Anda di halaman 1dari 6

Nama : Aidhea Ayu Lensi

Nim : 02011381823404
Kelas : D Palembang
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional


Masa Kekaisaran Romawi

Awal Mula Terbentuknya Hukum Perdata Internasional Berawal Dari Awal Perkembangan
Hukum Perdata Internasional (HPI) Masa Kekaisaran Romawi Di Abad Ke-2 Hingga Abad
Ke-6 Masehi.

Masa Ini Pola Hubungan Internasional Masih Berwujud Sederhana Dari Adanya Hubungan-
Hubungan Antara Warga Romawi Dengan Penduduk Provinsi Yang Melakukan Pertukaran
Barang Atau Barter. Penduduk Provinsi Tersebut Dianggap Sebagai Orang Asing Dan
Ditundukkan Pada Hukum Mereka Sendiri. Hubungan Penduduk Provinsi Yang Satu Sama
Lain Di Dalam Wilayah Kekaisaran Romawi Inilah Yang Masing-Masing Pihak Dapat
Dianggap Sebagai Subjek Hukum Dari Beberapa Yurisdiksi Yang Berbeda. Hal Inilah Yang
Melahirkan Kaidah-Kaidah Hpi. Pada Jaman Romawi Kuno Segala Masalah-Masalah Hukum
Yang Timbul Sebagai Akibat Hubungan Antara Orang Romawi Dan Pedagang Asing
Diselesaikan Oleh Hakim Pengadilan Khusus Yang Disebut Praetor Peregrinis Dengan Ius
Civile. Kemudian Disesuaikan Dengan Kebutuhan Antarabangsa Sebagai Dasar Hukumnya.

Ius Civile Tersebut Kemudian Berkembang Menjadi Ius Gentium Yang Menjadi Bagian Ius
Privatum (Hukum Privat) Yang Kini Berkembang Menjadi Hukum Perdata Internasional
(Hpi). Sedangkan Ius Gentium Yang Menjadi Bagian Ius Publicum (Hukum Public) Yang
Kini Berkembang Menjadi Hukum Internasional Publik. Inilah Yang Merupkan Awal Mula
Terbentuknya Hukum Perdata Internasional Maupun Hukum Internasional Publik.
Pada Masa Ini Terdapat Tiga Asas Hukum Perdata Internasional Yang Lahir Yakni

1. Asas Lex Rei Sitae Atau Lex Situs, Mengatur Tentang Benda-Benda Tidak Bergerak
Di Tempat Benda Tersebut Berada. Asas Ini Menyatakan Bahwa Hukum Yang Harus
Diberlakukan Atas Suatu Benda Adalah Hukum Dari Temapt Benda Tersebut Berada.

2. Asas Lex Domicili, Mengatur Tentang Hak Dan Kewajiban Subjek Hukum
Berdasarkan Tempat Tinggalnya. Asas Ini Menyatakan Bahwa Terhadap Perjanjian-
Perjanjian (Yang Bersifat Hpi) Berlaku Kaidah-Kaidah Hukum Dari Tempat
Pembutan Perjanjian.

3. Asas Lex Loci Contractus, Mengatur Tentang Perjanjian-Perjanjian Mengikuti


Hukum Di Mana Tempat Pembuatannya. Asas Ini Yang Menyatakan Bahwa Hukum
Yang Mengatur Hak Serta Kewajiban Perorangan Adalah Hukum Dari Tempat
Seseorang Berkediaman Tetap.

Pada masa ini hukum yang berlaku bersifat territorial. Setiap wilayah memiliki hukumnya
sendiri dan hanya ada satu hukum yang berlaku terhadap semua orang atau benda yang
berada di wilayah itu dan perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan di wilayah tersebut.
Nama : Aidhea Ayu Lensi
Nim : 02011381823404
Kelas : D Palembang
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Masa Pertumbuhan Asas Personal (Abad ke-6 hingga abad ke-10)

Pada akhir abad 6 M kekaisaran romawi ditaklukkan bangsa “barbar” dari Eropa. Jatuhnya
Kekaisaran Romawi membuat hukum Romawi atau Kedudukan ius civile menjadi kurang penting
atau tidak lagi berlaku sehingga digantikan dengan hukum adat, hukum personal, hukum
keluarga, dan hukum agama yang berbeda-beda. Dengan demikian prinsip territorial telah
berubah menjadi prinsip personal. karena masing-masing suku bangsa tersebut
memberlakukan hokum personal, hokum keluarga serta hokum agamanya masing-masing di
daerah yang didudukinya. Dengan demikian prinsip territorial telah berubah menjadi prinsip
personal. Di dalam prinsip personal hokum yang berlaku digantungkan pada pribadi yang
bersangkutan. Sehingga dalam wilayah tertentu mungkin akan berlaku beberapa hokum
sekaligus. Walaupun terkadang Persoalan hukum perdata internasional muncul tetapi tidak
memiliki mekanisme penyelesaian sengketa yang jelas layaknya pada masa Kekaisaran
Romawi dulu.

