Injuri saraf fasial disebabkan oleh blunt/penetrating trauma terhadap petrous
portion dari tulang temporal
o Kerusakan saraf fasial dapat terjadi partial/total, cepat/lambat. Bisa lambat karena
adanya efek tekanan terhadap pendarahan, edema, atau jaringan granulasi
o Cek saraf fasial jika ada battle’s sign, cerebral spinal fluid otorrhea, adanya
udara/fluid di mastoid air cells, atau fraktur temporal
o Tatalaksana:
 CT scan dari tulang temporal
 Dekompresi saraf fasial
 Pada pasien paresis  lakukan observasi
 Terapi medis dengan steroid
 Trigeminal nerve (V)
o Bisa disebabkan karena direct maxillofacial trauma, atau secondary terhadap
intervensi bedah saat memperbaiki facial trauma
o Rusaknya trigeminal nerve  menyebabkan defisit neurosensory, nyeri fasial, dan
komplikasi disebabkan perubahan kebiasaan makan dari denervasi muscular pada
otot mastikatori atau perubahan rasa penciuman dari oral mukosa
o Tatalaksana:
 Dekompresi saraf dengan open reduction. Closed reduction dapat terus
mengkompresi saraf karena adanya reactive osseous proliferation
o Cabang saraf yang terkena:
 Supraorbital dan supratrochlear nerve (wajah bagian atas)
 Infraorbital nerve (midface)  fraktur zygomatic complex sering mengenai
saraf ini, dan menyebabkan temporary/permanent altered sensation
 Inferior alveolar nerve (wajah bagian bawah)
o Injuri yang disebabkan direct blunt trauma pada undisplaced fracture memiliki
prognosis yang lebih baik, dan dapat dirawat secara konservatif
o Injuri yang disebabkan sharp trauma atau adanya fragment tulang yang terisolasi
memiliki pronosis yang lebih rendah, dan dirawat dengan pembedahan (terutama
jika ada displaced fracture)
o Namun pembedahan dapat meningkatkan risiko lebih lanjut terhadap injuri dari
saraf tersebut
 Saraf lainnya:
 Olfactory nerve (I)
o Keparahan dari disfungsi tersebut berhubungan dengan keparahan dari injuri di
kepala
o Kerusakan terhadap struktur kortikal frontotemporal atau tertarik/terbelahnya
(shearing) dari olfactory nerve  menyebabkan dysosmia atau anosmia
o Cribiform plate berperan penting terhadap olfactory nerve. Adanya trauma
terhadap plate tersebut dapat menyebabkan disrupsi dari saraf & partial/total
anosmia
o Olfactory pathway akan terus rebuild dengan sendirinya, selama hidup
o Jika ada perubahan yang severe atau permanen dalam penciuman  dibutuhkan
perawatan invasif, yaitu pengangkatan olfactory bulbs dan tracts

KESIMPULAN

 Diagnosis, perawatan, eksekusi, postoperative assessment & reassessment yang sesuai


dapat mencegah komplikasi. Jika ada komplikasi, segera lakukan intervensi yang sesuai.
Perawatan dilakukan dengan pendekatan secara tim, terdiri dari spesialis

Anda mungkin juga menyukai