Anda di halaman 1dari 9

PRESBIKUSIS

DefinisiPresbikusis

Presbikusis adalah gangguan pendengaran tipe sensorineural pada usia


lanjut akibat proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara
berangsur-angsur, umumnya terjadinya mulai usia 65 tahun dan terbanyak
pada usia 70-80 tahun. Etiologi presbikusis belum diketahui secara pasti,
namun diduga mempunyai hubungan dengan faktor herediter, metabolism,
arteriosclerosis, paparan bising, pemakaian obat ototoksik atau bersifat
multifaktorial.

Patologi
Presbikusis berdasarkan perubahan patologinya terbagi menjadi
4,yaitu diantaranya sensorik,neural,metabolik dan mekanik. Patologi yang
terjadi pada sensorik yaitu terdapat lesi yang terbatas pada koklea, dan
terdapat atrofi pada organ corti serta jumlah sel-sel rambut dan sel
penunjang yang berkurang. Pada patologi yang terjadi secara neural
disebabkan oleh berkurangnya sel neuron pada koklea dan jaras audiotorik.
Pada proses metabolik timbul karena adanyaatrofi stria
vaskularisasi,sehingga keseimbangan biomekanik dan fungsi sel berkurang.
Selanjutnya yaitu patologi yang terjadi secara mekanik yang
mengakibatkantimbulnyaperubahan duktus koklearis yang berpengaruh
terhadap respon mekanik. Ligamentum spiralis mengalami atrofi sehingga
membran basalis menjadi lebih kaku.
Faktor yang mempengaruhipendengaran

A. DiabetesMelitus
Diabetes melitus merupakan salah satu faktor penyakit
metabolik yang dapat mempengaruhi proses pendengaran. Padaproses
glikosilasi,glukosa akan terikat dengan protein membentuk advanced
glicosilation and product (AGEP) yang dapat menumpuk di dalam
jaringan serta mengurangi elastisitas pembuluh darah sehingga terjadi
mikroangiopati. Mikroangiopati jika terjadi pada koklea akan
menyebabkan proses atrofi dari vaskularisasi stria yang berfungsi
untuk menjaga keseimbangan kimia dan bioelektrikal serta
metabolisme darikoklea.

B. Hipertensi
Hipertensi juga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya
penurunan pendengaran.Semua sel dapat hidup dengan adanya suplai
oksigen dan nutrisi yang adekuat dari jantung dan pembuluh
darah.Hipertensi dapat merusak struktur dari pembuluh darah perifer.
Kerusakan tersebut dapat menyebabkan penyumbatan,jika terjadi
sumbatan aliran darah arteri akan terganggu sehingga jaringan dapat
mengalami mikroinfark. Oleh karena itu pada hipertensi dapat
mempengaruhi sistem sirkulasi pada telinga dalam,viskositas darah
menjadi meningkat yang disebabkan oleh aliran darah kapiler yang
berkurang sehingga transportasi oksigenmenurun. Hal tersebut dapat
mengganggu sel-sel auditori sehingga transmisi sinyal terganggu dan
menimbulkan gangguan komunikasi.

C. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemiaadalah terjadinya gangguan jumlah lemak
dalam darah dan kadar kolesterol ≥240mg/dl.Proses aterosklerosis
tidak luput dari peran kolesterol dan triglierida. Ateroskelosis dapat
menyebabkan gangguan aliran darah dan transpor oksigen.
Dalam penelitiannya, Evans mengatakan bahwa dislipidemia
kronik dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi pendengaran yaitu
trigliserida yang tinggi berhubungan dengan meningkatnya ambang
nada murni. Villares juga mengatakan bahwa terdapat hubungan
antara kadar koesterol yang tinggi dengan gangguanpendengaran.
D. Merokok
Rokok mengandung berbagai macam zat kimia yang berbahaya
bagi tubuh. Komponen utama dalm rokok yang sangat berbahaya
adalah nikotin dan karbonmonoksida.Kedua zat tersebut dapat
mengganggu sistem peredaran darah. Karbonmonoksida dapat
membuat suatu ikatan bersama hemoglobin menjadi karboksi-
hemoglobin yang mengakibatkan hemoglobin tidak efisien berikatan
dengan oksigen melainkan jauh lebih kuat berikatan dengan
karbonmonoksida (CO), sehingga suplai darah ke jaringan akan
berkurang salah satunya ke organ korti yang menimbulkan efek
iskemia. Jika sudah terjadi iskemia pembuluh darah yang ada pada
organ korti di koklea maka akan terjadi gangguan pendengaran pada
frekuensi tinggi. Selain itu karbonmonoksida juga dapat menyebabkan
atheroskelosis,spasme pembuluh darah, dan meningkatkan kekentalan
darah.

