Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KEPERWATAN MEDIKAL BEDAH II

“PATOFISIOLOGIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HIPO DAN HIPER TIROIDISME”
Dosen Pengampu : Nila Putri Purwandari,S.Kep.,M.Kep.

Disusun oleh:
Kelompok 2
PSIK 4B

1. Nailil Hidayati Maulidika (2019012192)

2. Nova Fitri Nurdiana (2019012194)

3. Shofiyatun (2019012209)

4. Zella Evita Sari (2019012217)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDIKIA UTAMA


Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati km. 5 Jepang, Mejobo Kudus
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Patofisiologis Dan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipo Dan Hipertiroidisme” dengan baik dan tepat
waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
2. Disamping itu makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembangkan
pengetahuannya tentang patofisiologis dan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipo dan
hipertiroidisme. Tidak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang membantu penulisan makalah ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak terutama mahasiswa keperawatan.

Kudus, 17 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1

1.3 Tujuan................................................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipotiroidisme...................................................................................................... 2

2.2 Hipertiroidisme..................................................................................................... 6
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Hipotiroidisme.................................................................................................... 12

3.2 Hipertiroidisme................................................................................................... 29
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 45

4.2 Saran................................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 46

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain.

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise
posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

Dalam system endokrin terbagi atas dua bagian yaitu system endokrin dan system
eksokrim. System eksokirm merupakan system yang mengeluarkan enzim pada
permukaan tubuh seperti kulit, dan dinding pembuluh darah. System endokrin membahas
tentang system pengeluaran enzim ke dalam organ- organ dalam tubuh seperti ginjal, hati,
pancreas, pembuluh darah, dll.

Penyakit yang disebabkan oleh system endokrin ini diantaranya adalah hipotiroidisme
dan hiper tiroidisme. Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi
hormon tiroid yang rendah. Sedangkan hipertiroid atau hipertiroidesme adalah suatu
keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tiroid yang terlalu aktif.

1.2 Rumusan Masalah

Makalah yang berjudul “Patofisiologis dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipo dan hiper tiroidisme” memiliki rumusan masalah yakni bagaimakah patofisiologis
dan asuhan keperawatan kepada pasien hipo dan hiper tiroidisme?

1.3 Tujuan

Makalah yang berjudul “Patofisiologis dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipo dan hiper tiroidisme” memiliki rumusan masalah yakni mengetahui bagaimakah
patofisiologis dan asuhan keperawatan kepada pasien hipo dan hiper tiroidisme.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipotiroidisme

A. Pengertian

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon


tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid.
Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar
tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak
proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-
konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

B. Klasifikasi

1. Hipotiroid Primer

a. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi


yodium

b. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium


radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron

2. Hipotiroid Sekunder

Terjadi karena adanya kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubahubah, ↓


T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas).

C. Etiologi

Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu

1. Hipotiroid primer

Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone


yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,
pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik
seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.

2. Hipotiroid sekunder

Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari
kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone (TSH)

2
meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau
hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone
tiroid.

3. Hipotiroid tertier/ pusat

Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi


tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary
untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi
destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana
yaitu endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi,
defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area
geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.

D. Patofisiologi

Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone


tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone
tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk
kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan
adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar
terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH
menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah.
Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada
menyebabkan gejala respirasi disfagia.

Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat


dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada
kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus
gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan
produksi panas tubuh.

Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone


tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil
kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi
mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan
hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal
sebagai tanda dari mixedema.

3
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien
dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan
eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam
folat.

E. Manifestasi Klinis

1. Kulit dan rambut

a. Pertumbuhan kuku buruk, kuku meneba

b. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal

2. Muskuloskeletal

a. Artralgia dan efusi synovial

3. Kardiorespiratorik

a. Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)

b. Penyakit jantung iskemic

c. Efusi pleural

d. Dispnea

4. Gastrointestinal

a. Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen

b. Obstruksi usus oleh efusi peritoneal

5. Renalis

a. Retensi air (volume plasma berkurang)

6. Sistem reproduksi

a. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa


menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi

b. Penurunan libido

c. Gangguan fertilitas

7. Metabolik

4
a. Penurunan metabolic basal.

b. Penurunan suhu tubuh.

c. Intoleran terhadap dingin

8. Sistem neurologi, emosi dan psikologi.

a. Fungsi intelektual lambat.

b. Berbicara lambat dan terbbata-bata

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan kadar T3 dan T4.

2. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi


peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun)

3. Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang


tepat tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul.

G. Komplikasi

Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme adalah:

1. Penyakit Hashimoto

Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak jaringan


tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH
akibat umpan balik negatif yang minimal.

2. Gondok Endemic

Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel
tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap
semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai
kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.

3. Karsinoma Tiroid

Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat penekan
TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi-
terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

5
4. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil,hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua
gejala.

H. Penatalaksanaan

1. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan
secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan
hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang
banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid
yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).

2. Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah,karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.

3. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti


hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor susunan
saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

2.2 Hipertiroidisme

A. Pengertian

Hipertiroid atau Hipertiroidesme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena
tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis
kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).

B. Tanda dan Gejala

Hipertiroid mempunyai tanda dan gejala yang bervariasi yaitu :

1. Banyak keringat

2. Tidak tahan panas

3. Sering BAB, kadang diare

6
4. Jari tangan gementar (tremor)

5. Nervus, tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung

6. Jantung berdebar cepat

7. Denyut nadi cepat, seringkali >100x/menit

8. Berat badan turun, meskipun banyak makan rasa capai

9. Otot lemas, terutama lengan atas dan paha

10. Rambut rontok

11. Haid menjadi tidak teratur

12. Bola mata menonjol dapat disertai dengan penglihatan ganda

13. Denyut nadi tidak teratur terutama pada usia diatas 60 th

14. Tekanan darah meningkat

15. Kulit halus dan tipis

16. Pikiran sukar konsentrasi

17. Kehamilan sering berakhir dengan keguguran

18. Terjadi perubahan pada mata bertambahnya pembentukan air mata, iritasi dan
peka terhadap cahaya

C. Etiologi

Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :

1. Penyakit Graves

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating. Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies
(TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB).

2. Toxic Nodular Goiter

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau

7
banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak
terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.

3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan

Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke
dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang
yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek
samping.

