Anda di halaman 1dari 5

Klasifikasi Penyakit Kulit Akibat Jamur

A. Mikosis Superficialis
Yaitu jamur-jamur yang menyerang lapisan luar pada kulit, kuku, dan rambut.
Dibagi dalam 2 bentuk, yaitu :
 Dermatifitosis, terdiri dari :
1. Tinea Corporis
Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut, disebabkan oleh
serangan jamur Trichophyton rubrum, Trichophyton metagrophytes,
Epidermophyton. floccosum. Hifa tumbuh aktif ke arah pinggir cincin
stratum korneum yan belum terserang.
Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian
tengah bersisik dikelilingi oleh pingiran merah meninggi sering
mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua dan memisahkan diri
menjadi artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora mengelupas,
sehinga pada beberapa kasus terdapat bagian tengah yang bersih pada
lesi kurap.
2. Tinea Capitis (kurap kulit kepala)
Infeksi microsporum terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya
akan sembuh pada saat memasuki masa puberitas. Sedangkan jika
infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang tidak diobati akan menetap
sampai dewasa.
Klinis : infeksi dimulai pada kulit kepala, selanjutnya ermofita tumbuh
ke bawah mengikuti dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada
rambut terjadi di atas akar rambut. Rambut menjadi mudah patah dan
meninggalkan potongannya yang pendek. Pada bagian kulit kepala
yang botak terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan
membentuk vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan
peradangan dan mengarah pada mikosis sistemik.
3. Tinea pedis (kaki atlet)
Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan berkembang
menjadi vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan
encer, disebabkan oleh Trichophyton rubrum, T. Mentagrophytes,
Epidemirmophyton floccosum.
Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit
pecah-pecah, dapat juga terjadi infeksi skunder.
4. Tinea Favosa
Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan
berkuku disebabkan oleh Trichopyton schoenleinii.
Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada kuli kepala
kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor,
Kerak sangat lengket, bila diangkat akan meninggalkan luka basah.
Dapat menyebabkan kebotakan yang menetap.
 Non-Dermatofitosis, terdiri dari :
1. Tinea Versicolor
Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat
pertumbuhan Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa
lokal dikenal sebagai panu.
Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit
dada, punggung, axila leher dan perut bagian atas. Daerah yang
terserang akan mengalami depigmentasi.
2. Piedra
Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh
Trichosporon Beigelli dan Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia
hortae.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black
piedra) terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak,
kemaluan, janggut (White piedra)
3. Tinea nigra
Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan
Exophiala weneckii.
Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman.
Bercak tersebut terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang
bertunas, akan tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit (tidak
membentuk bagian yang menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang
lain)
B. Mikosis Intermediat
Yaitu jamur-jamur yang menyerang kulit, mukosa, subkutis, dan alat-alat
dalam, terutama yang disebabkan oleh spesies candida sehingga
penyakitnya disebut kandidiasis oleh Candida albicans.
C. Mikosis Profunda
 Subkutis
1. Sporotrichosis
Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan
habitat pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam
kulit melalui trauma, kemudian menyebar melalui aliran getah
bening.
Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi,
Getah bening menjadi tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit,
terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan
paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan
menahun, dan nekrosis.
2. Mycetoma (madura foot)
Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur
Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip
jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya
sinus yang bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan
melalui trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot
dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam
nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas
ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.
 Sistemik
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan
sebelah dalam. Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru,
kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur cenderung
menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya
mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap
pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37°C
1. Blastomikosis
Infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada
kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang
diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis dan
Blastomycetes brasieliensi
Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus
ringan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala
umum akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan infeksi
pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam).
Jika terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-
lesi pada kulit di permukaan terbuka (leher,muka, lengan dan
kaki).
2. Kokodiodomikosis
Disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah,
mikosis ini menyerang paru-paru.
Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum
timbul adalah demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala
tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism,
dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.
3. Hitoplasmosis
Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada
tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang
terkontaminasi dengan kotoran unggas atau ternak)
Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang
terhirup diliputi oleh makrovag areolar akhir-nya berkembang
menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar secara
cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul
berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada
kasus penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat
berakibat pada terjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam
tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada hidung, mulut
lidah, dan usus halus.
Referensi :
- Siregar. 2002. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta. Penerbit Buku Kedokeran
EGC. Hal. 3-8
- Cahyanadi Uchi. 2013. Klasifikasi Klinis dari Mikosis. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai