Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PRESBIKUSIS

DI Susun Oleh :

Irwan apriandi

Enny triani tyas angraini

Relin rosmidianyah

Inta lestari

Yora nopriani

Nivota sari

Winda apriani

Kelompok : IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2013
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“asuhan keparawatan geronti presbikusis”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan yang belum terjangkau oleh
penulis, maka penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ns. Ida rahmawati, S. Kep selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan gerontik dan beberapa pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada saya mendapat imbalan yang setimpal
dari Allah SWT.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, juni 2013

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………..

Daftar isi …………………………………………………..

BAB I pendahuluan

a. Latar belakang …………………………………………………..


b. Rumusan masalah …………………………………………………..
c. Tujuan penulisan …………………………………………………..

BAB II tinjauan teoritis

a. Definisi …………………………………………………..
b. Etiologi …………………………………………………..
c. Patopisiologi …………………………………………………..
d. Manifestasi klinis …………………………………………………..
e. Penatalaksanaan …………………………………………………..
f. Pemeriksaan penunjang …………………………………………………..

BAB III konsep askep

a. Pengkajian …………………………………………………..
b. Analisis …………………………………………………..
c. Diagnosa keperawatan …………………………………………………..
d. Intervensi …………………………………………………..
e. Evaluasi …………………………………………………..

BAB IV penutup

Kesimpulan …………………………………………………..

Saran …………………………………………………..

Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Perubahan patologik pada organ auditorik akibat proses degenerasi pada orang tua
(geriatri ), menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok
geriatri umumnya adalah tuli saraf, namun juga dapat berupa tuli konduktif atau tuli campur.

Istilah presbikusis atau presbiakusis, atau tuli pada orang tua diartikan sebagai gangguan
pendengaran sensorineural pada individu yang lebih tua. Yang khas daripadanya, presbikusis
menyebabkan gangguan pendengaran bilateral terhadap frekuensi tinggi yang diasosiasikan
dengan kesulitan mendiskriminasikan kata-kata, dan juga gangguan terhadap pusat pengolah
informasi pada saraf auditorik. Selain itu, bentuk lain dari presbikusis pernah dilaporkan.
Hubungan antara usia yang lanjut dengan ketulian pada frekuensi yang tinggi pertama sekali
dipaparkan oleh Zwaardemarker pada 1899. Sejak itu, penelitian lebih lanjut dilakukan untuk
mengetahui perubahan patologik yang terjadi pada presbikusis, tetapi mekanisme terjadinya
masih belum diketahui.

Presbikusis merupakan masalah yang penting dalam masyarakat. Hal ini terjadi pada
populasi lansia yang merupakan akibat dari penurunan fungsi yang berhubungan dengan usia.
Sebagai tambahan, bertambahnya umur menyebabkan gangguan konsentrasi untuk mengingat
memori sehingga terjadi kesulitan dalam memahami pembicaraan khususnya pada suasana yang
bising. Akhirnya, penurunan fungsi pendengaran ini akan mengakibatkan isolasi dari sejumlah
orang tua/lansia dengan cara membatasi penggunaan telepon, menyebabkan mereka melepaskan
kesempatan bersosialisasi seperti menghadiri konser musik, kegiatan-kegiatan sosial, dan lain
sebagainya.

Yang paling mungkin terjadi pada usia lanjut, sehingga disebut tuli karena usia, adalah
hilangnya pendengaran akibat faktor ekstrinsik seperti bising atau ototoksisitas atau faktor
intrinsik seperti predisposisi genetik terhadap hilangnya pendengaran. Tuli pada pasien usia
lanjut dapat juga disebabkan oleh kombinasi faktor kausatif.
1.2.Tujuan

Tujuan umun : dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang
presbikusis.

Tujuan khusus :
 Mengetahui apa itu presbikusis
 Apa penyebeb presbikusis
 Bagaimana gejala presbikusis
 Bagaimana penatalaksanaan pada presbikusis
 Apa pemeriksaan pada presbikusis
 Diagnose presbikusis
 Klasifikasi presbikusis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Definisi
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan
makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf
yang di mulai pada usia pertengahan (Vander Cammen, 1991)
Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai
suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat
terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis.
Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen
konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis.
(Rees and Deekert, 1990)

2.2. Klasifikasi Gangguan Pendengaran

a. Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif

Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius, membrana
timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe
konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru sering
dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lobang telinga dari serumen ini
pendengaran bisa menjadi lebih baik.

b. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural

Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising, prebiakusis,
obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan komplikasi aterosklerosis.

c. Prebiakusis
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang merupakan suatu
fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan yang
progresif lambat. Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
1) Presbiakusis Sensorik
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan
jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul
berupa gangguan atas frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.
2) Prebiakusis Strial
Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari kohlea.
Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda disbanding jenis lain.

