DI Susun Oleh :
Irwan apriandi
Relin rosmidianyah
Inta lestari
Yora nopriani
Nivota sari
Winda apriani
Kelompok : IV
BENGKULU
2013
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“asuhan keparawatan geronti presbikusis”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan yang belum terjangkau oleh
penulis, maka penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ns. Ida rahmawati, S. Kep selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan gerontik dan beberapa pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada saya mendapat imbalan yang setimpal
dari Allah SWT.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I pendahuluan
a. Definisi …………………………………………………..
b. Etiologi …………………………………………………..
c. Patopisiologi …………………………………………………..
d. Manifestasi klinis …………………………………………………..
e. Penatalaksanaan …………………………………………………..
f. Pemeriksaan penunjang …………………………………………………..
a. Pengkajian …………………………………………………..
b. Analisis …………………………………………………..
c. Diagnosa keperawatan …………………………………………………..
d. Intervensi …………………………………………………..
e. Evaluasi …………………………………………………..
BAB IV penutup
Kesimpulan …………………………………………………..
Saran …………………………………………………..
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Perubahan patologik pada organ auditorik akibat proses degenerasi pada orang tua
(geriatri ), menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok
geriatri umumnya adalah tuli saraf, namun juga dapat berupa tuli konduktif atau tuli campur.
Istilah presbikusis atau presbiakusis, atau tuli pada orang tua diartikan sebagai gangguan
pendengaran sensorineural pada individu yang lebih tua. Yang khas daripadanya, presbikusis
menyebabkan gangguan pendengaran bilateral terhadap frekuensi tinggi yang diasosiasikan
dengan kesulitan mendiskriminasikan kata-kata, dan juga gangguan terhadap pusat pengolah
informasi pada saraf auditorik. Selain itu, bentuk lain dari presbikusis pernah dilaporkan.
Hubungan antara usia yang lanjut dengan ketulian pada frekuensi yang tinggi pertama sekali
dipaparkan oleh Zwaardemarker pada 1899. Sejak itu, penelitian lebih lanjut dilakukan untuk
mengetahui perubahan patologik yang terjadi pada presbikusis, tetapi mekanisme terjadinya
masih belum diketahui.
Presbikusis merupakan masalah yang penting dalam masyarakat. Hal ini terjadi pada
populasi lansia yang merupakan akibat dari penurunan fungsi yang berhubungan dengan usia.
Sebagai tambahan, bertambahnya umur menyebabkan gangguan konsentrasi untuk mengingat
memori sehingga terjadi kesulitan dalam memahami pembicaraan khususnya pada suasana yang
bising. Akhirnya, penurunan fungsi pendengaran ini akan mengakibatkan isolasi dari sejumlah
orang tua/lansia dengan cara membatasi penggunaan telepon, menyebabkan mereka melepaskan
kesempatan bersosialisasi seperti menghadiri konser musik, kegiatan-kegiatan sosial, dan lain
sebagainya.
Yang paling mungkin terjadi pada usia lanjut, sehingga disebut tuli karena usia, adalah
hilangnya pendengaran akibat faktor ekstrinsik seperti bising atau ototoksisitas atau faktor
intrinsik seperti predisposisi genetik terhadap hilangnya pendengaran. Tuli pada pasien usia
lanjut dapat juga disebabkan oleh kombinasi faktor kausatif.
1.2.Tujuan
Tujuan umun : dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang
presbikusis.
Tujuan khusus :
Mengetahui apa itu presbikusis
Apa penyebeb presbikusis
Bagaimana gejala presbikusis
Bagaimana penatalaksanaan pada presbikusis
Apa pemeriksaan pada presbikusis
Diagnose presbikusis
Klasifikasi presbikusis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Definisi
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan
makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf
yang di mulai pada usia pertengahan (Vander Cammen, 1991)
Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai
suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat
terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis.
Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen
konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis.
(Rees and Deekert, 1990)
Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius, membrana
timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe
konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru sering
dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lobang telinga dari serumen ini
pendengaran bisa menjadi lebih baik.
Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising, prebiakusis,
obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan komplikasi aterosklerosis.
c. Prebiakusis
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang merupakan suatu
fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan yang
progresif lambat. Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
1) Presbiakusis Sensorik
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan
jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul
berupa gangguan atas frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.
2) Prebiakusis Strial
Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari kohlea.
Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda disbanding jenis lain.
d. Tinitus
Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus
menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam atau ditempat yang
sunyi. Apabila bising itu begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat auskkkultasi disebut
sebagai tinnitus obyektif.
Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa
suatu peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras. Tingkat suara bicara yang pada
orang normal terdengar biasa, pada penderita tersebut menjadi sangat mengganggu.
f. Gangguan Terhadap Lokalisasi Suara
Pada lansia seringkali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah suara,
terutama dalam lingkungan yang agak bising.
2.3 Etiologi
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga
kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,
metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya
fungsi pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor
tersebut diatas.
Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesifitas penurunan pendengaran
dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan
perempuan.
2.4.patopisiologi
vestibulocochlearis ( VIII ). Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan
degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ korti. Proses atrofi disertai dengan perubahan
vaskuler juga terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa
berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi juga pada
myelin akson saraf.
Banyak peneliti menyelidiki penyebab dari ketulian ini. Crowe dan rekannya, Saxen,
Gacek dan Schuknecht telah mempelajari perubahan histologik dari koklea pada telinga
seseorang dengan presbikusis. Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea
dan membagi presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik ini
berhubungan dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik.
Tipe ini menunjukkan atrofi dari epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel
penyokong Organ Corti. Prosesnya berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-lahan menjalar
ke daerah apeks. Perubahan ini berhubungan dengan penurunan ambang frekuensi tinggi, yang
dimulai setelah usia pertengahan. Secara histology, atrofi dapat terbatas hanya beberapa
millimeter awal dari basal koklea. Proses berjalan dengan lambat. Beberapa teori mengatakan
perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari granul pigmen lipofusin.
2.4.2. Presbikusis Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi dari sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat.
Schuknecht memperkirakan adanya 2100 neuron yang hilang setiap dekadenya ( dari totalnya
sebanyak 35000 ). Hilangnya neuron ini dimulai pada awal kehidupan dan mungkin diturunkan
secara genetik. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan
timbul sampai 90 % neuron akhirnya hilang. Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian
basilarnya sedikit lebih banyak terkena dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tetapi, tidak
didapati adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini
menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan
presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran.
Kondisi ini dihasilkan dari atrofi stria vaskularis. Stria vaskularis normalnya berfungsi
menjaga keseimbangan bioelektrik dan kimiawi dan juga keseimbangan metaboliK dari koklea.
Atrofi dari stria ini menyebabkan hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui kurva
pendengaran yang mendatar ( flat ) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi kata-kata
dijumpai. Proses ini berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun. Berkembang dengan
lambat dan mungkin bersifat familial.
Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder dari membran basilaris
koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum
spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang sangat lambat.
Perubahan histologik presbikusis jarang sekali ditemukan hanya pada satu area saja,
karena perkembangan presbikusis melibatkan perbuahan simultan pada banyak tempat. Hal ini
menjelaskan sulitnya menghubungan gejala klinik atau tanda dengan lokasi anatomik yang
spesifik, seperti yang dikemukakan oleh Suga dan Lindsay juga oleh Nelson dan Hinojosa.
Banyaknya penelitian terbaru ditujukan untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari
presbikusis. Sebahagian besar menitikberatkan pada abnormalitas genetik yang mendasarinya,
atau memiliki peranan ataupun mencetuskan perkembangan dari penyakit ini.
