Anda di halaman 1dari 6

TUGAS HUKUM PEMERINTAH DAERAH DAN DESA

“Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Penanganan Covid-19”

Disusun Oleh :

Nama : Aidhea Ayu Lensi


Nim : 02011381823404

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2020
A. Pendahuluan
1. Latar belakang

COVID-19 merupakan keluarga besar dari virus SARS and MERS yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Virus ini merupakan virus jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia, yang kemudian pertama kali
didentifikasi di kota Wuhan, China pada Desember 2019. Virus corona dapat ditularkan
antara hewan ke manusia dan manusia ke manusia. Gejala klinis akan muncul setelah 2-14
hari setelah terinfeksi, namun dapat menular meski belum menunjukkan gelaja infeksi. Jika
seseorang terinfeksi virus corona, maka akan mengalami gejala seperti, Demam selama
beberapa hari, Batuk, Nyeri, Tenggorokan, Kesulitan bernafas, Flu/pilek.

Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat menjadi 514 kasus. Pada Minggu
(22/3) kasus baru yang tercatat di Kementerian Kesehatan bertambah 64 kasus. Sementara
penderita yang meninggal meningkat menjadi 48 jiwa dan 29 pasien dinyatakan sembuh.
Kasus-kasus tambahan COVID-19 masih terpusat di DKI Jakarta, namun telah menyentuh
bagian timur Indonesia. DKI Jakarta bertambah 40 kasus. Jawa Timur (15 kasus), Jawa Barat
(4 kasus), dan Jawa Timur (1 kasus) juga menyusul. Temuan kasus baru berada di Papua (2
kasus), Maluku (1 kasus), dan Kalimantan Selatan (1 kasus). Sejauh ini pemerintah pusat
melalui Tim Gugus Tugas COVID-19 yang dipimpin BNPB masih mengupayakan kebijakan
social distancing atau jaga jarak. Masyarakat diimbau untuk tidak beraktivitas di luar rumah
dan menghindari kerumunan dengan tujuan memutus mata rantai penyebaran virus. Di tengah
kondisi pandemi yang semakin meluas, Presiden Joko Widodo baru menginstruksikan
jajarannya untuk segera melakukan Rapid Test dengan cakupan lebih luas. Cepatnya
penyebaran virus yang menjangkiti lebih 150 negara harus jadi alarm. Kondisi ini mestinya
menuntun pemerintah bergegas mengambil kebijakan. Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia
terus meningkat setiap harinya maka dari itu pemerintah pusat tidak dapat untuk mengatur
sebanyak pulau dan provinsi di indonesia ini sendiri maka pemerintah pusat mengintruksikan
dan memberikan wewanang secara cepat kepada pemerintah daerahnya dalam menindak
kasus covid-19 ini.agar masyarakat yang ada di daerah-daerah dapat mendapatkan
penanganan yang cepat dalam kasus covid-19 ini.
B. Rumusan masalah
1. kewenangan khusus yang diambil oleh pemerintah daerah dalam penanganan
covid- 19 Didaerahnya ?

PEMBAHASAN

Negara modern yang demokratis, memiliki struktur pemerintahan yang jelas dalam
upaya membatasi kekuasaan, agar tidak terjadi kedzaliman serta kesewenang-wenangan.
Pada Desember 2019, dunia internasional dihebohkan dengan penemuan virus baru yang
disebut “Corona” di Wuhan, Beberapa bulan kemudian kasus tersebut menjadi isu
internasional, karena penyebarannya yang begitu cepat ke berbagai negara. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyatakan terdapat lebih dari 100.000 kasus di dunia
internasional, yang mengakibatkan kematian lebih dari 3.000 orang.

Wabah atau virus tersebut akhirnya mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lesu
di beberapa negara, termasuk Indonesia, pelarangan kunjungan luar negeri, sampai
pembatasan aktivitas umum masyarakat.Di Indonesia sendiri, virus tersebut mulai menjadi
kepanikan masyarakat, karena awal Maret 2020, pemerintah mengumumkan dua orang warga
negara Indonesia, positif terjangkit virus corona yang kemudian disebut virus corona.
Penyebarannya yang cepat mengakibatkan beberapa daerah di Indonesia menjadi rawan,
sebut saja Jakarta, Surakarta, Depok dan berapa daerah lainnya. Penanganan dari pemerintah
daerah pun dilakukan beragam, mulai dari memberhentikan sementara aktivitas masyarakat.

