Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH PERKEMBANGAN

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL


INTERNASIONAL

MUHAMMAD NASRUDDIN

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
SejarahPerkembangan

Masa Perkembangan Kekaisaran Romawi


( Abad Ke-2 SM – 6 M )

Pada masa awal perkembangan HPI

1. Warga (Civis) Romawi dan Penduduk Provinsi (Municipia)


(untuk wilayah di Italia, kecuali Roma, dibagian wilayah kekaisaran,
penduduk asli provinsi dianggap sebagai orang asing dan ditundukan pada
hukum nya sendiri

2. Penduduk Provinsi atau orang asing yang berhubungan satu sama lain di
wilayah kekasisaran Romawi, masing-masing pihak dianggap sebagai
subjek hukum dari beberapa yuridiksi hukum yang berbeda.

Hukum apa yang harus diberlakukan untuk menyelesaikan sengketa yang


mungkin timbul dari hubungan-hubungan hukum ini
Sejarah Perkembangan

praetor peregrinis (Peradilan Khusus))


Hk. Yg dibuat utk para cives Romawi, yg telah disesuaikan dgn
Ius civile kebutuhan pergaulan antar bangsa
Ius Gentium. Hk. Yg telah diadaftasikan utk menyelesaikan perkara² yg melibatkan
orang² yg tunduk pada yurisdiksi hukum yg berbeda, yg kemudian
berkembang menjadi

Ius Gentium
A B
ius privatum dan ius publicum.
A. ius privatum Menjadi cikal bakal HPI yg berkembang dlm tradisi hk Eropa
Kontinental

B. ius publicum Mengatur persoalan² kewenangan negara sbg kekuasaan


publik, merupakan cikal bakal dari H.I (Publik)

Prinsip Hk dimasa ini dilandasi asas teritorial, dlm arti utk perkara²yg menyangkut
warga² provinsi (orang asing) akan tunduk pada Ius Gentium sbg bagian dari
hk.kekaisaran dan tdk berkaitan dgn kaidah² hk provinsi tempat pihak berkediaman
Sejarah Perkembangan
Asas HPI yang berkembang pada masa ini dan menjadi penting
dalam HPI Modern :

a. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs), yang menyatakan bahwa hukum yang
harus diberlakukan atas suatu benda adalah hukum dari tempat
benda tersebut berada.

b. Asas Lex Domicilii, yang menyatakan bahwa hukum yang


mengatur hak serta kewajiban perorangan adalah hukum dari
tempat seseorang berkediaman tetap.

c. Asas Lex Loci Contractus, yang menyatakan bahwa terhadap


perjanjian-perjanjian (yang bersifat HPI) berlaku kaidah-kaidah
hukum dari tempat pembuatan perjanjian.
Sejarah Perkembangan

• Pada akhir abad 6 M kekaisaran romawi ditaklukkan bangsa “barbar” dari


Eropa, bekas wilayah kekaisaran romawi yang diduduki berbagai suku
bangsa yang satu dengan yang lainnya dibeda secara geneologis bukan
teritorial.
• Kedudukan ius civile (Warga Romawi) menjadi kurang penting, karena
masing-masing suku bangsa tersebut memberlakukan kaedah-kaedah
Hk.Adat, Hk.Personal, HK keluarga serta Hk. agamanya masing-masing di
daerah yang mereka didudukinya.
• Dalam menyelesaikan sengketa yang menyangkut dua suku bangsa yang
berbeda biasanya ditentukan dulu kaidah-kaidah hukum (adat) masing-
masing suku, barulah ditetapkan hukum mana yang relevan akan
diberlakukan

• Namun demikian, tumbuhlah beberapa Prinsip HPI yang dibuat atas dasar
asas geneologis
Sejarah Perkembangan
Prinsip HPI yang dibuat atas dasar asas geneologis
1. Asas yang menetapkan bahwa hukum yang berlaku dalam suatu
perkara adalah hukum personal dari pihak tergugat, walaupun tidak
lagi dipengaruhi oleh prinsip geneologis..
2. Asas yang menyatakan bahwa kemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum seseorang ditentukan oleh hukum personal
orang tersebut. Kapasitas para pihak dalam suatu perjanjian
harus ditentukan oleh hukum personal dari masing-masing
pihak.
3. Asas yang menyatakan bahwa masalah pewarisan harus diatur
berdasarkan hukum personal si pewaris.
4. Pengesahan suatu perkawinan harus dilakukan berdasarkan
hukum personal sang suami.

Pengertian Hukum Personal sebagai titik taut sekunder yang


mengalami perkembangan makna yang berbeda-beda.
Hukum Personal sebagai hukum dari tempat kediaman tetap
(Domicilli) atau tempat kediaman sehari-hari (habitual
residence).
Sejarah Perkembangan

• Di kawasan Eropa Utara terjadi peralihan struktur masyarakat


geneologis ke masyarakat territorial tampak dari tumbuhnya unit-unit
masyarakat yang feodalistis, khususnya di wilayah Inggris, Prancis, dan
Jerman sekarang
• Semakin banyak tuan tanah (landlords) yang berkuasa dan
memberlakukan hukum mereka sendiri terhadap semua orang dan
semua hubungan hukum yang berlangsung diwilayahnya. Dengan
perkataan lain tidak ada pengakuan terhadap hak-hak asing. Hak-hak
yang dimiliki orang asing dapat begitu saja dicabut penguasa, sehingga
dalam keadaan demikian HPI tidak berkembang sama sekali.
• Di kawasan Eropa bagian selatan transformasi dari asas personal
genealogis ke asas territorial berlangsung bersamaan dengan
pertumubuhan pusat-pusat perdagangan khususnya di Italia. Dasar
ikatan antar manusia di sini bukanlah genealogis atau feodalisme,
melainkan tempat tinggal yang sama
• Kota-kota perdagangan yang tumbuh pesat itu antara lain Florence,
Pisa, Peruggia, Venetia, Milan, Padua, dan Genoa. Kota-kota tersebut
merupakan kota perdagangan yang otonom.
Sejarah Perkembangan

• Dengan sistem hukum lokalnya sendiri berbeda dari kota ke kota dan
juga berbeda dari hukum Romawi yang berlaku secara umum diseluruh
Italia.

• Keanekaragaman (diversity) sistem hukum lokal di kota (municipal


Laws),
1. Di dukung dengan intensitas perdgangan antar kota yang sangat
tinggi,
2. Seringkali menimbulkan persoalan tentang pengakuan
(recognition) terhadap hukum dan hak-hak asing (kota lain) di
dalam wilayah suatu kota,
3. Dalam suasana inilah asas hukum yang digunakan untuk menjawab
perkara hukum perselisihan antar kota.

Inilah yang dianggap sebagai pemicu tumbuhnya teori HPI yang penting,
dan dikenal dengan sebutan teori statuta di abad 13- 15
Tahap Perkembangan Teori Statuta
a. Perkembangan Teori Statuta di Italia (Abad ke 13-15)
Dasar-dasar Teori Statuta
Dipicu oleh gagasan seorang tokoh post glossators yang bernama
Accurcius yaitu “Bila seorang yang berasal dari suatu kota tertentu
di Italia di gugat disebuah kota lain, maka ia tidak dapat dituntut
berdasarkan hukum dari kota lain itu, karena ia bukan subjek hukum
dari kota lain itu.”

Teori Statuta juga dikembangkan oleh Bartolus de Sassoferato


1315-1357 pada dasarnya hanya menyebut dua jenis statuta :
1. Statuta Personalia Statuta yang berkenaan dengan kedudukan
hukum atau status personal orang.
2. Statuta Realia Statuta yang berkenaan dengan status benda.
3. Statuta Mixta Statuta yang berkenaan dengan perbuatan-
perbuatan hukum. (statuta ketiga ini yang dilengkapi oleh murid
nya (Baldus de Ubaldis 1327-1400, seorang post glossators lain
karena dianggap sesuai dengan kebutuhan.
b. Perkembangan Teori Statuta di Prancis ( Abad ke-16 M )
Situasi Kenegaran di Prancis Abad ke-16

Struktur kenegaraan Prancis pada abad ini, mendorong untuk


mempelajari hubuungan perselisihan secara intensif. Para ahli
hukum Prancis berusaha menjalani dan memodifikasi
teori Statuta Italia dan menerapkannya dalam konflik antar propinsi
di Prancis.
 Cara Penyelesaian
Para ahli hukum mendalami dan memodifikasi teori statuta dan
menerapkannnya di provinsi italia, beberapa tokoh teori statuta
diprancis yang dikenal yaitu Dumoulin (1500-1566) dan
D’Argentre (1523-1603).
c. Perkembangan Teori Statuta di Belanda (Abad ke 17-18)

Tokoh dalam Teori Statuta Belanda adalah Ulrik Huber (1636-1694),


dan Johannes Voet (1647-1714)
Prinsip dasar yang dijadikan titik tolak dalam teori statuta belanda ini
adalah kedaulatan ekslusif negara yang berlaku didalam teritorial
suatu negara.