4. Produksi TSH yang Abnormal

Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga


merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.

5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)

Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian
keluar gejala hipertiroid.

6. Konsumsi Yoidum Berlebihan

Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya


timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

D. Manifestasi Klinik

Hipertiroid pada penyakit graves adalah akibat antibodi reseptor TSH yang
merangsng aktivitas tiroid, sedang pada goiter multimodular toksik berhubungan
dengan autonomi tiroid itu sendiri.

Perjalanan penyakit hipertiroid biaanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan sampai


beberapa tahun. Manifestasi klinis yang paling sering adalah penurunan berat badan,
kelelahan, tremor : gugup berkeringat banyak, tidak tahan panas, palpasi dan
pembesaran tiroid.

E. Patofisiologi

Hipertiroid dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang telah dijelaskan pada
etiologi, akan tetapi Hipertiroid pada penyakit graves adalah akibat antibodi reseptor
TSH yang merangsang aktivitas tiroid sedang. Pada goiter multimodular toksik

8
berhubungan dengan autonomi tirad itu sendiri. Ada pula hipertiroid sebagai akibat
peningkatan sekresi TSH dari hipofisis, namun jarang ditemukan. Hipertiroid pada T3
tiroto sikosis mungkin diakibatkan oleh delodinasi T4 pada tiroid atau meningkatnya
T3 pada jaringan di luar tiroid. Pada tirotoksikosis yang tidak disertai hipertiroid
seperti tiroiditis terjadi kebocoran hormonhormon. Masukan hormon tiroid dari luar
yang berlebihan dan terdapatnya jaringan tiroid ektopik dapat mengakibatkan
tirotoksikosis tanpa hipertiroid.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dilakukan adalah :

1. TSH serum (biasanya menurun)

2. T3, T4 (biasanya meningkat)

3. Test darah hormon tiroid

4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)

G. Komplikasi

Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid,
yang terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :

1. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan

2. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa

3. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)

4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan

H. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan hipertiroid adalah produksi hormon (obat anti tiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi sub total)

1. Obat antitiroid

Digunakan dengan indikasi :

a. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap


pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirrotoksikosis.

b. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau

9
sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.

c. Persiapan tiroidektomi

d. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia

e. Pasien dengan krisis tiroid

Obat antitiroid yang sering digunakan :

Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeriksaan (mg/hari)

Karbimatol 30 – 60 5 – 20

Metimazol 30 – 60 5 – 20

Propiltiourasil 300– 600 50 – 200

Obat-obatan ini umumnya diberikan sekitar 18 – 24 bulan. Pada pasien


hamil biasanya diberikan propil tiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu
200 mg/hari atau lebih lagi. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil
karena hanya sedikit sekali yang keluar dari air susu ibu, oasis yang dipakai
100-500 mg tiap 8 jam

2. Pengobatan dengan yodium radioaktif

Indikasi pengobatan dengan yodium radiaktif diberikan pada :

a. Pasien umur 35 tahun atau lebih

b. Hipertiroid yang kambuh sesudah di operasi

c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid

d. Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid

e. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

3. Operasi

Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroid. Indikasi operasi adalah :

a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat
antitiroid

b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis
besar

10
c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium
radioaktif.

d. Adenoma toksik atau strauma multinodular toksik

e. Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul

Sebelum operasi biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutitiroid


sampai eutiroid kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau
cairan lugol 10-14 tetes/ hari selama 10 hari sebelum dioperasi untuk
mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid.

4. Pengobatan tambahan

a. Sekat β-adrenergik

Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroid. Dosis
diberikan 40-200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut usia
diberik 10 mg/6 jam.

b. Yodium

Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi. Sesudah pengobatan


dengan yodium radiaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan pada dosis
100-300 mg/hari.

c. Ipodat

Ipodat kerjanya lebih cepat dan sangat baik digunakan pada keadaan akut
seperti krisis tiroid kerja (padat adalah menurunkan konversi T4 menjadi T3
diperifer, mengurangi sintesis hormon tiroid, serta mengurangi pengeluaran
hormon dari tiroid.

d. Litium

Litium mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas


keuntungannya dibandingkan dengan yodium. Litium dapat digunakan pada
pasien dengan krisis tiroid alergi terhadap yodium.

11
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Hipotiroidisme

A. Konsep Asuhan Keperawatan

A) Pengkajian

Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :

1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit
tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti

a. Pola makan

b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).

c. Pola aktivitas.

3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.

4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:

a. Sistem pulmonari

b. Sistem pencernaan

c. Sistem kardiovaslkuler

d. Sistem muskuloskeletal

e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis

f. Sistem reproduksi

g. Metabolik

5. Pemeriksaart fisik mencakup

a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema


sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah
kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur

12
tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.

b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun

c. Perbesaran jantung

d. Disritmia dan hipotensi

e. Parastesia dan reflek tendon menurun

6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan


lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien
sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana
konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.

7. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum;


pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada hipotiroid yang sekunder kadar TSH
dapat menurun atau normal).

B) Diagnosa

1. Intoleransi Aktifitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif.

2. Hipotermi b/d metabolisme

3. Konstipasi b/d Penurunan fungsi Gastrointestinal

4. Ketidakefektifan pola napas b/d depresi ventilasi

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d lambatnya laju


metabolisme tubuh.

C) Intervensi

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Intoleransi - Konservasi Terapi aktivitas :
1
Aktifitas b/d energi. a. Bantu klien untuk
kelelahan dan - Toleransi mengidentifikasi aktivitas
penurunan proses aktivitas. yang mampu dilakukan.
- Perawatan diri. b. Bantu untuk memilih
kognitif.
Kriteria hasil : aktivitas konsisten yang

13
a. Berpatisipasi sesuai dengan kemampuan
dalam aktivitas fisik, psikologi dan social
fisik. c. Bantu untuk
b. Mampu mengidentivikasi dan
melakukan mendapatkan sumber yang
aktivitas sehari – diperlukan untuk aktivitas
hari secara mandiri. yang diinginkan.
d. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai.
Hipotermi b/d - Termoregulasi. Pengaturan Suhu :
2
- Tanda – tanda a. Monitor suhu minimal tiap
metabolisme
vital. 2 jam.
Kriteria hasil : b. Tingkatkan intake cairan
a. Suhu tubuh dan nutrisi.
dalam rentang c. Selimuti pasien untuk
normal. mencegah hilangnya
b. Nadi dan kehangatan tubuh.
respirasi dalam Pemantauan tanda vital :
rentang normal. a. Monitor TD, nadi, suhu
dan respirasi.
b. Monitor suara parau dan
pola pernapasan
abnormal.
c. Monitor suhu, warna

dan kelembaban kulit.


