Kelompok 1
Nurul Eka Saputri
Pratiwi Indrianti
Septa Zendy Kurniawan
Suci Mega Utami
Zalsa Nabila Putri
Anatomi Fisiologi Telinga
Fisiologi Pendengaran
Mendengar adalah bagian yang penting dari komunikasi. Mendengar
merupakan proses fisiologis yang kompleks dimana suara yang
menggetarkan udara di telinga luar dan tulang yang mengelilingi
telinga (Munir and Clarke, 2013).
Definisi Presbikusis/Gangguan
Pendengaran
Presbikusis merupakan akibat dari proses degeneratif pada
satu atau beberapa bagian koklea (striae vaskularis, sel
rambut, dan membran basilaris) maupun serabut saraf
auditori.
Presbikusis ini juga merupakan hasil interaksi antara faktor
genetik individu dengan faktor ksternal, seperti pajanan
sara berisi terus-menerus, obat ototoksik, dan penyakit
sistemik.
Kategori
Presbikusis terbagi dua yaitu :
1. Presbikusis perifer, di mana para lansia hanya mampu
untuk mengidentifikasi kata. Alat bantu masih cukup
bermanfaat, harus diperhatikan untuk menghindari
berteriak/berbicara terlalu keras karena dapat membuat
ketidaknyamanan pada telinga.
2. Presbikusis sentral, di mana lansia mengalami gangguan
untuk mengidentifikasi kalimat, sehingga manfaat alat
bantu dengar sangat kurang. Oleh karena itu, percakapan
dengan para lansia harus sedikit lebih lambat tanpa
mengabaikan irama dan intonasi.
Etiologi
Schucknecht menerangkan penyebab kurang pendengaran pada presbikusis antara lain :
1. Degenerasi primer aferen dan eferen dari koklea, degenerasi ini dimulai dengan terjadinya
atrofi dibagian epitel dan saraf pada organ corti. Lambat laun secara progresif terjadi degenerasi
sel ganglion spiral pada daerah basal hingga kedaerah apeks yang pada akhirnya terjadi
degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat dengan manifestasi gangguan pemahaman bicara karena
penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik yang mengalami gangguan. Sehingga baik
jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia. (Schuknecht).
2. Penelitian tentang penyebab presbiakusis sebagian besar menitik beratkan pada abnormalitas
genetik yang mendasarinya (Dilaporkan bahwa salah satu strain yang berperan terhadap
terjadinya prebikusis , yaitu C57BL/6J sebagai penyandi saraf ganglion spiral dan sel stria
vaskularis pada koklea), dan salah satu penemuan yang paling terkenal sebagai penyebab
potensial presbikusis adalah mutasi genetik pada DNA mitokondrial.
3. Faktor resiko yang dapat memperberat penurunan pendengaran pada presbikusis antara lain :
(Boedhi & Hadi, 1999)
a. Usia dan jenis kelamin
b. Hipertensi
c. Diabetes Melitus
d. Merokok
e. Hiperkolesterol
f. Riwayat Bising
Klasifikasi
Presbiakusis diklasifikasikan menjadi 4, antara lain : (Boedhi & Hadi, 1999)
1. Presbiakusis Sensori
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai dengan hilangnya sel rambut dan sel
penyokong organ corti di membrana basalis koklea dan karena itu khas berupa
hilangnya pendengaran nada tinggi, yang dimulai setelah usia pertengahan. Ciri
khas dari tipe presbikusis sensori ini adalah terjadi penurunan pendengaran secara
tiba-tiba pada frekuensi tinggi.
2. Presbiakusis Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat.Tidak
didapati adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi.Keparahan tipe
ini menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata dan dapat dijumpai sebelum
terjadinya gangguan pendengaran.
Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul
sampai 90% neuron akhirnya hilang. Bila neuron ini berkurang dibawah yang
dibutuhkan untuk transmisi getaran , maka terjadilah resbikusis neural. Menurunnya
jumlah neuron pada koklea lebih parah terjadi pada basal koklea.Dan atrofi yang
luas pada ganglion spiral.
3. Presbikusi Strial (metabolik)
Tipe presbikusis yang sering didapati dengan ciri khas kurang
pendengaran yang mulai timbul pada dekade ke-6 dan berlangsung
perlahan-lahan.
Kondisi ini diakibatkan terjadinya abnormalitas strial vaskularis berupa
atropi daerah apikal dan tengah dari koklea. Strial vaskularis
normalnya berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik, kimiawi,
dan metabolik koklea, proses ini berlangsung pada usia 30-60 tahun
4. Presbikusis Kondusif Koklea
Pada Presbiakusis jenis ini diduga diakibatkan oleh terjadinya
perubahan mekanisme pada membran basalis koklea sebagai akibat
proses menua.
Secara audiogram ditandai dengan penurunan progresif dari sensitifitas
di seluruh daerah tes.Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus
koklearis dan atrofi dari ligamentum spiral.
Patofisiologi
Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti
berupa hilangnya sel epitel saraf yang dimulai pada usia pertengahan
(60 tahun keatas). juga dilaporkan bahwa keadaan yang sama terjadi
pula pada serabut aferen dan eferen sel sensorik dari koklea. Terjadi
pula perubahan pada sel ganglion siralis di basal koklea.Di samping
itu juga terdapat penurunan elastisitas membran basalais di koklea
dan membrana timpani.
Di samping berbagai penurunan yang terjadi pada organ pendengaran,
pasokan darah dari reseptor neurosensorik mungkin mengalami
gangguan, sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak
sering terganggu akibat lanjutnya usia. Dari penjelasan diatas terlihat
bahwa gangguan pendengaran pada usia lanjut dapat disebabkan oleh
berbagai sebab, di samping kenyataan bahwa jenis kelainan
pendengran itu sendiri yang bisa berbagai jenis.
Derajat Presbikusis
Menetukan derajat kurang pendengaran yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya
(AC/Air Conduction) saja.
Derajat menurut Jerger :
1. 0 – 20 dB (desibel) : Normal
2. >20 – 40 dB : Tuli Ringan
3. >40 – 55 dB : Tuli Sedang
4. >55 – 70 dB : Tuli Sedang Berat
5. >70 – 90 dB : Tuli Berat
6. >90 dB : Tuli sangat Berat
Penatalaksanaan
Melihat dampak dari gangguan atau menurunnya pendengaran pada lansia, maka penggunaan alat
bantu dengar perlu dianjurkan pada mereka yang membutuhkannya.
Terdapat berbagai jenis alat bantu dengar yang disesuaikan dengan keperluan dari penggunanya.
Apabila kedua telinga terganggu lebih baik menggunakan dua buah alat bantu dengar ( masing-
masing satu untuk setiap telinga yang akan memberikan hasil yang lebih baik dibanding hanya
satu buah saja ).
Tinjauan Asuhan Kebutuhan Komunikasi
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang harus dilakukan
secara sistematis agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk
klien. Adapun bebrapa yang pelu di kaji adalah usia, karena ada beberapa
penyakit/gangguan komunikasi banyak terjadi pada klien di atas 60 tahun.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering di temukan pada klien dengan gangguan sistem indra
pendengaran adalah gangguan komunikasi verbal.
c. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui apakah pernah memeriksakan diri ketempat lain selain rumah sakit
umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana perubahan nya
dan data yang didapatkan saat pengkajian.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat gangguan kominikasi sebelumnya
e. Riwayat penyakit keluarga
Yang pelu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama karena faktor genetik/keturunan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan pendengaran hasilnya lemah
2) Kesadaran klien composmentis
3) Tanda-tanda vital
Suhu normal atau meningkat (>370C)
Sistem persarafan (B3: Brain) Kesadaran composmentis, tidak ada gangguan orientasi, tidak ada
gangguan gerakan, kehilangan sensasi, tidak ada spasme otot, kaji adanya hilangnyahilangfungsi.
Sitem perkemihan (B4: Bleder) Tidak ada perubahan pola berkemih.
Sistem pencernaan (B5: Bowel) Tidak ada konstipasi, konsisten feses lunak, frekuensi eliminasi
normal, auskultasi bising usus normal, tidak ada anoreksia, tidak ada distensi abdomen dan nyeri
tekanabdomen.
Sistem Muskuloskeletal (B6: Bone) Tidak terdapat adanya nyeri beray tiba-tiba terlokalisasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot, laserasi kulit dan perubahanwarna.
g. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan
2) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola makan,
diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan makanan kesukaan.
3) Pol a eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya masalah defekasi,
masalah nutrisi, dan penggunaan kateter.
4) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energi, jumlah jam tidur pada
siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.
5) Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernapasan, dan sirkulasi, riwayat penyakit
jantung,frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan. Pengkajian indeksKATZ.
6) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan
masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
Pengkajian APGARN keluarga (table ABGAR keluarga).
7) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau. Pada klien
katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan
konsep diri.
9) Pola seksual dan produktifitas
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
10) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan kopping Menggambarkan
kemampuan untuk menanganistress.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual
(Allen, 1998).
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilian klinis
mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual mauoun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
(SDKI PPNI, 2016).
A Kemandirian dalam hal makan,minum, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan sayu fungsi
tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari, kecuali berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehaari – hari, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Lain – lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Klien (Tn.M) Klien dapat melakukan ADL secara Mandiri (makan,minum, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan
mandi)
Hasil indeks KATZ klien (A)
f. Pengkajian status kognitif/afektif
Penilaian SPMSQ
Benar Salah No. Pertanyaan
✔ 1. Tanggal berapa hari ini?
✔ 2. Hari apa sekarang?
✔ 3. Apa nama tempat ini?
✔ 4. Dimana alamat anda?
✔ 5. Berapa umur anda?
✔ 6. Kapan anda lahir?
✔ 7. Siapa presiden indonesia
sekarang?
✔ 8. Siapa presiden indonesia dahulu?
✔ 9. Siapa nama ibu anda?
✔ 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun?
Total 8
G.Pengkajian status mental (MMSE Form)