Anda di halaman 1dari 3

NAMA: ALDI ADITYA

NIM : 195120207111031
PERAN HUMAS DALAM WABAH COVID-19
Masyarakat global sekarang sedang diresahkan oleh sebuah virus atau wabah yang
merugikan kestabilan dari berbagai aspek suatu negara. Dalam kondisi seperti ini, banyak hal
yang dilakukan dalam menindaki persistiwa ini, salah satunya dengan memperhatikan dan
mengontrol jalur komunikasi serta penyebaran informasi yang cenderung dapat menimbulkan
hal-hal yang berdampak bagi masyarakat. Berbagai negara yang telah terjangkit virus tersebut
berbondong-bondong dalam melakukan penanganan dalam mencegah persebaran dan
kepanikan masyarakat.
Corona Virus atau biasa disebut wabah COVID-19 memang sedang marak terjadi
yang mengakibatkan banyak kerugian yang dialami oleh masyarakat atau bahkan negara
sendiri. Tidak sedikit dari masyarakat dunia, termasuk Indonesia yang mendapati berita hoaks
dimana-mana terkait penyebaran atau penularan COVID-19 secara luas. Penyebaran
informasi mengenai peristiwa tersebut tentunya sangat cepat dalam bentuk berita yang
beragam. Salah satunya memunculkan perasaan panik dan khawatir dari masyarakat.
Hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan mengenai
penjalasan dari virus korona. Dalam hal ini, seorang praktisi Public Relations atau humas
yang merupakan bagian penting dalam menangani informasi atau penyaluran informasi
kepada masyarakat luas. Peran humas sangatlah penting dalam situasi komunikasi seperti ini
karena dapat menjadi saringan informasi kepada masyarakat sehingga menghasilkan
informasi-informasi yang positif.
Maraknya berita-berita palsu dari COVID-19 ini membuat masyarakat menjadi resah
karena berita-berita yang terlihat ‘menakut-nakuti’. Dari sikap seperti itu, dapat menyebabkan
kerugian dan kepanikan (panic buying) yang dimana masyarakat berbondong-bondong dalam
membeli kebutuhan pokok yang berlebihan termasuk masker dan hand sanitizer. Terdapat
pula beberapa kasus yang mengambil keuntungan dari wabah COVID-19 dan merugikan
orang lain seperti menimbun masker atau menjual hand sanitizer palsu. Hal itu terjadi
dikarenakan barang tersebut merupakan anjuran yang diinformasikan oleh tenaga kesehatan
dalam mengatasi dan mencegah persebaran virus korona.
Kasus wabah COVID-19 juga terjadi di beberapa tempat lain dikarenakan penyebaran
informasi yang kurang efektif. Dikutip dari TimesIndonesia.co.id, terdapat kasus pengusiran
tenaga medis yang dilakukan oleh warga setempat dan penolakan mahasiswa yang
melakukan mobilisasi antar pulau hingga kasus penolakan jenazah dari korban virus korona.
Kasus tersebut menjadi hal yang sangat disayangkan karena pengetahuan masyarakat
mengenai virus korona masih sangat minim di situasi yang vital saat ini. Oleh karena itu,
peran praktisi humas diperlukan dalam melakukan penjelasan mengenai definisi COVID-19,
penularan, resiko, dan lain sebagainya. Dalam menghilangkan kekhawatiran atau respon-
respon yang tidak diinginkan masyarakat, praktisi humas harus dapat bertanggung jawab
dalam memuat informasi yang mudah dipahami sebab humas sebagai manajemen komunikasi
sebisa mungkin menangani informasi-informasi yang akan disajikan kepada public agar tidak
adanya berita palsu yang akan mempengaruhi reaksi masyarakat.
Praktisi humas dalam hal ini sangat dibutuhkan agar mampu mengurangi dan
menghilangkan rasa panik masyarakat dan membuat masyarakat lebih waspada dan tetap
tenang. Maka dari itu, hal ini menjadi perhatian pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan
terkait penyebaran wabah COVID-19 serta bagaimana pemerintah dalam menangani situasi
krisis seperti ini yang cenderung menyebabkan respon-respon neghatif dari masyarakat atas
kerugian yang dirimbulkan. Pemerintah juga harus dapat mengambil atau menentukan
tindakan yang cepat dan tepat agar membuat situasi yang lebih baik.
Salah satu Tindakan pemerintah yaitu melalui praktisi humas dengan cara melakukan
koordinasi di berbagai daerah yakni melakukan sosialisasi dan pemberian informasi yang
valid dengan bahasa yang mudah dipahami agar masyarakat dapat dengan cepat menerima
informasi yang disampaikan dan tidak berpikir impulsif dalam melakukan Tindakan yang
merugikan. Persebaran praktisi humas di berbagai daerah juga menjadi tindakan yang tepat
dalam menanggulangi persebaran berita palsu dan keresahan warga terhadap wabah COVID-
19 karena dari beberapa daerah memiliki persepsi masing-masing. Oleh karena itu,
diharapkan praktisi humas dapat memberikan Tindakan yang tepat.
Praktisi humas sebagai agen informasi dalam pemerintahan juga harus mampu
memberikan konten-konten positif kepada masyarakat. Hal itu dapat menjadi salah satu
tindakan pemerintah dalam mengambil komunikasi krisis agar dapat mengurangi reaksi
negatif dari masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap wabah COVID-19 ini tentunya
menimbulkan banyak persepsi. Hal ini dapat menjadi peluang bagi praktisi humas dalam
memanfaatkan sarana komunikasi di media sosial.
Media sosial telah menjadi bagian yang vital dalam pemberi informasi secara luas.
Sosial media juga bisa menjadi platform yang dapat menarik perhatian masyarakat luas
sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dengan cepat. Tinggal bagaimana praktisi
humas meminimalisir persebaran berita hoaks yang dapat membuat persepsi masyarakat
terhdapap wabah COVID-19. Kendati demikian, praktisi humas harus tetap memberikan
asupan informasi yang cukup dan bersifat positif agar perasaan tidak adanya korban dari
berita hoaks. Informasi yang diberikan pun harus berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang
telah dikumpulkan. Selain media sosial, media massa seperti televisi dan radio juga menjadi
sarana persebaran informasi yang cepat dan luas. Pemerintah seharusnya telah memanfaatkan
kedua media atau platform tersebut terkait pemberitaan wabah COVID-19 ini.
Peran prkatisi humas dalam hal ini tentunya harus lebih produktif karena peristiwa ini
telah menjadi urgensi dalam setiap daerah. Banyak masyarakat yang belum mengetahui
gejala dan resiko dari wabah COVID-19 hingga pemerintah mengeluarkan kebijakan yakni
social distancing atau menjaga kontak jarak antar orang dan tetap dirumah agar mengurangi
pesebaran virus tersebut. Tetapi, terdapat berbagai reaksi dari masyarakat mengenai hal
tersebut. Ada yang merespon dengan rasa khawatir dan panik dan ada juga yang merespon
dengan biasa saja atau malah melanggar kebijakan tersebut. Hal ini tentu sangat disayangkan
karena kedua sikap tersebut memiliki dampak masing-masing.
Dampak negatif yang dirimbulkan oleh virus korona ini tentunya tidak dapat
dipungkiri dari persebaran hoaks yang marak ada dimana-mana terkhususnya di media sosial.
Sikap yang ditimbulkan masyarakat pun telah dipengaruhi oleh informasi-informasi yang
kurang valid. Tidak sedikit masyarakat yang kurang mengetahui bagaimana virus tersebut
dapat menular karena mereka berfokus kepada jumlah korban yang telah terinfeksi atau
bahkan ketakutan karena tidak adanya obat terkait. Padahal terlah banyak informasi yang
diberikan mengenai cara pencegahannya melalui tenaga Kesehatan dan kebijakan-kebijakan
pemerintah dalam menangani kasus krisis seperti ini.

DAFTAR PUSTAKA
Kriyantono, Rachmat dan McKenna, Bernard. Crisis Response vs Crisis Cluster: A test of
Situasional Crisis Communication Theory on Two Crisis Clusters in Indonesia Public
Relations. Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication. Jilid 35(1)
2019: 222-236
Desanto, Barbara;Moss, Danny. Rediscovering what PR managers do: Rethinking the
measurement of … Journal of Communication Management; 2004; 9,2; ProQuest. pg.
179
Michael L. Kent *, Maureen Taylor. Beyond excellence: Extending the generi approaach to
international public relations The case of Bosnia. School of Communication, 300
Sprau Tower, Western Michigan University, 1903 W. Michigan Avenue, Kalamazoo,
MI 49008-5318, United States.
Kriyantono. R (2020). Komunikasi Kasih Sayang di Tengah Wabah Corona. (diakses pada
16 April 2020). https://www.timesindonesia.co.id/read/news/264979/komunikasi-
kasih-sayang-di-tengah-wabah-corona

Anda mungkin juga menyukai