E. ObatSalisilat
Obat salisilat secara cepat memasuki perilimfe setelah
administrasi sistemik. Konsentrasi dalam perilimfe mencapai nilai
maksimal dalam 2 jam setelah injeksi intraperitoneal pada percobaan
binatang. Salisilat yang diberi kontras tritium dideteksi secara cepat
dalam pembuluh darah dari stria vaskularis dan ligamentum spiralis
Dalam satu jam, kontras tersebut ditemukan pada lorong luar organ
korti, di sekitar sel rambut luar, dan kanal rosenthal di sekitar sel
ganglion spiral.

Pada percobaan terhadap binatang juga didapatkan sodium


salisilat mengurangi potensial aksi nervus kranial VIII secara selektif.
Uji terhadap lesi pada sistem auditori pada pasien yang mengalami
hearing-loss yang diinduksi salisilat menunjukkan pola koklear.
Namun, studi histopatologik yang telah ditelusuri hingga saat ini tidak
menunjukkan sel mana yang terlibat secara spesifik.

Gejala Klinis

Gejala klinis pada pasien presbikusis yaitu adanya kesulitan untuk


memahami percakapan. Perlahan kemampuan tersebut semakin menurun
terutama untuk menentukan jenis suara dan arah datangnya suara.
Kehilangan sensitivitas bermula dari frekuensi yang tinggi,sehingga
terdapat kesulitan ketika mendengar pada situasi bising. Keluhan pada
pasien presbikusis kebanyakan bukan tidak dapat mendengar tetapi tidak
dapat memahami percakapan.

Selain itu terdapat keluhan tambahan yaitu tinitus (berdenging). Hal


ini terjadi karena adanya peningkatan sensitivitas dari saraf pendengaran.
Setelah kehilangan frekuensi yang tinggi,selanjutnya yaitu kehilangan
frekuensi rendah. Seiring berjalannya waktu kesulitan yang terjadi
mencakup keduanya yaitu tidak dapat mendengar dan tidak dapat
memahami percakapan.Kehilangan pendengaran akan berpengaruh terhadap
masalah sosial. Masalah sosial yang akan terjadi antara lain
depresi,kehilangan kepercayaan diri cemas, paranoid danfrustasi.

PenegakanDiagnosis

Pertama kalidilakukan skrining pendengaran terhadap pasien berusia


lanjut apakah ia mengalami masalah pendengaran,yang dapat kita sebut
dengan metodeself -assesment. Metode ini cukup sederhana dan lebih
sensitif daripada mengajukan banyak pertanyaan.Pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan otoskopi,maka akan tampak membran timpani yang
normal ataupun suram dan juga dilakukan tes dengan menggunakan penala,
untuk mendapatkan jenis tuli sensorineural atau tuli konduktif. Pemeriksaan
lebih lanjut menggunakan audiometri nada murni menunjukkan gangguan
pendengaran sensori neural nada tinggi,bilateral dansimetris.Pada
pemeriksaan audiometri tutur dapat menunjukan adanya diskriminasi bicara.

