Anda di halaman 1dari 5

Hukum Kebiasaan Internasional

 Pengertian hukum kebiasaan internasional:

Atau dalam bahasa inggrisnya adalah [costumary internasional] law adalah hukum Negara atau
norma-norma hukum yang dibentuk melalui pertukaran kebiasaan antar Negara dalam kurun
waktu tertentu, baik yang berdasarkan diplomasai atau agresi.

Bentuk Hukum internasional


Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau pola perkembangan yang khusus
berlaku di suatu bagian dunia (region) tertentu :
Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlaku/terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti Hukum
Internasional Amerika / Amerika Latin, seperti konsep landasan kontinen (Continental Shelf)
dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation of the living resources of the
sea) yang mula-mula tumbuh di Benua Amerika sehingga menjadi hukum Internasional
Umum.
Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu
seperti Konvensi Eropa mengenai HAM sebagai cerminan keadaan, kebutuhan, taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian masyarakat yang
berlainan. Berbeda dengan regional yang tumbuh melalui proses hukum kebiasaan.
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas negara antara:

1. negara dengan negara


2. negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara
satu sama lain.

Sejarah dan Perkembangannya[sunting | sunting sumber]


Hukum Internaasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur hubungan antara
negara-negara, lahir dengan kelahiran masyarakat Internasional yang didasarkan atas negara-
negara nasional. Sebagai titik saat lahirnya negara-negara nasional yang modern biasanya diambil
saat ditandatanganinya
Perjanjian Perdamaian Westphalia adalah serangkaian perjanjian perdamaian yang
ditandatangani antara 24 Oktober 1648 di Osnabrück dan Münster. Perjanjian ini mengakhiri Perang
Tiga Puluh Tahun (1618–1648) di Kekaisaran Romawi Suci dan Perang Delapan Puluh Tahun
(1568–1648) antara Spanyol dan Republik Belanda. Spanyol secara resmi mengakui kemerdekaan
Republik Belanda.
Zaman dahulu kala sudah terdapat ketentuan yang mengatur, hubungan antara raja-raja atau
bangsa-bangsa:
Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan lembaga hukum yang
mengatur hubungan antar kasta, suku-suku bangsa dan raja-raja yang diatur oleh adat kebiasaan.
Menurut Bannerjce, adat kebiasaan yang mengatur hubungan antara raja-raja dinamakan Desa
Dharma. Pujangga yang terkenal pada saat itu Kautilya atau Chanakya penulis buku Artha Sastra
Gautamasutra salah satu karya abad VI SM di bidang hukum.
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional yang terdiri atas
sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu
tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota
masyarakat internasional yang sederajat.
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain. Dipengaruhi analogi dengan Hukum Tata Negara
(constitusional law), hukum dunia merupakan semacam negara (federasi) dunia yang meliputi
semua negara di dunia ini. Negara dunia secara hierarki berdiri di atas negara-negara nasional.
Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum subordinasi. Dalam hukum
kuno mereka antara lain Kitab Perjanjian Lama, mengenal ketentuan mengenai perjanjian,
diperlakukan terhadap orang asing dan cara melakukan perang.Dalam hukum perang masih
dibedakan (dalam hukum perang Yahudi ini) perlakuan terhadap mereka yang dianggap musuh
bebuyutan, sehingga diperbolehkan diadakan penyimpangan ketentuan perang.
Lingkungan kebudayaan Yunani. Hidup dalam negara-negara kita. Menurut hukum negara kota
penduduk digolongkan dalam 2 golongan yaitu orang Yunani dan orang luar yang dianggap sebagai
orang biadab (barbar). Masyarakat Yunani sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan
(arbitration) dan diplomasi yang tinggi tingkat perkembangannya.
Sumbangan yang berharga untuk Hukum Internasional waktu itu ialah konsep hukum alam yaitu
hukum yang berlaku secara mutlak dimanapun juga dan yang berasal dari rasion atau akal manusia.
Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antara kerajaan-kerajaan tidak
mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Romawi. Karena masyarakat dunia merupakan
satu imperium yaitu imperium roma yang menguasai seluruh wilayah dalam lingkungan kebudayaan
Romawi. Sehingga tidak ada tempat bagi kerajaan-kerajaan yang terpisah dan dengan sendirinya
tidak ada pula tempat bagi hukum bangsa-bangsa yang mengatur hubungan antara kerajaan-
kerajaan. Hukum Romawi telah menyumbangkan banyak sekali asas atau konsep yang kemudian
diterima dalam hukum Internasional ialah konsep seperti occupatio servitut dan bona fides. Juga
asas “pacta sunt servanda” merupakan warisan kebudayaan Romawi yang berharga

Perjanjian Westphalia
Perjanjian Damai Westphalia terdiri dari dua perjanjian yang ditandatangani di dua kota di
wilayah Westphalia, yaitu di Osnabrück (15 Mei 1648) dan di Münster (24 Oktober 1648). Kedua
perjanjian ini mengakhiri Perang 30 Tahun (1618-1648) yang berlangsung di Kekaisaran Romawi
Suci dan Perang 80 Tahun (1568-1648) antara Spanyol dan Belanda.
Perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah Hukum Internasional
modern, bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa Hukum Internasional modern yang didasarkan
atas negara-negara nasional. Sebabnya adalah :

1. Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan perubahan


dalam peta bumi politik yang telah terjadi karena perang itu di Eropa .
2. Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha Kaisar Romawi yang suci.
3. Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan kegerejaan dan
didasarkan atas kepentingan nasional negara itu masing-masing.
4. Kemerdekaan negara Belanda, Swiss dan negara-negara kecil di Jerman diakui dalam
Perjanjian Westphalia.
Perjanjian Westphalia meletakkan dasar bagi susunan masyarakat Internasional yang baru, baik
mengenai bentuknya yaitu didasarkan atas negara-negara nasional (tidak lagi didasarkan atas
kerajaan-kerajaan) maupun mengenai hakekat negara itu dan pemerintahannya yakni pemisahan
kekuasaan negara dan pemerintahan dari pengaruh gereja.
Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia diperteguh dalam Perjanjian Utrech yang
penting artinya dilihat dari sudut politik Internasional, karena menerima asas keseimbangan
kekuatan sebagai asas politik internasional.

Asas dalam pelaksanaan hukum internasional


Dalam pelaksanaan hukum Internasional sebagai bagian dari hubungan internasional, dikenal ada
beberapa asas hukum, antara lain:

 PACTA SUNT SERVANDA: asas hukum yang menyatakan bahwa setiap perjanjian menjadi
hukum yang mengikat bagi para pihak yang melakukan perjanjian. Ini terdapat pada pasal
26 Konvensi WINA tahun 1969.
 EQUALITY RIGHTS: yaitu negara yang memiliki hubungan atau yang saling mengadakan
hubungan itu memiliki kedudukan yang sama di bawah hukum.
 RECIPROSITAS /Asas Timbal Balik: tindakan yang dapat dibalas setimpal oleh suatu
negara terhadap negara lain, baik tindakan yang memiliki sifat negatif atau pun posistif.
 COURTESY: Artinya yaitu setiap negara yang bersangkutan haruslah saling menghormati
dan saling menjaga kehormatan negaranya satu sama lain.
 REBUS SIC STANTIBUS: Asas yang berfungsi untuk memutuskan suatu perjanjian secara
sepihak jika terdapat perubahan yang mendasar/fundamental dalam keadaan yang bertalian
dengan perjanjian internasional yang telah disepakati.

Asas-Asas Hukum Internasional


Asas-asas yang ada dalam menjalin hubungan antar bangsa:
1. Asas Teritorial

Merupakan asas yang berdasar pada kekuasaan suatu Negara atas


daerah atau wilayahnya. Suatu Negara bisa melaksanakan hukum bagi
setiap orang ataupun barang yang berada di wilayahnya. Tetapi, untuk
setiap orang atau barang yang berada di luar wilayahnya akan
diberlakukan hukum asing atau hukum penuh skala internasional.

Artinya hukum dari suatu wilayah maka hanya berlaku dalam wilayah
tersebut, sedangkan jika berada di luar wilayah akan diberlakukan
hukum yang berbeda, dalam hal ini berarti adalah Hukum Internasional.
2. Asas Kebangsaan

Merupakan asas diberlakukan oleh Negara untuk setiap warga


negaranya.Artinya bagi setiap Warga Negara, dimanapun keberadaannya
seperti di negara asing, akan tetap mendapatkan perlakuan hukum yang
berlaku di negara asalnya.
Misalkan seseorang melakukan tindakan pidana ataupun kriminal di
negara asing, maka akan tetap dikenakan hukum dari negara dimana dia
berasal.Karena asas ini memiliki kekuatan ekstrateritorial.
3. Asas Kepentingan Umum

Merupakan asas yang didasarkan pada kewenangan negara untuk


melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan masyarakat,
dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan
dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum, jadi hukum
tersebut tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

Sumber Hukum Internasional


Sumber hukum bisa dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Sumber hukum materil, yaitu segala sesuatu yang membahas


dasar berlakunya hukum suatu negara.
2. Sumber hukum formal, yaitu sumber darimana kita
mendapatkan atau menemukan ketentuan-ketentuan hukum
internasional.

Menurut pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional, sumber hukum


formal terdiri dari :

 Perjanjian Internasional (Traktat).


 Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti dalam praktek
umum dan diterima sebagai hukum.
 Asas-asas umum hukum yang diakui oleh negara-negara beradab.
 Yurisprudency, yaitu keputusan hakim hukum internasional yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.
 Doktrin, yaitu pendapat para ahli hukum internasional.

Subjek Hukum Internasional


1. Negara
2. Individu
3. Tahta Suci / Vatican
4. Palang Merah Internasional
5. Organisasi Internasional

Anda mungkin juga menyukai