Anda di halaman 1dari 36

Hukum

internasional
kumpulan aturan dalam hubungan
antarnegara

Hukum internasional adalah bagian


hukum yang mengatur aktivitas entitas
berskala internasional. Pada awalnya,
hukum internasional hanya diartikan
sebagai perilaku dan hubungan antar
negara. Namun, dalam perkembangan
pola hubungan internasional semakin
kompleks pengertiannya. Hukum
internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional
dan pada batas tertentu, perusahaan
multinasional dan individu. Yang
disebut hukum internasional ini
mengatur hubungan antar negara,
memberikan hak dan kewajiban kepada
mereka dan juga memuat ketentuan
untuk situasi konflik dan perang. Ia juga
dikenal sebagai hukum internasional
dan hukum internasional publik, dan
juga berlaku untuk organisasi
internasional dan badan politik.

Pengertian Hukum Internasional


menurut Prof Hyde bahwa Hukum
Internasional dapat dirumuskan
sebagai sekumpulan hukum yang
sebagian besar terdiri atas asas-asas
(https://kbbi.web.id/asas.html) dan
peraturan-peraturan yang harus ditaati
oleh negara-negara. Oleh karena itu
hukum internasional harus ditaati
ketika negara-negara saling
berhubungan.[1]

Hukum internasional adalah hukum


bangsa-bangsa, hukum antarbangsa
atau hukum antarnegara. Hukum
bangsa-bangsa yang di gunakan untuk
menunjukkan pada kebiasaan dan
aturan hukum yang berlaku dalam
hubungan antara raja-raja zaman
dahulu. Hukum antarbangsa atau
hukum antarnegara menunjukkan pada
kompleks kaidah dan asas yang
mengatur hubungan antara anggota
masyarakat bangsa-bangsa atau
negara.
Perbedaan dan persamaan
Hukum internasional publik berbeda
dengan Hukum Perdata Internasional.
Hukum Perdata Internasional ialah
keseluruhan kaidah dan asas hukum
yang mengatur hubungan perdata yang
melintasi batas negara atau hukum
yang mengatur hubungan hukum
perdata antara para pelaku hukum yang
masing-masing tunduk pada hukum
perdata (nasional) yang berlainan.
Sedangkan Hukum Internasional
adalah keseluruhan kaidah dan asas
hukum yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas negara
(hubungan internasional) yang bukan
bersifat perdata.
Persamaannya adalah bahwa keduanya
mengatur hubungan internasional atau
persoalan yang melintasi batas negara
(internasional). Perbedaannya adalah
sifat hukum atau persoalan yang
diaturnya (objeknya).

Bentuk Hukum
internasional
Hukum Internasional terdapat beberapa
bentuk perwujudan atau pola
perkembangan yang khusus berlaku di
suatu bagian dunia (region) tertentu:

Hukum Internasional Regional


Hukum Internasional yang
berlaku/terbatas daerah lingkungan
berlakunya, seperti Hukum
Internasional Amerika / Amerika
Latin, seperti konsep landasan
kontinen (Continental Shelf) dan
konsep perlindungan kekayaan hayati
laut (conservation of the living
resources of the sea) yang mula-mula
tumbuh di benua Amerika sehingga
menjadi hukum Internasional Umum.
Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk
kaidah yang khusus berlaku bagi
negara-negara tertentu seperti
Konvensi Eropa mengenai HAM
sebagai cerminan keadaan,
kebutuhan, taraf perkembangan dan
tingkat integritas yang berbeda-beda
dari bagian masyarakat yang
berlainan. Berbeda dengan regional
yang tumbuh melalui proses hukum
kebiasaan.
Hukum Internasional merupakan
keseluruhan kaidah dan asas yang
mengatur hubungan atau persoalan
yang melintasi batas negara antara:

1. Negara dengan negara


2. Negara dengan subyek hukum lain
bukan negara atau subjek hukum
bukan negara satu sama lain.

Hukum Internasional dan


Hukum Dunia
Hukum Internasional didasarkan atas
pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah
negara yang berdaulat dan merdeka
dalam arti masing-masing berdiri
sendiri yang satu tidak di bawah
kekuasaan lain sehingga merupakan
suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang
sederajat.

