Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MANDIRI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH PADA PELAYANAN KESEHATAN SAAT


INI BERDASARKAN KONSEP MANAGEMENT

Dosen Pengampu :Ilham Seyobudi, S.Kp,.Ns.,M.Kes.

Disusun :

9. Putri Arum Sari (2019012200)

PSIK 5B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS

Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati km. 5 Jepang, Mejobo Kudus

Tahun 2021

1
Latar Belakang

‘’Dampak Pandemi COVID-19: Hantam Sistem Layanan Kesehatan dalam 4 Gelombang’’

Nationalgeographic.co.id - Saat ini pandemi Covid-19 sedang menguji ketahanan sistem


pelayanan kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kemampuan dalam merespons secara
cepat dan tepat menjadi kunci agar kita dapat melalui krisis ini dengan baik. Per 15 Juli, kasus
Covid-19 di negeri ini telah mencapai sekitar 80 ribu kasus dan kasus harian terus bertambah.
Angka ini hampir mengejar jumlah kasus di Cina saat mencapai puncak penularan (sekitar
85.000 kasus) dan angka di sana terus melandai sejak Maret lalu. Karena itu, pemerintah,
pemerintah daerah, industri rumah sakit, asosiasi rumah sakit, dan para manajer rumah sakit
harus bersiap merespons serangkaian gelombang pandemi Covid-19 yang sedang dan akan
menghantam.

Survei terbaru Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan layanan kesehatan bagi


masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan selain kasus Covid menjadi
terganggu akibat virus corona.Lebih dari setengah (53%) dari 155 negara yang disurvei
menyatakan akses dan layanan masyarakat untuk pengobatan hipertensi menjadi tertunda.
Dampak serupa juga tampak pada 49% untuk pengobatan diabetes dan komplikasi yang
berhubungan dengan diabetes, 42% untuk pengobatan kanker, dan 31% untuk keadaan darurat
kardiovaskular. Bahkan program pencegahan seperti skrining (kanker payudara dan serviks) juga
ikut terganggu di lebih dari 50% negara.Sebagai sebuah bencana kesehatan yang besar, saya

2
memperkirakan setidaknya pandemi ini akan menghantam sistem pelayanan kesehatan Indonesia
dalam empat gelombang besar.

Gelombang pertama

Gelombang kesakitan dan kematian akibat Covid-19 adalah gelombang pertama.Di Indonesia,
gelombang ini dimulai pada awal Maret dengan temuan dua kasus positif. Hingga 13 Juli
2020 kasus telah tumbuh menjadi 76.981 kasus dengan 3.656 kasus kematian.Gelombang
pertama ini diperkirakan masih akan menghantam sistem pelayanan kesehatan dalam jangka
waktu yang lama. Terlebih adanya temuan studi terbaru yang menyatakan bahwa seseorang
“berpotensi” untuk dapat tertular virus corona berkali-kali.

Gelombang kedua

Gelombang kedua adalah krisis keuangan rumah sakit.

Bermula pada April, ketika Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan agar rumah
sakit mengurangi layanan praktik rutin kecuali dalam kondisi gawat darurat. Pada saat yang sama
masyarakat juga membatasi kunjungan ke rumah sakit karena takut tertular Covid-19. Kebijakan
dan fenomena ini mengakibatkan penurunan signifikan jumlah pasien yang berobat ke rumah
sakit dan akibatnya pendapatan rumah sakit anjlok. Menurunnya pendapatan terasa semakin
berat, karena pada saat yang bersamaan pengeluaran rumah sakit justru meningkat. Rumah sakit
harus melengkapi sarana prasarana dan peralatan untuk menghadapi serangan pandemi yang
terus meningkat. Pemerintah Jawa Timur bahkan sempat kehabisan anggaran untuk membiayai
operasional rumah sakit khusus pasien Covid-19 akibat besarnya pengeluaran menghadapi
pandemi. Biaya rata-rata perawatan per pasien Covid-19 adalah Rp50 juta. Beberapa rumah sakit
mulai melakukan efisiensi dengan merumahkan karyawan. RS Islam Faisal di Kota
Makassar memberhentikan sementara 157 pegawainya karena kunjungan turun signifikan sekitar
80-90%. Selanjutnya 80 tenaga sukarela di RSUD Lasinrang Pinrang juga terpaksa
dirumahkan karena jumlah pasien berkurang hingga 70% dibanding situasi nornal.Perusahaan
rumah sakit besar nasional juga merasakan hantaman gelombang ini. Dari enam emiten rumah
sakit yang melantai di Bursa Efek Indonesia, sepanjang rentang 2 Januari-15 Mei 2020, harga
saham seluruhnya jeblok. Saham Pemilik Omni Hospital ambles 51,26%, Mayapada Hospital

3
susut 45,37%, RS Royal Prima melorot 35,26%, RS Hermina terjun 20,98%, RS Siloam jatuh
20,28%, dan RS Mitra Keluarga juga turun 12,77%. Dampak gelombang kedua ini diperkirakan
masih akan terus meningkat mengikuti peningkatan kasus Covid-19. Grafik saham mereka baru
akan merangkak ketika kasus Covid-19 telah menurun dan atau kepercayaan masyarakat untuk
berobat ke rumah sakit telah membaik.

