Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HIPERTHYROIDISME

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB II (Askep Sistem Endokrin)

Dosen Pengampu : DamonWicaksi, SST, M.Kes

Oleh :

Annisa Khairur Rosiqin (19037140006)

Sagita Rheza Tigas Sergio (19037140048)

Siti Nur Haritsah (19037140053)

Siti Yuni Supriasih (19037140055)

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat

serta karuniaNYA semata sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas ini disuruh untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan KMB II (Askep Sistem

Endokrin) yang menjadi salah satu mata kuliah yang wajib di Program Studi DIII

Keperawatan Universitas Bondowoso.

Tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan dapat diselesaikan

dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Damon

Wicaksi, SST, M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan KMB II (Askep Sistem

Endokrin)

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari Allah

SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun dari semua

pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 30 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................i

Kata Pengantar........................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB 1 LANDASAN TEORI...............................................................................3

1.1 Definisi....................................................................................................3

1.2 Etiologi....................................................................................................3

1.3 Manifestasi Klinis...................................................................................4

1.4 Klasifikasi................................................................................................

1.5 Patofisiologi............................................................................................4

1.6 Pathway...................................................................................................5

1.7 Komplikasi..............................................................................................6

1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................6

1.9 Penatalaksanaan......................................................................................6

1.10 Pencegahan..............................................................................................8

BAB 2 ASKEP TEORI........................................................................................10

2.1 Pengkajian................................................................................................10

2.2 Diagnosa..................................................................................................11

2.3 Intervensi.................................................................................................12

2.4 Implementasi............................................................................................13

2.5 Evaluasi....................................................................................................15

BAB 3 PENUTUP................................................................................................16

3.1 Kesimpulan..............................................................................................16

3.2 Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iii
BAB 1

LANDASAN TEORI

1.1 DEFINISI

Hipertiroidisme merupakan keadaan yang disebabkan kelenjar tiroid memproduksi


hormon tiroid berlebihan.

Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi


hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves,
hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya
adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit akut
kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh
metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337)
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid
bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam
darah.
Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat
terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin:
296).

1.2 ETIOLOGI
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH
dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme
akibat malfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan
Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi
hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis,
penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid.

1
1. Adenoma hipofisis Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang
terjadi
2. Penyakit graves Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang
disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-
stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan
TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini
dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan
eksoftalmus (mata yang melotot).
3. Tiroditis Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh
bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus
pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid. Tiroditis dikelompokan menjadi
tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis
subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya
setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah
beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya
dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami
hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga
disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga
terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis
permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon
tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormon
tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.

1.3 MANIFESTASI KLINIS


1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
Katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
2
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat lelah
10. Pembesaran kelenjar tiroid
11. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan xat dalam
orbit mata.

1.4 KLASIFIKASI
Dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu sendiri,
contohnya :
- Penyakit grave
- Functioning adenoma
- Toxic multinodular goiter
- Tiroiditis
2. Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar
tiroid,contohnya :
- Tumor hipofisis
- Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar
- Pemasukan iodium berlebihan

1.5 PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika, dan tiroiditis.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel
ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa
kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena
3
itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid,
yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan
TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya
tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah
satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan
reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

4
1.6 PATHWAY

Tiroiditis Penyakit Graves Nodul tiroid toksik


(Antibody reseptor TSH
merangsang aktivitas
tiroid)

Sekresi hormon
tiroid yang
berlebihan

HIPERTIROIDISME

Hipermetabolisme Aktivitas simpatik Gerakan kelopak mata relative


meningkat berlebihan lambat terhadap bola mata

Berat
Ketidakseimba Perubahan
Badan ngan energi konduksi listrik Infiltrasi limfosit, sel masuk ke
dengan jantung jaringan orbital dan otot mata
kebutuhan
tubuh

Eksoftalmus
DEFISIT Beban kerja jantung
NUTRISI
meningkat

GANGGUAN CITRA
INTOLERANSI TUBUH
Aritmia,
AKTIVITAS
Takikardia

RESIKO PENURUNAN
CURAH JANTUNG

5
1.7 KOMPLIKASI
Menurut Tarwoto,dkk (2012)
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini
disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata.
Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi,
takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan
keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang
berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan
tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,
overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat
produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek
hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja
hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid, dexamethasone,
dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi
saraf simpatik dan takikardia.

