Anda di halaman 1dari 8

Nama : Bunga Fitri Sitoresmi

NIM : 24030117120025

Mata Kuliah : Kewarganegaraan

Pengampu : Amiek Soemarmi,SH.MHum.

Analisis Sikap Pemerintah Dalam Upaya Memberi Perlindungan Kepada


Warga Negara Dan Sikap Warga Negara Yang Mentaatinya

Pada Desember 2019, dunia internasional dihebohkan dengan penemuan virus


baru yang disebut “Corona” di Wuhan, Tiongkok, bersumber dari media, awal mula
penyebarannya virus tersebut  diduga melalui konsumsi daging “kelelawar”.
Beberapa bulan kemudian kasus tersebut menjadi isu internasional, karena
penyebarannya yang begitu cepat ke berbagai negara.Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) sendiri menyatakan terdapat lebih dari 100.000 kasus di dunia internasional,
yang mengakibatkan kematian lebih dari 3.000 orang. Wabah atau virus tersebut
akhirnya mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lemah di beberapa negara,
termasuk Indonesia, pelarangan kunjungan luar negeri, sampai pembatasan aktivitas
umum masyarakat.

Di Indonesia sendiri, virus tersebut mulai menjadi kepanikan masyarakat,


karena awal Maret 2020, pemerintah mengumumkan dua orang warga negara
Indonesia, positif terjangkit virus corona. Penyebarannya yang cepat mengakibatkan
beberapa daerah di Indonesia menjadi rawan, sebut saja Jakarta, Surakarta, Depok
dan berapa daerah lainnya.Penanganan dari pemerintah daerah pun dilakukan
beragam, mulai dari memberhentikan sementara aktivitas masyarakat, termasuk
persekolahan, sampai pemberlakuan KLB (Kejadian luar biasa ) di Sukakarta.
Pemerintah pusat pun telah menunjuk juru bicara penanganan virus corona yaitu
Achmad Yurianto sebagai  Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kemenkes.

Kabar Terbaru, Pemerintah Pusat telah membentuk gugus tugas untuk


mengatasi virus corona, yang dipimpin langsung oleh Kepala BNPB, Letjen. Doni
Monardo. Narasi di atas telah menunjukan kepada kita, ikhtiar pemerintah Indonesia
dalam mengatasi virus corona yang sangat meresahkan. Faktanya masih terjadi
resistensi dalam masyarakat kita, terutama dalam hal “keterbukaan” pemerintah
mengenai data komprehensif seputar penyebaran virus corona di Indonesia. Memang
kebijakan tersebut akan menimbulkan dampak lain, bagaimana agar masyarakat
tidak panik, sedangkan masyarakat tidak mengetahui lokasi pasti penyebaran virus
corona tersebut. Mereka hanya mampu menebak dan mendeskripsikan spekulasi.
Memberikan rasa aman menjadi tugas wajib pemerintah.

Beragamnya pemberitaan media nasional maupun internasional mengenai


perkembangan virus corona ini menjadi konsumsi publik, yang mengakibatkan tidak
jelasnya pemberi informasi utama yang representatif dan efektif. Lumrah publik
menunggu informasi valid dari pemerintah agar masyarakat tidak berspekulasi, dan
berburuk sangka, keterbukaan pemerintah akan menimbulkan rasa aman, nyaman
dan mengatasi ktidaktahuan masyarakat. Pola komunikasi yang dilakukan pejabat
pun, perlu merepresentasikan bahwa Pemerintah Indonesia tidak panik, serta
memiliki strategi dan kebijakan yang efektif dalam mengatasi virus corona.

Social Distancing

Memburuknya wabah virus Corona mengharuskan pemerintah mengambil


sikap.Presiden Joko Widodo, menyarankan setiap individu menerapkan social
distancing untuk menghadapi pandemic Covid-19. Social distancing merupakan
salah satu langkah pencegahan dan pengendalian infeksi virus corona dengan
menganjurkan orang-orang untuk membatasi kontak langsung atau jaga jarak dengan
orang lain dan membatasi berkunjung ke tempat ramai. Penerapan social
distancing menuntut seseorang agar tidak diperkenankan untuk berjabat tangan serta
menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain terutama orang yang sedang sakit
dan beresiko tinggi menderita Covid-19. Dengan penerapan social distancing,
diharapkan jumlah orang yang terinfeksi oleh virus cor ona tidak melonjak, sehingga
pihak rumah sakit dapat melayani pasien secara optimal.

Seperti yang diketahui, kapasitas tenaga medis dan daya tamp ung pasien di
beberapa rumah sakit di Indonesia sangat minim, ditambah pula penyediaan alat
maupun fasilitas yang kurang memadai.Meskipun jumlah kasus positif COVID-19
semakin meningkat dengan area sebaran yang lebih luas, tampaknya imbauan untuk
melakukan social distancing tidak serta merta diterapkan secara serius. Menjaga
jarak perlu dilakukan dimanapun; baik di tempat kerja, atau saat mengantri di
transportasi publik dan belanja kebutuhan pokok di supermarket, maupun di dalam
lift.Hindari kerumunan, menunda aktivitas berkelompok, adalah hal paling mudah
dilakukan saat ini.

Sementara tingkat kepatuhan masyarakat untuk melakukan social distance


masih terlihat rendah, karena masih terlihat warga beraktivitas keluar rumah untuk
tujuan rekreasi, duduk bergerombol, berkumpul tanpa menggunakan masker ataupun
menjaga jarak, sehingga kemungkinan penyebaran masih menjadi tugas besar. Dari
aspek masyarakat sebagai warga negara, perlu secara disiplin meningkatkan
kesadaran terhadap diri sendiri, lingkungan dan orang lain, dengan beberapa cara
sebagai berikut:

1. Menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, dan menjaga asupan gizi serta
makanan untuk meningkatkan imunitas tubuh
2. Menerapkan kesadaran social distancing, dengan tidak bersalaman,
berkumpul dan berdesak-desakan di tempat umum, menjaga jarak dan
sebagainya
3. Tidak bepergian. Sedapat mungkin berada di rumah untuk memutus mata
rantai penularan dan meminimalisir resiko tertular.
4. Apabila terdapat gejala segera hubungi fasilitas kesehatan yang disediakan
pemerintah.

Sikap Pemerintah

Presiden Joko Widodo, telah mengeluarkan himbauan untuk mengurangi


mobilitas aktivitas seperti bekerja, belajar dan beribadah. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan secara efektif dari rumah, namun tentu tidak semua orang cukup
beruntung dapat bekerja, belajar maupun beribadah dari rumah. Presiden secara
resmi telah menyatakan darurat Nasional Non Alam terhadap wabah Virus Corona,
artinya seluruh perangkat negara perlu berjibaku untuk melakukan penanganan
secara serius dan totalitas tinggi. Namun cukup mengherankan ketika pasien 01-03
dinyatakan sembuh, lantas diberikan hadiah dan diumumkan dipublik, seakan-akan
Indonesia telah terbebas dari wabah.Walaupun pengumuman tersebut perlu, tetap
perlu adanya kewaspadaan bagi masyarakat.

Persoalan masih belum selesai selesai.Peningkatan pasien terinfeksi masih


terdapat penambahan hingga hari ini.Demikian juga yang dalam pengawasan serta
dalam pemantauan. Walaupun beberapa negara lain telah menerapkan kebijakan
lockdown, seperti Italia dan bahkan Malaysia, hingga sekarang pemerintah belum
menerapkan kebijakan lockdown, karena berbagai pertimbangan dan juga dampak
yang ditimbulkan. Mencermati persoalan tersebut, Pemerintah Indonesia perlu
meningkatkan pelayanan publik dalam beberapa hal, yaitu :

1. Koordinasi dengan pelaku usaha untuk segera menerapkan bekerja dari rumah
(Work From Home)
2. Meminta setiap Aparat Pemerintah dari tingkat terendah untuk melakukan
kontrol dan edukasi masyarakat dalam penerapan social distancing, seperti
tidak bepergian dari rumah jika tidak ada hal mendesak, sering cuci tangan,
jangan menyentuh wajah dan melakukan pengecekan suhu tubuh secara
massif  di tempat-tempat umum; karena selain edukasi tentang bahaya virus
corona pemerintah juga harus memberikan edukasi atau sosialisasi terhadap
pencegahan secara akurat.

Seperti yang diketahui bahwa pemerintah seakan tidak transparan dalam


menyampaikan informasi kepada publik terkait penanganan virus corona.Pemerintah
terkesan menutup informasi dengan alasan menjaga situasi tetap kondusif dan tidak
ingin membuat masyarakat panik. Namun, sikap ketidakterbukaan pemerintah
membuat masyarakat sulit dan tidak tenang.Ada ketidaklarasan yang dilakukan pihak
dalam menyikapi kasus virus corona, beberapa birokrat menyepelekan dan
menganggap enteng virus ekstrim ini. Hal itu, membuat masyarakat awam panik
ketika melihat maupun membaca berita yang disampaikan oleh media massa.
Pemerintah seharusnya mampu meyakinkan masyarakat bahwa negara siap
menangani kasus virus corona dengan baik.

