Anda di halaman 1dari 5

Ahmad Rizky Wahyudi/19020114034/2019-B

Paradigma Moralitas Masyarakat di Tegah Pandemi

Akhir-akhir ini, dunia digemparkan oleh merebaknya wabah virus


berkedok pandemi terhadap seluruh warga tanpa mengenal usia, kasta, maupun
kondisi apapun itu. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem
pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Virus corona Covid-
19 telah memulai penyebaran mengerikannya di Wuhan, China pada akhir tahun
lalu, dan dalam waktu yang singkat dia berubah menjadi pusat perhatian seluruh
dunia dan berita utama media massa global dan sebuah alarm panic terhadap
semua pemimpin negara, pejabat pemerintah, pemain industri besar global, pasar
keuangan, bank, dan bahkan masyarakat umum tanpa memandang jenis kelamin
dan usia mereka. Wabah pandemi yang membuat dunia berupaya mencari
perlindungan di dalam empat dinding, memberlakukan karantina atau isolasi diri
pada setengah dari populasi bumi dan mengacaukan tatanan global fungsi sosial,
ekonomi, politik, budaya, agama, dan bahkan militer. Hampir setiap sekto
kehidupan terlumpuhkan akibat pandemi Covid-19 ini, sehingga membawa
dampak yang cukup meresahkan bagi semua orang. Setiap orang dengan cepat
mengambil tindakan pencegahan dan preventif, meluncurkan inisiatif strategis
untuk menghadapi pandemi era yang digambarkan sebagai ‘pandemi yang
menghancurkan’ atau ‘musuh umat manusia’ oleh banyak pengguna sosial media.
Pandemi yang menimbulkan ketakutan, teror dan panik luar biasa diantara umat
manusia di seluruh dunia dengan sangat mudah telah memenangkan gelar ‘musuh
umat manusia’.

Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir
semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk
memberlakukan Lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di
Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini. PSBB adalah singkatan dari
Pembatasan Sosial Berskala Besar, peraturan yang diterbitkan Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 agar
bisa segera dilaksanakan di berbagai daerah. Aturan PSBB tercatat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020. Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan Oscar Primadi dalam keterangan tertulisnya mengatakan
PSBB melingkupi pembatasan sejumlah kegiatan penduduk tertentu dalam suatu
wilayah yang diduga terinfeksi Covid-19. “Pembatasan tersebut meliputi
peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan
kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya,
pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait
aspek pertahanan dan keamanan,” ujar beliau. Kriteria wilayah yang menerapkan
PSBB adalah memiliki peningkatan jumlah kasus dan kematian akibat penyakit
Covid-19 secara signifikan dan cepat serta memiliki kaitan epidemiologis dengan
kejadian serupa di wilayah atau negara lain.

Sejak virus korona mulai menyebar di Indonesia dipertengahan bulan


Februari yang lalu berbagai sikap diperlihatkan masyarakat. Merebaknya virus
corona di beberapa tempat membuat banyak orang tidak memiliki kendali untuk
menghentikan infeksi virus. Oleh karena itu usaha untuk mencegah dengan
menggunakan masker dan hand sanitizer dirasa lebih dapat mereka kontrol. Hal
ini kemudian menjelaskan kenapa jumlah permintaan dua barang tersebut begitu
melonjak dan mengalami kelangkaan stok serta kenaikan harga. Awal penyebaran
virus menimbulkan rasa takut dan panik, hal itu ditandai dengan membeli barang-
barang kebutuhan pokok secara berlebihan, memborong masker dan hand
sanitazer, mudah tersinggung, menyerap informasi tentang virus korona sebanyak
mungkin, dan ikut membagikan (share) informasi apa saja yang terkait dengan
korona dan pencegahannya melalui media sosial. Sejak dikonfirmasinya dua kasus
pertama positif Covid-19 di Indonesia, beberapa orang melakukan tindakan panic
buying atau memborong sembako di tengah kepanikan. Rak-rak yang biasanya
berisi aneka rupa bahan makanan mulai beras, gula, minyak goreng, telur, hingga
mie instan di supermarket tiba-tiba kosong melompong. Pemandangan serupa
tampak di deretan rak yang biasa berisi produk kebersihan diri dan rumah tangga.
Fenomena panic buying dapat menyebabkan kelangkaan barang akibat lonjakan
permintaan dalam waktu singkat. Hal ini sejalan dengan apa yang tengah terjadi
sekarang. Presiden Indonesia Joko Widodo saat ini telah mengumumkan bahwa
akan menindak tegas oknum-oknum yang menimbun dan memasang harga tinggi
untuk sebuah masker. Langkah ini setidaknya telah menjadi sebuah ancaman dan
menimbulkan efek jera pada oknum nakal yang menimbun masker. Panic buying
sejatinya tidak bisa dibenarkan. Bagaimana pun alasannya jangan hanya
menyelamatkan diri sendiri dengan membeli atau menimbun alat kesehatan yang
seharusnya dipakai untuk pihak bagian dari kesehtan. Akibat dari tindakan inilah
yang membuat seolah-olah membuat yang lain semakin resah dan ingin bertindak
dengan hal yang sama. Kita hanya perlu menjaga kesehatan dan menjaga
kebersihan diri agar tehindar dari virus ini. Bukan membiarkan orang lain menjadi
susah akan tindakan tersebut.

