Disusun :
PSIK 5B
Tahun 2021
1
Latar Belakang
2
memperkirakan setidaknya pandemi ini akan menghantam sistem pelayanan kesehatan Indonesia
dalam empat gelombang besar.
Gelombang pertama
Gelombang kesakitan dan kematian akibat Covid-19 adalah gelombang pertama.Di Indonesia,
gelombang ini dimulai pada awal Maret dengan temuan dua kasus positif. Hingga 13 Juli
2020 kasus telah tumbuh menjadi 76.981 kasus dengan 3.656 kasus kematian.Gelombang
pertama ini diperkirakan masih akan menghantam sistem pelayanan kesehatan dalam jangka
waktu yang lama. Terlebih adanya temuan studi terbaru yang menyatakan bahwa seseorang
“berpotensi” untuk dapat tertular virus corona berkali-kali.
Gelombang kedua
Bermula pada April, ketika Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan agar rumah
sakit mengurangi layanan praktik rutin kecuali dalam kondisi gawat darurat. Pada saat yang sama
masyarakat juga membatasi kunjungan ke rumah sakit karena takut tertular Covid-19. Kebijakan
dan fenomena ini mengakibatkan penurunan signifikan jumlah pasien yang berobat ke rumah
sakit dan akibatnya pendapatan rumah sakit anjlok. Menurunnya pendapatan terasa semakin
berat, karena pada saat yang bersamaan pengeluaran rumah sakit justru meningkat. Rumah sakit
harus melengkapi sarana prasarana dan peralatan untuk menghadapi serangan pandemi yang
terus meningkat. Pemerintah Jawa Timur bahkan sempat kehabisan anggaran untuk membiayai
operasional rumah sakit khusus pasien Covid-19 akibat besarnya pengeluaran menghadapi
pandemi. Biaya rata-rata perawatan per pasien Covid-19 adalah Rp50 juta. Beberapa rumah sakit
mulai melakukan efisiensi dengan merumahkan karyawan. RS Islam Faisal di Kota
Makassar memberhentikan sementara 157 pegawainya karena kunjungan turun signifikan sekitar
80-90%. Selanjutnya 80 tenaga sukarela di RSUD Lasinrang Pinrang juga terpaksa
dirumahkan karena jumlah pasien berkurang hingga 70% dibanding situasi nornal.Perusahaan
rumah sakit besar nasional juga merasakan hantaman gelombang ini. Dari enam emiten rumah
sakit yang melantai di Bursa Efek Indonesia, sepanjang rentang 2 Januari-15 Mei 2020, harga
saham seluruhnya jeblok. Saham Pemilik Omni Hospital ambles 51,26%, Mayapada Hospital
3
susut 45,37%, RS Royal Prima melorot 35,26%, RS Hermina terjun 20,98%, RS Siloam jatuh
20,28%, dan RS Mitra Keluarga juga turun 12,77%. Dampak gelombang kedua ini diperkirakan
masih akan terus meningkat mengikuti peningkatan kasus Covid-19. Grafik saham mereka baru
akan merangkak ketika kasus Covid-19 telah menurun dan atau kepercayaan masyarakat untuk
berobat ke rumah sakit telah membaik.
Gelombang ketiga
Gelombang selanjutnya adalah peningkatan angka infeksi, stres, dan kelelahan tenaga kesehatan.
4
Gelombang keempat
Peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kronis adalah gelombang keempat.
Berbeda dengan tiga gelombang sebelumnya yang mulai dirasakan, gelombang keempat
mungkin belum terlalu dirasakan hantamannya.Gelombang ini terjadi karena selama masa
pandemi, terjadi fenomena penundaan mencari perawatan yang dilakukan oleh para penderita
penyakit kronis seperti kanker, jantung, gagal ginjal dan stroke. Dalam jangka panjang,
penundaan perawatan tersebut bisa berdampak serius karena memparah sakitnya.Secara global,
menurut data riset BBC, 130.000 pasien non-Covid 19 meninggal karena tak memperoleh
layanan kesehatan yang semestinya. Untuk Indonesia, belum ada data terkait berapa jumlah
orang yang telah meninggal sebagai akibat tidak langsung dari wabah virus corona.Namun
beberapa kasus kematian yang diduga akibat tidak langsung pandemi telah terjadi di masyarakat
seperti kasus seorang anak di Ambon yang meninggal karena harus bolak-balik di beberapa RS
untuk mendapat perawatan, seorang ibu hamil di Makassar yang keguguran, hingga pasien gagal
ginjal di Jabodetabek yang meninggal diduga karena lambat mendapatkan layanan cuci darah.
Penulis: Irwandy, Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
5
Pengkajian Permasalahan Utama
Survei terbaru Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan layanan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan selain kasus Covid menjadi
terganggu akibat virus corona setidaknya pandemi ini akan menghantam sistem pelayanan
kesehatan Indonesia dalam empat gelombang besar.