1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat
atau kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran
kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
Test penunjang lainnya
a. CT Scan tiroid Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif
(RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar

6
tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah
24 jam, pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau
nodule.
c. ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia, atrial fibrilasi dan
perubahan gelombang P dan T (Tarwoto,dkk.2012)

1.9 PENATALAKSANAAN
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat
hormon tiroid keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan
mengurangi gejala tidak nyaman. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan
pembedahan.
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai efek
samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah putihnya.
PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid dalam
tubuh. Obat ini mempunyai efek samping agranulositosis, nyeri kepala, mual muntah,
diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas saraf
simpatetik. Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan
melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan
produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif
dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi
pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.

7
1.10 PENCEGAHAN
Berikut pencegahan terjadinya hipertiroid :
1. Berhenti merokok Hal ini terjadi karena rokok mengandung zat kimia berbahaya yang
bisa menghambat kinerja organ dan jaringan, termasuk kelenjar tiroid. Zat kimia rokok
dapat menganggu penyerapan yodium yang pada akhirnya meningkatkan risiko
terjadinya orbitopathy graves atau dikenal dengan kelainan mata menonjol akibat
hipertiroid.
2. Berhenti mengkonsumsi alkohol
3. Konsumsi makanan yang menyehatkan tiroid Untuk menjaga kesehatan kelenjar tiroid,
kacang kedelai menjadi salah satu makanan yang direkomendasi yang berupa tempe,
tahu, atau susu kedelai. Selain itu mengkomsumsi asupan selenium seperti udang,
salmon, kepiting, ayam, telur, bayam, jamur shitake, dan beras merah.
4. Cek kesehatan tiroid Untuk mencegah terjadinya hipertiroid adalah melakukan
pemeriksaan kelenjar tiroid secara berkala, tes ini dilakukan dengan mendeteksi adanya
benjolan atau pembengkakan sekitar leher. Apabila tidak ada benjolan tetapi ada gejal-
gejala tiroid, seperti mudah berkeringat, lebih sensitif dengan panas, siklus menstruasi
dan nafsu makan berubah, segera periksakan diri ke dokter

8
BAB 2
ASKEP TEORI

2.1 PENGKAJIAN
1. Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan metabolisme yang
meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan keluarga mengenai keadaan klien yang
mudah tersinggung (irritabel) dan peningkatan reaksi emosionalnya.
2. Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan keluarga, sahabat dan
teman sekerjanya.
3. Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres dan kemampuan
klie unruk mengatasinya.
4. Kaji status nutrisi
5. Kaji timbulnya gejala yang berhubungan dengan haluaran sistem saraf yang berlebihan
dan perubahan pada penglihatan dan penampakkan mata.
6. Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,, tekanan darah, bunyi
jantung, dan denyut nadi perifer.
7. Kaji kondisi emosional dan psikologis, Pasien dengan hipertiroid biasanya
menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan
menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatka gangguan tidur.
8. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa
atau pembesaran. Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat
terjadi empat kali dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal) Pada hipertiroid sering
ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan kelopak mata. Pada
tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat
kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot ektraokuler dan
peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan
kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata
karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan
jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu
dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
9
e. Muskuloskeletal Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex
tendon dan tremor, iritabilitas.

