Kelompok 8
Anggota :
Amelia Sarifatul Uliyah (19037140002)
Hildatus Sholehah (19037140021)
Prasetyo Nur Rohim (19037140039)
Wardatul Hasanah (19037140063)
Definisi Hipoparatiroid
Terdapat tiga penyebab yang paling utama dari pasien dengan hipoparatiroid.
1. Kekurangan sekresi hormon paratiroid (PTH) (> 99% dari semua kasus) Lebih dari 99% dari semua
pasien dengan hipoparatiroid disebabkan karena sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat.
2. Ketidakmampuan untuk membuat bentuk aktif dari hormon paratiroid. Kekurangan sekresi PTH
tanpa alasan yang pasti disebut hipoparatiroidisme idiopatik. Penyakit ini jarang dan dapat
dikarenakan bawaan atau diperoleh. Ini adalah bentuk penyakit yang sangat jarang ditemui.
3. Ketidakmampuan ginjal & tulang untuk merespon hormon paratiroid yang diproduksi oleh kelenjar
paratiroid normal. Seperti semua pasien dengan Hipoparatiroidisme, penyakit ini ditandai dengan
hypocalcemia dan hyperphosphatemia tetapi mereka memproduksi hormon paratiroid dengan normal .
patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat,
yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi
(bisa sampai 9,5-12,5 mgr%).
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid
karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama
adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar
paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang
berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua
berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak
anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah
yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal
ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak
pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara
sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat
dibuat segera sesudah operasi.
Manifestasi Klinis
Gejala Hipoparatiroidisme sama dengan hypocalcemia dan dapat
berkisar dari cukup ringan (kesemutan di tangan, jari, dan sekitar
mulut) bentuk-bentuk yang lebih parah (kram otot parah dari seluruh
tubuh), dan kejang-kejang. Hal ini dikarenakan kalsium yang
memiliki beberapa fungsi utama di dalam tubuh kita termasuk
memberikan energi listrik untuk seluruh sistem saraf, menyediakan
energi listrik untuk kontraksi otot, dan memberikan kekuatan untuk
tulang. Semua gejala hypocalcemia disebabkan oleh disfungsi saraf
dan otot-otot.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Erb’s sign
Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal
pada 6 milli-ampere)
2. Chvostek’s sign
Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen
sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah.
3. Trousseau’s sign
Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka
dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal.
4. Peroneal sign
Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan
adduksi dari kaki Diagnosis sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas, seperti
rasa nyeri dan pegal-pegal. Oleh sebab itu, pemeriksaan akan membantu.
Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10
mg/dl (2,2-2,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta
hipokalsemia. Dan penatalaksanaan Hipokalsemia dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu penatalaksanaan pada kondisi akut dan kronis. Pada kondisi akut, dimana
pasien datang dengan kejang, penurunan kesadaran, spasme otot. Pada kondisi
akut, dimana pasien datang dengan kejang, penurunan kesadaran, spasme otot.
Walaupun Apabila terjadi hipokalsemia yang terjadi bersifat ringan (7-8 mg/dl)
maka penatalaksanaan hipokalsemia harus dilakuakan secara agresif dengan
kalsium glukonas intravena. Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai
berikut, 1 sampai 2 ampul (90 – 180 elemental calcium) dilarutkan dalam 50 – 100
mL larutan dextrose 5% yang kemudian diberikan dalam 10 menit. Pada kondisi
hipokalsemia kronik dimana pasien hanya mengeluhkan gejala ringan atau bahkan
tanpa gejala klinis dapat diberikan preparat kalsium vitamin D per oral.
1
Komplikasi 2
1. Tetany dapat menyebabkan saluran napas terblokir, membutuhkan tracheostomy w
2. Pertumbuhan terhambat, cacat gigi, dan perkembangan mental lambat dapat terjadi jika
Hipoparatiroidisme berkembang di masa kecil.
4. Ada peningkatan risiko anemia pernisiosa , penyakit Addison's , katarak pembangunan, dan
itu penyakit Parkinson Prognosis Hipoparatiroidisme memiliki prognosis yang baik jika di
diagnosis secara dini. Apabila tidak, dapat terjadikomplikasi seperti spasme otot akut yang
bisa menyebabkan gangguan pada pernafasan, kelainan sistem otot, ligamen dan saraf,
pertumbuhan yang terhambat, malformasi gigi dan retardasi mental pada anak.
HIPOPARATIROIDISME
Eksitsi implus
Implus saraf ke otot Eksitsi implus Impos syaraf ke
Pontensial membran syaraf
otot
terganggu jantung meningkat syaraf
Implus syaraf ke Atritmia Kejang dengan
Intak nutrisi
otot saluran jantung penurunan
kurang
pernafsan kesadaran
Tubuh mudah
capek lemah Resiko Defisit Nutrisi
Bronkospasme Resiko cidera
dan spsme D.0032
D.0136
laring
Intoleransi Aktivitas
Ketidak efektifan
bersihan jalan
nafas
D.0001
Pengkajian
1.Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Riwayat Penyakit :
A.Keluhan Utama
B.Riwayat penyakit saat ini
C.Riwayat penyakit dahulu
D.Riwayat penyakit keluarga
3. Pemeriksaan Fisik :
- B1 (Breathing) : amati bunyi suara nafas . pada klien hipoparatiroid biasanya terdengar suara
stridor, suara serak.
- B2 (Blood) : amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi
- B3 (Brain) : amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki. Kesemutan, tremor, D.
hiperefleksia, tanda chvostek’s dan trousseau’s positif papil edema, labilitas emosional, peka
rangsang, ansietas, perubahan dalam tingkat kesadaran, tetani kejang
- B 4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal
- B 5 (Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen
- B 6 (Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan kuku buruk yang deformitas dan
gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada kelainan bentuk tulang
- B 7 (Endokrin) : penurunan sekresi parathormon dari jumlah normal
4.Pemeriksaan diagnostik :
- Pemeriksaan kadar kalsium serum.
- Pemeriksaan radiologi.
Diagnosa Keperawatan
Edukasi:
-Jelaskan pentingnya cairan bagi tubuh.
-Jelaskan jenis dan fungsi cairan dalam tubuh.
-Jelaskan komposisi dan distribusi cairan
tubuh.
-Jelaskan masalah yang timbul jika butuh
kekurangan atau kelebihan cairan.
NO Standar Diagnosa Standar Luaran keperawatan Standar intervensi keperawatan indonesia
Keperawatan indonesia Indonesia (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
5. D.0032 Tujuan Manajemen Nutrisi Parenteral(I.03120)
Setelah di lakukan asuhan Observasi:
Resiko defisit nutrisi keperawatan selama 3x24 jam maka -Identifikasi indikasi pemberian nutrisi parenteral.
kebersihan jalan nafas tidak efektif -Identifikasi jenis akses parenteral yang perlu.
dengan kriteria hasil : -Monitor reaksi elergi pemberian nutrisi parenteral.
L.03030 -Monitor kepatenan akses intravena.
Kekuatan otot mengunyah (5) -Monitor asupan nutrisi.
Kekuatan otot menelan (5) Terapeutik:
Serum albumin (5) -Hitung kebutuhan kalori.
. Verbalisasi keinginan untuk -Berikan nutrisi parenteral sesuai indikasi.
mningkatkan nutrisi (5) -Atur kecepatan pemberian infis dengan tepat.
-Gunkana infusion pump jika tersedia.
-Hindari kantung terpasang lebih dari 24 jam.
Edukasi:
-Jelaskaan tujuan dan prosedur pemberian nutrisi
parenteral.
Kolaborasi:
-Kolaborasi pemasangan akses vena sentral jika perlu.
Terimakasih