Anda di halaman 1dari 2

Anggota :

Puja ariandini
Pinkan Aulia Rachmah
Regen willbertus Manalu

PROMOSI KESEHATAN

Opini
Situasi wabah Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) di Indonesia semakin
mengkhawatirkan, kasus baru terus meningkat, total kasus konfirmasi sudah melewati
angka psikologis hampir 3.000 (2.956 dengan 222 pasien sembuh dan 240 kematian
pada 8 April 2020) meliputi 30 provinsi. Hanya soal waktu, kasus Covid-19 akan
dilaporkan di provinsi lainnya. Angka kematian tersebut menjadi yang tertinggi di
Asia Tenggara. Hal itu tentunya mengharuskan kita untuk meningkatkan kewaspadaan
dan tentunya secara kolektif untuk pencegahan penyebaran virus COVID-19. Kita
semua perlu ambil bagian dalam memerangi wabah COVID-19 ini.

Melihat kegentingan situasi dan makin meluasnya sebaran virus serta ditemukannya
data bahwa penularan telah terjadi secara lokal di banyak negara, Hal ini memberikan
isyarat kuat kepada dunia bahwa wabah yang berawal di satu kota telah menyebar ke
tempat-tempat lain dan berpotensi membawa dampak luar biasa terhadap populasi
dunia. Bila negara-negara tidak segera bersiap menghadapinya, risiko yang dihadapi
akan sangat besar, mengenai semua sektor pembangunan.
Mengulas tentang wabah sudah menggarisbawahi pentingnya kesiapan setiap negara
dalam menghadapi epidemi baru. untuk meningkatkan kapasitas negara menghadapi
wabah melalui pendekatan cegah, deteksi, dan respons.

Penanganan dan pencegahan Covid-19 bisa dengan cara sosial distancing karena
Penyebaran virus corona menjadi ancaman serius bagi dunia. Semakin meningkatnya
pasien yang terkena virus corona, social distancing ini mengarahkan masyarakat
mengurangi interaksi sosialnya dalam menghadapi pandemic Covid-19.

Pengurangan interaksi sosial melalui social distancing guna pencegahan penyebaran


virus corona yang lebih meluas ini dengan cara masyarakat pembatasan penggunaan
fasilitas umum dan menjaga jarak interaksi. Masyarakat diminta untuk berdiam di
rumah dengan melakukan belajar dari rumah bagi pelajar, bekerja dari rumah (Work
From Home/WFH), dan tidak melakukan aktvitas ke tempat-tempat keramaian guna
memutuskan mata rantai penyebaran yang kian bertambah.

Dan himbauan social distancing diterapkan untuk memerangi penyebaran virus


corona. Virus corona sangat mudah menular melalui tetesan atau percikan kecil air
yang dikeluarkan seseorang saat bersin ataupun batuk.
Maka social distancing atau pembatasan sosial, dalam Pedoman Penanganan Cepat
Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di Indonesia, adalah pembatasan
kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah, dan adapun pemerintah berupaya
keras dalam membatasi persebaran virus dan menangani masyarakat terdampak
covid-19. Kesigapan pemerintah melahirkan kebijakan responsif
Persoalan bangsa mengenai bahaya coronavirus disease 2019 (covid-19) tentu
memerlukan penyikapan lebih lanjut,Kebijakan ini harus mengatasi kondisi terkini
dan mengantisipasi dampaknya di kemudian. Keselamatan dan keamanan masyarakat
harus terjamin dan tidak sekadar menjadi materi perdebatan.Tiga kebijakan perlu
disinergikan agar penanganan covid-19 dapat menjamin kelangsungan hidup.

Pertama, kebijakan yang menguatkan ketersediaan dan keandalan infrastruktur


penanganan covid-19. Sejauh ini, upaya pemerintah serta profesionalitas garda depan
kesehatan dapat disebut sebagai fondasi penanganan covid-19. Meskipun belum
mampu menghentikan persebaran virus, kesigapan pemerintah dan tenaga medis
terbukti mampu menghambat dan melokalisasi persebaran.Fondasi penanganan covid-
19 perlu diperluas dan diperkuat. Kesigapan, profesionalitas, dan kerelawanan 'para
prajurit' kesehatan harus diimbangi jaminan kesehatan dan keselamatan yang sama.
Upaya meminimalkan risiko perlu disertai ketercukupan alat pelindung diri (APD)
berkualitas serta peralatan medis mumpuni. Ketersediaan rumah sakit dan kapasitas
penanganannya juga harus mampu menangani ledakan pasien di daerah.

Kedua, kebijakan untuk penyelenggaraan edukasi bahaya covid-19 bagi seluruh


masyarakat, utamanya masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan asumsi
masyarakat menengah ke atas mampu 'mengamankan' dirinya, edukasi sosial sangat
diperlukan masyarakat menengah ke bawah. Kompleksitas edukasi sosial ini akan
cenderung menebal karena persoalan kehidupan masyarakat di Indonesia bersifat
khas. Kebijakan edukasi sosial bahaya covid-19 harus disusun secara sistematis tanpa
menimbulkan keresahan dan kepanikan masyarakat. Tujuannya, menyiapkan
masyarakat menghadapi bahaya covid-19 secara cerdas dan bijak, selayaknya edukasi
tentang cara menghadapi bencana alam. Hanya dengan kebijakan edukasi sosial inilah
pengendalian covid-19 dapat dilakukan, mengingat proporsi potential carrier terbesar
ada pada masyarakat menengah ke bawah

Ketiga, kebijakan nasional untuk memobilisasi dunia industri berpartisipasi


menghadapi covid-19. Pelibatan industri nasional dilakukan dengan meminta mereka
untuk sementara waktu memproduksi secara massal peralatan pencegahan,
pemeriksaan, dan penanganan covid-19. 'Mimikri' usaha yang demikian diarahkan
untuk mencukupi ketersediaan masker, sanitizer, APD, serta bahan pangan bagi
kalangan yang rentan pada kebutuhan primer ini.
Bila tiga kebijakan di atas disinergikan, penanganan covid-19 tentu dapat maksimal.
Sinergi kebijakan ini tidak sekadar menjadi short-cut penanganan bahaya, tapi juga
menuju ke pemantapan keteguhan dan kesigapan elemen bangsa menangani covid-19.

Anda mungkin juga menyukai