Konstipasi b/d - Hidrasi. Manajemen konstipasi :
3
Penurunan fungsi - Defekasi. a. Monitor tanda dan gejala
Kriteria hasil : konstipasi.
Gastrointestinal
a. Mempertahankan b. Monitor feses : frekuensi,
bentuk feses konsistensi dan volume.
lunak setiap 1-3 Kolaborasi :
hari. a. Memberikan anjuran
b. Bebas dari pemakaian obat nyeri

14
ketidaknyamanan sebelum defekasi untuk
dan konstipasi. memfasilitasi pengeluaran
c. Mengidentifikasi feses tanpa nyeri.
indikasi untuk
mencegah
konstipasi.
d. Feses lunak dan
berbentuk.
Ketidakefektifan - Status respirasi : Manajemen jalan nafas :
4
pola napas b/d Ventilasi. a. Posisikan pasien untuk
depresi ventilasi - Status tanda – memaksimalkan ventilasi.
tanda vital. b. Berikan aroma terapi
Kriteria hasil : untuk melegakan jalan nafas.
a. Menunjukkan c. Monitor pola
jalan nafas yang pernapasan abnormal.
paten (klien tidak d. Monitor tanda – tanda
merasa tercekik, vital.
irama nafas,
frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal).
b. Tanda – tanda
vital dalam rentang
normal.
Ketidakseimbangan - Selera makan. Manajemen nutrisi :
5
nutrisi kurang dari - Status gizi. a. Membantu atau
kebutuhan tubuh - Pengukuran menyediakan asupan
b/d lambatnya laju biokimia. makanan dan cairan diet
metabolisme tubuh. Kriteria hasil : seimbang.
a. Tidak adanya b. Pemberian makanan dan
tanda– tanda asupan gizi untuk
malnutrisi mendukung proses metabolic

15
b. pasien yang malnutrisi atau
Mempertahankan beresiko tinggi terhadap
massa tubuh dan malnutrisi
berat badan dalam c. Membantu klien untuk
makan.
batas normal.
d. Analisa data pasien untuk
mencegah dan
meminimalkan kurang gizi.
Manajemen/Pemantauan
cairan/elektrolit :
a. Analisa data pasien untuk
mengatur keseimbangan
cairan/elektrolit.
b. Mengatur dan mencegah
komplikasi akibat perubahan
kadar cairan dan elektrolik.

B. Contoh Kasus

A) Pengkajian

1. Identitas klien

Nama : Ny.S

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Surabaya

16
No. RM : 1201008

Tanggal masuk RS : Selasa, 3 Oktober 2017

2. Identitas Penanggung jawab

Nama : Tn. Y

Umur : 37 tahun

Jenis kelamin : Laki – Laki

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Surabaya

Hubungan : Suami Pasien

3. Kasus

Ny.S umur 35 tahun datang ke UGD diantar keluarga dengan kendaraan


pribadi pada pukul 15.00, dalam kondisi kesadaran baik. Pasien mengatakan
sesak nafas, pasien mengatakan seperti terasa ada Pembengkakan dan rasa
nyeri pada leher, Sulit menelan sehingga tidak nafsu makan, suara parau,
pasien mengatakan merasa capek/lelah, terlihat kuku menebal, Kulit kering,
pecah-pecah. pasien mengatakan keluarganya tidak mempunyai riwayat
penyakit yang sama. TD : 110/80 mmHg, RR : 28 x/ mnt, HR : 90x/mnt, T :
36.9°C. BB sebelum sakit : 50, BB selama sakit : 45, TB : 155

4. Keluhan Utama

Pasien mengatakan sesak nafas, ada Pembengkakan dan rasa nyeri pada leher,
Sulit menelan, tidak nafsu makan dan suara parau, kuku menbal, kulit kering
dan pecah-pecah.

5. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien datang diantar oleh suaminya pada tanggal 3 oktober 2017 di Rumah
Sakit dengan keluhan Sesak nafas, terasa ada pembengkakan dan rasa nyeri
pada leher, Sulit menelan sehingga membuat klien tidak nafsu makan serta
suara parau. Untuk mengatasi sakitnya klien tidak berani minum obat-obatan,
klien hanya mengatur posisi agr tidak semakin sesak dan minum air putih

17
hangat sebelum diantar ke rumah sakit oleh suaminya. Suaminya mengatakan
bahwasanya klien dulu pernah sakit pada lehernya dan berobat serta
mendapatkan obat, setelah itu sembuh dan klien tidak mengira bahwa
penyakitnya akan kambuh dan semakin parah. Hingga akhirnya klien takut
dan meminta suami untuk mengantar ke rumah sakit

6. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan pernah melakukan pengobatan 2 tahun lalu dengan


keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.

7. Riwayat Kesehataan Keluaarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau


menderita penyakit yang sama dengan klien dan tidak mengalami penyakit
keturunan.

8. Kebiasaan hidup sehari-hari :

a. Pola makan

Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, klien tidak suka


makanan asin dan nafsu makan menurun

b. Pola tidur

Pasien sering tidur larut malam/lembur untuk pekerjannya di pasar


keesokan harinya.

c. Pola aktivitas

Pasien terlalu memforsir pekerjaan berharap pekerjaan cepat segera


terselesaikan sehingga sering mengeluh kelelahan

9. Pemeriksaan fisik :

a. Sistem intergument : kulit kering dan pecah-pecah, pertumbuhan kuku


buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan
pertumbuhannya rontok.

b. Sistem pulmonary : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia

c. Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung,


toleransi terhadap aktifitas menurun.

18
d. Metabolik : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.

e. Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang


melambat.

f. Sistem neurologi : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan


terbata-bata, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan
refleks tendom.

g. Gastrointestinal : anoreksia, obstipasi, distensi abdomen.

h. Psikologis dan emosional : Depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya


diri.

10. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4

b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi


peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal)

c. Pemeriksaan USG :

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang


ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul h.