1. Audiometri Nada Murni


Nada murni adalah nada yang mempunyai satu frekuensi yang
dinyatakan dalam getaran per detik. Frekuensi merupakan nada murni yang
dihasilkan oleh suatu benda bersifat sederhana. Ambang dengar ialah nada
murni terlemah yang masih dapat terdengar. Ambang dengar terbagi
menjadi dua berdasarkan sifat konduksi,yaitu konduksi udara (Air
Conduction) dan konduksi tulang (Bone Conduction). Pada audiogram jika
hasil Air Conduction (AC) dan Bone Conduction (DC) dihubungkan maka
dapat diketahui jenis ketulian dan derajat ketulian. Uji nada murni dapat
memberikan informasi mengenai tingkatan gangguan
pendengaran,konfigurasi audiogram dan tipe gangguan yang bersifat
konduktif, sensorineural dan campuran. Tuli sensorineural yang terjadi pada
presbikusis yang dapat tergambar dalam audiogram diantaranya AC danBC
>25dB serta AC dan BC berhimpit minimal 2 frekuensi yang
berdekatan.Penurunan ambang dengar pada presbikusis terjadi pada
frekuensi 2-4 kHz.

Tabel 1: Derajat ketulian.


Derajat ketulian Klasifikasi
0-25 dB Normal
>25-40 dB Tuli ringan
>40-55 dB Tuli sedang
>55-70 dB Tuli sedang berat
>70-90 dB Tuli berat
>90dB Tuli sangat berat
2. AudiometriTutur

Tutur dapat diartikan sebagai kata. Tutur merupakan bahasa lisan


yang digunakan sehari-hari yang terdiri dari suatu rangkaian kata. Jika
diuraikan, tutur terdiri dari suatu kalimat, kalimat akan terdiri dari kata-kata,
dan kata tersusun oleh beberapa suku kata yang mempunyai satuan bunyi
terkecil serta membedakan sebuah arti yang disebut fonem.Audiometri tutur
adalah suatu uji pendengaran yang menggunakan sejumah kata yang telah
dipilih. Uji audiometri tutur dapat bersifat subjektif, kualitatif maupun
kuantitatif. Pada uji ini yang dipakai adalah kata-kata yang telah disusun
dalam silabus yaitu monosilabus (terdiri dari satu kata) dan bisilabus (terdiri
dari dua sukukata).

Uji pendengaran dengan menggunakan audiometri tutur berbeda


dengan uji pendengaran menggunakan audiometri nada murni atau tes
penala yang bertujuan hanya menentukan seseorang tersebut dapat
mendengar. Uji audiometri tutur melibatkan pusat asosiasi di otak yang
membuat seseorang harus mendengar lalu membawanya ke pusat ingatan
atau memory kemudian kata tersebut diproses sesuai dengan perbendaharaan
yangpernahdidengarnyalaluditeruskankepusatartikulasidandiucapkan
kembali.Pada pemeriksaan ini pasien diminta untuk mengulang kata yang
diputar melalui tape recorder. Pada tuli perseptif koklea pasien sulit
membedakan S,R,N,C,H, sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi.
Misalnya pada tuli perseptif koklea sulit membedakan kata “kadar” yang
pasien dengar menjadi “kasar”.

Pada prinsip dasar audiometri tutur terdapat 2 bagian yang penting


dalam persepsi pendengaran yaitukepekaan pendengaran dan diskriminasi
pendengaran. Kepekaan pendengaran (NPT) atau Speech Reception
Threshold (SRT) adalah intensitas suara terlemah yang dapat didengar
seseorang dan mampu mengenali kata 50% yang didengar dengan benar.
Sedangkan diskriminasi pendengaran(NDT)atau Speech Discrimination
Score (SDS) atau Words Discrimination Score (WDS) adalah kemampuan
pendengaran seseorang untuk membedakan satuan bunyi yang terdapat
dalam suatu fonem.

Dalam persepsi pendengaran (SRT) selain untuk menentukan


intensitas terendah atau pasien dapat mendengar dan mengulangi kata,
terdapat hubungan antara SRT dengan nada murni untuk memvalidasi rata-
rata nada murni pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, dan 2000 Hz. Daftar kata
PB (Phonetically Balanced) adalah kosakata yang diperlukan untuk
pemeriksaan SRT/WDS. Di Indonesia, Soewito telah mengembangkan
sebanyak 199 kata PB bisilabik untuk pemeriksaan SRT dan 289 kata
monosilabik PB untuk pemeriksaanWDS.