Hukum Dunia berpangkal pada dasar


pikiran lain. Dipengaruhi analogi
dengan Hukum Tata Negara
(constitusional law), hukum dunia
merupakan semacam negara (federasi)
dunia yang meliputi semua negara di
dunia ini. Negara dunia secara hierarki
berdiri di atas negara-negara nasional.
Tertib hukum dunia menurut konsep ini
merupakan suatu tertib hukum
subordinasi.
Masyarakat dan Hukum
Internasional
Adanya masyarakat-masyarakat
Internasional sebagai landasan
sosiologis hukum internasional.
1. Adanya suatu masyarakat
Internasional. Adanya masyarakat
internasional ditunjukkan adanya
hubungan yang terdapat antara
anggota masyarakat internasional,
karena adanya kebutuhan yang
disebabkan antara lain oleh
pembagian kekayaan dan
perkembangan industri yang tidak
merata di dunia seperti adanya
perniagaan atau pula hubungan di
lapangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, keagamaan, sosial
dan olahraga mengakibatkan
timbulnya kepentingan untuk
memelihara dan mengatur
hubungan bersama yang
merupakan suatu kepentingan
bersama. Untuk menertibkan,
mengatur dan memelihara
hubungan internasional inilah
dibutuhkan hukum dunia yang
menjamin unsur kepastian yang
diperlukan dalam setiap hubungan
yang teratur. Masyarakat
Internasional pada hakikatnya
adalah hubungan kehidupan antar
manusia dan merupakan suatu
kompleks kehidupan bersama
yang terdiri dari aneka ragam
masyarakat yang terjalin erat.
2. Asas hukum bersama sebagai
unsur masyarakat hukum
internasional. Suatu kumpulan
bangsa untuk dapat benar-benar
dikatakan suatu masyarakat
Hukum Internasional harus ada
unsur pengikat, yaitu adanya asas
kesamaan hukum antara bangsa-
bangsa di dunia ini. Betapapun
berlainan wujudnya hukum positif
yang berlaku di tiap-tiap negara,
tanpa adanya suatu masyarakat
hukum bangsa-bangsa merupakan
hukum alam (naturerecht) yang
mengharuskan bangsa-bangsa di
dunia hidup berdampingan secara
damai dapat dikembalikan pada
akal manusia (rasio) dan naluri
untuk mempertahankan jenisnya.
Kedaulatan Negara: Hakikat dan
Fungsinya dalam Masyarakat
Internasional.

Negara dikatakan berdaulat (sovereian)


karena kedaulatan merupakan suatu
sifat atau ciri hakiki negara. Negara
berdaulat berarti negara itu mempunyai
kekuasaan tertentu. Negara itu tidak
mengakui suatu kekuasaan yang lebih
tinggi daripada kekuasaannya sendiri
dan mengandung 2 (dua) pembatasan
penting dalam dirinya:

1. Kekuasaan itu berakhir di mana


kekuasaan suatu negara lain
mulai.
2. Kekuasaan itu terbatas pada batas
wilayah negara yang memiliki
kekuasaan itu.
Konsep kedaulatan, kemerdekaan dan
kesamaan derajat tidak bertentangan
satu dengan lain bahkan merupakan
perwujudan dan pelaksanaan
pengertian kedaulatan dalam arti wajar
dan sebagai syarat mutlak bagi
terciptanya suatu masyarakat
Internasional yang teratur.

Masyarakat Internasional dalam


peralihan: perubahan-perubahan
dalam peta bumi politik, kemajuan
teknologi dan struktur masyarakat
internasional.

Masyarakat Internasional mengalami


berbagai perubahan yang besar dan
pokok ialah perbaikan peta bumi politik
yang terjadi terutama setelah Perang
Dunia II. Proses ini sudah dimulai pada
permulaan abad XX mengubah pola
kekuasaan politik di dunia. Timbulnya
negara-negara baru yang merdeka,
berdaulat dan sama derajatnya satu
dengan yang lain terutama sesudah
Perang Dunia

Perubahan Kedua ialah kemajuan


teknologi.

Kemajuan teknologi berbagai alat


perhubungan menambah mudahnya
perhubungan yang melintasi batas
negara.

Perkembangan golongan ialah


timbulnya berbagai organisasi atau
lembaga internasional yang
mempunyai eksistensi terlepas dari
negara-negara dan adanya
perkembangan yang memberikan
kompetensi hukum kepada para
individu. Kedua gejala ini menunjukkan
bahwa di samping mulai terlaksananya
suatu masyarakat internasional dalam
arti yang benar dan efektif berdasarkan
asas kedaulatan, kemerdekaan dan
persamaan derajat antar negara
sehingga dengan demikian terjelma
Hukum Internasional sebagai hukum
koordinasi, timbul suatu kompleks
kaidah yang lebih memperlihatkan ciri-
ciri hukum subordinasi.