3) Prebiakusis Konduktif Kohlear


Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada membrane basalis kohlea sebagai akibat
proses dari sensitivitas diseluruh daerah tes.

d. Tinitus

Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus
menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam atau ditempat yang
sunyi. Apabila bising itu begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat auskkkultasi disebut
sebagai tinnitus obyektif.

e. Persepsi Pendengaran Abnormal

Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa
suatu peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras. Tingkat suara bicara yang pada
orang normal terdengar biasa, pada penderita tersebut menjadi sangat mengganggu.
f. Gangguan Terhadap Lokalisasi Suara
Pada lansia seringkali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah suara,
terutama dalam lingkungan yang agak bising.

2.3 Etiologi
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga
kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,
metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya
fungsi pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor
tersebut diatas.

Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesifitas penurunan pendengaran
dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan
perempuan.

2.4.patopisiologi

vestibulocochlearis ( VIII ). Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan
degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ korti. Proses atrofi disertai dengan perubahan
vaskuler juga terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa
berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi juga pada
myelin akson saraf.

Banyak peneliti menyelidiki penyebab dari ketulian ini. Crowe dan rekannya, Saxen,
Gacek dan Schuknecht telah mempelajari perubahan histologik dari koklea pada telinga
seseorang dengan presbikusis. Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea
dan membagi presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik ini
berhubungan dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik.

Adapun keempat tipe dari prebikusis adalah sebagai berikut :

2.4.1. Presbikusis sensorik

Tipe ini menunjukkan atrofi dari epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel
penyokong Organ Corti. Prosesnya berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-lahan menjalar
ke daerah apeks. Perubahan ini berhubungan dengan penurunan ambang frekuensi tinggi, yang
dimulai setelah usia pertengahan. Secara histology, atrofi dapat terbatas hanya beberapa
millimeter awal dari basal koklea. Proses berjalan dengan lambat. Beberapa teori mengatakan
perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari granul pigmen lipofusin.
2.4.2. Presbikusis Neural

Tipe ini memperlihatkan atrofi dari sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat.
Schuknecht memperkirakan adanya 2100 neuron yang hilang setiap dekadenya ( dari totalnya
sebanyak 35000 ). Hilangnya neuron ini dimulai pada awal kehidupan dan mungkin diturunkan
secara genetik. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan
timbul sampai 90 % neuron akhirnya hilang. Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian
basilarnya sedikit lebih banyak terkena dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tetapi, tidak
didapati adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini
menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan
presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran.

2.4.3. Presbikusis Metabolik

Kondisi ini dihasilkan dari atrofi stria vaskularis. Stria vaskularis normalnya berfungsi
menjaga keseimbangan bioelektrik dan kimiawi dan juga keseimbangan metaboliK dari koklea.
Atrofi dari stria ini menyebabkan hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui kurva
pendengaran yang mendatar ( flat ) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi kata-kata
dijumpai. Proses ini berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun. Berkembang dengan
lambat dan mungkin bersifat familial.

2.4.4. Presbikusis Mekanik ( presbikusis konduktif koklear )

Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder dari membran basilaris
koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum
spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang sangat lambat.

Perubahan histologik presbikusis jarang sekali ditemukan hanya pada satu area saja,
karena perkembangan presbikusis melibatkan perbuahan simultan pada banyak tempat. Hal ini
menjelaskan sulitnya menghubungan gejala klinik atau tanda dengan lokasi anatomik yang
spesifik, seperti yang dikemukakan oleh Suga dan Lindsay juga oleh Nelson dan Hinojosa.
Banyaknya penelitian terbaru ditujukan untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari
presbikusis. Sebahagian besar menitikberatkan pada abnormalitas genetik yang mendasarinya,
atau memiliki peranan ataupun mencetuskan perkembangan dari penyakit ini.

Salah satu penemuan yang paling terkenal sebagai penyebab potensial presbikusis adalah
mutasi genetik pada DNA mitokondrial. Penurunan perfusi ke koklea dihubungkan dengan
umum mungkin berperan dalam pembentukan metabolit oksigen reaktif, yang efek sampingnya
mempengaruhi struktur telinga dalam. Kerusakan DNA mitokondrial dapat menyebabkan
berkuranya posforilasi oksidatif, yang berujung pada masalah fungsi neuron di telinga dalam.

Nutrisi dan anatomi diduga berperan juga dalam menyebabkan presbikusis. Berner, dkk,
menjumpai adanya hubungan antara defisiensi asam folat dan vitamin B12 dengan hilangnya
pendengaran tetapi hubungannya tidak signifikan secara statisti. Martin Villares menemukan
hubungan antara level kolesterol yang tinggi dengan berkurangnya pendengaran. Walaupun
pneumatisasi dari mastoid tidak berhubungan dengan terjadinya presbikusis pada penelitian yang
dilakukan oleh Pata, dkk, tetapi perubahan ultrastruktur pada lempeng kutikular tampak
berhubungan dengan riwayat ketulian pada frekuensi tinggi pada studi terhadap tulang temporal
manusia yang dilakukan oleh Scholtz.