Namun ternyata pemeriksaan SRT tidak menjadi tolak ukur untuk


menentukan tingkat kepekaan pendengaran seseorang,oleh karena itu
digunakan ambang pengertian kata atau dapat disebut Words Discrimination
Score(WDS).

Pada tuli konduktif, gangguan pendengaran yang terjadi adalah dalam


menangkap kata yang bersifat kuantitatif, artinya jika intensitas suara di
naikkan maka penderita akan mendengar dengan jelas dan dapat menirukan
suara yang didengar dengan benar. Hasil NDT/WDS pada penderita tuli
konduktif akan mencapi 100%.

Pada tuli sensorineural, gangguan pendengaran yang terjadi adalah


dalam menangkap kata yang bersifat kualitatif yaitu kesulitan dalam
diskriminasi fonem. Dengan kata lain bahwa penambahan intensitassuara
tidak akan membuat kata tersebut terdengar jelas, bahkan sebaliknya kata
yang didengar akan semakin tidak jelas, sehingga penderita tidak akan
menirukan kata yang didengar tersebut dengan benar. Pada setiap tuli
sensorineural hasil NDT/WDS nya tidak akan mencapai 100% yang benar.

Tatalaksana

Presbikusis adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi kita


dapat memaksimalkan fungsi yang masih ada dan meningkatkan kualitas
hidupnya sertakita juga dapat mengurangi efek dari penyakitnya. Ada
berbagai pilihan dalam penatalaksanaan presibikusis,diantaranya yaitu:
1. Keterampilan dalam membaca gerak bibir
Membaca gerak bibir dapat membantu pasien dengan
diskriminasi bicara dan sebagai alat bantu pendengaran pada pasien
yang mengalami kesulitan mendengar pada keadaan bising.
2. Assestivedevice
Alat bantu ini bekerja dengan cara amplifikasi sinyal telepon,
televisi dan mendengar suara bel. Perangkat elektronik ini berguna
untuk meningkatkan kenyamanan dalam mendengar pada kondisi
lingkungan tertentu. Pasien dapat memperkuat suara tanpa harus
menggangu orang lain yang berada disekitarnya.
3. Alat Bantu Dengar (ABD)
Alat bantu dengar dapat meningkatkan kemampuan sebagian
besar pasien usia lanjut untuk dapat berkomunikasi. Namun pada
pasien dengan diskriminasi bicara pada keadaan bising, mengalami
kesulitan dalam menggunakan alat bantu dengar karena ganguan yang
terjadi adalah gangguan pada tingkat persepsi bukan pada
proses penerimaan stimulus.
4. Implankoklea
Merupakan alat yan dapat mengganti fungsi dari koklea
untuk dapat meningkatkan kemampuan mendengardan
berkomnukasi pada pasie dengan tuli saraf berat dan total
bilateral. Namun pemasangan alat ini kontraindikasi pada
pasien dengan tuli saraf pusat (tuli sentral), proses
penulangan koklea, dan tidak berkembangnyakoklea.

Prognosis
Pasien dengan presbikusis tidak dapat disembuhkan, semakin
lama akan semakin menurun fungsi pendengrannya. Penurunan
fungsi dengar terjadi secara lambat, sehingga pasien masih dapat
menggunakan fungsi pendengaran yang ada. Pasien presbikusis
perlu diingatkan mengeani faktor risiko yang dapat memperburuk
keadaannya, seperti penyakit hipertensi, diabetes mellitus dan
penyakit metabolik.

Referensi:
1. Soetjipto D, 2007. Presbikusis. Available from: Accessed December 25, 2014
2. Hendarmin H, Suwento R, 2010. Gangguan pendengaran pada geriatric. Dalam (Soepardi EA,
Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, ed). Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok
kepala leher, edisi 6, Jakarta: Balai penerbit FK UI, hal 43-45
3. Dina, Latansa. 2013. Prevalensi Presbikusis Dan Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Lanjut Usia
Di Balai Perlindungan Sosial Provinsi Banten Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta: Hal.11-19

Anda mungkin juga menyukai