Anda di halaman 1dari 10

Nama : Frensi Arynanti Tangki’

NIM : K011201202
Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, S.KM, M.Kes, M.Sc.PH
Resume Buku Mitigasi Pandemik COVID-19 & One Health One World

Mitigasi Pandemik Covid-19


Pandemi telah terjadi sebanyak lima kali di dunia, mulai dari tahun 1918 yaitu
pandemi Flu Spanyol, diikuti dengan pandemi Asian Flu di tahun 1957, dilanjutkan pandemi
Flu Hongkong tahun 1968, pandemi Flu Burung tahun 2009, dan pandemi Covid-19 pada tahun
2020. Pandemi Covid-19 yang terjadi dua tahun belakangan merupakan salah satu pandemi
dengan kasus terkonfirmasi positif yang tinggi dan menyebabkan ratusan jiwa melayang.
Orang dengan daya tahan tubuh yang rendah akan terserang virus ini, untuk itu dilakukan
berbagai upaya atau langkah-langkah dalam pengendalian Covid-19 seperti menerapkan 3M
(Mencuci tangan, Menggunakan masker, dan Menjaga jarak) dan 3T (Tracing, Testing, dan
Treatment) serta isolasi serta vaksinasi. Covid-19 adalah virus yang menyerang saluran
pernapasan yang umumnya ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita dan atau
percikan dahak (droplet). Adapun masa inkubasinya yaitu 1 sampai 14 hari dan umumnya
dalam waktu 3 sampai 7 hari dengan gejala awal seperti demam, batuk kering, dan kelelahan.
Indonesia sendiri merupakan negara dengan kasus covid-19 yang tinggi dimana
kematian mencapai 2 juta jiwa yang membuat Indonesia menjadi negara dengan level siaga
merah. Melihat hal itu, pemerintah kemudian mengeluarkan berbagai kebijakan untuk
memutus mata rantai penularan seperti PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat), PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan WFH (Work From Home).
Namun kebijakan ini tidak berjalan dengan baik dikarenakan banyaknya penolakan dari
masyarakat secara khusus bagi para pekerja karena akan menurunkan pendapatan mereka dan
tidak sedikit yang kehilangan pekerjaan. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
terkadang kurang harmonis dengan regulasi yang lain dan melahirkan sikap ambigu. Namun
sebagai warga negara yang baik, kita harus tetap menaruh kepercayaan kepada pemerintah
bahwa pemerintah mampu mengelola pandemi Covid-19 ini dengan baik dan pemerintah harus
menjadi seorang leader yang mampu menginspirasi masyarakatnya, yang layak dititipi
harapan, problem solver yang kuat untuk keluar dari setiap krisis yang ada. Dukungan dari
semua stakeholder juga sangat dibutuhkan dan kita semua harus bangkit dari darurat kesehatan
dengan melaksanakan pengelolaan kesehatan yang merata bersifat semesta. Kita harus
berdamai dengan Covid-19 dan mulai menerapkan pola hidup yang baru atau yang sering
disebut sebagai New Normal Life.
Di Sulawesi Selatan khususnya di Makassar, kasus Covid-19 merupakan import
cases atau kasus dari satu wilayah ke wilayah lain yang berpindah karena adanya mobilitas
penduduk yang tinggi, yaitu dari Jakarta yang biasanya kasus ini sebagai case index. Case index
selalu menjadi incaran para investigator lapangan sebagai upaya penelusuran jejak penularan
setiap penyakit, karena setiap penyakit itu sangat unik sehingga membutuhkan analisis
persebaran dan perluasan tersendiri. Ledakan kasus Covid-19 di Makassar, setelah ditemukan
indeks kasusnya diperparah dengan munculnya berbagai cluster baru diantaranya cluster
Lambelu, cluster Pasar Tradisional, Raha, Umrah, Gowa, Temboro, Pulau Kodingareng,
Menado, cluster penjara, yang terakhir cluster perkantoran. Interaksi sosial yang tinggi pada
sebagian besar penduduk di Indonesia termasuk Sulsel yang belum diiringi dengan standar
pemahaman, sikap dan tindakan yang proaktif terhadap perlindungan penyakit Covid-19
menjadi pemicu meningkatnya jumlah kasus dari hari-ke hari. Standar hidup bersih, secara
personal maupun publik memerlukan gerakan bersama seluruh warga. Dukungan infrastruktur,
dukungan publik, instansi dan seluruh simpul-simpul masyarakat menjadi kunci terbangunnya
kolaborasi yang kuat untuk bersatu padu melawan Covid-19. Meskipun berbagai cara telah
dilakukan untuk melemahkan Covid-19 ini namun jika masyarakat itu sendiri yang belum
memliki kesadaran akan pentingnya menerapkan upaya-upaya pencegahan, maka kasus akan
semakin meningkat. Hal yang menyebabkan penyebaran Covid-19 meningkat sangat cepat
adalah karena cara penularannya yang sangat sederhana, yaitu melalui kontak langsung dengan
pembawa agent/virus atau melalui percikan dahak atau bersin yang menempel pada benda-
benda yang sering kita gunakan seperti handphone, gagang pintu, bangku, dan lain sebagainya.
