Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Edukasi mahasiswa mengenai permasalahan lingkungan yang bersifat kompleks


akibat timbulan sampah diperlukan untuk membentuk kesadaran masyarakat. Faktor
penyebab kepedulianlingkungan didasari cara berpikir dan perilaku manusia.
Partisipasi aktif warga menjadi hal yang penting untuk diidentifikasikan dalamaksi
pengelolaan sampah. Upaya menjaga kelestarian lingkungan harus bermula dari diri
individu dengan memulai melakukan hal-hal kecil. Perubahan yangdilakukan
kemudian dapat’ditularkan’menjadi kebiasaan dalam keluarga ataupunmasyarakat,
sehingga terjadi perubahan besar. Menurut Singhirunnusorn dkk. (2012), perubahan
cara berpikir masyarakat mengenai pengelolaan sampah rumah tangga untuk
mengurangisampah di sumber melalui partisipasi mahasiswa harus
diintegrasikanke dalam proyek bank sampah yang berbasis masyarakat. Sesuai
dengan filosofi mendasar mengenai pengelolaan sampah sesuai dengan ketetapan
dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentangPengelolaan Sampah, kini
perlu perubahan cara pandang masyarakat mengenai sampah dan cara
memperlakukan atau mengelola sampah.
Carapandang masyarakat pada sampah seharusnyatidak lagi memandang sampah
sebagai hasil buangan yang tidak berguna. Sampahseharusnya dipandang sebagai
sesuatu yang mempunyai nilai guna danmanfaat. Dalam rangka melaksanakan
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah SejenisSampahRumah Tangga, maka praktek mengolah dan
memanfaatkan sampah harusmenjadi langkah nyata dalam mengelola sampah.
Masyarakat harusmeninggalkan cara lama yang hanya membuang sampah dengan
mendidik dan membiasakan masyarakat memilah, memilih, dan menghargai
sampahsekaligus mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan
bank sampah (Tallei dkk., 2013). Hal ini khususnya dalam pengelolaansampah
rumah tangga berbasis komunitas dikarenakan sumber sampahdomestik perlu
dikelola secara mandiri (Riswan dkk, 2011).

1
Indonesia memilikipenduduk 327 juta jiwa berbanding lurus dengan produksi sampah
setiap harinya.Diperkirakan, tahun 2025 produksi sampah di Indonesia akan
mencapai angka 130.000 ton per hari. Ancaman itu bukan tanpa alasan. Pasalnya
aktivitas masyarakat pada umumnya menuntut untuk selalu berhubungan dengan
makanan dalam kemasan. Sri Bebassari, Ketua Umum Indonesia Solid Waste
Association (INSWA) beberapa waktu lalu mengatakan, "Berdasarkan data statistik
persampahan domestik Indonesia, jumlah sampah plastik yang mencapai 5,4 juta ton
pertahun itu hanya 14 persen dari total produksi sampah di Indonesia". Sementara
berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
Jakarta, khusus di Jakarta tumpukan sampah telah mencapai lebih dari 6.000 ton per
hari dan sekitar 13 persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik. Keseluruhan
sampah yang ada, 57 persen ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46
ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman
sampah plastik di Samudera Pasifik sudah mencapai hampir 100 meter.
Kebutuhan plastik domestik di sektor industri makanan dan minuman merupakan
domestik yang tinggi, sehingga membuat impor plastik terus menanjak. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS),selama Januari hingga Juli 2013, nilai impor barang
dari plastik mencapai US$ 4,5 miliar, naik 9,7% ketimbang periode yang sama tahun
lalu.Kenaikan impor plastik tertinggi sepanjang tahun ini terjadi pada Juli 2013. Saat
itu, impor plastik mencapai US$ 774 juta. Angka ini naik 28,1% dari posisi Juni
2013, walaupun plastik juga merupakan bahan organik buatan yang tersusun dari
bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan.
Limbah plastik sangat sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah
plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara
sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak
bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa
menggunakan batasan tertentu.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentangPengelolaan Sampah serta Peraturan
PemerintahNomor 81 Tahun 2012 mengamanatkan perlunyaperubahan paradigma
yang mendasar dalampengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul–angkut–
buang, menjadi pengolahan yang bertumpupada pengurangan sampah dan