2.5. Tanda Dan Gejala

Gejala klinik bervariasi antara masing-masing pasien dan berhubungan dengan perubahan
yang terjadi pada koklea dan saraf sekitarnya. Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya
pendengaran secara perlahan dan progresif, simetris pada kedua telinga, yang saat dimulainya
tidak disadari.

Keluhan lain adalah adanya telinga berdenging ( tinnitus ). Pasien dapat mendengar suara
percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan secara cepat dengan latar
belakang yang riuh ( cocktail party deafness). Terkadang suara pria terdengar seperti suara
wanita. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan oleh
faktor kelelahan ( recruitment ).
2.6. Penatalaksanaan

Rehabilitasi sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan


pemasangan alat bantu dengar ( hearing aid ). Pemasangan alat bantu dengar hasilnya akan lebih
memuaskan bila dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran ( speech reading ), dan latihan
mendengar ( auditory training ), prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara
( speech therapist ).

Tujuan rehabilitasi pendengaran adalah memperbaiki efektifitas pasien dalam komunikasi


sehari-hari. Pembentukan suatu program rehabilitasi untuk mencapai tujuan ini tergantung pada
penilaian menyeluruh terhadap gangguan komunikasi pasien secara individual serta kebutuhan
komunikasi sosial dan pekerjaan. Partisipasi pasien ditentukan oleh motivasinya. Oleh karena
komunikasi adalah suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, maka keikutsertaan
keluarga atau teman dekat dalam bagian-bagian tertentu dari terapi terbukti bermanfaat.

Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran merupakan komponen tradisional dari
rehabilitasi pendengaran. Pasien harus dibantu untuk memanfaatkan secara maksimal isyarat-
isyarat visual sambil mengenali beberapa keterbatasan dalam membaca gerak bibir. Selama
latihan pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi bicara dengan cara mendengarkan kata-
kata bersuku satu dalam lingkungan yang sunyi dan yang bising. Latihan tambahan dapat
dipusatkan pada lokalisasi, pemakaian telepon, cara-cara untuk memperbaiki rasio sinyal-bising
dan perawatan serta pemeliharaan alat bantu dengar.

Program rehabilitasi dapat bersifat perorangan ataupun dalam kelompok. Penyuluhan dan
tugas-tugas khusus paling efektif bila dilakukan secara perorangan, sedangkan program
kelompok memberi kesempatan untuk menyusun berbagai tipe situasi komunikasi yang dapat
dianggap sebagai situasi harian normal untuk tujuan peragaan ataupun pengajaran.9

Pasien harus dibantu dalam mengembangkan kesadaran terhadap isyarat-isyarat


lingkungan dan bagaimana isyarat-isyarat tersebut dapat membantu kekurangan informasi
dengarnya. Perlu diperagakan bagaimana struktur bahasa menimbulkan hambatan-hambatan
tertentu pada pembicara. Petunjuk lingkungan, ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap alami
cenderung melengkapi pesan yang diucapkan. Bila informasi dengar yang diperlukan untuk
memahami masih belum mencukupi, maka petunjuk-petunjuk lingkungan dapat mengisi
kekurangan ini. Seluruh aspek rehabilitasi pendengaran harus membantu pasien untuk dapat
berinteraksi lebih efektif dengan lingkungannya.

Terdapat beberapa pilihan terapi untuk penderita presbikusis, diantaranya:


1. kurangi paparan terhadap bising.
2. Gunakan pelindung telinga (ear plegs atau ear muffs) untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut.
3. Gunakan alat bantu dengar .
4. Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir dan latihan
mendengar.
5. Berbicaralah kepada penderita presbikusis dengan nada rendah dan jelas. Dengan
memahami kondisi yang dialami oleh para lansia dan memberikan terapi yang tepat bagimereka,
diharapkan kita dapat membatu mengatasi masalah sosial yang mungkin mereka alami
akibatadanya keterbatasan fungsi pendengaran mereka.

2.7.Pemeriksaan Fisik

Tidak dijumpai keabnormalan pada pemeriksaan fisik. Tetapi dengan pemeriksaan


otoskopi tampak membran timpani suram, dan jika dilakukan tes penala, maka akan
menunjukkan suatu tuli sensorineural yang bilateral.

