Anda di halaman 1dari 31

SEJARAH HATAH

Hukum Antar Tata Hukum


C A K U PA N M AT E R I

SUMBER
SEJARAH ISTILAH
HUKUM
SEJARAH HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
Teori Statuta
Perancis 16 M Modern
Memperjelas &
Romawi memperluas Savigny & Mancini

13-15 M Teori Statuta Eropanisasi


Penemuan teori
statuta
Belanda 17 M Hukum Perdata
Penemuan teori Rome Convention
statuta Brussel Convention
RUNTUH

Zaman pengagungan Hukum Romawi.


Peristiwa yang mengandung unsur asing Hukum kesukuan kembali berlaku.
diselesaikan di preator peregrinis dan
menggunakan ius gentium.
ASAS PERSONIL
K E M U N C U L A N T E O R I S TAT U TA
• Awal abad ke-11
Awal pembebasan dari kota-kota di Italia Utara dari kemimpinan feudal
à pemberian otonomi pada kota-kota di Italia untuk membentuk
peraturan (statuta)
• Fase renaissance Hukum Romawi
Gerakan mempelajari/menemukan kembali Hukum Romawi (corpus
iuris civilis). Perkembangan hukum dipengaruhi oleh para Glossator.
Teori yang dikembangkan: legislator membuat aturan hanya
diberlakukan pada para subjek hukumnya saja à lex fori hanya berlaku
untuk penduduknya saja, tidak untuk orang asing
T E O R I S TAT U TA

Teori Ulrik Huber:


Asas Hukum Perdata Internasional (HPI) 1. Hukum suatu negara hanya berlaku Penggunaan lex loci conclusionis tidak bisa
untuk perbuatan hukum (perikatan) à dalam wilayah hukum & terhadap diterapkan ketika berbenturan dengan
dimungkinkan adanya pilihan hukum subjeknya hukum publik tempat forum penyelesaian
oleh pihak-pihak yang berperkara - 2. Penduduk adalah orang yang berada di sengketa atau pihak asing tidak
Dumoulin lingkungan kekuasaan suatu negara mengetahui hukum tempat kontrak dibuat
(menetap atau sementara) – Nicolaus Hert
3. Berdasarkan asas comitas, hukum Doktrin statuta Jerman terkandung dalam
Dalam pewarisan hukum yang berlaku suatu negara dapat dianggap seakan- Bavaria’s Maximillian Code
adalah hukum tempat benda tetap akan berlaku di mana saja asal tidak
berada (lex rei sitae) – D’Argente melanggar hak kaula negara lain
Asas locus regis actum (perbuatan hukum
tunduk pada hukum setempat) – Jan Voet
TEORI MODERN (SAVIGNY)
Suatu hubungan hukum yang sama harus memberi penyelesaian
yang sama pula

Pengakuan hukum asing bukan semata-mata berdasarkan comitas,


akan tetapi dimaksudkan untuk kegunaan & manfaat bagi pihak dan
negara yang bersangkutan.

Penyelesaian hukum perikatan mengutamakan pilihan hukum para pihak.


hal-hal mengenai kecakapan bertindak diatur oleh domisili
TEORI MODERN (MANCINI)
Semua negara mempunyai kedudukan yang sama di pergaulan
antar bangsa

Mancini membagi kaidah hukum perdata ke dua kategori:


1. Essential Private Law – mengatur status personal individu à kewarganegaraan
2. Voluntary Private Law – mengatur perikatan à kebebasan memilih dengan
memperhatikan ketertiban umum

Kaidah kepentingan perseorangan berlaku bagi setiap warga negara di manapun dan pada waktu apapun juga
Setiap negara harus menghormati hukum asing dengan menggunakan/mengakuinya.
Hukum Perdata Internasional
(Private International Law)
Istilah yang secara umum diterima. Biasa
digunakan oleh negara dengan sistem
hukum Eropa Kontinental.
Yang bersifat internasional adalah pada
hubungan-hubungannya, sedangkan
kaidahnya merupakan hukum nasional.

Istilah ini memberikan kesan bahwa HPI adalah


hukum internasional. Walaupun kenyataannya
HPI merupakan bagian dari hukum nasioanal.
Hukum Perselisihan (Conflict of Law)
Banyak digunakan di negara dengan
sistem hukum Common Law.
Conflict of law diartikan sebagai sebuah
bagian dari hukum nasional yang
digunakan ketika pengadilan dihadapkan
dengan kasus yang melibatkan du atau
lebih elemen asing.

Istilah ini mendapat kritik karena memberikan


kesan bahwa terdapat konflik dalam hukum dan
konflik kedaulatan.
Hukum Antar Tata Hukum (Interlegal
Law)
Istilah Interlegal Law dikenalkan oleh Alf
Ross, yang kemudian didukung oleh
Sudargo Gautama.
Sudargo Gautama mengusulkan istilah
HATAH karena adanya suatu tata hukum
di antara sistem-sistem hukum yang pada
suatu saat bertemu

Cakupan HATAH lebih luas dari cakupan Hukum


Perdata Internasional.
Hukum Antar Tata Hukum
HATAH Intern
Keseluruhan aturan dan putusan hakim yang menunjukkan sistem hukum
manakah yang berlaku pada peristiwa antar warga negara dalam suatu
negara, memperhatikan titik pertalian dengan sistem dan kaidah hukum
yang berbeda dalam lingkungan kuasa waktu, tempat pribadi, dan soal.

HATAH Ekstern
Keseluruhan aturan dan putusan hakim yang menunjukkan sistem hukum
manakah yang berlaku pada suatu waktu memperlihatkan titik-titik pertalian
dengan sistem dan kaidah hukum dari dua atau lebih negara yang berbeda
dalam lingkungan kuasa tempat dan soal.
SEJARAH SUMBER HUKUM HATAH DI INDONESIA
Hukum Antar Tata Hukum
TIMELINE

SEBELUM 1945
KEDATANGAN BARAT KEMERDEKAAN

KEDATANGAN
BARAT
SUMBER HATAH SEBELUM KEDATANGAN BARAT
PERUNDANGAN MAJAPAHIT
Sudah ada peraturan tertulis mengenai utang piutang, penegakan hukum tidak
semata-mata bergantung pada kebijaksanaan hakim.
Perdagangan dengan orang luar Jawa sudah terjadi, namun belum ditemukan
aturan yang mengatur hubungan dengan orang asing.
KITAB UNDANG-UNDANG AMANNA GAPPA
Amanna Gappa sebagai Matoa (kepala orang Wajo) membukukan peraturan
pelayaran & perdagangan yang tak tertulis (1676)
• Orang yang pergi berlayat & tiba di pelabuhan negeri orang wajib mempelajari
adat istiadat sebelum berdagang (lex fori)
• Jika ada persengketaan, sengketa harus diselesaikan di tempat itu juga
• Sengketa yang terjadi di atas kapal diselesaikan oleh nahkoda sebagai penguasa
bertindak sebagai hakim pula à melakukan hukum wajo
K E D ATA N G A N V O C
PENGGOLONGAN PENDUDUK* SEBELUM INDISCHE STAATSREGELING
* mereka yang dengan sah bertempat tinggal di Hindia Belanda.
1. Orang Eropa
2. Pribumi
Pada praktiknya, orang-orang pribumi diharuskan tunduk pada hukum
Barat di bidang perjanjian & perburuhan.
Hukum Antar Golongan berkembang dari kompleksitas hubungan
perkawinan antar golongan.
H U K U M A N TA R G O L O N G A N
Permasalahan Hukum Antar Golongan diselesaikan dengan cara-cara
yang serupa dengan kaidah Hukum Perdata Internasional:
1. Hukum Personil (Hk Orang)
Menggunakan domicile dengan makna suku atau tempat asal.
2. Hukum Keluarga
Hukum rakyat jajahan dibiarkan berlaku
S U M B E R K A I D A H H ATA H
SEBELUM 1945
• Algemeene Bepalingen van Wetgesing (AB) Pasal 16-18
• Reglement op het beleid der regeering van Nederlands Indie (RR)
1845 Hukum yang berlaku bagi golongan bumiputera adalah hukum
adatnya masing-masing selama tidak bertentangan dengan keadilan &
kesusilaan
• Indische Staatsregeling (IS) Pasal 131
a. Eropa à Hukum perdata barat (yang ada di BW & WvK)
b. Timur Asing à Berlaku hukum kekayaan (yang ada di BW & WvK),
Tionghoa à seluruh hukum perdata barat
c. Pribumi à Hukum adat kecuali menundukkan diri secara sukarela
terhadap hukum perdata barat
Algemeene Bepalingen (AB)
Pasal 16
Bagi penduduk Hindia-Belanda peraturan-
peraturan perundangan mengenai status dan
wewenang seseorang tetap berlaku terhadap
mereka, apabila mereka di luar negeri

Mengatur tentang status personal


(hukum orang & hukum keluarga)
Pengaturan benda bergerak (tidak tetap)
Algemeene Bepalingen (AB)
Pasal 17
“Terhadap barang-barang yang tidak-bergerak
berlakulah undang-undang dari negeri atau
tempat di mana barang-barang itu berada”.

Mengatur tentang hukum yang berlaku mengenai


benda-benda tidak bergerak
Asas lex rae sitae
Algemeene Bepalingen (AB)
Pasal 18
“Bentuk tiap tindakan hukum akan diputus oleh
pengadilan menurut perundang-undangan dari
negeri atau tempat, di mana tindakan hukum itu
dilakukan.
Untuk menerapkan pasal ini dan pasal di muka,
harus diperhatikan Eropa dan orang-orang
Indonesia.”

Mengatur tentang hukum yang berlaku mengenai


perbuatan hukum.
Asas lex loci actus
Sumber Hukum Materiil
HATAH (Kaidah HPI
Indonesia)
• Algemene Bepalingen van wetgeving voor
Indonesie (disingkat AB)
• Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan
• Undang-Undang No 12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan RI
• Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-
Pokok Agraria
• Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Penanaman
Modal
• Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik jo. Undang-
Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan UU
ITE 2008
• Yurisprudensi Indonesia
Algemeene Bepalingen
(AB)
AB S. 1847-23 yang diumumkan secara resmi pada
tanggal 30 April 1847 merupakan Peraturan Umum
Mengenai Perundang-Undangan Untuk Indonesia.

Pasal 16-18 AB merupakan kaidah HATAH Ekstern


Indonesia yang “tulen” dan klasik.

Dasar berlakunya AB
Pasal 1 Aturan Peralihan UUD 1945
“Segala Peraturan yang ada masih tetap berlaku
selama belum diadakan yang baru menurut
Undang-Undang Dasar”
Sumber Hukum Formil
HATAH
• Herzien Indonesis Reglement (HIR)
• Rechtsreglement Buitengewesten (RBg)
• Reglement of de Rechtsvordering (RV)
• PP No. 9 Tahun 1975 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang No. 1
tahun 1974 tentang Perkawinan
• Undang-Undang No. 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
• Undang-Undang No. 17 Tahun 2008
Tentang Pelayaran
Perjanjian Internasional
• Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign
Arbitral Awards
• Ttg pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase asing
• Ratifikasi: Kepres No. 34 Tahun 1981
• The International Institute for the Unification of Private Law (Konvensi
UNIDROIT 1994).
• Ratifikasi: Perpres No 59 th 2008
• Convention on The Law Applicable to International Sales of Goods (CISG)
• Convention on Abolishing the Requirement of Legalisation for Foreign
Public Documents
Perjanjian Internasional
• Convention relating to Civil Procedure, 1954
• Convention on the Service Abroad of Judicial and Extrajudicial
Documents in Civil or Commercial Matters, 1965.
• The Hague Convention on the Recognition and Enforcement of
Foreign Judgments in Civil and Commercial Matters, 1971
Hague Conference on Private International
Law (HCCH) merupakan organisasi global
inter-governmental dalam hal Hukum
Perdata Internasional.
HCCH mengembangkan instrument hukum
untuk menjawab kebutuhan global.
38 Konvensi Internasional telah dihasilkan
oleh HCCH sejak pembentukannya di tahun
1951.
Tujuan dibentuknya organisasi ini adalah
harmonisasi pengaturan HPI/HATAH
Ekstern tentang berbagai aspek.
• Convention of 15 June 1955 relating to the settlement of the conflicts
between the law of nationality and the law of domicile
• Convention of 25 November 1965 on the Choice of Court
• Convention of 1 February 1971 on the Recognition and Enforcement of
Foreign Judgments in Civil and Commercial Matters
• Convention of 1 June 1970 on the Recognition of Divorces and Legal
Separations
• Convention of 5 July 2006 on the Law Applicable to Certain Rights in
respect of Securities held with an Intermediary
• Convention of 30 June 2005 on Choice of Court Agreements
• Convention of 23 November 2007 on International Recovery of Child
Support and Other Forms of Family Maintenance
• Protocol of 23 November 2007 on the Law Applicable to Maintenance
Obligations
• Principles on Choice of Law in International Commercial Contracts
Anggota HCCH

The Hague Conference has currently 83 Members: 82 States and 1


Regional Economic Integration Organisation.
Kesimpulan
• Tidak ada kompilasi apalagi kodifikasi kaidah-kaidah HPI Indonesia;
• Aturan-Aturan yang terkait dengan HPI yang tersebar dalam berbagai
UU, misal: UU Perkawinan, UUPA, UU Penanaman Modal, dan UU
Kewarganegaraan;
• Kaidah HPI yang ada di Indonesia merupakan peninggalan Hindia
Belanda, yakni Pasal 16, 17, dan 18 AB (Algemeene Bepalingen);
• Tidak banyak konvensi-konvensi yang mengatur persoalan HPI yang
diratifikasi pemerintah Republik Indonesia
Daftar Pustaka
• Pavel Kalensky, Trends of Private International Law, Springer Science &
Business Media, 2013.
• Sunaryati Hartono, Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional,
Binacipta, 1989.
• Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional, BPHN
• Sudargo Gautama, Hukum Antar Tata Hukum, Alumni.
• Bayu Seto Hardjowahono, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
Citra Aditya Bakti, 2013.

Anda mungkin juga menyukai