Pada Masa Ini Prinsip Hukum Perdata Internasional HPI (Yang Berasa Personal),Tumbuh
Berdasarkan Asas Genealogis Sebagai :

1. asas umum yang menetapkan bahwa dalam setiap proses penyelesaian sengketa
hukum, hukum yang digunakan adalah hukum dari pihak tergugat;
2. penetapan kemampuan untuk membuat perjanjian bagi seseorang harus dilakukan
berdasarkan hukum personal dari masing-masing pihak;
3. proses pewarisan harus dilangsungkan berdasarkan hukum personal dari pihak
pewaris;
4. peralihan hak milik atas benda harus dilaksanakan sesuai dengan hukum dari pihak
transferor;
5. penyelesaian perkara tentang perbuatan melawan hukum harus dilakukan berdasarkan
hukum dari pihak pelaku perbuatan yang melanggar hukum; dan
6. pengesahan suatu perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukum dari pihak suami.

Pertumbuhan Asas Teritorial (Abad ke-11 dan ke-12)

Pada masa ini Abad ke-11 dan ke-12. Dikawasan Eropa Utara terjadi peralihan struktur
masyarakat geneologis ke masyarakat teritorial terlihat dari tumbuhnya unit-unit masyarakat
yang feodalistis, terutama di wilayah Inggris, Prancis, dan Jerman sekarang. Asas genealogis
semakin sulit untuk dipertahankan akibat perubahan struktur masyarakat yang semakin
condong ke arah masyarakat teritorialistik. Pada peralihan struktur masyarakat tersebut
terdapat adanya dua kubu yaitu eropa utara dan eropa selatan.

Di Eropa Utara, feodalisme berkembang dan hal tersebut berdampak pada hukumnya yakni
hukum tuan tanah yang bersifat eksklusif terhadap siapapun yang berada di dalam wilayah
mereka. Hak-hak asing tidak diakui, termasuk hak-hak yang sebetulnya diatur dalam hukum
internasional publik. Dengan perkataan lain tidak ada pengakuan terhadap hak-hak asing.
Hak-hak yang dimiliki orang asing dapat begitu saja dicabut penguasa, sehingga dalam
keadaan demikian HPI tidak berkembang sama sekali.
Nama : Aidhea Ayu Lensi
Nim : 02011381823404
Kelas : D Palembang
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Sementara itu di Eropa Selatan, peralihan dari asa personal genealogis ke asa territorial
berlangsung bersamaan dengan pertumubuhan pusat-pusat perdagangan khususnya di Italia.
Sehingga membuat hukum perdata internasional berperan penting dalam penyelesaian
sengketa di antara para pihak. Dasar ikatan antar manusia di sini bukanlah genealogis atau
feodalisme, melainkan tempat tinggal yang sama. Kota-kota perdagangan yang tumbuh pesat itu
antara lain Florence, Pisa, Peruggia, Venetia, Milan, Padua, dan Genoa. Kota-kota tersebut
merupakan kota perdagangan yang otonom dengan :

1. Batas-batas territorial sendiri

2. System hokum local sendiri yang berlainnya satu dengan yang lainnya dan berbeda pula dengan
hokum romawi dan Lombardi yang berlaku umum di seluruh Italia.

Pertumbuhan Teori Statuta di Italia (Abad 13-15M) (Abad ke-13 hingga abad
ke-15)

Seiring makin berkembangnya perdagangan antara warga kota-kota di Italia sehingga asas territorial
perlu dilakukan peninjauan kembali. Karena hukum dikota di Italia itu berlainan. Tentunya tidak
dapat dipertahankan lagi karena apabila hak-hak yang telah diperoleh atau kontrak-kontrak yang
dibuat di kota A akan dikesampingkan di kota B.

Situasi ini mendorong para ahli hokum golongan postglossatoren di Italia untuk mencari asas hukum
yang dianggap lebih adil dan wajar dengan membuat tafsiran baru dan menyempurnakan kaidah-
kaidah yang tertulis dala hukum romawi. Dalam mencari dasar hukum yang baru untuk mengatur
hubungan-hubungan diantara pihak-pihak yang tunduk pada system hukum yang berbeda, golongan
ini mengacu kepada corpus iuris dai Justianus. Mereka menemukan suatu kaidah yang dimulai
dengan kata cuntos popules ques clementiae nostrae regit imperium (semua bangsa di bawah
kekuasaan kami).

Di dalam teks codex tersebut ditemukan Glosse Accursius (1128) yang pada pokoknya menyatakan :

“ apabila seseorang warga bologna digugat di Modena, maka ia janganlah diadili menurut status dari
Modena dari kota mana ia bukan merupakan warga oleh karena dalam Undang-Undang Contos
Popolos telah ditentukan … ques nostrae clementiae regit imperium.”

Doktrin yang telah dikemukakan Accursius kemudian dikembangkan oleh Bartolus De Sassoferrato
(1314-1357). Bartolus de Sassoferato kemudian mengkaji lebih lanjut dan
mengklasifikasikannya ke dalam tiga kelompok yakni

1. statuta personalia, yang objek pengaturannya bersifat pribadi dan keluarga dan
bersifat ekstrateritorial
2. statuta realia, yang objek pengaturannya adalah benda dan statuta hukum dari benda
dan berprinsip teritorial;
Nama : Aidhea Ayu Lensi
Nim : 02011381823404
Kelas : D Palembang
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

3. statuta mixta, yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan hukum berdasarkan prinsip


teritorial.

Kemudian Dikembangkan menjadi Metode Berfikir HPI Sebagai Berikut :

1. Apabila persoalan HPI yang dihadapi menyangkut persoalan status benda, maka kedudukan
hokum benda itu harus diatur berdasarkan statuta realia dari tempat diman benada itu
berada. Dalam perkembanganya, cara berfikir realia semacam ini hanya berlaku terhadap
benda tetap saja sedang terhadap benda bergerak berlaku asas mobilia sequntuur
personam.
2. Apabila persoalan HPI yang dihadapi berkaitan dengan status personal, maka status
personal orang tersebut harus diatur berdasarkan statute personlia dari tempat diman orang
tersebut berkediaman tetap (lex domicilii).
3. Apabila persoalan HPI ysng dihadapi berkenaan dengan bentuk dan atu akibat dari suatu
perbuatan hokum, maka bentuk dan akibat perbuatan hokum itu harus tunduk pada kaidah-
kaidah mixta dari tempat dimana perbuatan itu dilakukan.

Perkembangan Teori Statuta di Prancis (Abad ke-16)

Meningkatnya aktivitas perdagangan antar provinsi di Prancis membuat hukum perdata


internasional perlu dipelajari dalam menyelesaikan sengketa-sengketa hukum yang timbul
mengingat masing-masing provinsi memiliki hukum atau coutume-nya masing-masing.
Charles Dumoulin berpandangan bahwa subjek hukum dalam perjanjian memiliki kebebasan
berkontrak yang bermakna para pihak juga dapat menentukan hukum apa yang hendak
mereka gunakan dalam kontrak mereka. Dapat dikatakan bahwa Dumoulin memperluas
ruang lingkup statuta personalia yang dikembangkan Bartolus dan memasukkan unsur
perjanjian ke dalamnya.

Manakala Dumoulin memperluas statuta personalia, Bertrand d’Argentré  justru memperluas


statuta realia dengan memasukkan unsur perjanjian dan perbuatan hukum ke dalamnya. Dia
berpandangan bahwa suatu statuta yang berkaitan erat dengan wilayah provinsi dari penguasa
yang memberlakukannya harus dikategorikan sebagai statuta realia sehingga otonomi
provinsi-provinsi harus diutamakan, dan bukan otonomi subjek hukum.

Perkembangan Teori Statuta di Belanda (Abad ke-17)

Perkembangan teori statuta di Belanda menekankan pada kedaulatan eksklusif negara. Ulrik
Huber memiliki tiga prinsip dalam melihat perkara hukum perdata internasional yakni (i)
hukum suatu negara hanya berlaku dalam batas-batas teritorial negara itu; (ii) semua subjek
hukum secara tetap atau sementara di dalam wilayah suatu negara berdaulat merupakan
subjek hukum dari negara tersebut dan tunduk serta terikat pada hukum negara tersebut;
tetapi (iii) hukum yang berlaku di negara asal dapat memiliki kekuatan berlaku di mana-mana
(comitas gentium) selama tidak bertentangan dengan kepentingan subjek hukum dari negara
pemberi pengakuan. Ketiga prinsip tersebut harus ditafsirkan dengan melihat dua prinsip lain
yakni (iv) suatu perbuatan hukum yang sah menurut hukum setempat harus dianggap sah di
Nama : Aidhea Ayu Lensi
Nim : 02011381823404
Kelas : D Palembang
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

negara lain sekalipun hukum negara lain menganggap perbuatan semacam itu batal; dan (v)
perbuatan hukum yang batal menurut hukum setempat dianggap batal pula di manapun juga.

Johannes Voet berpandangan bahwa pemberlakuan hukum asing di suatu negara bukan
merupakan kewajiban hukum internasional publik atau karena sifat hubungan perdatanya.
Negara asing tidak dapat menuntut pengakuan atau pemberlakuan kaidah hukumnya di
wilayah hukum negara lain dan oleh karena itu pengakuan atau berlakunya suatu hukum
asing hanya dilakukan demi sopan santun pergaulan antarnegara (comitas gentium). Namun
asas comitas gentium harus ditaati oleh setiap negara dan harus dianggap sebagai bagian dari
sistem hukum nasional negara tersebut.

Teori Universal /Teori-Teori Modern (Abad ke-19)

Pada abad ke-19 pemikiran HPI mengalami kemajuan berkat adanya usaha dari tiga orang pakar
hokum yaitu Joseph Story, Friedrich Carl Von Savigny, dan Pasquae Manchini.

Titik tolak pandangan Von Savigny adalh bahwa suatu hububngan hokum yang sama harus
memberlakukan penyelesaian yang sama pula, baik bila diputuskan oleh hakim Negara A maupun
Negara B. Maka, penyelesaian soal-soal yang menyangkut unsur-unsur asingpun hendaknya diatur
sedemikian rupa, sehingga putusannya juga akan sama dimana-mana.

Satunya pergaukan internasional akan menimbulkan satu system hokum supra nasional yaitu hokum
perdata internasional. Oleh karena titik tolak berfikir Von Savigny adalah bahwa HPI itu bersifat
hokum supra nasional, oleh karenanya bersifat universal maka ada yang menyebut piikiran Von
Savigny ini dengan istilah teori HPI universal.

Menurut Von Savigny pengakuan terhadap hokum asing bukan semata-mata berdasarkan comitas,
akan tetapi berpokok pangkal pada kebaikan atau kemanfaatan fungsi yang dipenuhinya bagi semua
pihak (Negara atau manusia) yang bersangkutan.

Machini berpendapat, bahwa hokum personil seseorang ditentukan oleh nasionalitasnya. Pendapat
Machini menjadi dasar mazhab Italia yang berkembang kemudian. Menurut mazhab Italia ini ada
dua macam kaidah dalam setiap system hokum yaitu :

1. Kaidah hokum yang menyangkut kepentingan perseorangan

2. Kaidah-kaidah hokum untuk melindungi dan menjaga ketertiban umum

Berdasarkan pembagian ini dikemukakan tiga asas HPI yaitu :

1. Kaidah-kaidah untuk kepentingan perseorangan berlaku bagi setiap warga Negara dimanapun
dan kapanpun juga (prinsip personil)

2. Kaidah-kaidah untuk menjaga ketertiban umum bersifat territorial dan berlaku bagi setiap
orang yang ada dalam wilayah kekuasaan suatu Negara (prinsip terotorial)
Nama : Aidhea Ayu Lensi
Nim : 02011381823404
Kelas : D Palembang
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

3. Asas kebebasan, yang menyatakan bahwa pihak yang bersangkutan boleh memilih hokum
manakah yang akan berlaku terhadap transakasi diantara mereka (pilihan hokum)

Cita-cita Machini adalah mencapai unifikasi HPI melalui persetujuan- persetujuan internasional
swedangkan Von Savigny ingin mencapainya dalam wujud suatu HPI supra nasional.

Anda mungkin juga menyukai