2
penanganan sampah.Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpupada pendekatan
akhir sudah saatnya ditinggalkandan diganti dengan paradigma baru. Paradigmayang
menganggap sampah sebagai sumber dayayang mempunyai nilai ekonomis dan
dapatdimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos,pupuk, dan bahan baku industri.
Pengetahuan, sikap, dan keterampilan warga mengelola sampah rumah tangga
untuk melakukan daur ulang juga menjadi hal penting dalam pengelolaan
sampah (Akhtar dan Soetjipto, 2014). Pemilahan sampah rumah tangga yang
termasuk kategori sampah organik dapat dijadikan kompos sedangkan sampah
rumah tangga anargonik ditabungkan ke bank sampah untuk didaur ulang
kembali dan dapat dijadikan bahan yang bernilai ekonomis (Jumar dkk. 2014).
Adaptasi bank sampah pada setiap komunitas sangat ditentukan partisipasi warga
yang juga akan menentukan keberlanjutan program banksampah
sehinggapengelolaan berbasis komunitas menjadi
perludiperhatikan(Kristina,2014).
Pada dasarnya bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan
dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tetapi yang ditabung
bukan uang melainkan sampah. Warga yang menabung (menyerahkan
sampah)juga disebut nasabah dan memiliki buku tabungan serta dapat meminjam
uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang
dipinjam. Sampah yang ditabung akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah
uang, kemudian akan dijual di pabrik yang sudah bekerja sama dengan bank
sampah. Sementara plastik kemasan dapat dibeli oleh pengurus PKK setempat
untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan (Anonim, 2012).
Namun, peran serta masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah
dinilai masih rendah. Melihat fenomena yang dirasakan, keberadaan sampah dalam
kehidupan sehari-hari tak lepas dari ulah tangan manusia itu sendiri yang membuang
sampah tidak pada tempatnya. Mereka menganggap bahwa barang yang telah terpakai
tidak memiliki kegunaan lagi dan membuangnya begitu saja secara sembarang.
Perilaku seperti ini seakan telah membudaya bagi masyarakat Indonesia dan sulit
untuk dihilangkan, karena dilihat dari struktur sosialnya perilaku ini seakan tidak
mengenal tingkat pendidikan maupun status sosial.

3
Untuk mengubah perilaku atau pun kebiasaan buruk ini sangat dibutuhkan kesadaran
di dalam diri sendiri dan juga di dalam masyarakat akan bahaya dan dampak dari
sampah yang dapat mencemari lingkungan dan pada akhirnya mendatangkan suatu
penyakit. Sebetulnya, dalam meningkatkan kesadaran telah lama dilakukan
pemerintah salah satunya dengan menerapkan prinsip pengelolaan sampah secara
reduce, reuse, dan recycle (3R). Namun, program pemerintah ini masih dinilai kurang
berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah. Dengan
demikian, pemahaman masyarakat akan pentingnya pemanfaatan sampah masih perlu
ditingkatkan. Untuk meningkatkan kesadaran itu dibutuhkan suatu terobosan baru
yang lebih inovatif dalam pengelolaan sampah. Salah satu terobosan besar dalam
pengeloaan sampah di Indonesia yaitu program bank sampah.
Oleh karena itu, diperlukan gagasan strategis untuk menciptakan keteraturan hidup
bernegara yang bebas dari pengaruh dan ancaman sampah plastik di Indonesia.
Diperlukanya langkah preventif dan subtantif dari efektivitas kebijakan hukum yang
ada. Sehingga karya tulis yang berjudul ” TABUNGAN POHON BERBASIS BANK
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI METODE MEWUJUDKAN GREEN CAMPUS DI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA” diharapkan mampu dalam memberikan solusi
terhadap permasalahan yang terjadi. Sehingga Indonesia mampu mewujudkan tujuan
pembangunan berkelanjutan poin ke 13 yaitu terkait perubahan iklim dan
pengurangan resiko bencana.

1.1. Rumusan masalah


Dari uraian latar belakang diatas, dapat di identifikasi rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah peran masyarakat dalam menanggulangi sampah plastik?
2. Bagaimana dengan tingkat pemahaman warga masyarakat terkait bahaya sampah
plastik?
3. Apakah metode bank sampah dapat menjadi potensi menuju green campus?