Salah satu penemuan yang paling terkenal sebagai penyebab potensial presbikusis adalah
mutasi genetik pada DNA mitokondrial. Penurunan perfusi ke koklea dihubungkan dengan
umum mungkin berperan dalam pembentukan metabolit oksigen reaktif, yang efek sampingnya
mempengaruhi struktur telinga dalam. Kerusakan DNA mitokondrial dapat menyebabkan
berkuranya posforilasi oksidatif, yang berujung pada masalah fungsi neuron di telinga dalam.
Nutrisi dan anatomi diduga berperan juga dalam menyebabkan presbikusis. Berner, dkk,
menjumpai adanya hubungan antara defisiensi asam folat dan vitamin B12 dengan hilangnya
pendengaran tetapi hubungannya tidak signifikan secara statisti. Martin Villares menemukan
hubungan antara level kolesterol yang tinggi dengan berkurangnya pendengaran. Walaupun
pneumatisasi dari mastoid tidak berhubungan dengan terjadinya presbikusis pada penelitian yang
dilakukan oleh Pata, dkk, tetapi perubahan ultrastruktur pada lempeng kutikular tampak
berhubungan dengan riwayat ketulian pada frekuensi tinggi pada studi terhadap tulang temporal
manusia yang dilakukan oleh Scholtz.
Gejala klinik bervariasi antara masing-masing pasien dan berhubungan dengan perubahan
yang terjadi pada koklea dan saraf sekitarnya. Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya
pendengaran secara perlahan dan progresif, simetris pada kedua telinga, yang saat dimulainya
tidak disadari.
Keluhan lain adalah adanya telinga berdenging ( tinnitus ). Pasien dapat mendengar suara
percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan secara cepat dengan latar
belakang yang riuh ( cocktail party deafness). Terkadang suara pria terdengar seperti suara
wanita. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan oleh
faktor kelelahan ( recruitment ).
2.6. Penatalaksanaan
Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran merupakan komponen tradisional dari
rehabilitasi pendengaran. Pasien harus dibantu untuk memanfaatkan secara maksimal isyarat-
isyarat visual sambil mengenali beberapa keterbatasan dalam membaca gerak bibir. Selama
latihan pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi bicara dengan cara mendengarkan kata-
kata bersuku satu dalam lingkungan yang sunyi dan yang bising. Latihan tambahan dapat
dipusatkan pada lokalisasi, pemakaian telepon, cara-cara untuk memperbaiki rasio sinyal-bising
dan perawatan serta pemeliharaan alat bantu dengar.
Program rehabilitasi dapat bersifat perorangan ataupun dalam kelompok. Penyuluhan dan
tugas-tugas khusus paling efektif bila dilakukan secara perorangan, sedangkan program
kelompok memberi kesempatan untuk menyusun berbagai tipe situasi komunikasi yang dapat
dianggap sebagai situasi harian normal untuk tujuan peragaan ataupun pengajaran.9
2.7.Pemeriksaan Fisik
3.1. Pengkajian
Nama panti : BPPLU pagar dewa provinsi Bengkulu
Alamat panti ` : jl. Adam malik no. 9 pagar dewa provinsi Bengkulu
No register ; 12345678910
A. Identitas klien
Nama : KK.R
Alamat : jln. Prumnas unib Bengkulu
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 58 tahun
Status perkawinan : duda
Agama : islam
Suku : palembang
Pendidikan terakhir : sajana hukum
Lama tinggal dipanti ; 5 bulan
Sumber pendapatan : pensiunan
a) Keluhan utama
Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara
Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami penyakit akut maupun kronis. :
1. Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan klien ? biasanya prebikusis sering muncul
pada umur 60 tahun keatas ,tapi hal tersebut belum terlalu mengganggu bagi klien.
2. Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan mengalami alergi terhadap berbagai
makanan dan minuman.
3.Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok berat atau tidak.
4.Apakah Klien sering terpajan dengan suara bising ?
E. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan
membran timpani dengan cara inspeksi:
Hasil:
1) Serumen berwarna kuning, konsistensi kental.
2) Dinding liang telinga berwarna merah muda
G.Status fisiologis
Postur tulang : Tegap
Tanda – tanda vital dan status gizi :
Suhu : 37 ˚c
Tekanan darah : 12o / 70 mmhg
Nadi : 80 x/i
Respirasi : 20 x/i
Bb : 60 kg
Tb : 175 cm
1. Kepala
Kebersihan : bersih
Kerontokan rambut : tidak
Keluhan : tidak
2. Mata
Konjungtiva : anemis
Sklera : ikterik
Strabismus : tidak
Penglihatan : normal
Peradangan : tidak
Riwayat katarak : tidak ada.
Keluhan : tidak ada keluhan
3. Hidung
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak
Penciuman : tidak terganggu
4. Mulut dan tenggorokan
Kebersihan : bersih
Mukosa : lembab
Peradangan/ stamatitis : tidak ada
Gigi geligi : lengkap
Radang gusi : tidak ada
Kesulitan mengunyah : tidak
Kesulitan menelan : tidak
5. Telinga
Kebersihan : kurang bersih
Peradangan : ada peradangan
Pendengaran : tuli
Keluhan lain :nyeri pada telinga
6. Leher
Pembesaran kljar tirood : ada
Jvp : tidak
Kaku kuduk :tidak
7. Dada
Bentuk dada : simetris
Retraksi : Ada
Wheezing : tidak
Ronchi : tidak ada
Suara jantung tambahan : tidak ada
Iotus cordis : teraba satu jari
8. Abdomen
Bentuk : simestris
Nyeri tekan : tidak ada
Kembung : tidak ada
Bising usus : 12x/i
Massa ; tidak
9. Genitalia
Kebersihan : bersih
Haemoroid : tidak
Hernia : tidak
10. Ektremitas
Kekuatan otot : 555 555
555 555
11. Integument
kebersihan : bersih
Warna : tidak ( sawo matang )
Kelembaban : lembab
Gangguan pada kulit : tidak ada
I. pengkajian psikososial
1. Tidak kenal
2. Sebatas kenal√
3. Mampu berinteraksi√
4. Mampu bekerjasama
→ KK.R tidak mampu berinteraksi dengan baik pada teman-teman diwismanya dan
sehingg hubungan yang terbina kurang baik hubungan dengan orang lain di luar
wisma di dalam panti.
1. Tidak kenal
2. Sebatas kenal√
3. Mampu berinteraksi
4. Mampu bekerjasama
1. Selalu
2. Sering
3. Jarang√
4. Tidak pernah
Stabilitas emosional
1. Labil √
2. Stabil
3. Iritabel
4. Datar
1. Kemauan sendiri √
2. Terpaksa
→KK. R mengatakan masuk ke panti di bawa oleh anaknya. Karna kekek yang
meminta tidak ada factor keterpaksaan dari siapapun, karena di rumah juga tidak
ada yang mengurusinya karna anak nya bekerja pulang sore jdi kakek merasa sepi
kalau di rumah.
1. 1 kali/bulan
2. 2 kali/ bulan √
3. Tidak pernah
J.Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1 :
a. Apakah klien mengalami susah tidur : tidak ada
b. Ada masalah atau banyak pikiran : ya kakek tidak suka dengan teman di
panti.
c. Apakah klien murung atau menangis sendiri : tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kwatir : tidak
Pertanyaan tahap 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan?
Ya, lebih dari 1 bulan.
2. Ada masalah atau banyak pikiran ?
Ya, kakek mengatakan tidak suka dengan temam panti yang jarang bermain
dengannya
3. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain ?
Tidak ada
4. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ?
Tidak ada.
No Pernyataan
1. Apakah bapak/ibu sekarang ini merasa puas Ya Tidak√
dengan kehidupannya ?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak Ya √ Tidak
kegiatan atau kesenangan akhir-akhir ini ?
3. Apakah bapak/ibu sering merasa hampa/kosong Ya √ Tidak
dalam hidup ini ?
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan ? Ya√ Tidak
5. Apakah bapak / ibu merasa mempunyai harapan Ya Tidak√
yang baik di masa depan ?
6. Apakah bapak/ibu mempunyaipikiran jelek yang Ya Tidak √
mengganggu terus menerus ?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik Ya √ Tidak
setiap saat ?
8. Apakah bapak/ibu takut bahasa sesuatu yang Ya Tidak √
buruk akan terjadi pada anda ?
9. Apakah bapak /ibu bahagia sebagian besar Ya Tidak √
waktu?
10. Apakah bapak/ibusering merasa tidak mampu Ya Tidak √
berbuat apa-apa?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan Ya Tidak √
gelisah?
12. Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal dirumah Ya√ sTidak
daripada keluar dan mengerjakan sesuatu?
13. Apakah bapak /ibu sering merasa khawatir Ya Tidak√
tentang masa depan?
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering pelupa? Ya Tidak √
15. Apakah bapak/ibu piker bahwa hidup bapak/ibu Ya Tidak √
sekarang menyenangkan?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus Ya Tidak √
asa?
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir- Ya √ Tidak
akhir ini?
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir Ya√ Tidak
tentang masa lalu?
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini Ya Tidak √
menggembirakan?
20. Apakah sulit bagi Bapak/ibu untuk memulai Ya√ Tidak
kegiatan yang baru?
21. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat? Ya Tidak √
22. Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini Ya√ Tidak
tidak ada harapan?
23. Apakah bapak/ibu berfikir bahwaorang lain Ya Tidak √
lebih baik keadaannya daripada bapak/ibu?
24. Apakah bapak/ibu sering marah karena hal Ya√ Tidak
sepele?
25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin Ya Tidak √
menangis?
26. Apakah bapak/ibu sulit berkonsentrasi? Ya √ Tidak
27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun Ya√ Tidak
tidur dipagi hari?
28. Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di Ya√ Tidak
pertemuan social?
29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat suatu Ya√ Tidak
keputusan?
30. Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah Ya Tidak √
dalam memikirkan sesuatu seperti dulu?
Sumber : Burns, 1991. Assasment Scales in old Age Psychiatry Martin Duintz Ltd.
London,P 2-3
Scor : Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal ( setiap jawaban yang bercetak tebal
mempuyai nilai 1)
0 – 1 = Not depressed
11 – 20 = Mild depressed
21 – 30 = Severe depressed
Sumber : burn, 1999. Assessment scales in old age psychiatry. Martin dunitz,ltd. London p. 55-
57.
Interpretasi
Skor total 18
Sumber : burn,1999. Assessment scales in old age psychiatry. Marthin dunitz ltd. London. P.35.
Skor
kakek mengatakan tidak sering minum air putih hanya minum 4-5 gelas, nenek lebih sering
minum teh atau kopi. nenek juga mengatakan jika banyak minum nenek malas bolak balik ke
kamar mandi.
No Aktivitas Nilai
Bantuan Mandiri Nilai
manu
lar
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15 15
sebaliknya termasuk duduk di tempat tidur.
3 Kebersihan diri ,mencuci muka o 5 5
,menyisir,mencukur dan
Menggosok gigi
4 Aktivitas toilet 5 10 10
5 Berjalan di jalan yang datar (jika tidak mampu 10 15 10
berjalan
Lakukan dengan kursi roda)
6 Mandi 0 5 5
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
JUMLAH 100 95
Penilaian
0-2 : Ketergantungan
N. Pengkajian lingkungan
Pemukiman
Luas bangunan 15x15m berbentuk rumah dengan 6 buah kamar, 1 ruang TV, 2 kamar
mandi, teras depan dan teras samping. Bangunan sudah permanen , atap genteng, dinding
tembok dan lantai keramik. Lantai dalam wisma dalam keadaan bersih, ventilasi dan
jendela ada ditiap kamar dan ruangan, pencahayaan baik.
Sanitasi
Penyediaan air bersih menggunakan sumur yang di alirkan melalui pipa, kalau untuk air
minum kakek mengambil air yang disediakan dari dapur umum atau dari air galon yang
ada di ruangan. Untuk toileting menggunakan jamban leher angsa secara bersama dimana
jarak septic tank > 10 meter. Untuk pembuangan sampah, sampah ditimbun dan dibakar di
belakan wisma oleh petugas panti atau nenek yang membersihkan lingkungan sekitar
rumah.
Fasilitas
kake mengatakan di panti biasanya ada kegiatan lansia kadang kakek tidak suka ikutan
kegiatan senam lansia tersebut. Untuk taman di wisma cempaka tidak ada, hanya ada
halaman samping yang ditanami pepohonan. kakek mengatakan jika ada acara pertemuan
atau TAK biasanya ruangan yang dipakai adalah ruang aula untuk sarana hiburan yang
dimanfaatkan adalah TV, sarana ibadah di panti ada yaitu mushola
Keamanan dan transportasi
kakek mengatakan jalan mau ke panti tidak rata, banyak turunan dan licin karena jenis
lantainya keramik, tidak ada alat transportasi yang kakek miliki, tidak ada juga sarana
komunikasi yang bisa digunakan. Cara penyebaran informasi hanya secara langsung dari
mulut ke mulut.
O. Pengkajian spritual/ kultural
1. Pelaksanaan ibadah
kakek mengatakan beragama islam, kakek mengatakan ia sholat 5 waktu setiap hari.
2. Keyakinan tentang kesehatan
kakek mengatakan ia sakit karena sudah tua dan juga karena kehendak Allah, klien
juga sering melaksanakan sholat 5 waktu.
Pengkajian pada lansia yang mengalami gangguan pada sistem pendengaran meliputi hal-
hal sebagai berikut ini:
1. Meminta untuk mengulang pembicaraan
2. Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan
3. Memalingkan kepala terhadap pembicraan
4. Kesulitan membedakan pembicaraan serta bunyi suara orang lainyang parau atau bergumam.
5. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang
bisisng, berdering / berdesis yang konstan.
6. Volume bicara meningkat
7. Sering merasa sedih, di tolak lingkungan, malu, menarik diri, bosan, depresi, dan frustasi.
8. Ketergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari (mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAB/BAK, serta berpindah) .
Analisa data
Nama : KK.R
DX : presbikusis
No. Data Etiologi Masalah
1 Ds : Penumpukan serum di Ketidak mampuan
Klien sering menalami telinga mendengar
kesulitan mendengar.
klien jg mengatakan
telinganya berdenging
Do: klien tampak sulit
mendengar.
Terdapat serum di telinga
yang menjadi atrofi
2. Klien mengatakan kadang Degenerasi tl. Pendengaran Gangguan komunikasi
dapat mendengar tapi sulit
memahami pembicaraan
Klien juga mengatakan
tidak silit untuk
mengucapkan kata-kata yg
riuh
Klien mengatakan nyeri bila
mendengar suara yang
keras di telingah.
Diagnosa keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian
dalam.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.
c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.
d. ketidak mampuan mendengar berhubungan dengan penumpukan serum
Intervensi Keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian dalam
Tujuan : komunikasi verbal klien berjalan dengan baik
Kriteria Hasil :
Dalam 1 hari klien dapat :
1) Menerima pesan melalui metode alternatif
2) Mengerti apa yang diungkapkan
3) Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi
4) Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
2) Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran
3) Bicara dengan pelan dan jelas
4) Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
5) Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
6) Pastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik
7) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul
atau menarik diri
3) Diskusi bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin
4) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
5) Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku menarik diri
6) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
7) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien
8) Bina hubungan saling percaya dengan klien
9) Anjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan bergantian mengunjungi klien
10) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
11) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan terpeutik
c) Intervensi :
Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesifitas penurunan pendengaran
dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan
perempuan.
4.2.Saran
Semoga dengan kita bersama-sama mempelajari, membahas, dan membaca makalah ini,
kita dapat mengerti mengenai Cidera Kepala, dan nantinya jika kita menemukan pasien di rumah
sakit dengan penderita Cidera kepala InsyaAllah kita bisa menanganinya.
DAFTAR PUSTAKA