Lima daerah bersilang kebijakan dengan pemerintah pusat dalam penanganan virus
corona (Covid-19). Mereka menempuh lockdown atau karantina wilayah, yang semestinya
menjadi kewenangan pemerintah pusat. Kelima daerah yang menerapkan lockdown antara
lain Pemkot Solo, Bali, Papua, Maluku, dan Tegal. Daerah-daerah itu menerapkan lockdown
dengan skala berbeda-beda. Tegal, misalnya, memilih kata ‘local lockdown’. Pemerintah kota
setempat menutup akses jalan protokol dalam kota dan jalan penghubung antarkampung
dengan beton jenis moveable concrete barrier (MBC). Wali Kota Tegal mengumumkan
langsung local lockdown tersebut. Di sisi lain, Wakil Wali Kota Tegal Muhammad Jumadi
menolak jika daerahnya dicap telah melawan kebijakan pusat. Jumadi berdalihlocal lockdown
ditempuh semata untuk memutus rantai penyebaran virus corona di wilayahnya.“Pemerintah
Kota Tegal tidak melawan pusat, kami in line (sejalan) dengan provinsi dan pusat,” kata
Jumadi, Jumat (27/3/2020).

Namun kebijakan Tegal, Maluku, hingga Papua tak sepenuhnya salah. Para kepala
daerah tersebut, menurut pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah, terpaksa
menempuh lockdown karena tak ada banyak pilihan kebijakan. Jumlah korban akibat virus
corona terus bertambah. Sementara pemerintah pusat, disebut Trubus tidak memiliki arahan
jelas dalam kebijakan penanganan covid-19. Hal lain yang memicu silang kebijakan.

Kasus corona hanya satu contoh. Sebab, menurutnya, kelemahan koordinasi ini sudah
terjadi sejak era pascareformasi, begitu otonomi daerah diterapkan. Pemerintah pusat
seringkali sulit untuk mengambil kebijakan strategis lantaran setiap daerah memiliki
kebijakannya masing-masing.

Pemerintah pusat, Trubus menduga, juga tak berani menetapkan kebijakan lockdown
di suatu daerah. Selain karena pertimbangan ekonomi, hal lain adalah menyangkut keresahan
sosial. Lockdown bisa memicu protes sosial karena berpotensi mempengaruhi perekonomian
masyarakat. Protes sosial inilah yang diduga Trubus coba dihindari oleh pemerintah di tengah
penanganan wabah corona.“Ini persoalannya kenapa pusat tidak berani, karena dia
dihadapkan pada persoalan ya ketakutan untuk mendapat protes dari masyarakat di lokal,”
tambah dia lagi.

Perlu ada sikap tegas dari pemerintah soal lockdown daerah. Trubus khawatir jika
dibiarkan berlarut, pemerintah daerah akan mengambil kebijakan-kebijakan strategis lain
tanpa melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat. Kebijakan sepihak daerah bisa terjadi
karena pemda lebih memiliki peran dan pengetahuan atas kondisi dan juga keadaan di
wilayahnya masing-masing. Terlebih dengan otonomi yang dimiliki daerah sejak reformasi.
Peran kepala daerah bagi masyarakat lokal semakin kuat, terutama dalam menentukan arah
kebijakan. “Jadi otonomi daerah itu menyebabkan kepala daerah itu bertanggung jawab
kepada rakyatnya karena dia dipilih langsung oleh rakyatnya,”.

Pemerintah Pusat tanpa Parameter KebijakanPakar Kebijakan Publik Universitas


Indonesia, Zuliansyah mengatakan sejauh ini masyarakat dan kepala daerah tidak diberikan
gambaran utuh dan detail ihwal pemutusan rantai covid-19 di masyarakat. Persoalan
bertambah karena tidak ada evaluasi dari pemerintah pusat dalam setiap kebijakan yang telah
dibuat. Salah satu cara untuk mengatasi tumpang tindih kebijakan, kata Zuliansyah, harus ada
desain besar sebuah kebijakan penanganan virus corona. Zuliansyah mengatakan kerap kali
misi nformasi berseliweran sehingga esensi dari penerapan kebijakan tersebut tidak
tersampaikan dengan baik. Kekeliruan pun terjadi. Misalnya, rapid test yang bertujuan
mencegah penyebarluasan virus, justru berpotensi jadi sarang penularan di sejumlah daerah
karena pelaksanaannya mengundang kerumunan massa. “Dalam filosofi kebijakan publik,
pemerintah gak bisa mengajak publik untuk mendukung kebijakannya kalau mereka tidak
tahu esensi dari kebijakan tersebut,”

Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi mengatakan, pemerintah daerah dapat


mengeluarkan banyak kebijakan demi mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). Salah
satu kebijakan yang dapat diambil, yakni meliburkan sementara proses belajar mengajar di
sekolah dan universitas dan mengimbau mereka belajar di rumah. "Kemudian membuat
kebijakan tentang sebagian ASN bisa bekerja dari rumah dengan menggunakan interaksi
online dengan tetap mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat," ujar Presiden
Jokowi dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (15/3/2020). Selain itu,
menunda kegiatan yang melibatkan banyak orang. Ada pula meningkatkan pelayanan
pengetesan infeksi Covid-19 dan pengobatan secara maksimal dengan memanfaatkan
kemampuan rumah sakit daerah bekerja sama dengan swasta. Meski demikian, Presiden
Jokowi mengingatkan agar pemerintah daerah melaksanakan pemetaan terlebih dahulu terkait
penyebaran virus corona di daerahnya.

Selain itu, menunda kegiatan yang melibatkan banyak orang. Ada pula meningkatkan
pelayanan pengetesan infeksi Covid-19 dan pengobatan secara maksimal dengan
memanfaatkan kemampuan rumah sakit daerah bekerja sama dengan swasta. Meski
demikian, Presiden Jokowi mengingatkan agar pemerintah daerah melaksanakan pemetaan
terlebih dahulu terkait penyebaran virus corona di daerahnya. Tentukan status kedaruratan
daerah Presiden juga meminta seluruh kepala daerah di Indonesia untuk memonitor
penyebaran wabah virus corona (Covid-19) di daerahnya masing-masing. Melalui monitoring
itu, kepala daerah diminta segera menentukan status daerahnya. "Saya minta kepada seluruh
gubernur, bupati dan wali kota untuk terus memonitor kondisi daerahnya dan berkonsultasi
dengan pakar medis dalam menelaah setiap situasi yang ada. "Kemudian, terus berkonsultasi
dengan BNPB, untuk menentukan status daerahnya apakah siaga darurat ataukah tanggap
bencana non alam," lanjut dia. Baca juga: Menhub Positif Covid-19, Jokowi: Menteri Lain
Tetap Bekerja Biasa Berdasarkan status kedaruratan itu, Presiden Jokowi memerintahkan
pemerintah daerah dengan dibantu TNI-Polri dan kementerian terkait melakukan langkah
efektif dan efisien dalam menahan laju penyebaran Covid-19. Pastikan Pemda bisa cepat
pakai anggaran Presiden Jokowi memerintahkan seluruh kepala daerah untuk
mengalokasikan anggaran serta menggunakannya secara efektif dan efisien demi menghadapi
Covid-19. "Saya sudah memerintahkan untuk memberikan dukungan anggaran memadai
untuk digunakan secara efektif dan efisien," . Terkait anggaran ini, pemerintah merujuk pada
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Ia mengatakan,
berdasarkan undang-undang tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah dimungkinkan
untuk memprioritaskan penggunaan anggaran secara cepat. Baca juga: Jokowi Minta
Masyarakat Bersatu dan Kerja Sama Stop Virus Corona Kementerian Keuangan, lanjut
Presiden Jokowi, juga telah mengeluarkan peraturan dan pedoman untuk penyediaan
anggaran yang diperlukan seluruh kementerian/lembaga, pemerintah daerah, serta gugus
tugas penanganan Covid-19.

"Peraturan ini memberikan landasan hukum


Kesimpulan

Pemerintah pusat sudah memberikan kepada pemerintah daerah untuk dapat


mengeluarkan banyak kebijakan demi mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). Salah
satu kebijakan yang dapat diambil, yakni meliburkan sementara proses belajar mengajar di
sekolah dan universitas dan mengimbau mereka belajar di rumah. "Kemudian membuat
kebijakan tentang sebagian ASN bisa bekerja dari rumah dengan menggunakan interaksi
online dengan tetap mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat," Selain itu,
menunda kegiatan yang melibatkan banyak orang. Ada pula meningkatkan pelayanan
pengetesan infeksi Covid-19 dan pengobatan secara maksimal dengan memanfaatkan
kemampuan rumah sakit daerah bekerja sama dengan swasta. Para pihak Pemda dipastikan
bisa cepat pakai anggaran Presiden Jokowi memerintahkan seluruh kepala daerah untuk
mengalokasikan anggaran serta menggunakannya secara efektif dan efisien demi menghadapi
Covid-19. Terkait anggaran ini, pemerintah merujuk pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana

Anda mungkin juga menyukai