Sejarah dan
Perkembangannya
Hukum Internasional modern sebagai
suatu sistem hukum yang mengatur
hubungan antara negara-negara, lahir
dengan kelahiran masyarakat
Internasional yang didasarkan atas
negara-negara nasional. Sebagai titik
saat lahirnya negara-negara nasional
yang modern biasanya diambil saat
ditandatanganinya Perjanjian
Perdamaian Westfalen yang mengakhiri
Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa.

Zaman dahulu kala sudah terdapat


ketentuan yang mengatur, hubungan
antara raja-raja atau bangsa-bangsa:

Dalam lingkungan kebudayaan India


Kuno telah terdapat kaidah dan
lembaga hukum yang mengatur
hubungan antar kasta, suku-suku
bangsa dan raja-raja yang diatur oleh
adat kebiasaan. Menurut Bannerjce,
adat kebiasaan yang mengatur
hubungan antara raja-raja dinamakan
Desa Dharma. Pujangga yang terkenal
pada saat itu Kautilya atau Chanakya
penulis buku Artha Sastra
Gautamasutra salah satu karya abad VI
SM di bidang hukum.

Hukum Internasional didasarkan atas


pikiran adanya masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah
negara yang berdaulat dan merdeka
dalam arti masing-masing berdiri
sendiri yang satu tidak di bawah
kekuasaan lain sehingga merupakan
suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang
sederajat.

Hukum Dunia berpangkal pada dasar


pikiran lain. Dipengaruhi analogi
dengan Hukum tata negara, hukum
dunia merupakan semacam negara
(federasi) dunia yang meliputi semua
negara di dunia ini. Negara dunia
secara hierarki berdiri di atas negara-
negara nasional. Tertib hukum dunia
menurut konsep ini merupakan suatu
tertib hukum subordinasi. Dalam
hukum kuno mereka antara lain Kitab
Perjanjian Lama, mengenal ketentuan
mengenai perjanjian, diperlakukan
terhadap orang asing dan cara
melakukan perang. Dalam hukum
perang masih dibedakan (dalam hukum
perang Yahudi ini) perlakuan terhadap
mereka yang dianggap musuh
bebuyutan, sehingga diperbolehkan
diadakan penyimpangan ketentuan
perang.
Lingkungan kebudayaan Yunani. Hidup
dalam negara-negara kita. Menurut
hukum negara kota penduduk
digolongkan dalam 2 golongan yaitu
orang Yunani dan orang luar yang
dianggap sebagai orang biadab
(barbar). Masyarakat Yunani sudah
mengenal ketentuan mengenai
perwasitan (arbitration) dan diplomasi
yang tinggi tingkat perkembangannya.

Sumbangan yang berharga untuk


Hukum Internasional waktu itu ialah
konsep hukum alam yaitu hukum yang
berlaku secara mutlak di manapun juga
dan yang berasal dari rasio atau akal
manusia.

Hukum Internasional sebagai hukum


yang mengatur hubungan antara
kerajaan-kerajaan tidak mengalami
perkembangan yang pesat pada zaman
Romawi. Karena masyarakat dunia
merupakan satu imperium yaitu
imperium roma yang menguasai
seluruh wilayah dalam lingkungan
kebudayaan Romawi. Sehingga tidak
ada tempat bagi kerajaan-kerajaan yang
terpisah dan dengan sendirinya tidak
ada pula tempat bagi hukum bangsa-
bangsa yang mengatur hubungan
antara kerajaan-kerajaan. Hukum
Romawi telah menyumbangkan banyak
sekali asas atau konsep yang kemudian
diterima dalam hukum Internasional
ialah konsep seperti occupatio servitut
dan bona fides. Juga asas pacta sunt
servanda merupakan warisan
kebudayaan Romawi yang berharga.
Abad pertengahan

Selama abad pertengahan dunia Barat


dikuasai oleh satu sistem feodal yang
berpuncak pada kaisar sedangkan
kehidupan gereja berpuncak pada Paus
sebagai Kepala Gereja Katolik Roma.
Masyarakat Eropa waktu itu merupakan
satu masyarakat Kristen yang terdiri
dari beberapa negara yang berdaulat
dan Takhta Suci, kemudian sebagai
pewaris kebudayaan Romawi dan
Yunani.