B) Analisa Data

NO Hari/Tanggal Data Fokus Problem Etiologi


Selasa, 3 DS : Ketidakefektifaan Penurunan
1
oktober 2017 -Pasien mengatakan pola nafas tenaga/
sesak nafas kelelahan,
-Pembengkakan dan ekspansi paru
rasa nyeri pada leher yang
-bradikardi,disritmia, menurun,
pembesaran jantung dispnea
DO :
- Pasien terlihat
sesak nafas, dan

19
suara parau
- Jalan nafas tidak
efektif
- RR : 28x/menit
DS : Perubahan nutrisi Penurunan
2 Selasa, 3
-Sulit menelan kurang dari kebutuhan
oktober 2017
-Pembengkakan dan kebutuhan tubuh. metabolisme,
rasa nyeri pada leher, dan napsu
-Pasien mengatakan makan
mengkonsumsi
yang
makanan
menurun.
yang kadar
yodiumnya
rendah, dan nafsu
makan
menurun, tidak suka
makanan asinan
Do :
-Pasien nampak
gelisah
-Pasien tidak nafsu
makan
-IMT sebelum sakit
IMT = 50 : (155) ² m
50 : 2,5 m = 22,2
-IMT selama sakit
IMT = 45 : 2,5 m =
18
DS : kelemahan
3 Selasa, 3 Intoleran
-Pasien mengatakan umum
oktober 2017 aktivitas
capek/lelah (penyakit
-Pasien mengatakan
hipotiroid)
intoleran terhadap
dingin

20
-Pasien mengatakan
nyeri pada otot
DO :
- Klien kelihatan
lemas
-Aktifitasnya di
bantu keluarga

C) Diagnosa

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan penurunan tenaga/ kelelahan,


ekspansi paru yang menurun, dispnea.

RR : 28x/menit

Data yang didapat : hipoventilasi, dispenia, efusi pleural

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan penurunan


kebutuhan metabolisme, dan nafsu makan yang menurun, dan pasien kesulitan
untuk menelan.

Data yang didapat : anoreksia, obtipasi, distensi abdomen, kulit kering dan
pecah-pecah, pertumbuhan kuku buruk, serta kuku menebal.

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (penyakit


hipotiroidisme)

D) Intervensi

NO Tujuan (NOC) Tindakan (NIC) TTD


Setelah dilakukan tindakan NIC 1: Manajemen Jalan
1 NHM
keperawatan selama 3x24 Napas
jam masalah Ketidak -Pantau tanda – tanda vital
efektifan Pola Nafas teratasi pasien setiap 4 jam
dengan KH: NOC 4 : Status -Anjurkan pasien untuk posisi
Pernapasan yang lebih nyaman,
-pasien mengatakaan sesak misalnya :posisi semifowler
nafasnya berkurang (Peninggian kepala tempat
- terapi O2 pasien sudah tidur, posisi setengah duduk)

21
menurun - Pasang alat bantu pernafasan
-Berikan terapi O2 : 5 liter
O2 : 5 liter menjadi 3 liter
-Kolaborasi dengan tim medis
untuk terapi obat
Setelah dilakukan tindakan NIC : Bantuan perawatan-Diri :
2 NHM
keperawatan selama 3x24 jam Makan
masalah Nutrisi Kurang dari -Bantu pasien untuk mencoba
Kebutuhan teratasi dengan menelan makanan
KH: - Berikan pasien makanan yang
NOC 3 : Status Gizi mudah di telan/di cerna
-Pasien mengatakan sudah - Lakukan pemeriksaan TTV
bisa menelan dan tidak sakit NIC : Pemantauan Nutrisi
-Pasien tidak menggunakan -Berikan makanan pasien yang
alat bantu makan (NGT) mudah di cerna
NOC 4 : Status Gizi : Asupan -Pemeriksaan USG
makanan dan cairan Pemeriksaan ini bertujuan
- Pasien mengatakan nafsu untuk memberikan informasi
untuk makan yang tepat tentang ukuran dan
- Pasien nampak bentuk kelenjar tiroid dan
menghabiskan 1 porsi makan nodul h.
-Jika sudah tidak dapat
siangnya
menelan Pasang NGT pada
pasien
-Berikan terapi infus RL untuk
menjaga keseimbangan cairan
elektrolit pasien
-Ajarkan keluarga untuk
memeberi makan lewat NGT
-Kolaborasi dengan dokter
tentang diit yang cocok untuk
pasien
-Kolaborasikan dengan ahli
gizi tetntang makanan pasien
Setelah dilakukan tindakan NIC 1 : Manajemen energi
3 NHM

22
keperawatan selama 3x24 -Ajarkan pasien untuk
Jam masalah Intoleransi beraktivitas secara bertahap
Aktivitasteratasi dengan KH: -Anjurkan pasien untuk makan
NOC 1 : perawatan diri : terlebih dahulu saat akan
Aktifitas kehidupan beraktivitas
seharihari -Monitor TTV
-Pasien mengatakan aktifitas -Kolaborasikan dengan tim
sehari – sudah tidak di bantu medis lain untuk terapi pasien
keluarga NIC 9 : Bantuan Perawatan-
NOC 1 : Toleransi Aktifitas Diri
-Ajarkan pasien untuk
-Pasien mengatakan sudah
melakukan aktivitas sehari-hari
tidak sesak saat beraktifitas
sendiri

E) Implementasi

NO Hari/ Tindakan Respon TTD


Tanggal/
Jam
Selasa, 3 TTV DS : pasien
1 NHM
Oktober mengatakan mau di
2017 TTV
08.00 DO : TD : 110/80
mmHg, RR : 28 x/ m,
HR : 90x/m, T :
36.9°C

09.00 Berikan terapi O2 DS : pasien


mengatakansesak
nafas
DO : terlihat pasien
menggunakan alat
bantu pernafasan
O2 : 5 liter

23
09.50 Bantu pasien untuk DS : pasien
mencoba menelan mengatakan sulit
makanan menelan
DO : terlihat pasien
menahan rasa
sakit di leher

DS : Pasien
10.30 Ajarkan pasien untuk
mengatakancepat
beraktivitas secara
lelah jika beraktifitas
bertahap
DO : Klien kelihatan
lelah,lemas, dan
mengatakan nyeri
pada ototnya