2.8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan misalnya pemeriksaan audiometric nada


murni, menunjukkan tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris.Pada tahap awal terdapat
penurunan yang tajam ( sloping ) setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas pada presbikusis
sensorik dan neural. Kedua jenis presbikusis ini sering ditemukan. Garis ambang dengar pada
audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya
berangsur-angsur terjadi penurunan. Pada semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi
penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan adanya
gangguan diskriminasi wicara ( speech discrimination ). Keadaan ini jelas terlihat pada
presbikusis jenis neural dan koklear.
BAB III
KONSEP ASKEP

3.1. Pengkajian
Nama panti : BPPLU pagar dewa provinsi Bengkulu

Alamat panti ` : jl. Adam malik no. 9 pagar dewa provinsi Bengkulu

Tanggal masuk : 12 Juni 2013

Tanggal pengkajian : 14 juni 2013

No register ; 12345678910

A. Identitas klien
Nama : KK.R
Alamat : jln. Prumnas unib Bengkulu
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 58 tahun
Status perkawinan : duda
Agama : islam
Suku : palembang
Pendidikan terakhir : sajana hukum
Lama tinggal dipanti ; 5 bulan
Sumber pendapatan : pensiunan

Keluarga yang dapat dihubungi : Ny. H

Riwayat pekerjaan : Wiraswasta

B. Alasan kunjungan ke panti


KK.R mengatakan dibawa kepanti oleh anaknya karena tidak ada yang peduli dan jarang
mendapat perhatian dari anak-anaknya ataupun keluarga yang lain sedangkan suami
NK.R sudah meninggal 1 tahun yang lalu.
C. Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama
Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara

b) Riwayat kesehatan sekarang


Saat sekarang keluarga klien mengatakan susah mendengar pesan atau rangsangan
berupa suara. Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap
pembicaraan.Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk mengulangi pembicaraan.
Keluarga klien mengatakan lebih senang menyendiri dan dengan kesendiriannya itu klien
mengekspresikan kesepian dan keluarga klien mengatakan bahwa klien sering menarik diri dari
lingkungan dan tidak mau tampil bersama anggota keluarga. Untuk mengisi kebosanannya,
kakek mengatakan bahwa klien lebih banyak tidur dan tidak mau melakukan aktivitas apapun.
Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui pesan-pesan tertulis.

c) Riwayat penyakit dahulu

Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami penyakit akut maupun kronis. :
1. Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan klien ? biasanya prebikusis sering muncul
pada umur 60 tahun keatas ,tapi hal tersebut belum terlalu mengganggu bagi klien.
2. Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan mengalami alergi terhadap berbagai
makanan dan minuman.
3.Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok berat atau tidak.
4.Apakah Klien sering terpajan dengan suara bising ?

d) Riwayat kesehatan keluarga


Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada sistem pendengaran, apakah ada
kelurga yang menderita DM.
D . Pemeriksaan Fisik

1.Pengkajian Daun telinga


a) Inspeksi:
Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan)
Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak
Penempatan pada lipatan luar mata ( masih terdapat/tampak atau tidak)
Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau tidak.
b) Palpasi:
1) Apakan terdapat nyeri raba
2) Apakah ada pembengkakan

E. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan
membran timpani dengan cara inspeksi:
Hasil:
1) Serumen berwarna kuning, konsistensi kental.
2) Dinding liang telinga berwarna merah muda

F. Tes ketajaman pendengaran


1) Tes penyaringan sederhana
Hasil:
1. Biasanya klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan
2. Klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1–2 inchi.
2) Uji rinne
Hasil: Biasanya klien tidak mendengarkan adanya getaran garpu tala dan
tidak jelas mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.
.

G.Status fisiologis
 Postur tulang : Tegap
 Tanda – tanda vital dan status gizi :
Suhu : 37 ˚c
Tekanan darah : 12o / 70 mmhg
Nadi : 80 x/i
Respirasi : 20 x/i
Bb : 60 kg
Tb : 175 cm

H.Pengkajian head to toe :

1. Kepala
Kebersihan : bersih
Kerontokan rambut : tidak
Keluhan : tidak

2. Mata
Konjungtiva : anemis
Sklera : ikterik
Strabismus : tidak
Penglihatan : normal
Peradangan : tidak
Riwayat katarak : tidak ada.
Keluhan : tidak ada keluhan
3. Hidung

Bentuk : simetris

Peradangan : tidak
Penciuman : tidak terganggu
4. Mulut dan tenggorokan
Kebersihan : bersih
Mukosa : lembab
Peradangan/ stamatitis : tidak ada
Gigi geligi : lengkap
Radang gusi : tidak ada
Kesulitan mengunyah : tidak
Kesulitan menelan : tidak
5. Telinga
Kebersihan : kurang bersih
Peradangan : ada peradangan
Pendengaran : tuli
Keluhan lain :nyeri pada telinga
6. Leher
Pembesaran kljar tirood : ada
Jvp : tidak
Kaku kuduk :tidak
7. Dada
Bentuk dada : simetris
Retraksi : Ada
Wheezing : tidak
Ronchi : tidak ada
Suara jantung tambahan : tidak ada
Iotus cordis : teraba satu jari
8. Abdomen
Bentuk : simestris
Nyeri tekan : tidak ada
Kembung : tidak ada
Bising usus : 12x/i
Massa ; tidak