Gelombang ketiga

Gelombang selanjutnya adalah peningkatan angka infeksi, stres, dan kelelahan tenaga kesehatan.

Sebuah studi literatur menemukan prevalensi kecemasan yang menimpa para tenaga kesehatan


selama terjadinya pandemi Covid-19 cukup besar (23,2%) dan yang mengalami depresi 22,8%
dari total 33.062 sampel tenaga kesehatan.Studi lain di Singapura dan India dengan responden
sebanyak 906 orang menemukan hasil 5,3% tenaga kesehatan di sana mengalami depresi.

Di Indonesia hasil penelitian menunjukkan sekitar 66% responden dari 644 tenaga kesehatan


mengalami kecemasan, 55% stres dan 23,5% depresi akibat Covid-19.Gelombang ini
diperkirakan akan menghantam pelayanan kesehatan dengan durasi waktu terlama dibandingkan
gelombang lainnya. Hingga Juni, diprediksi secara global telah lebih 90.000 tenaga kesehatan
terinfeksi Covid-19. Di Indonesia, data jumlah tenaga kesehatan yang terinfeksi belum tersedia.
Diprediksi telah ribuan tenaga kesehatan yang telah terinfeksi karena di Jawa Timur saja
dilaporkan hingga 12 Juli telah ada 277 perawat terinfeksi. Ini belum jenis tenaga kesehatan
lainnya serta kasus di provinsi lain. Selama pandemi, tenaga kesehatan bekerja dengan intensitas
waktu kerja yang panjang dalam lingkungan yang berat. Banyak potensi trauma yang harus
mereka hadapi. Seperti mereka trauma karena pasien atau rekan kerja mereka yang meninggal,
kekhawatiran tertular atau menularkan ke keluarga. Ada juga tekanan publik agar mereka
memberikan pelayanan terbaik, hingga kurangnya pengalaman atau peralatan Ke depan, beban
kerja tenaga kesehatan juga diprediksi akan meningkat tajam. Hal ini karena beban ganda yang
akan dihadapi ketika gelombang keempat mulai menghantam pada saat gelombang lain belum
mereda.

Kondisi tersebut akan menyebabkan kelelahan dan stres.

4
Gelombang keempat

Peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kronis adalah gelombang keempat.
Berbeda dengan tiga gelombang sebelumnya yang mulai dirasakan, gelombang keempat
mungkin belum terlalu dirasakan hantamannya.Gelombang ini terjadi karena selama masa
pandemi, terjadi fenomena penundaan mencari perawatan yang dilakukan oleh para penderita
penyakit kronis seperti kanker, jantung, gagal ginjal dan stroke. Dalam jangka panjang,
penundaan perawatan tersebut bisa berdampak serius karena memparah sakitnya.Secara global,
menurut data riset BBC, 130.000 pasien non-Covid 19 meninggal karena tak memperoleh
layanan kesehatan yang semestinya. Untuk Indonesia, belum ada data terkait berapa jumlah
orang yang telah meninggal sebagai akibat tidak langsung dari wabah virus corona.Namun
beberapa kasus kematian yang diduga akibat tidak langsung pandemi telah terjadi di masyarakat
seperti kasus seorang anak di Ambon yang meninggal karena harus bolak-balik di beberapa RS
untuk mendapat perawatan, seorang ibu hamil di Makassar yang keguguran, hingga pasien gagal
ginjal di Jabodetabek yang meninggal diduga karena lambat mendapatkan layanan cuci darah.

Penulis:  Irwandy, Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat,  Universitas Hasanuddin

Artikel ini terbit pertama kali di  The Conversation. Baca artikel sumber.

5
Pengkajian Permasalahan Utama
Survei terbaru Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan layanan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan selain kasus Covid menjadi
terganggu akibat virus corona setidaknya pandemi ini akan menghantam sistem pelayanan
kesehatan Indonesia dalam empat gelombang besar.

1. Gelombang pertama

Gelombang kesakitan dan kematian akibat Covid-19 adalah gelombang pertama.Di Indonesia,
gelombang ini dimulai pada awal Maret dengan temuan dua kasus positif. Hingga 13 Juli
2020 kasus telah tumbuh menjadi 76.981 kasus dengan 3.656 kasus kematian.Gelombang
pertama ini diperkirakan masih akan menghantam sistem pelayanan kesehatan dalam jangka
waktu yang lama. Terlebih adanya temuan studi terbaru yang menyatakan bahwa seseorang
“berpotensi” untuk dapat tertular virus corona berkali-kali.

