Corona virus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu
biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan (MERS-CoV) dan
Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV).
Penyakit virus corona (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
coronavirus yang paling baru ditemukan.
Virus dan penyakit baru ini diketahui setelah menyebar yang kemunculannya dimulai di
Wuhan, Cina, pada bulan Desember 2019.
Sejak pada Senin (9/3/2020), setidaknya ada 102 negara yang mengkonfirmasi kasus Covid-
19 di wilayahnya.
Penyebaran besar awalnya terjadi wilayah daratan China yakni 80.735, disusul Korea Selatan
7.382 kasus, Italia 7.375, Iran 6.566 kasus, dan kini di Indonesia 309 kasus (belum di-
update).
Sementara, kasus kematian mencapai 3.825 orang, masih didominasi terjadi di pusat
epicentrum virus yakni di kota Wuhan ya yakni 3.007 orang.
Disusul oleh Itali 366 orang, Iran 194 orang, dan 50 di Korea Selatan, dan Indonesia 25
orang.
Sementara angka penyembuhan pasien Covid-19 menunjukan arah yang signifikan yaitu
61.982 orang. Bahkan, di China dilaporkan, sudah mulai pulih di seluruh wilayahnya.
Dampak Negatif
Para dokter spesialis dari Kota Medan ini mengatakan rumah sakit yang merawat pasien
COVID-19 kewalahan menampung pasien sampai saat ini. Akhirnya muncul keluhan
masyarakat karena tak mendapat pelayanan kesehatan yang maksimal.
“Ini berdampak pula terhadap peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19,”
jelas Dika.
2. Nakes tertular
Tenaga kesehatan berisiko tinggi tertular COVID-19 jika tidak menggunakan APD sesuai
tingkat perlindungan penanganan pasien COVID-19.
Pasien Non-COVID-19 ikut merasa cemas dan takut. Misalnya saja pasien lanjut usia, pasien
dengan penyakit kronik seperti pasien diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung,
penyakit paru kronik, autoimun, pasien hemodialusis (cuci darah), pasien kemoterapi yang
memerlukan pengobatan rutin jadi takut datang ke rumah sakit.
Para pasien ini takut tertular COVID-19 di rumah sakit. “Hal ini menyebabkan pasien kronik
yang biasa kontrol rutin setiap bulan tidak datang ke rumah sakit untuk mendapatkan obat
bulanan sehingga penyakit mereka menjadi tidak terkontrol, dan menimbulkaj keluhan lain,”
jelas Dika.
Pasien COVID-19 juga merasa cemas, takut bahkan depresi. Rasa takut ini bisa karena belum
jelas obatnya maupun kesepian akibat isolasi sehingga tak bisa bertemu keluarga secara
langsung, menyesal karena tak mengikuti protokol kesehatan, hingga tak percaya diri akibat
muncul stigma penyakit ini adalah aib.“Bahkan ada beberapa laporan pasien COVID-19 yang
berusaha bunuh diri karena depresi,” ujarnya.
Tenaga kesehatan (nakes) memiliki tanggung jawab tidak hanya kepada pasien, tapi juga
kepada keluarganya. Karena tenaga kesehatan juga memiliki keluarga yang perlu dilindungi.
Belum lagi banyaknya nakes yang positif dan meninggal, ini menambah tinggal kecemasan
pada nakes.“Stres juga sering muncul karena beban kerja yang berat di ruang isolasi COVID-
19,” sambungnya.
Banyak masyrakat yang memandang negatif bahwa tenaga kesehatan sebagai pembawa virus
karena merawat pasien COVID-19.
BIDASAN
Tim kontra (Viktor Santoso Tandiasa - Penggiat Uji Materi PERDA COVID-19):
Banyak kekhwatiran yang terjadi terhadap vaksin ini. Karena dari vaksinasi baru
menggunakan satu jenis vaksin, sedangkan ada enam jenis vaksin. Lalu kemudian
misalnya saya akan divaksin, nah saya akan dapat vaksin yang mana? 'Kan belum
tahu. Maka jangan sampai kalau sanksi yang ada di dalam perda ini dikenakan
kepada warga negara ketika menolak (divaksin). Warga negara dapat menggunakan
haknya dalam Pasal 5 UU Kesehatan, misalnya dia menolak untuk divaksin.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Contoh Mosi Debat Pro dan
Kontra tentang Covid-19",
Mewabahnya virus corona memang menimbulkan begitu banyak kerugian, dari besarnya
jumlah korban sampai aktivitas ekonomi yang terganggu. Namun demikian, ternyata ada juga
pengaruh positifnya. dilansir dri tribunnews.com covid 19 memberi banyak dampak posistif
tidak hanya bagi lingkungan,perekonomian tapi juga untuk keluarga
setelah dilakukan waancara dengan berbagai narasumber 7 dari 10 orng merasa diuntungkan
dengan adanya covid 19 ini
Sebelum adanya pandemi Covid-19 semua kegiatan Industri dan perkantoran menjadi salah
satu penyebab dari debu dan polusi yang mengakibatkan langit-langit jarang berwarna biru
melainkan berwarna abu-abu atau tertutup oleh polusi.
Namun, pandemi Covid -19 yang terjadi tidak hanya memberikan dampak negatif bagi
Negara Indonesia, ternyata ada juga dampak positifnya terutama bagi lingkungan.Jakarta dan
sekitarnya memberlakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar yang
mengharuskan warganya untuk karantina di rumah seperti bekerja atau bersekolah dari
rumah.
TIM PRO
Sampai saat ini, PSBB masih terkadang diberlakukan meskipun dengan jangkauan yang lebih
kecil lagi. Namun kegiatan bekerja dan bersekolah masih lebih banyak dilakukan di rumah.
Selama karantina di rumah, kita juga harus sesekali menghirup udara luar di sekitar
lingkungan rumah untuk menghindari stres dan juga mendapatkan sinar matahari yang
cukup.Dengan lingkungan yang bersih dari polusi, membuat udara yang dihirup oleh kita
menjadi lebih sehat. Kita akan nyaman berolahraga dan juga tidak akan merasakan sesak
yang diakibatkan oleh polusi.Tidak hanya itu, lingkungan yang bersih akan otomatis
menghasilkan udara yang bersih yang sangat bermanfaat bagi tubuh untuk meningkatkan
sistem imun dan membantu melancarkan sistem pernapasan.
Selama karantina di rumah, banyak remaja yang cenderung bosan karena tidak bisa banyak
beraktivitas di luar rumah dan bertemu dengan teman-teman seperti saat sebelum terjadinya
pandemi.
Dengan keadaan lingkungan yang bersih dari polusi ternyata berdampak pada keindahan
langit di Jakarta dan sekitarnya terlihat berwarna biru cerah yang menjadi perhatian banyak
dari warganya.
Hal tersebut ditandai dengan viralnya challenge berfoto menggunakan cermin dengan
pemandangan awan. Challenge berfoto itu yang menjadi salah satu upaya remaja untuk
menghilangkan rasa kebosanan akibat terlalu lama karantina mandiri di rumah.
Challenge tersebut juga membantu meningkatkan kreativitas remaja dalam bidang fotografi
dan seni. Ada beberapa dari mereka juga yang menghias dan melukis cermin mereka agar
terlihat lebih menarik.
Dengan demikian, pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia tidak hanya memberikan
dampak negatif namun juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan juga bagi
kesehatan fisik serta mental kita.
Dan kita juga bisa tetap berusaha untuk menanggapi dan melihat suatu bencana dari sisi
positif dan manfaatnya bagi kehidupan kita sehari-hari.
Kesadaran dan disiplin masyarakat terjadap pentingnya menjaga kebersihan dan mengikuti
protolol kesehatan semakin meningkat.
Nakes biasanya kerja pagi sampai malam tanpa istirahat, maka saat pandemi ini semua lebih
banyak waktu untuk istirahat. Kehidupan lebih teratur.
“Adanya pembatasan jam kerja atau praktik membuat tenaga kesehatan lebih cukup istirahat,
makan lebih teratur dan rajin berolahraga
5. Ilmuwan terpacu
Para peneliti dan ilmuwan terpacu menemuka vaksin yang dapat mencegah terjadinya
COVID-19.
7.
KOMPAS.COM Tim afirmatif (Prof. Eddy Hiariej - Wakil Menteri Hukum dan HAM):
Hukum adalah seni berintepretasi. Fungsi hukum pidana tidak serta merta langsung
diterapkan. Lalu kalau misalnya tidak mau divaksin, harus ditanyakan dulu
alasannya mengapa tidak mau. Misalnya saya tidak mau divaksin dengan vaksin A,
saya maunya dengan vaksin B. Tidak menjadi soal. Jadi ini bergantung pada seni
berintepretasi. Selain itu, edukasi tentang kesehatan kepada masyarakat juga
menjadi hal yang penting. Apakah jika tidak divaksin akan menimbulkan dampak
berbahaya bagi orang di sekitarnya?