Di samping masyarakat Eropa Barat,


pada waktu itu terdapat 2 masyarakat
besar lain yang termasuk lingkungan
kebudayaan yang berlaianan yaitu
Kekaisaran Byzantium dan Dunia Islam.
Kekaisaran Byzantium sedang menurun
mempraktikkan diplomasi untuk
mempertahankan supremasinya. Oleh
karenanya praktik Diplomasi sebagai
sumbangan yang terpenting dalam
perkembangan Hukum Internasional
dan Dunia Islam terletak di bidang
Hukum Perang.

Perjanjian Westphalia

Perjanjian Damai Westphalia terdiri dari


dua perjanjian yang ditandatangani di
dua kota di wilayah Westphalia, yaitu di
Osnabrück (15 Mei 1648) dan di
Münster (24 Oktober 1648). Kedua
perjanjian ini mengakhiri Perang 30
Tahun (1618-1648) yang berlangsung di
Kekaisaran Romawi Suci dan Perang 80
Tahun (1568-1648) antara Spanyol dan
Belanda.

Perdamaian Westphalia dianggap


sebagai peristiwa penting dalam
sejarah Hukum Internasional modern,
bahkan dianggap sebagai suatu
peristiwa Hukum Internasional modern
yang didasarkan atas negara-negara
nasional. Sebabnya adalah:

1. Selain mengakhiri perang 30


tahun, Perjanjian Westphalia telah
meneguhkan perubahan dalam
peta bumi politik yang telah terjadi
karena perang itu di Eropa.
2. Perjanjian perdamaian mengakhiri
untuk selama-lamanya usaha
Kaisar Romawi yang suci.
3. Hubungan antara negara-negara
dilepaskan dari persoalan
hubungan kegerejaan dan
didasarkan atas kepentingan
nasional negara itu masing-
masing.
4. Kemerdekaan negara Belanda,
Swiss dan negara-negara kecil di
Jerman diakui dalam Perjanjian
Westphalia.

Perjanjian Westphalia meletakkan


dasar bagi susunan masyarakat
Internasional yang baru, baik mengenai
bentuknya yaitu didasarkan atas
negara-negara nasional (tidak lagi
didasarkan atas kerajaan-kerajaan)
maupun mengenai hakekat negara itu
dan pemerintahannya yakni pemisahan
kekuasaan negara dan pemerintahan
dari pengaruh gereja.

Dasar-dasar yang diletakkan dalam


Perjanjian Westphalia diperteguh dalam
Perjanjian Utrech yang penting artinya
dilihat dari sudut politik Internasional,
karena menerima asas keseimbangan
kekuatan sebagai asas politik
internasional.

Ciri-ciri masyarakat Internasional

1. Negara merupakan satuan


teritorial yang berdaulat.
2. Hubungan nasional yang satu
dengan yang lainnya didasarkan
atas kemerdekaan dan persamaan
derajat.
3. Masyarakat negara-negara tidak
mengakui kekuasaan di atas
mereka seperti seorang kaisar
pada zaman abad pertengahan
dan Paus sebagai Kepala Gereja.
4. Hubungan antara negara-negara
berdasarkan atas hukum yang
banyak mengambil alih pengertian
lembaga Hukum Perdata, Hukum
Romawi.
5. Negara mengakui adanya Hukum
Internasional sebagai hukum yang
mengatur hubungan antar negara
tetapi menekankan peranan yang
besar yang dimainkan negara
dalam kepatuhan terhadap hukum
ini.
6. Tidak adanya Mahkamah
(Internasional) dan kekuatan polisi
internasional untuk memaksakan
ditaatinya ketentuan hukum
Internasional.
7. Anggapan terhadap perang yang
dengan lunturnya segi-segi
keagamaan beralih dari anggapan
mengenai doktrin bellum justum
(ajaran perang suci) ke arah ajaran
yang menganggap perang sebagai
salah satu cara penggunaan
kekerasan.

Tokoh
Hugo Grotius mendasarkan sistem
hukum Internasional atas berlakunya
hukum alam. Hukum alam telah
dilepaskan dari pengaruh keagamaan
dan kegerejaan. Banyak didasarkan
atas praktik negara dan perjanjian
negara sebagai sumber hukum
internasional di samping hukum alam
yang diilhami oleh akal manusia,
sehingga disebut Bapak Hukum
Internasional.
Fransisco Vittoria (biarawan
Dominikan – berkebangsaan Spanyol
Abad XIV menulis buku Relectio de
Indis mengenai hubungan Spanyol
dan Portugis dengan orang Indian di
AS. Bahwa negara dalam tingkah
lakunya tidak bisa bertindak
sekehendak hatinya. Maka hukum
bangsa-bangsa ia namakan ius
intergentes.
Fransisco Suarez (Yesuit) menulis De
legibius ae Deo legislatore (on laws
and God as legislator)
mengemukakan adanya suatu hukum
atau kaidah obyektif yang harus
dituruti oleh negara-negara dalam
hubungan antara mereka.
Balthazer Ayala (1548-1584) dan
Alberico Gentilis mendasarkan ajaran
mereka atas falsafah keagamaan
atau tidak ada pemisahan antara
hukum, etika dan teologi.

Subjek
Subjek hukum internasional meliputi
negara, tahta suci, organisasi
internasional, individu, serta
pemberontak dan pihak dalam
sengketa.
Negara

Negara adalah subjek hukum


internasional dalam arti klasik, yaitu
sejak lahirnya hukum internasional.
Sampai saat ini masih ada anggapan
bahwa hukum internasional pada
hakikatnya adalah hukum antar negara.
Negara yang dimaksud di sini adalah
negara merdeka, berdaulat, dan tidak
merupakan bagian dari suatu negara.
Negara yang berdaulat artinya negara
yang mempunyai pemerintahan sendiri
secara penuh, yaitu kekuasaan penuh
terhadap warga negara dalam
lingkungan kewenangan negara
tersebut.
Takhta Suci

Tahta suci merupakan salah satu


subjek hukum internasional yang telah
ada sejak dahulu di samping negara.
Tahta suci di sini adalah gereja Katolik
Roma yang diwakili oleh Paus di
Vatikan. Hal ini merupakan peninggalan
sejarah ketika Paus bukan hanya
merupakan kepala gereja Roma, tetapi
juga memiliki kekuasaan duniawi. Tahta
suci merupakan suatu subjek yang
sejajar kedudukannya dalam negara.
Hal ini terjadi sejak diadakannya
perjanjian antara Italia dengan Tahta
Suci di Vatikan tanggal 11 Juli 1929.
Palang Merah Internasional

Organisasi ini menjadi subjek hukum


yang terbatas dan lahir karena sejarah.
Palang merah internasional
kedudukannya diperkuat dalam
perjanjian. Pada saat ini palang merah
internasional secara umum diakui
sebagai organisasi internasional yang
memiliki kedudukan sebagai subjek
hukum internasional tersendiri.

Organisasi internasional

Organisasi Internasional seperti


Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB)
dan Organisasi Buruh Internasional
(ILO), mempunyai hak dan kewajiban
yang ditetapkan dalam konvensi-
konvensi internasional yang merupakan
semacam anggaran dasarnya. Artinya,
kedudukan organisasi internasional
sebagai subyek hukum internasional
tidak diragukan lagi, walaupun pada
mulanya belum adanya kepastian
mengenai hal ini.

Individu

Walaupun hukum internasional pada


dasarnya berpusat pada negara,
individu juga dapat menjadi subjek
dalam hal-hal tertentu. Hukum
kemanusiaan internasional
membebankan kewajiban terhadap
negara sekaligus individu, dan pelaku
genosida, kejahatan perang, atau
kejahatan terhadap kemanusiaan dapat
dituntut di pengadilan pidana
internasional seperti Pengadilan
Internasional untuk Bekas Yugoslavia,
Pengadilan Pidana Internasional untuk
Rwanda, atau Mahkamah Pidana
Internasional.

Pemberontak dan pihak dalam


sengketa

Menurut hukum perang, pemberontak


dapat memperoleh kedudukan dan hak
sebagai pihak yang bersengketa
(belligerent) dalam beberapa keadaan
tertentu. Hak-hak tersebut meliputi hak
untuk menentukan nasibnya sendiri,
memilih sistem, serta menguasai
sumber kekayaan alam di wilayahnya.
Lihat pula
Kebiasaan internasional

Pustaka
Iskandar, Pranoto,
Hukum%20HAM%20Internasional:%
20Sebuah%20Pengantar%20Konteks
tual, (http://books.google.co.id/book
s?id=vH7xe16WSw0C&lpg=PP1&hl=i
d&pg=PP1#v=onepage&q&f=false)
Thontowi, Jawahir dan Pranoto
Iskandar, Hukum Internasional
Kontemporer, Bandung: Refika
Aditama, 2006.
1. Hyde, Charles Cheney (1945).
International law (https://archive.or
g/details/internationallaw033123m
bp) .
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Hukum_internasional&oldid=21027901"

Halaman ini terakhir diubah pada 25 April


2022, pukul 13.35. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0
kecuali dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai