epididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang testis yang fungsinya sebagai pengangkut, tempat penyimpanan, dan pematangan sel sperma yang berasal dari testis). Kondisi ini mungkin dapat sangat menyakitkan, dan skrotum bisa menjadi merah, hangat, dan bengkak. Ini mungkin akut (tiba- tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis. Infeksi bakteri non spesifik Penyalit menular seksual Virus TB Penyebab infeksi lain Obstruksi Vaskulitis Penggunaan amiodarone dosis tinggi Prostatitis Tindakan pembedahan seperti prostatektomi Kateterisasi dan instrumentasi Blood borne infection Epididimitis merupakan suatu infeksi epididimis yang biasanya turun dari prostat atau saluran urine yang terinfeksi. Kondisi ini dapat juga terjadi sebagai komplikasi dari Gonorrhoeae. Pada pria dibawah 35 tahun penyebab utama epididimitis adalah Chlamydia trachomatis. Infeksi mulai menjalar dari bagian atas melalui urethra dan duktus ejakulatorius kemudian berjalan sepanjang vas deferens ke epididimis. Rasa nyeri dirasakan pada unilateral dan rasa sakit pada kanalis inguinalis sepanjang jalur vas deferens kemudian mengalami nyeri dan pembengkakan pada skrotum dan daerah lipatan paha. Epididimis menjadi bengkak dan sangat sakit, suhu tubuh meningkat, menggigil, demam dan urine dapat mengandung nanah (pyuria) dan bakteri (bakteriuria). Epididimitis akut Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak hanya dalam beberapa hari (kurang dari enam minggu). Epididimitis akut biasanya lebih berat daripada epididimitis kronis. Epididimitis kronis Epididimitis yang telah terjadi selama lebih dari enam minggu, ditandai oleh peradangan bahkan ketika tidak adanya suatu infeksi. Pengujian diperlukan untuk membedakan antara epididimitis kronis dengan berbagai gangguan lain yang dapat menyebabkan nyeri skrotum konstan, termasuk di dalamnya kanker testis, urat skrotum membesar (varikokel), dan kista dalam epididimis. Selain itu, saraf- saraf di daerah skrotum yang terhubung ke perut kadang-kadang menyebabkan sakit mirip hernia. Kondisi ini dapat berkembang bahkan tanpa adanya penyebab yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam kondisi seperti ini diperlukan perawatan yang mungkin agak lama. Hal ini dikarenakan terdapat hipersensitivitas struktur tertentu, termasuk saraf dan otot, yang dapat menyebabkan atau berkontribusi pada epididimitis kronis. Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari sumber infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh urethra dan nyeri atau itching pada urethra (akibat urethritis), nyeri panggul dan frekuensi miksi yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah perineum, frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut Prostatitis), demam dan nyeri pada region flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut Pielonefritis). Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai timbul pada bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh testis, skrotum dan kadang ke daerah inguinal disertai peningkatan suhu badan yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai dengan mual dan muntah. Selain itu bisa juga disertai dengan pembengkakan dan kemerahan testicular dan/atau scrotal dan urethral discharge. Gejala lain yang mungkin ditemukan antara lain benjolan di testis, pembengkakan testis pada sisi epididimis yang terkena, pembengkakan selangkangan pada sisi yang terkena, nyeri testis ketika buang air besar, keluar nanah dari urethra, nyeri ketika berkemih, nyeri ketika berhubungan seksual atau ejakulasi, darah di dalam semen, dan nyeri selangkangan. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis :
1. Colour Doppler Ultrasonography
2. Nuclear Scintigraphy 3. Vesicourethrogram (VCUG), Cystourethroscopy, dan USG abdomen Pada inspeksi ditemukan skrotum bisa menjadi merah dan bengkak. Ini mungkin akut (tiba-tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis, dan terdapat pembesaran skrotum dan isinya, dan terdapat nanah pada urine. Pada palpasi ditemukan testis pada posisi normal vertikal, ukuran kedua testis sama besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis. Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat ke atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Namun pemeriksaan ini kurang spesifik. Pembesaran kelenjar getah bening di regio inguinalis. Pada pemeriksaan colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronis yaitu adanya pengeluaran secret atau nanah setelah dilakukan masase prostat. Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan. Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital pada traktus urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dan lain- lain. Penatalaksanaan medis Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. Antibiotik yang sering digunakan adalah : Fluoroquinolones, namun penggunaannya telah dibatasi karena terbukti resisten terhadap kuman Gonorrhoeae. Cefalosporin (Ceftriaxon). Levofloxacin atau Ofloxacin untuk mengatasi infeksi Chlamydia, pada kasus yang disebabkan oleh organisme enterik (seperti E. coli) dan digunakan pada klien yang alergi penisilin. Doxycycline, Azithromycin, dan Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri non gonokokal lainnya. Pada anak-anak, Fluoroquinolones dan Doxycycline sebaiknya dihindari. Bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih sering menjadi penyebab epididimitis pada anak. Kotrimoksasol atau penisilin yang cocok (misalnya Sefaleksin) dapat digunakan. Jika ada penyakit menular seksual, pasangannya juga harus dirawat. Penatalaksanaan bedah Penatalaksanaan di bidang bedah meliputi : Scrotal exploration Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan orchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis. Diagnosis tentang gangguan intrascrotal baru dapat ditegakkan saat melakukan orchiectomy. Epididymectomy Tindakan ini dilaporkan telah berhasil mengurangi nyeri yang disebabkan oleh epididimitis kronis pada 50 % kasus. Epididymotomy Tindakan ini dilakukan pada klien dengan epididimitis akut supurativa. Komplikasi dari epididimitis adalah : Abses dan pyocele pada scrotum Infark pada testis Epididimitis kronis dan orchalgia Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun obstruksi dari duktus epididimis Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism Fistula kutaneus Penyebaran infeksi ke organ lain atau sistem tubuh Pada saat menjalani pembedahan, seringkali diberikan antibiotik profilaktik (sebagai tindakan pencegahan) kepada orang-orang yang memiliki risiko menderita epididimitis. Epididimitis akibat penyakit menular seksual bisa dicegah dengan cara tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah. Apabila epididimitis yang diderita disebabkan oleh STD (Sexual Transmitted Disease), pasangan atau partner klien juga perlu mendapatkan perawatan. Lakukan hubunagn seksual yang aman, seperti seks monogamy (dengan 1 orang saja), dan penggunaan kondom akan membantu untuk melindungi dari STD yang dapat menyebabkan epididimitis. Apabila klien menderita ISK kambuhan atau faktor risiko lain yang bisa menyebabkan epididimitis, bisa disikusikan dengan dokter untuk menentukan cara lain untuk mencegah kekambuhan dari epididimitis tersebut. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat epididimitis ditandai dengan suhu tubuh klien > 37,5 oC, klien tampak menggigil, kulit klien teraba hangat, tampak ada pembengkakan pada skrotum klien, kulit sekitar skrotum klien tampak kemerahan, nadi klien > 100 x/menit. Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandai dengan klien tampak meringis kesakitan, klien tampak gelisah, skala nyeri klien 4, denyut nadi klien > 100 x/menit. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit akibat epididimitis ditandai dengan klien mengeluh nyeri saat melakukan hubungan seksual, klien mengungkapkan perubahan dalam respon seksual, klien mengungkapkan rendahnya batas kemampuan karena penyakit.