Masa lonjakan penyebaran virus dimulai gejala stres, hal itu ditandai
dengan protes, banyak komplain, dan mulai cemas bagaimana cara membayar
cicilan motor, listrik, tunggakan hutang, sewa rumah, dan sebagainya karena
tidak memiliki gaji bulanan yang bisa menjamin pengeluaran tersebut, dan
memutuskan mudik meski tahu tindakan tersebut sangat beresiko. Ketika virus ini
menunjukan tingkat keparahan yang meningkat, akibatnya terjadi keresahan bagi
setiap warga. Hal itu ditandai dengan munculnya tindakan empati dari berbagai
kalangan melalui gerakan donasi membantu tenaga medis dan masyarakat yang
kurang mampu. Sebaliknya, bagi mereka yang keluarga, lingkungan, atau
daerahnya belum ditemukan kasus ODP, PDP, maupun positif mulai keluar
rumah melakukan aktivitas seperti biasa dengan alasan bosan di rumah dan
lingkungannya masih aman. Di saat tingkat penyebaran Covid-19 di Indonesia
menunjukkan kenaikan korban yang semakin tinggi, orang-orang mulai
memperhatikan dan merasakan akibat dari ketidakdisiplinan mereka mematuhi
himbauan tinggal di rumah dan menjaga jarak sebagai bentuk usaha melawan
korona. Keberhasilan negara-negara lain melawan korona akan ditiru dengan
baik. Orang-orang mulai kooperatif dan mendisplinkan diri. Sebagian juga
semakin religius, berdoa bersama kepada Tuhan meminta keselamatan dan
perlindungan.

Untuk mengurangi terjangkitnya virus Covid-19 ini, pemerintah juga


melarang warganya untuk melakukan mudik, terutama menjelang lebaran tahun
ini. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengeluarkan Peraturan Menteri
Perhubungan (Permenhub) soal larangan mudik Lebaran tahun ini. Pengaturan
transportasi ini berlaku untuk transportasi darat, laut, udara, dan perkeretaapian,
khususnya kendaraan pribadi ataupun angkutan umum yang membawa
penumpang. Semisal bus, mobil penumpang, kereta api, pesawat, angkutan
sungai, danau, dan penyeberangan, serta kapal laut, hingga sepeda motor. Meski
demikian, ada beberapa angkutan yang dikecualikan dari pelarangan, seperti
kendaraan pimpinan lembaga tinggi, kendaraan dinas operasional berpelat dinas,
TNI dan Polri, kendaraan dinas operasional petugas jalan tol, kendaraan pemadam
kebakaran, ambulans dan mobil jenazah, serta mobil barang/logistik dengan tidak
membawa penumpang.

Usaha melawan korona adalah tindakan super penting, namun pemerintah


juga harus berhati-hati agar kondisi sosial ekonomi masyarakat tidak menjadi
chaos. Disamping terus melakukan sosialisasi melawan korona pemerintah juga
seharusnya memikirkan kompensasi untuk masyarakat ekonomi bawah.
Keterlibatan seluruh lapisan masyarakat juga menjadi penting sebagai penopang
dari kebijakan tersebut. Gerakan sosial melalui kegiatan amal dan donasi yang
dilakukan oleh sekelompok orang seharusnya dapat merangsang kesadaran
masyarakat lebih luas betapa pentingnya bekerjasama dan berpartisipasi aktif
dalam mencegah penyebaran virus corona di Indonesia.

Sumber:

https://www.suara.com/yoursay/2020/04/03/122632/egoisme-dalam-fenomena-
panic-buying

https://news.detik.com/berita/d-4989009/larangan-mudik-resmi-berlaku

Anda mungkin juga menyukai