1.2. Uraian Singkat Gagasan

4
Sampah adalah isu yang cukup membingungkan pemerintah dewasa ini. Isu sampah
tergolong sangat sulit untuk dipecahkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah.
Berbagai macam faktor yang membuat sampah cukup meningkat akhir-akhir ini
contohnya adalah populasi yang meningkat dari tahun sebelumnya yang membuat
sampah cukup menumpuk dan bertambah dan pula perilaku konsumerisme yang
tidak memperhatikan efek yang diberikannya pada lingkungan. Meski telah banyak
upaya dari pemerintah untuk mennaggulangi sampah seperti membuat pengaturan
tentang penanganan sampah, namun tetap saja usaha tersebut tidak mengurangi
jumlah sampah yang ada.
Dari kondisi tersebut, maka secara garis besar pola konsumerisme seseorang
terhadap sesuatu akan berdampak pada timbulnya volume sampah yang dapat
dipastikan setiap tahunnya akan selalu bertambah. “Pada tahun 2019 ini tercatat
bahwa Indonesia menghasilkan 66-67 juta ton sampah yang mana Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, mengatakan jenis sampah yang
dihasilkan tersebut didominasi oleh sampah organik yang mencapai 60 % dan
sampah plastik yang mencapai 15 %”. Timbulnya volume sampah yang terjadi di
wilayah-wilayah di Indonesia perlu disikapi dengan sigap dan tegas, sebab
permasalahan ini merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari dan akan
berdampak pada kehidupan umat manusia terlebih pada tingkat kesejahteraan
masyarakatnya. Timbulnya volume sampah dari tahun ke tahun yang selalu
meningkat ternyata tidak sebanding dengan luas wilayah tempat pembuangan akhir
sampah atau TPA. Jika didapati volume sampah dalam jumlah yang besar, maka
sampah-sampah yang sudah terkumpul itu akan dibawa menuju tempat pembuangan
akhir yang dapat memakan luas dari wilayah TPA itu sendiri, dan untuk sampah-
sampah lainnya yang tidak tertampung lagi kemudian akan saling menimbun. Oleh
karena itu, sudah saatnya kita bertindak dengan menggunakan metode atau alternatif
baru dalam menghadapi masalah persampahan ini.
Paradigma baru ini berpandangan bahwa sampah memiliki nilai jual atau nilai
ekonomis yang tinggi dimana sampah-sampah tersebut dapat diolah sedemikian rupa
dan kemudian dapat dimanfaatkan kembali oleh seluruh masyarakat seperti untuk
kompos, pupuk, bahan baku industri, dan kegunaan lainnya. Kegiatan pengurangan

5
sampah bertujuan agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha,
maupun masyarakat luas; melaksanakan kegiatan pembatasan timbulan sampah,
pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Reduce, Reuse, dan Recycle (3R). Dan hal tersebut diwujudkan secara
langsung dengan menerapkan metode “TABUNGAN POHON BERBASIS BANK
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI METODE MEWUJUDKAN GREEN CAMPUS DI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA” dimana hal ini dimulai pada kesadaran diri
mahasiswa terlebih dahulu sebagai partisipasi aktif mereka dimasyarakat nanti sesuai
peran mereka sebagai agent of change.

1.3. Tujuan dan Manfaat


1.3.1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti dan menganalisis perkembangan
dan efektifitas bank sampah sebagai alternatif penanggulangan sampah di
kampus untuk mewujudkan green kampus di lingkungan universitas sriwijaya
melalui “TABUNGAN POHON BERBASIS BANK SAMPAH PLASTIK
SEBAGAI METODE MEWUJUDKAN GREEN CAMPUS DI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA” agar semua pihak yang terkait dapat
bekerjasama dan berkolaborasi secara aktif untuk mencapai tujuan bersama.
1.3.2. Manfaat
Hal ini dapat membuat pemerintah dan masyarakat mencari alternatif lain
untuk menganggulangi sampah dimulai dari kalangan mahasiswa
dilingkungan kampusnya sebagai media ataupun influencer dalam masyarakat
luas nantinya.
Kegiatan pengurangan sampah bertujuan agar seluruh lapisan masyarakat,
baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat luas; melaksanakan
kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang dan pemanfaatan
kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Reduce, Reuse, dan
Recycle (3R).
Dengan munculnya inovasi baru dalam pengelolaan sampah melalui
kehadiran Bank Sampah ini, maka sangat diharapkan dapat menumbuhkan

6
kesadaran serta kepedulian masyarakat terkait pentingnya pengelolaan
sampah secara nyata, disiplin, dan utuh.

1.4. Metode Penelitian


Metode penulisan yang dilakukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah
metode penelitian kualitatif. Dimana teknik pengumpulan data yang dipakai adalah
studi literatur dengan mencari bahan hukum yang ada. Bahan hukum yang digunakan
terdiri dari bahan hukum primer seperti UUD NRI 1945, Undang-Undang dan Perpu
serta peraturan yang ada dibawahnya. Bahan hukum sekunder terdiri dari buku,
jurnal, internet serta wawancara. Bahan hukum tersier yang berasal dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan kamus hukum yang berkaitan. Adapun teknik
wawancara yang dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur dengan koresponden
yang memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui informasi (Moleong,
1999), para dosen dan akademisi yang berada di Universitas Sriwijaya.

7
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Plastik
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang.
Mulai dari botol minum, alat makanan (sendok, garpu, wadah, gelas), kantong
pembungkus/kresek, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, sikat
gigi, compact disk (CD), kutex (cat kuku), mainan anak-anak, mesin, alat-alat
militer hingga pestisida. Menurut penelitian, penggunaan plastik yang tidak
sesuai persyaratan akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, karena
dapat mengakibatkan pemicu kanker dan kerusakan jaringan pada tubuh manusia
(karsinogenik). Selain itu plastik pada umumnya sulit untuk didegradasikan
(diuraikan) oleh mikro organisme. Berbagai penelitian telah menghubungkan
BisphenolA dengan dosis rendah dengan beberapa dampak terhadap kesehatan,
seperti meningkatkan kadar prostat, penurunan kandungan hormon testoteron,
memungkinkan terjadinya kanker payudara, sel prostat menjadi lebih sensitif
terhadap hormon dan kanker, dan membuat seseorang menjadi hiperaktif.
Sampah plastik dapat bertahan hingga bertahun-tahun sehingga menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungan.
Sampah plastik tidaklah bijak jika dibakar karena akan menghasilkan gas yang
akan mencemari udara dan membahayakan pernafasan manusia, dan jika sampah
plastik ditimbun dalam tanah maka akan mencemari tanah, air tanah. Plastik
sendiri dikonsumsi sekitar 100 juta ton/tahun di seluruh dunia. Satu tes
membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Oleh karena itu pemakaian plastik yang jumlahnya sangat besar tentunya akan
berdampak siqnifikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan karena plastik
mempunyai sifat sulit terdegradasi (nonbiodegradable), plastik diperkirakan
membutuhkan 100 hingga 500 tahun agar dapat terdekomposisi (terurai) dengan
sempurna. Dengan demikian pemakaian plastik baik plastik yang masih baru
maupun sampah plastik haruslah menurut persyaratan yang berlaku agar tidak
berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan.
Berdasarkan jenis produknya, terdapat 6 jenis plastik yaitu Polyethylene
Terephthalate (PET), High Density Polyethylene (HDPE), Polyvinyl Chloride
(PVC), Low Density Polyethylene (LDPE), Polypropylene (PP), Polystyrene
(PS) dan Other. (Hartulistiyoso, dkk, 2014). Umumnya sampah plastik memiliki
komposisi 46% Polyethylene (HDPE dan LDPE), 16% Polypropylene (PP), 16%

8
Polystyrene (PS), 7% Polyvinyl Chloride (PVC), 5% Polyethylene Trephthalate
(PET), 5% Acrylonitrile-Butadiene-Styrene (ABS) dan polimer-polimer lainnya.
Lebih dari 70% plastik yang dihasilkan saat ini adalah Polyethylene (PE),
Polpropylene (PP), Polystyrene (PS), dan Polyvinyl Chloride (PVC) sehingga
sebagian besar studi yang dilakukan berhubungan dengan keempat jenis polimer
tersebut (Praputri dkk, 2016).
2.2. Pengelolaan Sampah
Menurut Azwar (1990:53), sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi,
yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka
sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya, sedemikian rupa,
sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Kodoatie
(2003) mendefinisikan sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat
atau setengah padat, yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan
atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sampah
dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya sebagian dari benda
atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau
harus dibuang, sedemikian rupa, sehingga tidak menganggu kelangsungan hidup.
Menurut SK SNI T-13-1990 F, yang dimaksud dengan sampah adalah limbah
yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan anorganik.
Pengelolaan sampah merupakan bagian dari pengelolaan kebersihan. Pengertian
bersih sebenarnya bukan hanya berarti tidak adanya sampah, melainkan juga
mengandung pengertian yang mengarah ke tinjauan estetika. Terdapat tiga hal
yang menjadi perhatian utama dan yang harus dipertimbangkan secara matang
dalam pengelolaan sampah,2 yaitu: identifikasi kondisi sistem pengelolaan
sampah yang telah ada; definisi baik dan benar dalam hal pengelolaan sampah;
dan pola kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan. Pengelolaan sampah
adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak
ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan
pengelolaan sampah meliputi: pengendalian timbulan sampah, pengumpulan
sampah, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir (Sejati, 2004).
Penanganan sampah tidaklah mudah, melainkan sangat kompleks, karena
mencakup aspek teknis, ekonomi dan sosiopolitis. Pengelolaan sampah adalah
usaha untuk mengatur atau mengelola sampah dari proses pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan
akhir (DPU Cipta Karya, 1993). Sistem pengelolaan sampah adalah proses
pengelolaan sampah yang meliputi lima aspek. Kelima aspek tersebut berkaitan
erat satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan, sehingga upaya untuk
meningkatkan pengelolaan persampahan harus meliputi berbagai sistem. Adapun
aspek-aspek tersebut, yaitu: aspek kelembagaan, pembiayaan, pengaturan, peran
serta asyarakat, dan teknik operasional.
2.3. Bank Sampah

9
Bank sampah merupakan kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan
masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah secara bijak dan pada gilirannya akan mengurangi
sampah yang diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Pembangunan
bank sampah merupakan momentum awal membina kesadaran kolektif
masyarakat untuk memulai memilah, mendaur ulang, dan memanfaatkan sampah
karena sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan
sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru Indonesia. Bank
sampah muncul sebagai inisiatif masyarakat lokal dalam upaya partisipasi
menangani permasalahan yang selama ini ada. Dengan strategi pengolahan
sampah 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) berbasis masyarakat tersebut mampu
mengubah imajinasi sebagian banyak orang terhadap sampah yang tidak
memiliki nilai ekonomi. Di Indonesia, praktik bank sampah berkembang di
Kabupaten Bantul di Jogjakarta yang dipelopori oleh Bambang Suwerda
merupakan cerita sukses orang Indonesia memilah sampah.
2.4. Green campus
Green Campus ialah salah satu program yang memiliki pengertian sejauh mana
warga kampus dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan kampus
secara efektif dan efisien, contohnya dalam pemanfaatan penggunaan kertas,
efisiensi pengelolaan sampah, penggunaan listrik, air, lahan, dan lainnya
(Nasotion, 2011).
Penilaian yang digunakan untuk menjadi kampus yang berbasis green campus
didukung oleh beberapa indikator yang menunjang. Adapun Ukuran
keberhasilan ditentukan oleh beberapa indikator antara lain efisiensi penggunaan
kertas sebagai kebutuhan pokok pengajaran dan aktifitas administrasi kantor,
efisiensi pengelolaan sampah, efisiensi penggunaan lahan sebagai ruang terbuka
hijau dan estetika (landscape) efisiensi penggunaan air, efisiensi pemakaian
sumber daya alam dan efisiensi penggunaan listrik (Anonim, 2013).
Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kampus
sebagai kumpulan masyarakat ilmiah untuk turut serta berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam mengurangi pemanasan global. Disamping itu, yang
tidak kalah pentingnya adalah bagaimana masyarakat kampus dapat
mengimplementasikan IPTEK bidang lingkungan hidup secara nyata (Nasotion,
2011).

10
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

3.1. Inovasi pengelolaan sampah


Sesuai dengan filosofi mendasar mengenai pengelolaan sampah sesuai dengan
ketetapan dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, kini perlu perubahan cara pandang masyarakat mengenai sampah dan
cara memperlakukan atau mengelola sampah. Cara pandang masyarakat pada
sampah seharusnya tidak lagi memandang sampah sebagai hasil buangan yang
tidak berguna. Sampah seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang mempunyai
nilai guna dan manfaat. Dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah No.
81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga, maka praktek mengolah dan memanfaatkan sampah
harus menjadi langkah nyata dalam mengelola sampah. Masyarakat harus
meninggalkan cara lama yang hanya membuang sampah dengan mendidik dan
membiasakan masyarakat memilah, memilih, dan menghargai sampah sekaligus
mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan bank sampah
(Tallei dkk., 2013). Hal ini khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga
berbasis komunitas dikarenakan sumber sampah domestik perlu dikelola secara
mandiri (Riswan dkk, 2011).
Pendekatan yang sesuai dengan konteks masyarakat dan kesesuaian kebutuhan
masyarakat menjadi kunci dari perubahan. Sementara Purba dkk. (2014)
menjelaskan bahwa pengembangan bank sampah ini juga akan membantu
pemerintah lokal dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampah
berbasis komunitas secara bijak dan dapat mengurangi sampah yang diangkut ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Inovasi pengolahan sampah dengan program
bank sampah menjadi inovasi di tingkat akar rumput yang dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat miskin untuk mewujudkan kesadaran pentingnya untuk
melakukan penghijauan kembali khususnya dengan melakukan penanaman
pohon(Winarso dan Larasati, 2011). Melalui metode tabungan pohon berbasis
bank sampah ini, setiap warga atau mahasiswa yang mengumpulkan sampah
plastik akan diberikan sistem poin yang mana apabila semakin banyak mereka
menabung sampah plastik maka poin mereka akan semakin besar dan mencukupi
untuk membawa pulang bibit pohon yang akan diberikan kepada masyarakat
untuk ditanam.
Pada dasarnya, kegiatan pengelolaan sampah ini merupakan suatu bagian dari
pemeliharaan lingkungan, dimana dengan mengelola sampah yang ada disekitar
kita, maka lingkungan kita menjadi sehat dan bersih. Terdapat tiga hal yang
menjadi indikator penting yang harus dipertimbangan secara bijak terkait dengan

11
pengelolaan sampah, yaitu pertama adalah dengan mengidentifikasi dan
menelusuri secara mendalam bagaimana kondisi dari sistem pengelolaan sampah
yang sebelumnya telah terbentuk, kedua adalah memiliki pemahaman juga pola
pikir yang baik dan benar tentang pengelolaan sampah, dan terakhir adalah pola
pembinaan dan pengembangan sistem pengelolaan sampah itu sendiri.
Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi lima
aspek. Kelima aspek tersebut berkaitan erat satu dengan lainnya membentuk satu
kesatuan, sehingga upaya untuk meningkatkan pengelolaan persampahan harus
meliputi berbagai sistem. Adapun aspek-aspek tersebut, yaitu: aspek
kelembagaan, pembiayaan, pengaturan, peran serta masyarakat, dan teknik
operasional. Kelima aspek ini memiliki keterkaitan yang erat antara satu dengan
lainnya, dimana masing-masing aspek tersebut harus berjalan beriringan sehingga
dapat mendorong terbentuk dan terlaksananya suatu sistem pengelolaan sampah.
A.Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan merupakan suatu kegiatan yang bersifat disiplin yang
menekankan pada prinsip teknik dan manajemen dalam pengelolaan sampah.
Adapun peranan pokok suatu lembaga atau organisasi ini yaitu mengerakkan,
mengaktifkan, dan mengarahkan sistem manajemen yang mana di dalamnya
meliputi proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian untuk jenjang
strategis, dan teknik maupun operasionalnya.
Permasalahan yang kemudian timbul dalam suatu kelembagaan atau organisasi
ini, yang pertama yaitu lemahnya koordinasi atau masih kurangnya komunikasi
antar kementrian/lembaga terkait masalah persampahan, kedua adalah belum
jelasnya pembagian peran atau dengan kata lain, peran yang sudah ada belum di
spesifikkan secara lebih khusus sehingga individu-individu yang ada dalam
lembaga atau organisasi tersebut merasa belum cukup paham akan kedudukan dan
peranan mereka. Pemerintah sebagai lembaga negara mempunyai peranan yang
dipercaya dapat mengintervensi dan memberikan pelindungan terhadap
masyarakat terutama dalam hal pengelolaan lingkungan.
B.Aspek Pembiayaan
Aspek pembiayaan merupakan suatu roda utama yang mengerakkan terlaksananya
suatu sistem pengelolaan sampah di kota, sebab pembiayaan ini sangat
dibutuhkan sebagai dasar untuk membiayai segala keperluan yang dibutuhkan
dalam mengerakkan sistem pengelolaan sampah. Biaya yang diperlukan antara
lain adalah biaya invesitasi, biaya operasional dan pemeliharaan, biaya
manajemen, biaya untuk mengembangkan sistem, dan biaya penyeluruhan serta
biaya yang dijadikan modal untuk pembinaan masyarakat. Dalam aspek
pembiayaan ini, adapun masalah-masalah yang timbul di dalamnya seperti,
alokasi anggaran pengelolaan sampah belum menjadi prioritas dalam anggaran
baik APBN maupun APBD (atau masih dibawah standar), dan masih minimnya
retribusi atau iuran.
C.Aspek Pengaturan
Aspek pengaturan yang dimaksudkan disini adalah dasar hukum yang mendasari
terbentuk dan terlaksananya suatu sistem pengelolaan sampah. Aspek ini juga

12
penting diperlukan agar dapat mencapai sasaran yang diinginkan secara efektif.
Fungsi dari adanya peraturan ini adalah:
a).Sebagai landasan didirikannya suatu instansi, lembaga atau organisasi
pengelola.
b).Sebagai landasan dalam penentuan dan pemberlakuan tarif dalam jasa
pelayanan dan retribusi pengelolaan sampah
c).Sebagai landasan dalam menjaga ketertiban umum dalam kehidupan
bermasyarakat terkait dengan pelaksanaan pengelolaan sampah
Saat ini permasalahan terkait adanya pengaturan tersebut sering dijumpai, antara
lain: kurangnya sosialisasi mengenai peraturan secara professional, lemahnya
penegakkan hukum bagi pelanggar Undang-Undang yang mengaturnya dan atau
PERDA tentang persampahan, dan pada saat menyusun peraturan, belum
melibatkan secara seluruh komponen aktif termasuk di dalamnya masyarakat.
D.Aspek Peran Serta atau Partisipasi Masyarakat
Peran serta atau partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah
sangatlah penting. Keikutsertaan masyarakat didalamnya sangat akan membantu
dalam melaksanaan sistem pengelolaan sampah secara lebih efektif dan efisen,
oleh karena itu masyarakat dituntut untuk dapat aktif berperan serta dalam
menangani masalah persampahan ini. Bentuk peran serta masyarakat yang
dimaksudkan terdiri dari teknik operasional pengumpulan sampah dari mulai
sumber sampai pembuangan akhir, dan pendanaan. Oleh karena itu, sangat baik
apabila keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sampah ini didasari oleh
kesadaran diri, keyakinan, dan adanya kemauan atau niat, karena dengan apa yang
mereka lakukan maka akan membawa pengaruh yang baik pula bagi kehidupan
mereka. Peran serta atau partisipasi masyarakat juga dapat ditunjukkan dengan
adanya proses pengambilan keputusan, penyelenggarana, dan pengawasan
terhadap kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.
E.Aspek Teknik Operasional
Aspek tenik operasional merupakan komponen yang paling dekat dengan objek
pengelolaan sampah. “Berdasarkan SNI 19-2454-2002, tata cara teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan
untuk daerah pelayanan, tingkat pelayanan, teknik operasional mulai dari
pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah, pengangkutan
sampah, pengolahan dan pemilahan sampah, pembuangan akhir sampah.” Teknik
operasional ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi perencana dan pelaksana di
setiap bidang kegiataan terkait dengan pengelolaan sampah. Melihat dari aspek
pengaturan, pemerintah manapun, daerah maupun pusat sudah cukup banyak
mengeluarkan dan mengatur tentang pengelolaan sampah, dengan ini penulis
ingin menganalisa keefektivitasan aspek pengaturan dari pengelolaan sampah
yang ada di universitas sriwijaya.

13
3.2. Pemberdayaan dan Metode Pengelolaan Tabungan Pohon Berbasis
Bank Sampah
Kegiatan ini merupakan kaji terap dan edukasi masyarakat melalui pengembangan
bank sampah yang dilakukan dengan menggunakan metode partisipasi-
emansipatoris.Kegiatan edukasi kepada masyarakat diberikan melalui pelatihan
yang diberikan berupa pelatihan wirausaha untuk mengelola bank sampah dan
pelatihan daur ulang sampah menjadi produk daur ulang, baik pupuk kompos dan
barang kerajinan dari sampah daur ulang. Selain itu para nasabah juga akan
diberikan sistem poin sesuai dengan seberapa banyak mereka menabung sampah
plastik di bank sampah tersebut. Secara garis besar penerapan metode dilakukan
sebagaimana berikut ini, yaitu dengan melakukan pendekatan kepada warga dan
stakeholders. Dengan warga dilakukan dengan interaksi dan komunikasi tatap
muka melalui dialog dan pertemuan-pertemuan dengan warga di komunitas, tidak
hanya pada saat kegiatan sosialisasi dan edukasi dilakukan. Dengan stakeholders
dilakukan dengan mengupayakan adanya dialog dan kerja sama, khususnya
birokrasi kampus universitas sriwijaya dan organisasi mahasiswa dalam ruang
lingkup kampus lalu bisa melakukan ekspansi ke pemerintah daerah setempat (di
level kelurahan, kecamatan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota),
pengumpul/pengepul, pengangkut/pemulung sampah, dan pengembangan kerja
sama yang bersifat multi-stakeholder dengan pihak LSM maupun pihak swasta di
tingkat lokal maupun regional.
Bank sampah mengajarkan masyarakat khususnya mahasiswa untuk memilah
sampah, menumbuhkan kesadaran masyarakat mengolah sampah secara bijak
agar dapat mengurangi sampah yang diangkut ke TPA. Selain itu nasabah yang
menyerahkan sampah akan memperoleh sistem poin dengan tujuan untuk
mendapatkan bibit pohon untuk ditanam demi terwujudnya kesehatan lingkungan.
Pengetahuan warga mengenai jenis sampah dan cara pengelolaannya, khususnya
sampah plastik merupakan hal penting dalam pengembangan bank sampah dan
pengembangan produksi produk daur ulang. Edukasi pada warga dapat mengubah
kebiasaan warga dalam mengelola sampah. Kehadiran bank sampah menjadi salah
satu alternatif dalam mengatasi masalah sampah di perkotaan yang saat ini masih
mengalami kompleksitas masalah dalam penerapannya, dikarenakan belum
terintegrasi dan masih bersifat lokal.
Pengembangan bank sampah akan lebih terintegrasi dengan adanya dukungan dari
pemda setempat dan pihak pengusaha lokal menjadi sangat penting. Pada
dasarnya intervensi pihak pemerintah daerah setempat diperlukan dalam
mendukung kelancaran kegiatan serta peran pihak perusahaan/pengusaha lokal
diperlukan untuk meningkatkan nilai ekonomis dari pengolahan sampah di
kampus universitas sriwijaya.

14
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Simpulan
Program tabungan pohon berbasis bank sampah ini merupakan salah satu inovasi
dalam hal pengelolaan sampah limbah plastik yang ada di universitas sriwijaya,
selain itu juga sebagai langkah penunjang dalam mewujudkan green campus di
lingkungan universitas sriwijaya. Dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah serta Peraturan Pemerintah Nomor 81
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga, kedua aturan ini dapat dijadikan sebagai dasar hukum
yang kuat untuk merubah paradigma atau pola pikir mahasiswadan masyarakat
khususnya saat ini dalam merubah model pengolahan atau pengelolaan sampah
dengan sistem baru yaitu sistem 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).
4.2. Rekomendasi
Dalam hal pengelolaan bank sampah ini tidak akan berjalan dengan efektif
tanpa adanya dukungan maupun partisipasi dari masyarakat dan pihak kampus
universitas sriwijaya yang memberikan dukungan baik secara materil maupun
non materil untuk merealisasikan salah satu kegiatan bermanfaat ini secara
mandiri, profesional dan berintegritas serta berkelanjutan untuk mewujudkan
kondisi ruang lingkup kampus yang bersih, hijau, nyaman, dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2008. Tentang pengelolaan sampah.

15
Jakarta : Presiden Republik Indonesia
Buku
Azwar, Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Lingkungan.
Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Jurnal

Akhtar, H., dan Soetjipto, H.P., 2014. Peran Sikap dalam Memediasi Pengaruh Pengetahuan Terhadap
Perilaku Minimisasi Sampah Pada Masyarakat Terban, Yogyakarta. Jurnal Manusia dan Lingkungan,
21(3):386-392.

Mulasari, S.A., Husodo, A.H., dan Muhadjir, N., 2014. Kebijakan pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah
Domestik. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8(8):404-410.

Purwaningrum, P. Upaya Mengurangi Timbulan Sampah Plastik di Lingkungan, Purwaningrum, P.,


Jurnal Teknik Lingkungan Vol 8 No.2, Desember 2016, halaman. 141
Sahwan, F. L., Martono, D. H., Wahyono, S., dan Wisoyodharmo, L. A. (2005). Sistem Pengelolaan
limbah Plastik di Indonesia. Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1), 311-318.

Website
http://www.kemenperin.go.id/artikel/7397/Permintaan-Tinggi,-Impor-Plastik-Melonjak , diakses 28
februari 2020, pukul. 20.12 WIB
http://medialingkungan.com/index.php/news/nasional/sebanyak-130-000-ton-sampahperhari-diproduksi-oleh-
indonesia diakses pada tanggal 28 februari 2020 pukul. 20.10 WIB

(PDF) BANK SAMPAH SEBAGAI ALTERNATIF STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS


MASYARAKAT DI TASIKMALAYA (Bank Sampah (Waste Banks) as an Alternative of Community-Based
Waste Management Strategy in Tasikmalaya). Available from:
https://www.researchgate.net/publication/314109407_BANK_SAMPAH_SEBAGAI_ALTERNATIF_ST
RATEGI_PENGELOLAAN_SAMPAH_BERBASIS_MASYARAKAT_DI_TASIKMALAYA_Bank_Sa
mpah_Waste_Banks_as_an_Alternative_of_Community-
Based_Waste_Management_Strategy_in_Tasikmalayadiakses 01 Maret 2020.
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti(Tempo.CO), “Menteri Siti Nurbaya : Sampah Plastik Ilegal akan di Re-
Ekspor”,https://bisnis.tempo.co/read/1213373/menteri-siti-nurbaya-sampah-plastik-ilegal-akan-
direekspor, diakses 27 februari 2020 pukul 20.10 WIB

16

Anda mungkin juga menyukai