1. Gelombang pertama
Gelombang kesakitan dan kematian akibat Covid-19 adalah gelombang pertama.Di Indonesia,
gelombang ini dimulai pada awal Maret dengan temuan dua kasus positif. Hingga 13 Juli
2020 kasus telah tumbuh menjadi 76.981 kasus dengan 3.656 kasus kematian.Gelombang
pertama ini diperkirakan masih akan menghantam sistem pelayanan kesehatan dalam jangka
waktu yang lama. Terlebih adanya temuan studi terbaru yang menyatakan bahwa seseorang
“berpotensi” untuk dapat tertular virus corona berkali-kali.
2. Gelombang kedua
Bermula pada April, ketika Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan agar rumah
sakit mengurangi layanan praktik rutin kecuali dalam kondisi gawat darurat. Pada saat yang sama
masyarakat juga membatasi kunjungan ke rumah sakit karena takut tertular Covid-19. Kebijakan
dan fenomena ini mengakibatkan penurunan signifikan jumlah pasien yang berobat ke rumah
sakit dan akibatnya pendapatan rumah sakit anjlok. Menurunnya pendapatan terasa semakin
berat, karena pada saat yang bersamaan pengeluaran rumah sakit justru meningkat. Rumah sakit
harus melengkapi sarana prasarana dan peralatan untuk menghadapi serangan pandemi yang
terus meningkat.
3. Gelombang ketiga
6
Gelombang selanjutnya adalah peningkatan angka infeksi, stres, dan kelelahan tenaga kesehatan.
Selama pandemi, tenaga kesehatan bekerja dengan intensitas waktu kerja yang panjang dalam
lingkungan yang berat. Banyak potensi trauma yang harus mereka hadapi. Seperti mereka trauma
karena pasien atau rekan kerja mereka yang meninggal, kekhawatiran tertular atau menularkan
ke keluarga. Ada juga tekanan publik agar mereka memberikan pelayanan terbaik, hingga
kurangnya pengalaman atau peralatan Ke depan, beban kerja tenaga kesehatan juga diprediksi
akan meningkat tajam.
4. Gelombang keempat
Peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kronis adalah gelombang keempat.
Berbeda dengan tiga gelombang sebelumnya yang mulai dirasakan, gelombang keempat
mungkin belum terlalu dirasakan hantamannya.Gelombang ini terjadi karena selama masa
pandemi, terjadi fenomena penundaan mencari perawatan yang dilakukan oleh para penderita
penyakit kronis seperti kanker, jantung, gagal ginjal dan stroke.
7
Pemecahan Masalah Berdasarkan Sisi Menejemen :
Strategi utama adalah segera menekan pertumbuhan kasus baru Covid-19 di masyarakat
agar rumah sakit tidak kewalahan menampung pasien. Selanjutnya pemerintah dan manajemen
rumah sakit harus mulai memikirkan strategi agar akses masyarakat yang memerlukan layanan
kesehatan tidak terhambat akibat pandemi,dan pemerintah bersama instansi kesehatan terkait
harus siap memperbaiki prinsip menejemen yang ada.
1. Perencanaan
Pemerintah dan para stakeholders rumah sakit harus mulai bersiap dengan respons yang
tepat dan cepat untuk menghadapi hantaman empat gelombang ini. Strategi harus mulai
dirumuskan dan dilaksanakan segera, agar sistem pelayanan kesehatan tidak runtuh.
Bangun lagi kepercayaan masyarakat agar tidak takut mengakses pelayanan kesehatan
ketika membutuhkan. Tentu saja ini harus diikuti dengan adanya perlindungan
keselamatan yang diberikan oleh pemerintah dan rumah sakit kepada masyarakat.
Memisahkan layanan infeksi dan non-infeksi atau mendirikan rumah sakit khusus infeksi
di berbagai daerah serta mempercepat implementasi dan dukungan
regulasi pelayanan telemedicine adalah strategi yang dapat ditempuh.
8
3. Melakukan pergerakan
pemerintah daerah, industri rumah sakit, asosiasi rumah sakit, dan para manajer rumah
sakit harus bersiap merespons serangkaian gelombang pandemi Covid-19 yang sedang
dan akan menghantam,maka dari itu penting untuk melakukan pergerakan berdasarkan
perencanaan/planning yang ditetapkan agar apa yang diinginkan dapat tercapai.
4. Pengawasan
Pengawasan merupakan hal yang sangat penting dilakukan terkait anggaran yang
dikeluarkan,resiko yang terjadi pada tim kesehatan saat berkerja dan pendidikan
kesehatan disetiap daera tentang Covid-19 apakah masyarakat dapat mematuhi protocol
kesehatan atau tidak
9
10