Jika pemerintah terus membuat pernyataan yang main-main, maka masyarakat


akan terus bertanya-tanya tentang kesediaan negara sebagai stabilitator kegentingan.
Pemerintah menjadi kunci dalam mebangun solidaritas dan kerja sama baik vertical
maupun horizontal. kebijakan-kebijakan dan langkah-langkah yang diambil oleh
Pemerintah.  Sikap tegas bahwa penanganan wabah covid19 adalah menjadi tanggung
jawab pemerintah, walaupun semua elemen bangsa harus bergerak secara bersama-sama
membangun solidaritas agar pekerjaan berat dalam menangani covid19 menjai lebih
mudah.  Pemerintah tentu mustahil menangani epedemi covid19 sendirian, namun
membutuhkan solidaritas dari seluruh masyarakat Indoensia, termasuk salah satunya patuh
kepada semua anjuran dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam
menghadapi covid19. 

Berdasarkan UUD 1945 dan UUNomor 24 Tahun 2007, Presiden merupakan


pemilik kekuasaan dan kewenangan tertinggi dalam menjamin keselamatan, kesehatan dan
kehidupan rakyat Indonesia dalam Penanggunlangan Bencana.Sebagai wraga negara, kita
sebagai rakyat harus mematuhi (mituhu) kebijakan dan langkah-langkah yang sudah
diambil dan dilakukan oleh pemerintah.  Kewajiban pemerintah untuk memyampaikan
informasi secara jujur dan terbuka kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui dan
menyadarai ‘becana’.Pemerintah mendesak menyediakan kebutuhan pokok kesehatan, baik
pencegahan maupunn pengobatan, seperti masket, disinfektan, Alat Pelindung Diri (APD)
sesuai standar WHO bagi para dokter dan para medis yang merupakan garda terdepan
dalam penanggulangan covid19.Harapannya kebijakan dan langkah yang diambil
merupakan yang paling minimal resikonya bagi masyarakat. 

Semua kebijakan dan langkah mengandung resiko, bahkan mungkin akan


melahirkan kritik dari masyarakat. Namun pemerintah tidak patut mundur atau
menyerahkan kepada masyarakat dalam menghadapi covid19.Masyarakat membutuhkan
kepemimpinan yang kuat dan dapat dipercaya agar mereka yakin negara melindungi
mereka dan mejamin keselamatan dan kesehatan mareka.Tindakan yang dipilih bukan
hanya menguntungkan sebagian pihak dan kelompok tententu.Memilih tindakan yang
relevan dengan situasi sangat dibutuhkan, sehingga kemampuan atau sumber daya yang
‘sedang terbatas’ dalam keuangan dapat bermakna maksimal. Upaya menggalang kerja
sama sehingga terbangun kolaborasi dan solidaritas dari semua komponen bangsa karena
apa yang sedang kita hadapi bukanlah hal yang remeh atau pantas dianggap sepele.
Kepemimpinan yang kuat juga akan mamapu memunculkan empati, kerja sama dan saling
tolong menolong atau gotong gorong di tengah masyarakat. Sebagaimana nilai-nilai
kebudiluhuran, jujur, tanggung jawab, suka menolong dan rendah hati. 

Sikap Warga Negara Dalam Mentaati Pemerintah

Disisi lain, masyarakat harus mematuhi semua anjuran pemrintah. Sikap dan
perilaku taat kepada beberapa kebijakan pemerintah harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh (tememen). Seperti pada awal himbauan untuk melakukan social distancing atau
menjaga jarak, tidak berada di ruang publik, keramaian atau tidak mengadakan pesta/rapat
atau perkumpulan orang lainnya karena akan menjadi sarana penularan virus. 
Ketaatan masyarakat sepatutnya dilakukan sebagai bentuk etika yang selalu bertanggung
jawab membantu upaya pemerintah memotong penyebaran virus covid19.  Perilaku
tersebut sekaligus sebagai wujud dari sikap rendah hati, berupaya untuk memberikan
kenyamanan kepada sesama anggota masyarakat.Himbaun dan aturan yang diambil adalah
untuk kepentingan masyarakat agar tetap sehat.Ironisnya, sampai hari ini masyarakat masih
banyak yang tidak memtauhi social distancing.  Sikap agar bebal seperti ini, tentu
merupakan peluang akan adanya ‘ledakan’ masyarakat terpapar virus covid19.

Namun bukan hanya masyarakat saja yang dituntut mempunyai sikap bertanggung
jawab. Pejabat negara baik legislatif, yudikatif dan eksekutif  wajib mempunyai sikap dan
perilaku tanggung jawab, terutama melakukan secara maksimal dengan menggunakan
kewenangan dna kekuasaan yang mereka miliki  secara maksimal bagi keselamatan dan
kesehatan masyarakat, termasuk para dokter dan tenaga media yang mengahadapi ledakan
pasien setiap harinya. Pemerintah juga perlu mengambil kebijakan bagi pemenuhan
kebutuhan masyarakat terutama mereka yang secara ekonomi pekerja harias, kepala
keluarga yang terinfeksi covid19, dokter dan para medis, serta berbagai profesi yang terkait
penanggunkangan bencana wabah ini. Sebagai masyarakat, kita harus bertanggung jawab
memilih tindakan yang tidak merugikan diri sendiri dan pihak lain. 

Dalam kondisi wabah covid19, masyarakat berperilaku penuh tanggung jawab


dengan mematuhi semua anjuran pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Masyarakat dan semua pihak harus patuh atau taat (mituhu) dengan semua aturan
dna ketentuan pemerintah. Termasuk tidak memproduksi dan menyebarkan berita
hoax.Sikap ini juga harus dimiliki oleh media dalam menyebarkan informasi mengenai
wabah virus corona.Sikap dan perilaku bertanggung jawab dan rendah hati juga harus
dilakukan oleh media.Pemilik media harus mendukung pemerintah dalam penanggulangan
wabah virus corona ini, tidak hanya sekedar melakukan liputan semata untuk memenuhi
kebutuhan informasi yang menguntungkan secara ekonomi. 

Media harus melihat kondisi saat ini, sebagai persoalan bersama, dimana
masyarakat adalah mitra bukan hanya sebagai konsumen yang menjadi target konsumsi
informasi.Media harus menggalang solidaritas untuk mendukung persoalan yang sedang
dihadapi bangsa dan negeri Indonesia.Saatnya media menerapkan filosofi kerja media “Pers
Pancasila yang bebas namun bertanggung jawab.Media harus betanggung jawab
denganmematuhi ketentuan-ketentun UU Pers dan Penyiaran, menjadi media yang
sebagaimana harusnya dalam kondisi wabah yang dihadapi Indonesia.Media tidak sekedar
memikirkan keuntungan ekonomi semata.Saatnya media berubah haluan menjadi media
perjuangan, namun dalam koridor tetap mempertimbangkan nilai ekonomi, namun bukan
lagi yang utama.

Melihat fenomena dan fakta berdasarkan data sudah sangat dibutuhkan koloborasi
atau kerja sama antara Pemerintah Pusat dan Daearah, serta semua komponen masyarakat
agar tercipta sinergi untuk melawan wabah covid19 bersama sama. Sinergi akan mampu
tercapai jika masyarakat percaya kepada pemerntah mampu menangani wabah ini.
Pemerintah harus mengambil kebijakan dan langkah-langkah yang tepat dan pro rakyat
akan melahirkan kerja sama dan dukungan yang besar dan meluar dalam penangan musibah
covid19. 

Harapan besar seluruh masyarakat, bahwa kerja sama akan melahirkan rasa
solidaritas di relung hati masyarakat Indonesia yang akan melahirkan perilaku saling tolong
menolong, karena pada dasarnya Pemerintah tidak akan mungkin menyelesaikan sendiri
masalah wabah covid19 ini.  Ketika solidaritas Bersama muncul, maka akan muncul
perilaku-perilaku dan aktivitas yang menggerakkan ‘spirit’ masyarakat sehingga ‘epedemi’
yang sangat erat ini dapat dipikul bersama dan mampu meringankan semua pihak, termasuk
pemerintah. Bagaimana pun juga pemerintah baik pusat dan daerah adalah pihak yang
diberikan kewenangan oleh rakyat oleh karenanya mereka mempunyai kekuasaan untuk
membuat kebijakan dan mengambil langkah-langkah yang lebih membela kepentingan
masyarakat yaitu kesehatan dan keselamatan mereka. 

Anda mungkin juga menyukai