9. Genitalia
Kebersihan : bersih
Haemoroid : tidak
Hernia : tidak
10. Ektremitas
Kekuatan otot : 555 555
555 555

Postur tubuh : tegap ( normal)


Rentang gerak : maksimal
Deformitas : tidak
Tremor : tidak
Edema kaki : tidak
Penggunaan alat bantu : tidak
Reflek

Reflek Kanan Kiri


Bisep + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles + +

11. Integument
kebersihan : bersih
Warna : tidak ( sawo matang )
Kelembaban : lembab
Gangguan pada kulit : tidak ada

e. Pengkajian keseimbangan untuk lansia ( tinneti, ME dang inter , SF. 1998 )


1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Bangun dari kursi :
KK.R masih dapat bangun dari duduk dengan kali gerakan , pada saat berdiri
pertama kali nenek tampak stabil.
Duduk di kursi :
KK. R duduk dikursi secara perlahan dan mengatur posisi duduk untuk bersandar
dan posisi yang nyaman.
Menahan dorongan pada sternum
KK.R dapat menahan dorongan pada sternum.
Mata tertutup
KK.R menggerakan kaki dan memegang objek dukungan yang teraba untuk
menahan dorongan.
Perputaran leher
KK.R dapat berputar,Gerakan menggapai sesuatu
KK.R masih bisa menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
Membukuk
KK.R masih mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil seperti
pulpenn dari lantai, tidak memerlukan usaha multiple untuk bangun.
2. Komponen gaya bergerak atau berjalan
Saat diminta berjalan pada tempat yang telah ditentukan KK.R tampak ragu dan
perlahan berjalan pada tempat yang ditentukan, tanpa memegang objek.
Ketinggian langkah kaki
KK. R tidak menggeser / menyeret kaki dan tidak mengangkat kaki terlalu tinggi.
Kontinuitas langkah kaki.
Setelah langkah-langkah awal, kontiunitas langkah kaki tidak konsisten.
Kesimetrisan langkah
Panjang langkah kaki kanan dan kiri tidak simetris, ada perbedaan yang
signifikan.
Penyimpangan jalur saat berjalan tidak terjadi berbalik
KK. R berhenti terlebih dahulu sebelum berbalik dan mulai membalikkan langkah
dengan perlahan.

I. pengkajian psikososial

hubungan dengan orang lain dalam wisma :

1. Tidak kenal
2. Sebatas kenal√
3. Mampu berinteraksi√
4. Mampu bekerjasama
→ KK.R tidak mampu berinteraksi dengan baik pada teman-teman diwismanya dan
sehingg hubungan yang terbina kurang baik hubungan dengan orang lain di luar
wisma di dalam panti.

1. Tidak kenal
2. Sebatas kenal√
3. Mampu berinteraksi
4. Mampu bekerjasama

→ KK.R mengatakan teman-temannya jarang datang kewismanya untuk


mengobrol bersama-sama.

1. Selalu
2. Sering
3. Jarang√
4. Tidak pernah

→ Kk. R jaramg melakukan interaksi dengan teman-teman di wisma lainnya


biasanya kakek hanya diam di wismanya.

Stabilitas emosional

1. Labil √
2. Stabil
3. Iritabel
4. Datar

→ Kk. R mengatakan emosinya kadang-kadang labil karena sering kesal dengan


teman sewismanya.

Motivasi penghuni panti

1. Kemauan sendiri √
2. Terpaksa
→KK. R mengatakan masuk ke panti di bawa oleh anaknya. Karna kekek yang
meminta tidak ada factor keterpaksaan dari siapapun, karena di rumah juga tidak
ada yang mengurusinya karna anak nya bekerja pulang sore jdi kakek merasa sepi
kalau di rumah.

Frekuensi kunjungan keluaraga

1. 1 kali/bulan
2. 2 kali/ bulan √
3. Tidak pernah

→ KK. R mengatakan anaknya sering mengunjunginya dip anti. KK.R


mengatakan merasa senang karena dikunjungi karena bisa mengobrol tentang
keluarga lainnya.

J.Masalah emosional

Pertanyaan tahap 1 :
a. Apakah klien mengalami susah tidur : tidak ada
b. Ada masalah atau banyak pikiran : ya kakek tidak suka dengan teman di
panti.
c. Apakah klien murung atau menangis sendiri : tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kwatir : tidak

lanjutkan pertanyaan tahap ke 2

Jika jawabannya ya 1 atau lebih

Pertanyaan tahap 2

1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan?
Ya, lebih dari 1 bulan.
2. Ada masalah atau banyak pikiran ?
Ya, kakek mengatakan tidak suka dengan temam panti yang jarang bermain
dengannya
3. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain ?
Tidak ada
4. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ?
Tidak ada.

K.Pengukuran tingkat depresi

Skala depresi geriatric ( GDS) , yesavage dkk, 1983

No Pernyataan
1. Apakah bapak/ibu sekarang ini merasa puas Ya Tidak√
dengan kehidupannya ?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak Ya √ Tidak
kegiatan atau kesenangan akhir-akhir ini ?
3. Apakah bapak/ibu sering merasa hampa/kosong Ya √ Tidak
dalam hidup ini ?
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan ? Ya√ Tidak
5. Apakah bapak / ibu merasa mempunyai harapan Ya Tidak√
yang baik di masa depan ?
6. Apakah bapak/ibu mempunyaipikiran jelek yang Ya Tidak √
mengganggu terus menerus ?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik Ya √ Tidak
setiap saat ?
8. Apakah bapak/ibu takut bahasa sesuatu yang Ya Tidak √
buruk akan terjadi pada anda ?
9. Apakah bapak /ibu bahagia sebagian besar Ya Tidak √
waktu?
10. Apakah bapak/ibusering merasa tidak mampu Ya Tidak √
berbuat apa-apa?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan Ya Tidak √
gelisah?
12. Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal dirumah Ya√ sTidak
daripada keluar dan mengerjakan sesuatu?
13. Apakah bapak /ibu sering merasa khawatir Ya Tidak√
tentang masa depan?
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering pelupa? Ya Tidak √
15. Apakah bapak/ibu piker bahwa hidup bapak/ibu Ya Tidak √
sekarang menyenangkan?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus Ya Tidak √
asa?
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir- Ya √ Tidak
akhir ini?
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir Ya√ Tidak
tentang masa lalu?
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini Ya Tidak √
menggembirakan?
20. Apakah sulit bagi Bapak/ibu untuk memulai Ya√ Tidak
kegiatan yang baru?
21. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat? Ya Tidak √
22. Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini Ya√ Tidak
tidak ada harapan?
23. Apakah bapak/ibu berfikir bahwaorang lain Ya Tidak √
lebih baik keadaannya daripada bapak/ibu?
24. Apakah bapak/ibu sering marah karena hal Ya√ Tidak
sepele?
25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin Ya Tidak √
menangis?
26. Apakah bapak/ibu sulit berkonsentrasi? Ya √ Tidak
27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun Ya√ Tidak
tidur dipagi hari?
28. Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di Ya√ Tidak
pertemuan social?
29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat suatu Ya√ Tidak
keputusan?
30. Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah Ya Tidak √
dalam memikirkan sesuatu seperti dulu?

Sumber : Burns, 1991. Assasment Scales in old Age Psychiatry Martin Duintz Ltd.

London,P 2-3

Scor : Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal ( setiap jawaban yang bercetak tebal
mempuyai nilai 1)

0 – 1 = Not depressed

11 – 20 = Mild depressed

21 – 30 = Severe depressed

Nilai 15 : depresi ringan sampe sedang.

L.Pengukuran tingkat kerusakan intelektual

Short portable mental status questioner ( SPMSQ) :

Benar Salah Nomor Pertanyaan


√ 1 Tanggal berapa
hari ini ?
√ 2 Hari apa sekarang
?
√ 3 Apa nama tempat
ini ?
√ 4 Dimana alamat ini
?
√ 5 Berapa umur anda
?
√ 6 Kapan anda lahir
?
√ 7 Siapa presiden
Indonesia?
√ 8 Siapa presiden
Indonesia
sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama ibu
anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20
dan tetap
pengurangan 3
dari setiap
anggota baru,
secara menurun.
Jumlah : 10 0

Sumber : burn, 1999. Assessment scales in old age psychiatry. Martin dunitz,ltd. London p. 55-
57.

Interpretasi

Salah 0-2 : fungsi intelektual utuh

Salah 3-4 : fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 5-7 : fungsi intelektuaal kerusakan sedang


Salah 8-10 ; fungsi intelektual kerusakan berat

Hasilnya : salah 0-2 : fungsi intelektual utuh.

D. identitas aspek kognitif

Mini mental state examination ( MMSE) ; folstein MF , 1995

Skor Skor Orientasi


minimum manual
5 5 Sekarang (hari),(tanggal), ( bulan), (tahun), berapa
dan musim apa? 5
5 0 Sekarang kita berada dimana?
(jalan),9no,rumah),(kota),(kabupaten),(provinsi).
3 3 Registrasi
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda,1
detik untuk tiap benda. Kemudian mintalah pasien
mengulangi ke3 nama tersebut berikan satu angka
untuk setiap jawaban yang benar. Bila masih salah,
ulang penyebutan k 3 nama tersebut sampai ia dapat
mengulangnya dengan benar. Hitunglah jumlah
percobaan dan catatlah ( kertas,pena,jam)
(jumlah percobaan : 3) 3
5 0 Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari 100
kebawah 1 angka untuk tiap jawaban yang benar.
Berhenti setelah 5 hitungan (93,86,72,65).
Kemungkinan lain : ejalah kata”dunia” dari akhir
keawal ( a-i-n-u-a) 0
Mengingat kembali ( RECALL).

3 3 Tanyakan kembali nama ke3 benda yang telah


disebutkan diatas berikan 1 angka untuk setiap
jawaban yang benar. 3
9 7 a. Apakah nama benda-benda ini ? ( perlihatkan
pena dan buku) 2
b. Ulanglah kalimat berikut : jika tidak dan atau
tapi (1).
c. Laksanakan 3 buah perintah ini : “ peganglah
selembar kertas dengan tangan kananmu,
lipatlah kertas itu pada pertengahan dan
letakkan di lantai (3).
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikt : “
pejamkan mata anda”. (1).
e. Tulislah sebuah kalimat (1).
f. Tirukan gambar ini (0)

Skor total 18

Sumber : burn,1999. Assessment scales in old age psychiatry. Marthin dunitz ltd. London. P.35.

Skor

Nilai 24-30 : normal

Nilai 17-23 : probable gangguan kognitif

Nilai 0-16 : definitive gangguan kognitif

Hasilnya 18 : probable gangguan kognitif


M. Pengkajian perilaku terhadap kesehatan
Kebiasaan merokok : KK.R mengatakan tidak merokok.
a. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi :
Nenek r mengatakan nenek makan 3x sehari.
Pola pemenuhan cairan:

kakek mengatakan tidak sering minum air putih hanya minum 4-5 gelas, nenek lebih sering
minum teh atau kopi. nenek juga mengatakan jika banyak minum nenek malas bolak balik ke
kamar mandi.

Pola kebiasaan tidur


kakek mengatakan tidak ada masalah pada pola tidur nya.
Pola eliminasi bab/bak
kakek mengatakan bab 1x/sehari , tidak ada keluhan dengan proses bab. kakek
mengatakan ia sering kencing dalam sehari bisa 4-6 kali sehari bila banyak minum, tidak
ada keluhan dalam proses bak.
Pola aktivitas
kakek mengatakan masih mampu untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, untuk
melakukan kegiatan keterampilan nenek tidak bisa lagi. kakek mengatakan mandi
3x/sehari dengan menggunakan sabun mandi, gosok gigi gigi. Nenek mengatakan masih
bisa mencuci pakaian nya, dalam sehari nenek mengganti baju saat mandi pagi dan
mandi sore.

b. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari


Pengkajian fungsional berdasarkan barthel indeks ; Mahoney & barthel, 1965

No Aktivitas Nilai
Bantuan Mandiri Nilai
manu
lar
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15 15
sebaliknya termasuk duduk di tempat tidur.
3 Kebersihan diri ,mencuci muka o 5 5
,menyisir,mencukur dan
Menggosok gigi
4 Aktivitas toilet 5 10 10
5 Berjalan di jalan yang datar (jika tidak mampu 10 15 10
berjalan
Lakukan dengan kursi roda)
6 Mandi 0 5 5
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
JUMLAH 100 95

Sumber : Burns,1999.Assesment Scales m old Age psychiatry.Martin Dunitz Ltd.London,P.133

Penilaian

0-2 : Ketergantungan

21-61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung

62-90 : Ketergantungan berat

91-99 : Ketergantungan ringan


100 : Mandiri

Hasil : Tingkat kemandirian kk a dalam kehidupan sehari-hari berada pada tingkat


ketergantungan ringan dengan score 95

N. Pengkajian lingkungan
Pemukiman

Luas bangunan 15x15m berbentuk rumah dengan 6 buah kamar, 1 ruang TV, 2 kamar
mandi, teras depan dan teras samping. Bangunan sudah permanen , atap genteng, dinding
tembok dan lantai keramik. Lantai dalam wisma dalam keadaan bersih, ventilasi dan
jendela ada ditiap kamar dan ruangan, pencahayaan baik.
Sanitasi
Penyediaan air bersih menggunakan sumur yang di alirkan melalui pipa, kalau untuk air
minum kakek mengambil air yang disediakan dari dapur umum atau dari air galon yang
ada di ruangan. Untuk toileting menggunakan jamban leher angsa secara bersama dimana
jarak septic tank > 10 meter. Untuk pembuangan sampah, sampah ditimbun dan dibakar di
belakan wisma oleh petugas panti atau nenek yang membersihkan lingkungan sekitar
rumah.
Fasilitas
kake mengatakan di panti biasanya ada kegiatan lansia kadang kakek tidak suka ikutan
kegiatan senam lansia tersebut. Untuk taman di wisma cempaka tidak ada, hanya ada
halaman samping yang ditanami pepohonan. kakek mengatakan jika ada acara pertemuan
atau TAK biasanya ruangan yang dipakai adalah ruang aula untuk sarana hiburan yang
dimanfaatkan adalah TV, sarana ibadah di panti ada yaitu mushola
Keamanan dan transportasi
kakek mengatakan jalan mau ke panti tidak rata, banyak turunan dan licin karena jenis
lantainya keramik, tidak ada alat transportasi yang kakek miliki, tidak ada juga sarana
komunikasi yang bisa digunakan. Cara penyebaran informasi hanya secara langsung dari
mulut ke mulut.
O. Pengkajian spritual/ kultural
1. Pelaksanaan ibadah
kakek mengatakan beragama islam, kakek mengatakan ia sholat 5 waktu setiap hari.
2. Keyakinan tentang kesehatan
kakek mengatakan ia sakit karena sudah tua dan juga karena kehendak Allah, klien
juga sering melaksanakan sholat 5 waktu.

Pengkajian pada lansia yang mengalami gangguan pada sistem pendengaran meliputi hal-
hal sebagai berikut ini:
1. Meminta untuk mengulang pembicaraan
2. Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan
3. Memalingkan kepala terhadap pembicraan
4. Kesulitan membedakan pembicaraan serta bunyi suara orang lainyang parau atau bergumam.
5. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang
bisisng, berdering / berdesis yang konstan.
6. Volume bicara meningkat
7. Sering merasa sedih, di tolak lingkungan, malu, menarik diri, bosan, depresi, dan frustasi.
8. Ketergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari (mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAB/BAK, serta berpindah) .

Analisa data
Nama : KK.R
DX : presbikusis
No. Data Etiologi Masalah
1 Ds : Penumpukan serum di Ketidak mampuan
Klien sering menalami telinga mendengar
kesulitan mendengar.
klien jg mengatakan
telinganya berdenging
Do: klien tampak sulit
mendengar.
Terdapat serum di telinga
yang menjadi atrofi
2. Klien mengatakan kadang Degenerasi tl. Pendengaran Gangguan komunikasi
dapat mendengar tapi sulit
memahami pembicaraan
Klien juga mengatakan
tidak silit untuk
mengucapkan kata-kata yg
riuh
Klien mengatakan nyeri bila
mendengar suara yang
keras di telingah.

Diagnosa keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian
dalam.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.
c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.
d. ketidak mampuan mendengar berhubungan dengan penumpukan serum

Intervensi Keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian dalam
Tujuan : komunikasi verbal klien berjalan dengan baik
Kriteria Hasil :
Dalam 1 hari klien dapat :
1) Menerima pesan melalui metode alternatif
2) Mengerti apa yang diungkapkan
3) Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi
4) Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat

Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
2) Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran
3) Bicara dengan pelan dan jelas
4) Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
5) Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
6) Pastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik
7) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga.

B .Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.

Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya


Kriteria Hasil :
Secara bertahap klien dapat :
1) Mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri
2) Berhubungan sosial dengan orang lain
3) Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan
orang lain
4) Membina hubungan saling percaya dengan perawat .

Intervensi :
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul
atau menarik diri
3) Diskusi bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin
4) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
5) Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku menarik diri
6) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
7) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien
8) Bina hubungan saling percaya dengan klien
9) Anjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan bergantian mengunjungi klien
10) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
11) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan terpeutik

C. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.


Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan
Kriteria Hasil
Secara bertahap klien dapat :
1) Menceritakan perasaan-perasaan bosan
2) Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan.
3) Menceritakan metode koping terhadap perasaan marah atau depresi yang disebabkan oleh
kebosanan.

c) Intervensi :

1) Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman


2) Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka
3) Variasikan rutinitas sehari-hari
4) Libatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
5) Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari
6) Beri alat bantu dengar dalam melakukan aktivitas
BAB IV
PENUTUP
4.1.kesimpulan
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan
makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf
yang di mulai pada usia pertengahan (Vander Cammen, 1991)

Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai


suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat
terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis.
Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen
konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis. Diduga kejadian presbikusis mempunyai
hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi,
bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur
merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut diatas.

Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesifitas penurunan pendengaran
dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan
perempuan.

4.2.Saran
Semoga dengan kita bersama-sama mempelajari, membahas, dan membaca makalah ini,
kita dapat mengerti mengenai Cidera Kepala, dan nantinya jika kita menemukan pasien di rumah
sakit dengan penderita Cidera kepala InsyaAllah kita bisa menanganinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono, Kartosoediro S. Odinofagi. Dalam : Soepardi E, Iskandar N (eds). Buku


Ajar Ilmu Kesehatan Telinga - Hidung – Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : FK UI.
2001. h. 9-15,33-34.

2. Inner ear, Presbycusis, Available from www.emedicine.com, Last update on July 9,


2008.

3. Ear Diagram, available from www.entusa.com

Anda mungkin juga menyukai