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Penurunan Curah Jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
2. Gangguan Citra Tubuh yang berhubungan dengan Perubahan Struktur/bentuk
tubuh
3. Defisit Nutrisi yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Intoleransi Aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan

2.3 INTERVENSI
No Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
1. D.0011 Tujuan: I.02075 Perawatan Jantung
Resiko Penurunan Setelah dilakukan asuhan Observasi
Curah Jantung keperawatan selama 3x24 jam -Identifikasi tanda/ gejala primer
maka Resiko Penurunan Curah penurunan curah jantung (meiputi
Jantung dapat teratasi dengan dispnea, kelelahan, edema,
kriteria hasil: ortopnea, paroxysmal nocturnal
L. 02008 Curah Jantung dyspnea, peningkatan CVP)
- Takikardia menurun (5) -Monitor aritmia (kelainan irama
- Gambaran EKG aritimia dan frekuensi)
menurun (5) Terapeutik
- Lelah menurun (5) -Posisikan pasien semi fowler
-Edema menurun (5) atau fowler dengan kaki ke bawah
- Dispnea menurun (5) atau posisi nyaman
-Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
-Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu

10
-Rujuk ke program rehabilitasi
jantung

2. D.0083 Tujuan: I.09305 Promosi Citra Tubuh


Gangguan Citra Setelah dilakukan asuhan Observasi
Tubuh keperawatan selama 3x24 jam -Monitor apakah pasien bisa
maka Gangguan Citra Tubuh melihat bagian tubuh yang
dapat teratasi dengan kriteria berubah
hasil: Terapeutik
L.09067 Citra Tubuh -Diskusikan persepsi pasien dan
-Verbalisasi perasaan negative keluarga tentang perubahan citra
tentang perubahan tubuh tubuh
menurun (5) Edukasi
-Menyembunyikan bagian tubuh -Anjurkan mengungkapan
berlebihan menurun (5) gambaran diri terhadap citra tubuh

3. D.0019 Defisit Tujuan: I.03119 Manajemen Nutrisi


Nutrisi Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama 3x24 jam -Identifikasi status nutrisi
maka Defisit Nutrisi dapat -Monitor asupan makanan
teratasi dengan kriteria hasil: -Identifikasi kebutuhan kalori dan
L.03030 Status Nutrisi jenis nutrient
- Frekuensi makan membaik (5) -Monitor berat badan
- Nafsu makan membaik (5) Terapeutik
- Bising usus membaik (5) -Sajikan makanan secara menarik
- Tebal lipatan kulit trisep dan suhu yang sesuai
membaik (5) -Berikan suplemen makanan, jika
- Membran mukosa membaik perlu
(5) Edukasi
-Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
4. D.0066 Tujuan: I.05178 Manajemen Energi
Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Observasi

11
Aktivitas keperawatan selama 3x24 jam -Identifikasi gangguan fungsi
maka Intoleransi tubuh yang mengakibatkan
Aktivitas dapat teratasi dengan kelelahan
kriteria hasil: -Monitor kelelahan fisik dan
L05047 Toleransi Aktivitas emosional
-Perasaan lemah menurun(5) Terapeutik
-Aritmia saat aktivitas menurun -Berikan aktivitas distraksi yang
(5) menyenangkan
-Aritmia setelah aktivitas Edukasi
menurun (5) -Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelhan
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan

BAB 3

PENUTUP

12
3.1 Kesimpulan

Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi


hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves,
hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya
adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit akut
kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).
Masalah keperawatan yang sering muncul pada kasus hipertiroidisme adalah Resiko
Penurunan Curah Jantung, Gangguan Citra Tubuh, Defisit Nutrisi dan Intoleransi Aktivitas

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:

definisi indicator dan diagnostic. DPD PPNI. Jakarta Selatan

13
TIM POKJA SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi

dan kriteria hasil Keperawatan Indonesia . DPD PPNI. Jakarta Selatan

TIM POKJA SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:

definisi dan tindakan Keperawatan. DPD PPNI. Jakarta Selatan

14
LAMPIRAN

15
16
17
18
19

Anda mungkin juga menyukai