Prinsip dasar bertitik tolak dari 3 (tiga) tsb, yaitu

1)Hukum suatu negara hanya berlaku dalam batas-batas teritorial


negara itu
2)Semua orang atau subjek hukum secara tetap atau sementara
berada didalam teritorial wilayah suatu negara berdaulat.
3)Berdasarkan prinsip sopan santun antarnegara, hukum yang
belaku dinegara asalnya tetap memiliki kekuatan berlaku
dimana-mana, sepanjang tidak bertentangan dengan
kepentingan subjek hukum dari negara pemberin pengakuan.
Selanjutnya Urik Huber menegaskan bahwa dalam
menafsirkan ketiga hal tersebut harus pula diperhatikan
prinsip semua perbuatan/transakasi yuridis yang dianggap
sah berdasarkan hukum dari suatu Negara tertentu, akan
diakui sah pula ditempat lain yang system hukumnya
sebenarnya mengganggap perbuatan/transaksi semacam itu
batal. Tetapi perbuatan/transaksi yang dilaksanakan disuatu
tempat tetentu yang menganggapnya batal demi hukum
juga dianggap batal dimanapun.
• Teori Argentre ternyata diikuti para sarjana hukum Belanda setelah
pembebasan dari penjajahan Spanyol. Pada saat itu segi kedaulatan
sangat ditekankan. Hukum yang dbuat Negara berlaku secara
mutlak di dalam wilayah Negara tersebut. Prinsip dasar yang
digunakan penganut teori statuta di negeri belanda adalah
kedaulatan eksklusif Negara.

Menurut Johannes Voet, ia menjelaskan kembali ajaran comitas gentium,


yaitu

1. Pemberlakuan hukum asing disuatu negara bukan merupakan


kewajiban hukum internasional
2. Suatu negara asing tidak dapat menuntut pengakuan kaidah
hukumnya didalam wilayah hukum suatu negara lain.
3. Karena itu, pengakuan atas berlakunya suatu hukum asing hanya
dilakukan demi sopan santun pergaulan antar negara
4. Namun, asas comitas gentium harus ditaati oleh setiap negara dan
asas ini harus dianggap sebagai bagian dari suatu sistem hukum
nasional negara itu.
Teori-Teori Modern
Pada abad ke-19 pemikiran HPI mengalami kemajuan berkat adanya
usaha dari tiga orang pakar hukum yaitu
• Joseph Story,
• Friedrich Carl Von Savigny, dan
• Pasquae Manchini

• Titik tolak pandangan Von Savigny adalah bahwa suatu hubungan


hukum yang sama harus memberi penyelesaian yang sama pula, baik
bila diputuskan oleh hakim Negara A maupun Negara B. Maka,
penyelesaian soal-soal yang menyangkut unsur-unsur asingpun
hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga putusannya juga akan
sama dimana-mana.
• Satunya pergaulan internasional akan menimbulkan satu system
hukum supra nasional yaitu hukum perdata internasional. Oleh
karena titik tolak berpikir Von Savigny adalah bahwa HPI itu bersifat
hukum supra nasional, oleh karenanya bersifat universal maka ada
yang menyebut piikiran Von Savigny ini dengan istilah teori HPI
universal
Menurut Von Savigny pengakuan terhadap hukum asing bukan
semata-mata berdasarkan comitas, akan tetapi berpokok pangkal pada
kebaikan atau kemanfaatan fungsi yang dipenuhinya bagi semua pihak
(Negara atau manusia) yang bersangkutan.

Machini berpendapat, bahwa hukum personil seseorang ditentukan


oleh nasionalitasnya. Pendapat Machini menjadi dasar mazhab Italia
yang berkembang kemudian. Menurut mazhab Italia ini ada dua
macam kaidah dalam setiap system hukum yaitu :
1) Kaidah hukum yang menyangkut kepentingan perseorangan
2) Kaidah-kaidah hukum untuk melindungi dan menjaga ketertiban umum
Berdasarkan pembagian ini dikemukakan tiga asas HPI yaitu :

1) Kaidah-kaidah untuk kepentingan perseorangan berlaku bagi


setiap warga Negara dimanapun dan kapanpun juga (prinsip
personil)
2) Kaidah-kaidah untuk menjaga ketertiban umum bersifat
territorial dan berlaku bagi setiap orang yang ada dalam
wilayah kekuasaan suatu Negara (prinsip terotorial)
3) Asas kebebasan, yang menyatakan bahwa pihak yang
bersangkutan boleh memilih hukum manakah yang akan
berlaku terhadap transakasi diantara mereka (pilihan hukum)
post glossators

Tindakan penyempurnakan Corpus luris sebagai kodifikasi yang berlaku


diseluruh Italia (Ius commune), untuk digunakan dalam mengembangkan
Statuta2 intern kota diwujudkan melalui perumusan tafsiran2 baru dan
pembuatan catatan2 tentang interprestasi terhadap Corpus luris yang
disesuaikan dengan kebutuhan masing2 kota. Kelompok2 ahli hukum ini
yang berupaya disebut glossators (mulai dikenal pada abad 12-13)
karya mereka, yang lebih banyak di fokuskan pada upaya
penyempurnaan kaidah hukum intern kota tidak banyak memberikan
sumbangsih pada perkembangan.
Sejarah Perkembangan HPI

1. Awal Perkembangan Hukum Perdata Internasional (HPI)


2. Masa Pertumbuhan Asas Personal (Abad 6-10 M)
3. Pertumbuhan Asas Teritorial (Abad 11-12 M)
4. Perkembangan Teori Statuta di Italia (Abad 13-15M)
5. Teori Statuta di Perancis (Abad 16)
6. Teori Statuta di Negeri Belanda (Abad 17
7. Teori-Teori Modern
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai