mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya. HPV (human papillomavirus) Adalah virus penyebab kutil genitalis (kandiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16,18,45,dan 56. Merokok Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini Berganti ganti pasangan seksual Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia dibawah 18 tahun, berganti ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran Gangguan sistem kekebalan Pemakaian pil KB Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin) Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998). Tumor dapat tumbuh sebagai berikut: Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN). CIN ada tiga tingkatan yaitu:
CIN I : displasia ringan, terjadi di epitel basal
lapisan ketiga, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga. CIN II : displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang lebih rendah dan pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel ketiga. CIN III : displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada semua lapis sel epitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu. Tanda tanda dini kanker serviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi dalam perjalanannya akan menimbulkan gejala seperti :
Keputihan yang makin lama makin berbau akibat
infeksi dan nekrosis jaringan Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III) Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80 %) Perdarahan spontan saat defekasi Perdarahan spontan pervaginam Pada tahap lanjut keluhan berupa : (sarwono)
Cairan pervaginam yang berbau busuk
Nyeri panggul Nyeri pinggang dan pinggul Sering berkemih Buang air kecil atau air besar yang sakit Gejala penyakit yang redidif (nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan obstruksi ureter) Anemi akibat perdarahan berulang Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf Sitologi/pap smear Schillentest Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat dan dibesarkan 10- 40 kali Kolpomikroskopi Melihat hapusan vagina (papsmear) dengan pembesaran sampai 200 kali Biopsi : dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya Konisasi : konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan Pemeriksaan foto paru paru dan CT-scan hanya dilakukan atas indikasi dari pemeriksaan klinis atau gejala yang timbul Terapi kanker serviks dilakukan bila diagnosis telah dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutann (tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker serviks tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel sel abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat disekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. (winjosastro,H) Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis Disfungsi seksual berhubungan dengan adanya cairan pervaginam yang berbau busuk Resti infeksi berhubungan dengan imunitas tidak adekuat Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pigmentasi kulit Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah sekunder terhadap penyakit dan pengobatan