DS : pasien
11.15 Anjurkan pasien untuk
mengatakan
posisi yang lebih
peninggian kepala
nyaman,
tempat tidur membuat
misalnya : posisi
lebih mudah untuk
semifowler (Peninggian
benapas.
kepala tempat tidur,
DO : terlihat pasien
posisi setengah duduk)
lebih nyaman

DS : pasien
11.50 Pasang NGT pada pasien
mengatakansulit
menelan dan sulit
untuk makan
DO : terlihat
pasienterpasang NGT

DS : -
Kolaborasikan dengan

24
12.50 tim medis lain DO : Pemeriksaan
Lakukan pemeriksaan TSH (pada klien
dengan hipotiroidisme
laboratorium
primer akan terjadi
peningkatan TSH
serum, sedangkan
pada yang sekunder
kadar
TSH dapat menurun
atau normal) :
Kadar TSH pada
pasien tersebut

yaitu <0 i="" ml="">


Rabu, 4 TTV DS : pasien
2 NHM
Oktober mengatakan mau di
2017 TTV
14.00 DO : TD : 120/80
mmHg, RR : 28 x/ m,
HR : 85 x/m, T : 37°C

DS : Pasien
14.30 Pantai terapi O2 mengatakansesak
nafasnya sudah
mendingan
DO : terapi O2 di
turunkan menjadi : 3
liter

17.00 Berikan makanan pasien DS : -


yang mudah di cerna DO : -
(susu)
DS : -
18.10 Anjurkan pasien untuk DO : terlihat pasien

25
makan terlebih dahulu melakukan
saat akan beraktivitas aktivitasnya sendiri
Kamis, 5 TTV DS : pasien
3 NHM
Oktober mengatakan mau di
2017 TTV
08.00 DO : TD : 120/90
mmHg, RR : 18 x/ m,
HR : 74 x/m, T :
37,2°C

10.00 Memantau pola nafas DS : pasien


pasien mengatakansesak
nafasnya sudah
mendingan
DO : terlihat pasien
tidak menggunakan
alat bantu pernafasan

DS : -
11.30 Mengajarkan keluarga
DO : keluarga pasien
pasien untuk
faham yang di ajarkan
memberikan makan
perawat
melalui NGT

Ds : -
13.30 Ajarkan pasien untuk
DO : terlihat aktivitas
melakukan aktivitas
pasien sudah
sehari-harinya sendiri
tidak di bantu oleh
perawat dan keluarga

F) Evaluasi

Hari/ NOs DP Respon TTD


Tanggal
1 S : pasien mengatakan masih sesak nafas
Jumat, 6 NHM

26
O : terapi O2 : 5 liter
Oktober
A : Masalah teratasi sebagian.
2017
P : Lanjutkan intervensi 1
NIC : Manajemen Jalan Nafas
(terapi O2 : 5 liter)

S : Pasien mengatakan sulit untuk menelan


2
O : Pasien terlihat menggunakan alat bantu
makan (NGT)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
NIC : Pemantauan Nutrisi
(ajarkan kepada keluarga cara memberi makan
melalui NGT)

S : Pasien mengatakan belum bisa melakukan


aktivitas sendiri
3
O : terlihat klien masih terpasang NGT
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1
NIC : Bantuan perawatan-Diri
1 S : Pasien mengatakan masih agak sesak nafas
Sabtu, 7 NHM
O : terapi O2 di turunkan menjadi : 3 liter
oktober
A : Masalah teratasi sebagian
2017
P : Lanjutkan intervensi
NIC : Manajemen jaalan nafas

S : pasien mengatakkan masih sakit jika di


2 pakai untuk menelan
O : keluarga pasien memberikan makan melalui
selang NGT
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan Intervensi

27
S : Pasien mengatakan belum bisa melakukan
3
aktivitas sendiri
O : terlihat klien masih terpasang NGT
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi.
1 S : Pasien mengatakan sudah bernafas normal
Minggu, NHM
O : RR : 20x/menit
8
A : masalah teratasi sebagian.
Oktober
P : Lanjutkan Intervensi
2017

S : Pasien mengatakan sudah tidak sakit jika di


2
gunakan untuk menelan
O : terlihat pasien sudah tidak terpasang NGT.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi

S : Pasien mengatakan sudah bisa melakukan


3
aktivitas sehari-hari sendiri
O : Pasien terlihat sudah tidak terpasang NGT
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi.

3.2 Hipertiroidisme

A. Konsep Asuhan Keperawatan

A) Pengkajian

1. Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan metabolisme yang


meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan keluarga mengenai keadaan
klien yang mudah tersinggung (irritabel) dan peningkatan reaksi
emosionalnya.

2. Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan keluarga,

28
sahabat dan teman sekerjanya.

3. Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres dan
kemampuan klie unruk mengatasinya.

4. Kaji status nutris

5. Kaji timbulnya gejala yang b.d haluaran sistem saraf yang berlebihan dan
perubahan pada penglihatan dan penampakkan mata.

6. Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,, tekanan darah,
bunyi jantung, dan denyut nadi perifer.

7. Kaji kondisi emosional dan psikologis.

8. Pengkajian klien juga ditujukan untuk mendeteksi iritabilitas, ansietas,


gangguan tidur, apati, dan letargi.

B) Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid
adalah sebagai berikut:

1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung.

2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan


kebutuhan energi.

3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan penurunan berat badan).

4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan


perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.

5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

C) Intervensi

29
Perencanaan keperawatan merukan suatu proses penyususnan bebrabagia
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah klien. Adapun proses perencanaan keperawatan
pada klien dengan hipertiroid adalah:

1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung.

Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai


dengankebutuhan tubuh.

Kriteria hasil:

a. Nadi perifer dapat teraba normal

b. Vital sign dalam batas normal.

c. Pengisian kapiler normal

d. Status mental baik

e. Tidak ada disritmia


Intervensi:

a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan.

b. Perhatikan besarnya tekanan nadi

c. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan


pasien.

d. Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
krekels)

e. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi
lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi

2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan


kebutuhan energi.

Tujuan : Kelelahan tidak terjadi

30
Kriteria hasil : menetapkan secara verbal tentang tingkat energi peka rangsang
dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.

Intervensi:

a. Pantau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat
melakukan aktivitas.

b. Catat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis

c. Berikan/ciptakan lingkungan yang terang

d. Sarankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan


aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak-banyaknya
jika memungkinkan

e. Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/


massase, bedak sejuk.

f. Berikan obat sesuai indikasi : sedatif (fenobarbital/luminal),transquilizer


misal klordiazepoxsida (librium).

3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan penurunan berat badan).

Tujuan : Penurunan nutrisi tidak terjadi.

Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium
normal dan terbebas dari tanda-tanda malutrisi.

Intervensi:

a. Auskultasi bising usus

b. Catat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen


mual muntah.

c. Pantau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari
serta laporkan adanya penurunan berat badan

d. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi
protein, karbohidrat dan vitamin

31
e. Berikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks.

4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan


perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.

Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi

Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari


ulkus dan mampu mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan
pada mata

Intervensi:

a. Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan


penutupan kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata
yang berlebihan.

b. Catat adanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada
mata

c. Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau


pandangan ganda (diplopia)

d. Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika
ada indikasi

e. Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika


memungkinkan.

f. Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa,


ACTH, prednison, obat anti tiroid, diuretik.

g. Siapkan pembedahan sesuai indikasi

5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.

Tujuan : Ansietas tidak terjadi.

Kriteria hasil : Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.


Klien mampu mengidentifikasi cara hidup sehat

Intervensi:

32
a. Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas.

b. Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi,


insomnia.

c. Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang

d. Terangkan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai


dengan perkembangan terapi obat.

e. Berikan obat ansietas (transquilizer,sedatif) dan pantau efeknya.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan


Kriteria : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

Intervensi :

a. Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depanberdasarkan


informasi

b. Berikan informasi yang tepat

c. Identifikasi sumber stress

d. Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat

e. Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid

D) Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan


dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.

Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja


aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan

33
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).

E) Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat ,2004).

Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang


disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi
tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan
dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan,
nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan
standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).

B. Contoh Kasus

A) Pengkajian

Klien berinisial Tn. P, berusia 41 tahun, status perkawinan menikah, agama


kristen, suku bangsa Batak, pendidikan terakhir SMK, pekerjaan wiraswasta,
alamat klien di Sebuku, klien masuk rumah sakit tanggal 26 juni 2015 pada jam
14.00 WITA dan dirawat di ruang Anggrek B dengan nomor register 23.xx.xx
dengan diagnosa medis Hipertiroidisme.

1. Keluhan utama : Klien mengatakan lemas

a. Saat masuk

Pada tanggal 26 juni 2015 klien masuk rumah sakit dengan keluhan lemas.
Sebelum klien berada di RSUD Tarakan, klien berada di Bandara Udara
Juata Tarakan, klien berencana akan berangkat ke Jakarta untuk
melakukan pemeriksaaan di RS Cipto Jakarta. Setibanya klien di bandara,
kondisi kesehatan klien menurun hingga klien tidak dapat bangun/berdiri.
Sehingga pihak dari bandara tidak mengizinkan klien untuk berangkat ke

34
Jakarta. Saat itu juga, klien langsung dibawah ke IGD RSUD Tarakan
untuk mendapatkan pelayanan intensif.

b. Saat mengkaji

Klien mengatakan mengeluh lemas

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan penyakit yang dideritanya saat ini ialah


hipertiroidisme. Klien mengetahui penyakitnya ini baru beberapa hari,
tepatnya pada tanggal 30 juni 2015, setelah klien dilakukan pemeriksaan darah
dan hasil dari pemeriksaan tes darah tersebut dokter yang menangani klien
mendiagnosa klien dengan hipertiroidisme.

Pada tanggal 4 Juli 2015 klien mengatakan mengeluh lemas, klien


mengatakan yang memperberat keluhan ialah ketika klien berjalan seperti ke
kamar mandi atau beraktivitas yang lama, dan yang memperingan keluhan
ialah ketika klien beristirahat/berbaring. Klien mengatakan gejala yang
dirasakan seperti terasa lumpuh tidak kuat karna lemas, tetapi klien
mengatakan dapat melakukan aktivitas seperti duduk di tempat tidur dan pergi
ke kamar mandi sendiri. Klien mengatakan terasa lemas di bagian kedua
kakinya ketika berjalan. Klien mengatakan lamanya keluhan hanya saat klien
beraktiftas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serius pada masa


kanak-kanak. Klien juga mengatakan tidak dapat mengingat pemberian
imunisasinya. Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan maupun
obat-obatan. Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di beberapa rumah
sakit dengan gastritis kronis. Terakhir klien dirawat di RS selama > 2 bulan,
dan selama itu klien tidak dianjurkan untuk makan-makanan yang keras-keras
(mis, nasi). Selama 2 bulan tersebut klien tidak bernafsu untuk makan karena
klien mual-muntah, bahkan ketika mencium wangi-wangian pun klien merasa
mual- muntah. Klien pun mengalami penurunan berat badan sebanyak 25 kg
sejak 2 bulan yang lalu.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

35
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama dengan klien. Didalam anggota keluarga klien juga tidak
ada yang mengalami alergi dan tidak ada di dalam anggota keluraga yang
mengalami penyakit menular.

5. Genogram

6. Data Psiko-Sosial Ekonomi

a. Sebelum Sakit

Klien mengatakan berperan sebagai kepala keluarga di dalam anggota


keluarganya dan klien bekerja sebagai montir bengkel. Klien juga
mengatakan teman dekatnya ialah keluarga, istri dan anaknya. Klien pun
mempercayai keluarganya untuk membantu klien jika dalam kesulitan.
Klien juga mengatakan biasa mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan
oleh masyarakat tempat tinggalnya.

b. Saat Sakit

Klien mengatakan berperan sebagai ayah, akan tetapi klien tidak dapat
memenuhi tugasnya sebagai kepala keluarga karena keadaan klien yang
saat ini terbaring lemas di rumah sakit. Klien mengatakakan berharap
dapat sembuh dari penyakitnya ini, klien juga mengatakan merasa berubah
dengan keadaannya ini karena mengalami penurunan berat badan 25 kg
selama 2 bulan terakhir ini. Kline juga emosinya labil, tampak stres, dan
waspada. Klien merasa tak berdaya dengan keadaan saat ini, klien
menyerahkan semuanya kepada tuhan.

36
7. Data Spiritual

a. Sebelum sakit

Klien mengatakan yakin dengan agama yang dianutnya ialah agama


Kristen. Klien juga mengatakan rutin untuk beribadah.

b. Saat sakit

Klien mengatakan yakin dengan agama yang dianutnya ialah Kristen.


Selama sakit klien jarang untuk pergi beribadah bersama keluarga, klien
tidak mampu untuk melakukan kegiata tersebut karena penyakit klien
tersebut.

8. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi (Makan-Minum)

1) Sebelum Sakit

Klien mengatakan selera makan klien meningkat, menu makan klien


pun beragam, klien dapat makan semua jenis makanan dan tidak
adamakanan pantangan. Sehari klien bisa makan 3 kali. Klien juga
mengatakan tidak ada pembatasan pola makan. Klien mengatakan
minum air putih. Klien mengatakan dalam sehari dapat menghabiskan
2 botol aqua berukuran besar. Kebutuhan klien minum dengan
membeli air galon isi ulang. Klien juga mengatakan tidak ada
mengalami kesulitan saat makan dan minum seperti sakit saat menelan
atau sulit untuk makan.

2) Saat Sakit

Klien mengatakan selera makan klien meningkat. Klien mengatakan


pernah dirawat selama 2 bulan di RS, selama dirawat klien dianjurkan
untuk tidak memakan-makanan yang sulit untuk dicerna seperti nasi.
Klien dianjurkan untuk makan-makanan yang mudah dicerna seperti
pepaya, pisang, dll. Klien mengatakan selama di rawat tersebut klien
tidak mempunyai selera makan karena klien merasa mual-muntah 3-4
kali sehari, klien juga mendapatkan pembatasan pola makan. Selama
dirawat di RSUD Tarakan, sudah 4 hari ini klien mengatakan selera

37
makan klien meningkat, klien dapat makan 3 kali sehari dengan
makanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Klien mengatakan
pada hari ini klien baru bisa menghabiskan porsi makannya. Klien
mengatakan minum air putih, dalam sehari klien dapat menghabiskan
air putih sebanyak 2 botol aqua besar.

b. Eliminasi

1) Sebelum Sakit

Klien mengatakan BAB di WC/kamar mandi. Klien mengatakan BAB


1-2 kali sehari, konsistensi lunak, baunya khas, warna kuning. Klien
juga mengatakan tidak ada mengalami kesulitan saat BAB. Klien
mengatakan BAK bisa 3-4 kali sehari. Klien mengatakan tidak ada
mengalami kesulitan saat BAK.

2) Saat Sakit

Klien mengatakan belum BAB selama 4 hari ini. Klien mengatakan


BAK bisa 3-4 kali sehari. Klien mengatakan tidak ada mengalami
keluhan saat BAB atau BAK, klien juga tidak ada menggunakan obat
pencahar.

c. Istirahat dan Tidur

1) Sebelum Sakit

Klien mengatakan pola istirahat dan tidur klien teratur. Di siang hari
klien dapat tidur kurang lebih 2 jam dan malam hari kurang lebih 8
jam. Klien juga mengatakan saat tidur tidak sering terbangun secara
tiba-tiba. Klien juga mengatakan tidak ada kesulitan saat tidur dan
tidak menggunakan obat tidur.

2) Saat Sakit

Klien mengatakan pola tidur klien terganggu. Saat sakit klien tidak
dapat tidur di malam hari. Saat dirumah klien mengatakan tidak dapat
tidur karena klien berkeringat terus menerus walaupun sudah
menggunakan kipas angin. Saat klien di rumah sakit klien juga
mengatakan tidak dapat tidur. Klien mengatakan walaupun tidur itu

38
biasanya saat subuh dan tidurnya 2-3 jam saja.

d. Aktivitas dan gerak

1) Sebelum Sakit

Klien megatakan dapat mengambil makan dan minum sendiri, klien


dapat mandi, BAB/BAK, berpakaian, berpindah dari tempat tidur, dan
melakukan rutinitas dengan sendiri tanpa dibantu dengan orang lain.
Akan tetapi klien mengatakan jika terlalu lama beraktifitas, klien
merasa mudah lelah dan dada klien terasa berdebar-debar.

2) Saat Sakit

Klien mengatakan saat sakit, klien dapat makan dan minum sendiri.
Klien mengatakan saat berada dirumah jika ingin mandi, klien dibantu
sama orang lain, dan saat di RS klien dibantu dan dimandikan di atas
tempat tidur. Klien juga mengatakan jika ingin BAB/BAK klien dapat
melakukannya sendiri, akan tetapi klien biasa dibantu pergi ke kamar
mandinya. Klien dapat bepindah dari tempat tidur seperti berganti
posisi terlentang ke posisi duduk di tempat tidur. Klien juga
mengatakan jika berlama-lama melakukan aktivitas seperti ke kamar
mandi, klien merasa kelelahan.

e. Personal Hiegine

1) Sebelum Sakit

Klien mengatakan dapat mandi sendiri, klien mandi 2 kali sehari, klien
juga mencuci rambutnya 2 kali sehari dan menggosok gigi 2 kali
sehari. Klien juga mengatakan menggunting kuku biasanya 1 kali
seminggu

2) Saat Sakit

Klien mengatakan selama di rawat di rumah sakit belum pernah mandi


dan mencuci rambutnya. Tetapi klien mengatakan baru sekali di
mandikan di atas tempat tidur oleh perawat diruangan dimana klien
dirawat. Karena klien belum pernah mandi klien kusam dan kulit klien
teraba berminyak dan basah. Rambut klien berantakan dan tidak tertata

39
rapi, rambut klien terlihat berminyak dan halus/lembut.

B) Analisa Data

1. Data I

a. Data Subjektif :

Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit selama 2 bulan dengan


gastritis kronis, dan klien tidak dianjurkan untuk makan-makanan yang keras
seperti nasi. Klien mengtakan merasa mual-muntah. Klien mengatakan bahkan
mencium wangi-wangian merasa mual-muntah. Klien mengatakan mengalami
penurunan berat bada sebanyak 25 kg selama 2 bulan. Klien mengatakan
selama di RSUD Tarakan selera makan klien meningkat

b. Objektif :

Antropometri : tinggi badan 174 cm, berat badan 60 kg, IMT 18.Massa otot
atropi. Hemoglobin 13.5 g/dl. Diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) Lila
20 cm

c. Etiologi : Status hipermetabolik

d. Masalah : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

2. Data II

a. Data Subjektif :

Klien mengatakan lemas. Klien mengatakan keluhan bertambah berat saat


klien beraktifitas seperti ke kamar mandi. Klien mengatakan keluhan
berkurang saat saat klien beristirahat/berbaring. Klien mengatakan keluhan
klien terasa seperti lumpuh. Klien mengatakan dapat duduk di tempat tidur dan
pergi ke kamar mandi sendiri. Klien mengatakan terasa lemas di kedua
kakinya ketika berjalan. Klien mengatakan lamanya keluhan ketika klien
beraktifitas. Klien mengatakan dibantu untuk mandi ditempat tidur. Klien
mengeluh dada berdebar-debar ketika beraktivitas

b. Objektif :

Klien gelisah. Klien bergerak lambat dan pelan. Klien terengah-engah ketika
beraktivitas. Kekuatan otot ekstremitas atas 5 dan bawah 4

40
c. Etiologi : Beban kerja jantung meningkat; Kelelahan

d. Masalah : Intoleransi Aktivitas

C) Diagnosa

1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan proses penyakit:


iskemia; status hipermetabolik.

2. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual-


muntah, asupan cairan yang berlebihan.

D) Intervensi

1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan proses penyakit:


iskemia; status hipermetabolik.

a. Tujuan : Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 3x24 jam,


diharapkan klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat

b. Kriteria hasil :

Tanda-tanda vitas stabil : Tekanan darah sistol 120-140; nadi 60-100


kali/menit; pernapasan 16-24 kali/menit. Irama jantung teratur. CRT < 2
detik. Denyut nadi perifer teraba teratur dan kuat. Tidak ada tanda sianosis

c. Intervensi :

Pantau tekanan darah pada posisi berbaring dan duduk, jika


memungkinkan. Pantau denyut perifer, pengisian ulang kapiler, dan suhu
serta warna ekstremitas.Auskultasi bunyi jantung, perhatikan adanya bunyi
jantung tambahan seperti irama gallop atau murmur. Lakukan pemeriksaan
rekam jantung. Anjurkan untuk tirah baring dan batasi aktivitas.
Penatalaksanaan dalam pemberian cairan IV sesuai indikasi.
Penatalaksanaan pemberian antisteroid, PTU, omeprazole, ondansentron

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


status hipermetabolik.

a. Tujuan : Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 3x24 jam


diharapkan klien klien dapat menunjukkan peningkatan gizi

b. Kriteria hasil :

41
Klien mengungkapkan secara verbal mengalami peningkatan selera
makan. Klien mengungkapkan secara verbal menghabiskan porsi
makannya. Melaporkan tingkat tingkat energi. Hemoglobin 14-18 g/dl
IMT > 18.5

c. Intervensi : Pantau nilai laboratorium hemoglobin. Pantau pemasukan


makan tiap jam makan. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan
nutrisi. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan
pasien. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan nafsu
makan. Timbang berat badan tiap minggu Penatalaksanaan pemberian obat
anti mual: antasida

E) Implementasi

1. Diagnosa Keperawatan : Resiko penurunan curah jantung

Pukul 11.30 WITA

a. Memantau tekanan darah

Evaluasi proses :

Subjektif : - Objektif : Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 64 kali/menit,


pernapasan 20 kali /menit, suhu 36oC.

b. Memantau denyut perifer, pengisian ulang kapiler, dan suhu serta warna
ekstremitas.

Evaluasi proses :

Subjektif : - Objektif : CRT 2 detik, warna ekstremitas kecoklatan

c. Mengauskultasi bunyi jantung

Evaluasi proses :

Subjektif : - Objektif : Bunyi jantung lup dup

d. Menganjurkan untuk tirah baring dan batasi aktivitas

Evaluasi proses :

Subjektif : Klien mengatakan beristirahat

Objektif : -

42
Pukul 15.00 WITA

a. Penatalaksanaan dalam pemberian antisteroid, PTU, omeprazole,


ondansentron

Evaluasi proses :

Subjektif : Objektif : klien diberikan injeksi ondansetron 4 mg. Obat oral


omeprazole dan PTU
Pukul 16.00 WITA

a. Memantau tekanan darah

Evaluasi proses : Subjektif : klien mengatakan tidak merasa sesak


Objektif : Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 60 kali/menit, pernapasan 20
kali/menit

2. Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh

Pukul 16.10 WITA

a. Memantau nilai laboratorium khususnya transferin, albumin, dan elektrolit

Evaluasi proses :

Subjekti : - Objektif : Nilai kalium 3.28 pmol/l. Nilai natrium 128.1 pmol/l

b. Memantau pemasukan makan tiap jam makan

Evaluasi proses :

Subjektif : Klien mengatakan menghabiskan porsi makanan yang diberikan


Objektif : Klien menghabiskan porsi makannya
Pukul 15.00 WITA

a. Kolaborasi pemberian obat anti mual: antasida

Evaluasi proses :

Subjektif : klien mengatakan telah meminum obatnya

Objektif : klien meminun obatnya

F) Evaluasi

43
1. Diagnosa keperawatan : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
proses pemyakit: infark; status hipermetabolik

Tanggal 6 Juli 2015, pukul 17.00 WITA

S : Klien mengatakan jika klien beristirahat

O : Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 64 kali/menit, pernapasan 20


kali/menit CRT 2 detik. Denyut nadi perifer teraba kuat dan teratur. Tidak ada
tanda-tanda sianosis

A : Resiko penurunan curah jantung teratasi

P : Intervensi dipertahankan

2. Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik

Tanggal 6 Juli 2015, pukul 17.10 WITA

S : Klien mengatakan mengalami peningkatan selera makan. Klien


mengatakan menghabiskan porsi makan yang diberikan rumah sakit. Klien
mengatakan tidak ada mengalami peningkatan energi

O : Hemoglobin 13.5 g/dl IMT 18

A : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

a. Pantau nilai laboratorium

b. Kolaborasi pemberian obat anti mual

44
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise
posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

Penyakit yang disebabkan oleh system endokrin ini diantaranya adalah hipotiroidisme
dan hiper tiroidisme. Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi
hormon tiroid yang rendah. Sedangkan hipertiroid atau hipertiroidesme adalah suatu
keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tiroid yang terlalu aktif.

4.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah dan konsep asuhan keperawatan gangguan endokrin ini
diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang
cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin
hipotiroid dan hipertiroid.

45
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic Noc edisi revisi Jilid
1 tahun 2013.

Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic Noc edisi revisi Jilid
2 tahun 2013.

Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi tahun 2012-1014.

46

Anda mungkin juga menyukai