2. Gelombang kedua

Gelombang kedua adalah krisis keuangan rumah sakit.

Bermula pada April, ketika Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan agar rumah
sakit mengurangi layanan praktik rutin kecuali dalam kondisi gawat darurat. Pada saat yang sama
masyarakat juga membatasi kunjungan ke rumah sakit karena takut tertular Covid-19. Kebijakan
dan fenomena ini mengakibatkan penurunan signifikan jumlah pasien yang berobat ke rumah
sakit dan akibatnya pendapatan rumah sakit anjlok. Menurunnya pendapatan terasa semakin
berat, karena pada saat yang bersamaan pengeluaran rumah sakit justru meningkat. Rumah sakit
harus melengkapi sarana prasarana dan peralatan untuk menghadapi serangan pandemi yang
terus meningkat.

3. Gelombang ketiga

6
Gelombang selanjutnya adalah peningkatan angka infeksi, stres, dan kelelahan tenaga kesehatan.
Selama pandemi, tenaga kesehatan bekerja dengan intensitas waktu kerja yang panjang dalam
lingkungan yang berat. Banyak potensi trauma yang harus mereka hadapi. Seperti mereka trauma
karena pasien atau rekan kerja mereka yang meninggal, kekhawatiran tertular atau menularkan
ke keluarga. Ada juga tekanan publik agar mereka memberikan pelayanan terbaik, hingga
kurangnya pengalaman atau peralatan Ke depan, beban kerja tenaga kesehatan juga diprediksi
akan meningkat tajam.

4. Gelombang keempat

Peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kronis adalah gelombang keempat.
Berbeda dengan tiga gelombang sebelumnya yang mulai dirasakan, gelombang keempat
mungkin belum terlalu dirasakan hantamannya.Gelombang ini terjadi karena selama masa
pandemi, terjadi fenomena penundaan mencari perawatan yang dilakukan oleh para penderita
penyakit kronis seperti kanker, jantung, gagal ginjal dan stroke.

7
Pemecahan Masalah Berdasarkan Sisi Menejemen :

Strategi utama adalah segera menekan pertumbuhan kasus baru Covid-19 di masyarakat
agar rumah sakit tidak kewalahan menampung pasien. Selanjutnya pemerintah dan manajemen
rumah sakit harus mulai memikirkan strategi agar akses masyarakat yang memerlukan layanan
kesehatan tidak terhambat akibat pandemi,dan pemerintah bersama instansi kesehatan terkait
harus siap memperbaiki prinsip menejemen yang ada.

Sesuai dasar-dasar dan fungsi menejemen perlu diadakanya :

1. Perencanaan
 Pemerintah dan para stakeholders rumah sakit harus mulai bersiap dengan respons yang
tepat dan cepat untuk menghadapi hantaman empat gelombang ini. Strategi harus mulai
dirumuskan dan dilaksanakan segera, agar sistem pelayanan kesehatan tidak runtuh.
 Bangun lagi kepercayaan masyarakat agar tidak takut mengakses pelayanan kesehatan
ketika membutuhkan. Tentu saja ini harus diikuti dengan adanya perlindungan
keselamatan yang diberikan oleh pemerintah dan rumah sakit kepada masyarakat.
 Memisahkan layanan infeksi dan non-infeksi atau mendirikan rumah sakit khusus infeksi
di berbagai daerah serta mempercepat implementasi dan dukungan
regulasi pelayanan telemedicine adalah strategi yang dapat ditempuh.

2. Membangun Sebuah Organisasi

Sistem struktur yang membagi organisasi secara formal tingkatan-tingkatannya menjadi


sub-unit yang sesuai diferensiasi dan integrasi yang diinginkan organisasi. Termasuk di
tingkat grup dan individu, bahkan koordinasi hingga sub-unit untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan yang ada. Banyak hal yang perlu ditata kembali kehidupan
organisasi, ada kerja dari kantor dan ada kerja dari rumah misalnya yang memerlukan
penataan tidak sederhana. Protokol kesehatan yang mensyaratkan soal jaga jarak
membuat setiap organisasi memerlukan penataan baru yang menjamin tujuan organisasi
tetap tercapai.

8
3. Melakukan pergerakan
pemerintah daerah, industri rumah sakit, asosiasi rumah sakit, dan para manajer rumah
sakit harus bersiap merespons serangkaian gelombang pandemi Covid-19 yang sedang
dan akan menghantam,maka dari itu penting untuk melakukan pergerakan berdasarkan
perencanaan/planning yang ditetapkan agar apa yang diinginkan dapat tercapai.

4. Pengawasan
Pengawasan merupakan hal yang sangat penting dilakukan terkait anggaran yang
dikeluarkan,resiko yang terjadi pada tim kesehatan saat berkerja dan pendidikan
kesehatan disetiap daera tentang Covid-19 apakah masyarakat dapat mematuhi protocol
kesehatan atau tidak

9
10

Anda mungkin juga menyukai