Terlihat dari data yang masih mengalami naik turun. Mencermati fluktuasi kasus
harian yang dilaporkan itu memberi pesan kepada kita semua untuk lebih patuh dan disiplin
dalam penegakan protocol kesehatan, sehingga masyarakat bisa lebih tangguh dalam
menghadapi pandemi Covid-19. Positivity Rate (PR) spesimen harus diperiksa dengan baik
agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan kasus sehingga tidak terdapat kekeliruan dalam
informasi. Adapun PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan cara mendiagnosis Covid-
19 dengan metode yang benar atau gold standar, karena jika hasil PCR positif, maka kasus
tersebut benar-benar positif. Itulah sebabnya semua pemeriksaan sampel atau specimen
sekarang diharapkan menggunakan PCR. Tentu disamping keunggulannya, masih ada
beberapa kelemahannya yaitu biaya pemeriksaan relative lebih mahal dan pengadaan mesin
dan reagentnya juga tentu lebih mahal.
Tidak sedikit masyarakat yang belum mempercayai bahwa Covid-19 benar ada,
mereka malah tidak peduli terkait masalah ini sehingga kasus yang terkonfirmasi positif
semakin meningkat dari hari ke hari. Namun pemerintah dan para tenaga kesehatan selalu
berupaya untuk terus mensosialisasikan terkait protocol kesehatan, namun penerimaan dari
masyarakat yang kurang aktif dimana hanya Sebagian dari masyarakat yaitu yang hanya
berpendidikan tinggi yang mudah menerima informasi tersebut. Untuk itu dibutuhkan desaon
komunikasi yang handal mulai dari sumber informasi, saluran informasi, isi pesan, hingga
penerimaan pesan.
Ditengah pandemi Covid-19, bencana alam di Indonesia juga masih banyak terjadi
di beberapa tempat, seperti bencana banjir di Luwu Raya. Hal ini menyebabkan kasus Covid-
19 di wilayah Luwu Raya berpotensi mengalami peningkatan yang signifikan. Bencana banjir
ini memaksa ribuan warga mengungsi ke wilayah yang lebih aman. Laporan tim relawan
menunjukkan tenda-tenda pengungsian sementara sangat terbatas, padat, dan sarana air bersih
untuk MCK sangat minim. Sehingga potensi transmisi penyakit menular termasuk Covid-19
sangat besar peluangnya. Saat negara lain sudah menyatakan diri keluar dari krisis pandemi
Covid-19, Indonesia masih mengalami penambahan kasus dari hari ke hari. Angka kematian
masih tinggi, angka kesembuhan yang belum menggembirakan, angka positive rate yang masih
tinggi serta munculnya berbagai kluster baru. Selain warga masyarakat, banyak juga tenaga
kesehatan yang terpapar Covid-19. Perlindungan terhadap keselamatan petugas tentu menjadi
bagian yang sangat penting untuk diperhatikan disamping aspek kesiapan infrastruktur lainnya
serta dukungan social untuk pengendalian Covid-19 secara komprehensif.
Memasuki awal November 2020 tren kasus Covid-19 mulai menurun.
Perkembangan penanganan yang semakin terkontrol memungkinkan umtuk segera membenahi
aktivitas yang sudah lama terpuruk dengan catatan terus menjaga disiplin terhadap penegakan
protocol kesehatan. Namun beberapa titik rawan yang tetap perlu mendapat perhatian adalah
pelaksanaan isolasi mandiri karena dalam pelaksanaannya relative tidak terkontrol dengan baik
sehingga peluang terbentuknya kluster keluarga terbuka lebar. Untuk menjaga Covid-19 tetap
terkontrol di ekor pandemiknya maka program trisula yang terdiri dari Tracing, Testing, dan
Edukasi harus tetap di massifkan. Semakin hari, kelihatannya Covid-19 telah menyesuaikan
struktur biologiknya dengan kondisi lingkungan tempat virus bertumbuh. Dilaporkan bahwa
Covid-19 telah bermutasi dan menghasilkan berbagai varian baru yang membuat pertumbuhan
kasus meningkat kembali. Sehingga diperlukan intervensi public health untuk membendung
kasus tersebut, serta diperlukan regulasi seperti regulasi tentang kontak tracing, regulasi
tentang testing dan treatment, dan regulasi 3M.
Pada tahun 2021, muncullah suatu harapan besar untuk mengendalikan Covid-19
dengan hadirnya vaksin. Namun tak semua orang menyambut baik program tersebut. Banyak
masyarakat yang menaruh curiga hingga menolak divaksin. Tidak sedikit yang menolak
dengan alasan takut efek samping yang diterima setelah menerima vaskin. Namun setiap vaksin
memang ada efek sampingnya, karena itu penting untuk mempelajarinya. Dan dari hasil uji
yang dilakukan, tergambar ada efek samping ringan dan tidak signifikan terhadap masalah
kesehatan penerima vaksin. Itu juga sebabnya diberlakukan kriteria inklusi dalam pelaksanaan
vaksinasi ini. Vaksin ini diperkenalkan kedalam tubuh seseorang untuk memberi respon agar
tubuh memproduksi antibody untuk melawan Covid-19 sehingga pada saat ada paparan dari
luar, tubuh mampu mengenali dan memberi respon perlawanan sehingga tidak berdampak
buruk bagi yang bersangkutan. Vaksin memang belum dapat mengakhiri pandemi Covid-19,
namun dengan dilakukannya vaksinasi maka akan tercipta imunitas kelompok yang kemudian
membentuk kultur baru yang pro sehat.
Pemberian vaksin tentu diharapkan dapat secara efektif menekan laju penularan
Covid-19, membentuk kekebalan komunitas hingga akhirnya penularan dapat di kontrol.
Pengendalian pada tingkat komunitas, keluarga, dan individu haru dapat dijalankan secara
sinergis. Intervensi farmasi dan nonfarmasi harus berjalan secara bersamaan, begitu juga
intervensi medik dan public health harus ditempatkan sebagai dua sisi mata uang. Pengendalian
Covid-19 adalah pekerjaan kolaborasi seluruh profesi yang dapat mengakses seluruh potensi
penduduk atau masyarakat untuk berperan aktif dalam mitigasi pandemi. Selain itu juga perlu
untuk melakukan peninjauan terhadap berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Sebuah upaya baik bagi pemerintah dalam pengendalian Covid-19 itu tidak selalu
dianggap sebagai sebuah kebaikan bagi masyarakat. Opini maupun persepsi yang terbentuk
sebagai sebuah sudut pandang bisa memiliki rentang kendali yang sangat lebar. Pandangan
perorangan akan selalu dilatari pada keluasan wawasan dan literasi kesehatan yang dimiliki.
Terkait dengan berbagai tindakan maupun program yang dikeluarkan, masih banyak
masyarakat yang menerima berbagai berita buruk/hoax. Hal ini terjadi karena keragaman daya
tangkap warga terhadp program yang ditawarkan. Untuk itu, secara sederhana hoax dapat
dikendalikan dengan meningkatkan daya kritis terhadap informasi yang diterima dan kita harus
menjadi bagian dari yang memberikan solusi terhadap masalah yang sedang di hadapi bangsa.
Karena sejatinya berita hoax adalah serangan terhadap kehidupan kebangsaan yang akan
menimbulkan kegaduhan, keresahan, hingga adu domba. Dengan adanya berita hoax tersebut,
makin banyak pula masyarakat yang tidak patuh lagi terhadap protokol kesehatan sehingga
kasus mulai meningkat kembali. Infrastruktur layanan kesehatan dan SDM kesehatan yang
relative terbatas juga semakin memperburuk kondisi, sehingga upaya terbaiknya dikembalikan
ke pundak setiap warga untuk tetap menjaga kesehatannya sendiri.
Secara nasional, data per tanggal 30 Juli 2021, persebaran Covid-19 menunjukkan
trend yang berubah cepat ke wilayah risiko tinggi. Dalam sepekan terakhir, 37,94% wilayah
Indonesia masuk kedalam kategori risiko tinggi, 53,89% risiko sedang, dan 7,98% risiko
rendah. Pergeseran zonasi risiko ini memberikan indikasi kematangan pandemi yang perlu
perhatian sangat serius. Kemampuan transmisi SARS-COV-2 dipicu oleh kemampuan mutase
virus yang sangat tinggi. Dari aspek host/populasi manusia, terdapat entry point kasus yang
semakin meluas ke semua kelompok populasi. Hal lain yang menyebabkan kasus Kembali
meningkat adalah karena imunitas respon tubuh yang masih terbatas dalam menghalau voris
Covid-19, interaksi social warga yang sulit di control, kepatuhan terhadap protokol kesehatan
yang rendah, mobilitas penduduk yang sangat tinggi, kurangnya keterbukaan pasien terhadap
kondisi dan riwayat penyakitnya, dukungan lingkungan untuk penerapan protokol kesehatan
yang masih minim, contoh yang buruk dari tokoh masyarakat terhadap penerapan protokol
kesehatan dan konsistensi intervensi yang dijalankan lebih pada aspek kuratif saja. Tugas
pemerintah adalah Kembali menata program tracing, testing, dan treatment secara professional
dan komprehensif. Dan untuk seluruh warga masyarakat untuk lebih peduli kesehatan dengan
memperketat program 5M.
Situasi pandemi ini telah menanamkan begitu banyak pelajaran bagi kita semua,
kontemplasi kejiwaan mengantarkan kita untuk semakin menghargai kehidupan, semakin
menjunjung prinsip kebersamaan, arti penting keluarga, sahabat, kawan seiring, dan
seterusnya. Situasi ini terkadang menyentuh sisi terdalam kemanusiaan kita, karena berita
kepergian akibat Covid-19 silih berganti kita dengarkan, seolah hidup ini sedang menunggu
antrian yang berjalan sangat cepat. Untuk itu, perlu kepada semua pihak yang berkepentingan
untuk melihat bahwa pandemi Covid-19 adalah bencana kedaruratan kesehatan masyarakat.
Untuk itu, mesti juga dengan melakukan pendekatan masyarakat secara menyeluruh atau
holistic. Pandemi Covid-19 tidak akan usai sebagaimana juga penyakit berpotensi mewabah
bila kita gagal paham terhadap natural histori penyakit tersebut. Intervensi yang efektif
ditentukan oleh pemahaman yang benar terhadao pola pandemi itu sendiri.
Kekuatan intervensi harus disatukan dengan memahami secara benar aspek
lingkungan, perilaku, layanan kesehatan hingga mekanisme biologis yang mendukung
pengendalian Covid-19 .
One World One Health
One Health bukanlah sebuah konsep baru tetapi menjadi lebih penting dalam
beberapa tahun belakangan. 100 tahun lalu, banyak faktor yang berubah dalam interaksi antar
manusia, hewan, dan lingkungan. Faktor-faktor ini termasuk globalisasi, urbanisasi, dan
industrialisasi yang telah menyebabkan kemunculan kembali berbagai penyakit. Menurut
Barrett and Osofsky, 2013 bahwa one health merupakan upaya kolaboratif dari berbagai
disiplin ilmu yang bekerja di tingkat local, nasional, dan global untuk mencapai kesehatan
optimal untuk manusia, hewan, dan lingkungan kita. Tujuan dari one health yaitu untuk
mengurangi risiko dampak tinggi penyakit pada antarmuka ekosistem hewan-manusia. Hal ini
merupakan sebuah pendekatan untuk menghadapi tantangan yang kompleks pada titik
pertemuan antara hewan, manusia, dan kesehatan lingkungan termasuk penyakit darurat
pandemic, krisis pangan global, dan perubahan iklim. Koordinasi yang terpadu dan diperluas
bekerja pada berbagai sector dan secara professional untuk meningkatkan jangka panjang pada
kesehatan dan kesejahteraan. Pendekatan satu kesehatan membawa pada satu kesempatan
untuk berinovasi dan mengumpulkan pengalaman dari lembaga lainnya.
Konsep one health ini termasuk dalam strategi di seluruh dunia untuk memperluas
kolaborasi dan komunikasi interdisipliner di semua aspek perawatan kesehatan untuk manusia,
hewan, dan lingkungan. Sinergi yang dicapai akan memajukan perawatan kesehatan untuk abad
ke-21 dan selanjutnya dengan mempercepat penemuan penelitian biomedis, meningkatkan
khasiat kesehatan masyarakat, dengan cepat memperluas basis pengetahuan ilmiah, dan
memperbaiki pendidikan medis dan perawatan klinis. Konsep one health mengetahui bahwa
kesehatan manusia berhubungan dengan kesehatan hewan dan lingkungan. CDC menggunakan
pendekatan one health dengan bekerjasama dengan ahli lingkungan, dan dokter hewan untuk
memonitor dan mengawasi ancaman kesehatan masyarakat. Hal tersebut dilaksanakan dengan
mempelajari bagaimana penyakit menyebar di antara orang, hewan, dan lingkungan.
One Health memiliki beberapa prinsip yang digunakan untuk mencapai tujuannya.
Prinsip pertama adalah mengenali hubungan penting antara kesehatan manusia, hewan
domestik dan satwa liar dan ancaman penyakit yang ditimbulkan pada manusia, persediaan
makanan dan ekonomi mereka, dan keanekaragaman hayati yang penting untuk menjaga
lingkungan yang sehat dan ekosistem yang berfungsi yang kita semua butuhkan. Faktor yang
memicu munculnya EID (Emerging Infectious Disease) dan REID (Re-emerging Infectious
Disease) adalah translokasi manusia dan ternaknya, kontak antara satwa liar, hewan domestic
dan manusia. Intensitas interaksi manusia dengan hewan akan meningkatkan kerentanan
terhadap munculnya penyakit zoonosis dan berisiko dikemudian hari akan terus bermunculan
penyakit-penyakit infeksius baru. Risiko penyakit zoonosis yang muncul dari perburuan dan
mengonsumsi satwa liar menjadi permasalahan global karena kepadatan peningkatan populasi
manusia, perdagangan global, dan akibatnya peningkatan kontak manusia dengan hewan.
Penyakit EID dan REID yang disebabkan kontak antara manusia, hewan domestic, dan satwa
liar memerlukan pemahaman mengenai strategi efektif dalam upaya pengendalian dan
pencegahan penyakit. Adapun ancaman penyakit yang dapat muncul terhadap manusia adalah
HIV/AIDS, Ebola, Paramyxovirus, West Nile (WNV), SARS, Influenza A, Lyme Borreliosis
dan Ehrlichiosis, Rabies, RVF Tularemia, dan Plague.
Prinsip yang kedua yaitu mengakui bahwa keputusan mengenai penggunaan lahan
dan air memiliki implikasi nyata bagi kesehatan. Perubahan dalam ketahanan ekosistem dan
pergeseran pola kemunculan dan penyebaran penyakit muncul dengan sendirinya Ketika kita
gagal mengenali keterkaitan. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok utama bagi
manusia, dengan kurangnya air bersih di kalangan masyarakat maka akan sangat berpengaruh
bagi kelangsungan hidup sehari-hari sehingga berdampak negative bagi kesehatan masyarakat
itu sendiri. Air bersih merupakan faktor utama kelangsungan hidup seseorang yang paling
utama bagi kesehatan tubuh. Penggunaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan
yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, yakni mempunyai peranan
dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air dan
berperan dalam meningkatkan standar atau taraf / kualitas hidup masyarakat sehingga air bersih
harus di atur dengan baik. Pengaturan mengenai Sumber Daya Air dilakukan agar
pengelolaannya diselenggarakan berdasarkan asa kemanfaatan umum, keterjangkauan,
keadilan, keseimbangan, kemandirian, kearifan local, wawasan lingkungan, kelestarian,
keberlanjutan, keterpaduan, dan keserasian, serta transparansi dan akuntabilitas.
Prinsip ketiga yaitu kesehatan satwa liar merupakan komponen penting dari
pencegahan penyakit global. Dalam dunia kedokteran dikenal istilah penyakit zoonosis yaitu
penyakit yang dapat menular dari satwa kepada manusia dan sebaliknya. Zoonosis dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, parasite, serta jamur. Menurut FAO, zoonosis adalah penyakit
yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya melalui makanan, udara, dan kontak
langsung dengan hewan yang sakit. Perubahan-perubahan besar dunia yang saat ini terjadi telah
memicu terjadinya emerging dan re-emerging zoonosis, dimana + 60,3% bersumber dari
hewan dan 71,8% berasal dari hewan liar. Perdagangan illegal satwa liar dilindungi diyakini
ikut mendorong proses kepunahan satwa secara signifikan, selain dari faktor hilangnya habitat
dan bahaya penyebaran penyakit yang berasal dari satwa (zoonosis). Zoonosis yang diketahui
bahwa reservoirnya adalah satwa liar, menjadi masalah kesehatan masyarakat di hamper semua
benua dimana penularannya dari berbagai pathogen yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Upaya konservasi satwa yang selama ini dilakukan hanya berfokus pada penyelamatan habitat
dan perlindungannya dari tindakan perburuan. Salah satu teknis yang sangat penting dalam
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit bersumber satwa liar adalah surveilans. Peranan
surveilans menjadi sangat penting terutama untuk melakukan pendeteksian penyakit secara
dini, disamping juga fungsi atau peranan lainnya.
Prinsip keempat adalah mengakui program kesehatan manusia dapat berkontribusi
besar pada upaya konservasi. One health didefinisikan sebagai suatu program yang
berkolaborasi multisector dan melakukan pendekatan transdisipliner yang bekerja pada tingkat
local, nasional, dan global. Tujuan one health adalah mewujudkan kesehatan yang optimal
dengan melibatkan hubungan antara manusia, hewan, tanaman, serta lingkungan hidup. One
health berfokus pada konsekuensi, respon, dan aksi pada interaksi manusia-hewan-ekosistem
utamanya pada penyakit zoonosis yang mengakibatkan endemic serta pada beban penyakit
yang berat. Adapun Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (KSDAL) merupakan
tanggungjawab seluruh umat manusia yang memijaki bumi ini karena dampak dari ekologis
yang akan ditimbulkan dari berbagai kegiatan pembangunan tidak dibatasi oleh perbedaan
Kawasan administrative berbagai daerah. Maka dari itu, upaya konservasi haruslah menjadi
bagian internal dari pembangunan berkelanjutan. Pembangunan ini dilaksanakan oleh tiap
negara manapun yang memiliki keterkaitan dengan kepentingan internasional.
Prinsip kelima adalah merancang pendekatan adaptif, holistic, dan berwawasan
kedepan untuk pencegahan, pengawasan, pemantauan, pengendalian, dan mitigasi penyakit
yang muncul dan muncul Kembali yang mempertimbangkan interkoneksi yang kompleks
diantara spesies. Untuk meningkatkan efektifitas pendekatan one health diperlukan
keseimbangan antar sector, diantara kelompok dan jejaring terutama antar dokter hewan, ahli
ekologi, dan kesehatan lingkungan, serta praktisi satwa liar, sarjana social, dan sarjana-sarjana
bidang lain yang terkait dalam kerja tim. Setiap profesi yang terlibat dalam penerapan one
health difarapkan memiliki kompetensi inti one health dalam melaksanakan upaya peningkatan
kesehatan dan pengulangan penyakit. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap one
health, yaitu management, culture and belief, leadership, values and ethics, collaboration and
partnership serta system thinking.
Prinsip keenam adalah mencari peluang untuk mengintegrasikan sepenuhnya
perspektif konservasi keanekaragaman hayati dan kebutuhan manusia (termasuk yang terkait
dengan kesehatan hewan domestik) ketika mengembangkan solusi untuk ancaman penyakit
menular”, jadi kita harus bisa mencari peluang ataupun kesempatan mengintegrasikan
perspektif dan konservasi keanekaragaman hayati dalam hal ini makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem perairan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia, ketika mengembangkan inovasi yang dapat menjadi solusi
untuk menyelesaikan ancaman penyakit menular dan menunjukkan bahwa kesehatan hewan
merupakan salah satu faktor dari sehatnya seorang manusia.
Prinsip selanjutnya yaitu prinsip ketujuh, mengurangi permintaan dan mengatur
dengan lebih baik perdagangan satwa liar tidak hanya untuk melindungi populasi satwa liar
tetapi juga untuk mengurangi risiko perpindahan penyakit, penularan lintas spesies, dan
pengembangan hubungan patogen-inang baru”. Perlindungan satwa liar sudah menjadi isu
global yang menjadi perhatian masyarakat dunia. Masyarakat dunia juga sudah menyadari
bahwa satwa liar yang tinggal di habitat aslinya memegang peranan penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem dan juga pelestarian lingkungan.
Prinsip kedelapan yaitu pemusnahan satwa liar. Masalah kesehatan masyarakat
seperti zoonosis yang reservoirnya adalah satwa liar terjadi hamper disemua benua. Faktor
yang dapat memicu munculnya penyakit zoonosis adalah translokasi manusia dengan
ternaknya, kontak antara satwa liar, hewan domestic dan manusia. Dengan melakukan
pemusnahan terhadap satwa liar guna menurunkan kasus penyakit yang diakibatkan oleh
hewan juga merupakan suatu solusi yang dapat dilakukan terutama jika tidak mengetahui
apakah hewan liar tersebut terpapar penyakit zoonosis atau tidak.
Prinsip kesembilan yaitu meningkatkan investasi dalam infrastruktur kesehatan
manusia dan hewan secara global yang sepadan dengan ancaman penyakit yang muncul dan
muncul kembali pada manusia, hewan domestic, dan satwa liar.” Berdasarkan informasi
surveilans, lembaga peneltiian harus mengikuti dengan pemahaman yang lebih besar tentang
interaksi antara host, parasite, vector, pathogen, dan lingkungan, serta membentuk hubungan
kausal antara penyakit manusia dan hewan. Peningkatan investasi dalam infrastruktur
kesehatan bukan hanya bentuk pembangunan ke dalam negara sendiri namun juga perlu bentuk
peningkatan investasi lain kepada masyarakat secara global untuk meningkakan kesehatan
global.
Prinsip kesepuluh yaitu kolaboratif pemerintah, masyarakat, sektor swasta dan
public. One health merupakan pendekatan kolaboratif, multisector dan transdisipliner. Dimana
semua yang terlibat dapat berkerja ditingkat lokal, regional, nasional, dan global dengan tujuan
mencapai hasil kesehatan yang optimal dengan mengakui interkoneksi antara manusia, hewan,
dan lingkungan. Kolaborasi multisectoral adalah kemitraan yang dihasilkan ketika pemerintah,
organisasi nonprofit, swasta, organisasi public, kelompok masyarakat, dan anggota masyarakat
individu berkumpul untuk memecahkan masalah yang mempengaruhi seluruh masyarakat.
Oleh karena itu, peran dari hubunagn kolaboratif antara pemerintah selaku pembuat kebijakan
dan penegak hukum, juga peran dari masyarakat, serta peran penting dari sector swasta harus
tetap terjaga.
Prinsip kesebelas yaitu menyediakan sumber daya yang memadai dan dukungan
untuk jaringan surveilans kesehatan satwa liar global.” Adapun tujuan pelaksanaan surveilans
untuk menunjukkan kondisi bebas penyakit, deteksi dini, pengukuran tingkat penyakit dan
persebarannya, serta menemukan kasus penyakit baru. Kegiatan surveilans berhubungan
dengan ketersediaan sumber daya, utamanya manusia, finansial, sarana transportasi dan
komunikasi, sumber daya laboratorium, serta kondisi demografi dan sistem produksi.
Prinsip keduabelas yaitu pendidikan berkelanjutan untuk kesehatan dan ekosistem.
Perlu adanya investasi dalam mendidik dan meningkatkan kesadaran masyarakat dan dalam
mempengaruhi proses kebijakan untuk meningkatkan pengakuan bahwa Indonesia bisa
memahami hubunagn antara kesehatan dan integritas eksositem agar berhasil dalam
meningkatkan prospek yang leboh sehat dengan cara melakukan kegiatan terus-menerus dalam
Pendidikan sehingga hubungan tersebut dapat terpahami. Sedangakan untuk konsep
Pendidikan memiliki tujuan untuk memungkinkan manusia mengembangkan dan
meningkatkan dirinya sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan alam dan
lingkungan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai