Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ripan Saepul Rohman

NIM : 1203060100
Kelas : HPI C
Matkul : Hukum Pidana Internasional

1. Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.
Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara(internasional).
Batasan-batasan hukum internasional, Pengertian maupun batasan Hukum Internasional
sudah banyak dikemukakan oleh banyak sarjanawan, denagn lebih dari satu pendapat tentunya
memiliki perbedaan serta kesamaan pendapat, namun dapat disimpulkan bahwa pengertian
Hukum Internasional yang cukup untuk diandalkan yaitu yang dikemukakan oleh Cahriles
Cheny Hyde, seperti kutipan dari J.S, Starke. Kutipan tersebut kurang lebih berbunyi sebagai
berikut: Hukum Internasional merupakan sekumpulan hukum-hukum yang terdiri dari peraturan-
peraturan dan prinsip-prinsip yang mengatur mengenai perilaku yang harus ditaati oleh negara,
serta oleh karena itu harus ditaati dalam hubungan-hubungan satu dengan yang lainnya, dan
mencakup organisasi internaisonal, hubungan organisasi internasional satu dengan yg lainnya,
dan fungsi dari lambaga atau antar organisasi internasnional dengan negara atau negara, serta
individu dengan individu. Peraturan hukum yang berkenaan dengan subyek-subyek dan individu
hukum bukan negara (non-state-entities) sepanjang hak dan kwajiban subjek dan individu hukum
bukan negara tersebutkemudian bersangkut paut dengan masalah internasional.
Istilah lain yang sering digunakan untuk hukum internasional adalah hukum bangsa-
bangsa (the law of Nations), hukum antarbangsa (the law between Nations), dan hukum
antarnegara (inter-states law).Dalam batas-batas tertentu, istilah-istilah itu juga menggambarkan
ruang lingkup dan substansi dari hukum internasional itu sendiri, bahkan juga menunjukkan
masa lalunya. Sebagai contoh, istilah hukum bangsa-bangsa dan hukum antarbangsa digunakan
ketika mulai dikenal negara-negara yang berdasarkan kebangsaan, ketika negara dan bangsa
dipandang identik dan dalam praktik yang digunakan silih berganti. Prinsip-prinsip dan kaidah-
kaidah hukum yang tumbuh dari hubungan hukum antarbangsa atau antarnegara yang berasaskan
kebangsaan, disebut hukum bangsa-bangsa atau hukum antarbangsa.

2. Masyarakat internasional dijadikan suatu landasan sosiologis dalam pembentukan hukum


internasional. Masyarakat internasional terdiri dari sejumlah negara-negara di dunia yang
sederajat dan merdeka yang memiliki kepentingan-kepentingan untuk melakukan hubungan
secara tetap dan terus-menerus. Hubungan internasional timbul karena adanya faktor saling
membutuhkan antar negara dalam berbagai kepentingan, misalnya kepentingan politik, ekonomi,
budaya, ilmu pengetahuan, sosial dan masih banyak lagi kepentingan-kepentingan dalam
masyarakat internasional yang dapat dijadikan dasar atau menimbulkan hubungan antar negara.
Untuk mengatur hubungan internasional ini diperlukan hukum guna menjamin ketersediaan
dalam masyarakat internasional.

3. Sejarah perkembangan hukum internasional dapat dibagi menjadi empat periode yaitu:
1. Periode memperjuangkan hak hidup negara-negara kebangsaan. Hal ini ditandai dengan
adanya perjanjian Westphalia 1648. Perjanjian Damai Westphalia terdiri dari dua perjanjian yang
ditandatangani di dua kota di wilayah Westphalia, yaitu di Osnabrück (15 Mei 1648) dan di
Münster (24 Oktober 1648). Kedua perjanjian ini mengakhiri Perang 30 Tahun (1618-1648)
yang berlangsung di Kekaisaran Suci Romawi dan Perang 80 Tahun (1568-1648) antara Spanyol
dan Belanda. Perjanjian Westphalia/lukisan ilustrasi Traktat Munster 1648.
Perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah Hukum
Internasional modern, bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa Hukum Internasional modern
yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebabnya adalah : 1. Selain mengakhiri perang 30
tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan perubahan dalam peta bumi politik yang telah
terjadi karena perang itu di Eropa .2. Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya
usaha Kaisar Romawi yang suci.3. Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan
hubungan kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan nasional negara itu masing-masing.4.
Kemerdekaan negara Belanda, Swiss dan negara-negara kecil di Jerman diakui dalam Perjanjian
Westphalia. Perjanjian Westphalia meletakkan dasar bagi susunan masyarakat Internasional yang
baru, baik mengenai bentuknya yaitu didasarkan atas negara-negara nasional (tidak lagi
didasarkan atas kerajaan-kerajaan) maupun mengenai hakekat negara itu dan pemerintahannya
yakni pemisahan kekuasaan negara dan pemerintahan dari pengaruh gereja.
Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia diperteguh dalam Perjanjian
Utrech yang penting artinya dilihat dari sudut politik Internasional, karena menerima asas
keseimbangan kekuatan sebagai asas politik internasional.
2. Periode konsolidasi masyarakat internasional. Periode ini ditandai adanya Konferensi
Perdamaian di Den Haag - Belanda pada tahun 1899 dan 1907.
3. Perode emansipasi politik negara-negara terjajah ke dalam masyarakat internasional sebagai
negara merdeka. Kenyataan ini diwujudkan melalui organisasi internasional yang bersifat
multilateral yaitu Liga Bangsa-Bangsa dan selanjutnya Perserikatan Bangsa-Bangsa.
4. Periode Hukum Internasional yang ditandai oleh efektivitas sanksi-sanksi hukum internasional
sekira tahun 1990 sampai sekarang.
Sebelum munculya negara-negara kebangsaan, sudah banyak ahli yang mempelajari
hukum internasional. Pada umumnya dalam memaparkan perkembangan sejarah hukum
internasional pada periode abad pertengahan, mereka hanya mengungkap tokoh-tokoh dari Eropa
Barat, setelah perkembangan di negara-negara Yunani, Kekaisaran Romawi, dan Yahudi,
langsung saja pada tokoh-tokoh yang dianggap pelopor hukum internasional di negara-negara
Barat, seperti Santo Thomas Aquinas (1226-1274), De Vitoria (1486-1516) dan Suarez (1548-
1617).

4. Hakekat dan dasar berlakunya hukum. Internasional adalah sebuah asas yang menjadi
pedoman sampai dimana zona berlakunya hukum internasional ini dapat di
implementasikan,serta menjadi dasar mengikatnya hukum internasional bagi masyarakat
internasional dan masyarakat nasional..

5. hubungannya hukum internasional dan hukum nasional terdapat dua teori yang utama. Yakni
teori monoisme dan dualisme. Teori monoisme menyatakan bahwa hukum internasional dan
hukum nasional masing – masing merupakan dua aspek dari satu sistem hukum. Struktur hukum
intern menetapkan bahwa hukum mengikat individu secara perorangan dan secara kolektif.
Hukum internasional mengikat individu secara kolektif sedangkan hukum nasional mengikat
individu secara perorangan. Teori dualisme menyatakan bahwa hukum internasional dan hukum
nasional masing – masing merupakan dua sistem hukum yang berbeda secara intrinsik.

6. Subjek hukum internasional meliputi negara, tahta suci, Palang Merah Internasional, individu,
serta pemberontak dan pihak dalam sengketa.
Negara
Negara adadalah subjek hukum internasional dalam arti klasik, yaitu sejak lahirnya
hukum internasional. Sampai saat ini masih ada anggapan bahwa hukum internasional pada
hakikatnya adalah hukum antar negara. Negara yang dimaksud disini adalah negara merdeka,
berdaulat, dan tidak merupakan bagian dari suatu negara. Negara yang berdauat artinya negara
yang mempunyai pemerintahan sendiri secara penuh, yaitu kekuasaan penuh terhadap warga
negara dalam lingkungan kewenangan negara tersebut.
Tahta Suci
Tahta suci merupakan salah satu subjek hukum internasional yang telah ada sejak dahulu
disamping negara. Tahta suci disini adalah gereja Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di
Vatikan. Hal ini merupakan peninggalan sejarah ketika Paus bukan hanya merupakan kepala
gereja Roma, tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi. Tahta suci merupakan suatu subjek yang
sejajar kedudukannya dalam negara. Hal ini terjadi sejak diadakannya perjanjian antara Italia
dengan Tahta Suci di Vatikan tanggal 11 Juli 1929.
Palang Merah Internasional
Organisasi ini menjadi subjek hukum yang terbatas dan lahir karena sejarah. Palang
merah internasional kedudukannya diperkuat dalam perjanjian. Pada saat ini palang merah
internasional secara umum diakui sebagai organisasi internasonal yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional tersendiri.
Organisasi Internasional
Organisasi Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi
Buruh Internasional (ILO), mempunyai hak dan kewaiban yang ditetapkan dalam konvensi-
konvensi internasional yang merupakan semacam anggaran dasarnya. Artinya, kedudukan
organisasi internasional sebagai subyek hukum internasional tidak diragukan lagi, walaupun
pada mulanya belum adanya kepastian mengenai hal ini.
Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru dalam hukum dan
hubungan internasional. Eksistensinya dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak
bisa disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi perusahaan-perusahaan
multinasional. Hubungan ini kemudian melahirkan hak-hak dan kewajiban internasional, yang
tentu saja berpengaruh terhadap eksistensinya, struktur, substansi, dan ruang lingkup hukum
internasional itu sendiri.
Individu
Individu dalam melakukan tindakan atau kegiatan akan memperoleh penilaian positif atau
negatif sesuai dengan kehendak demi kehidupan masyarakat dunia. Individu telah lama dianggap
sebagai subjek hukum internasional. Hal ini antara lain terdapat dalam Perjanjian Versailes
(1919) dan perjanjian antara Jerman dengan Polandia (1922). Selain perjanjian tersebut,
pengakuan individu sebagai subjek hukum terdapat dalam Keputusan Mahkamah Internasional
Permanen yang menyangkut pegawai kerja api Danzig, serta keputusan organisasi regional dan
transional seperti PBB, ILO dan masyarakat Eropa.
Pemberontak Dan Pihak Dalam Sengketa
Menurut hukum perang, pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai
pihak yang bersengketa (beligerent) dalam beberapa keadaan tertentu. Hak-hak tersebut meliputi
hak untuk menentukan nasibnya sendiri, memilih sistem, serta menguasai sumber kekayaan
alam diwilayahnya.

7. Sumber hukum internasional ialah berbagai materi, kebiasaan, atau asas yang di dalamnya
terdapat aturan-aturan hukum internasional.
Menurut Pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah Internasional, sumber hukum dibagi menjadi 5 hal,
sbb :
 Perjanjian internasional yang di dalamnya terdapat ketentuan hukum yang telah diakui
secara tegas oleh negara yang bersengketa. Contohnya Konvensi Wina tentang hubungan
diplomatik pada 1969.
 Kebiasaan internasional sebagai bukti atas suatu kebiasaan umum yang telah diterima
sebagai hukum. Contohnya kebiasaan memberi sambutan kehormatan kepada tamu
negara lain dengan tembakan meriam.
 Prinsip hukum umum yang diakui sebagai landasan hukum di seluruh dunia. Contohnya
prinsip Yurisprudensi Domestic dan prinsip Resiprositas.
 Keputusan pengadilan dapat berupa keputusan yang tidak berdasarkan pada pelaksanaan
hukum positif, tetapi berdasarkan pada prinsip keadilan dan kebenaran.
 Ajaran para ahli/sarjana yang sering kali dikutip untuk memperkuat argumen mengenai
kebenaran dari suatu norma hukum.

8. wilayah ekstrateritorial, wilayah yang dimaksud adalah wilayah kedutaan besar sesuatu negara
lain.
Sebagaimana diketahui menurut hukum internasional wilayah negara terdiri dari tiga matra yaitu
darat, laut dan udara. Kalau wilayah laut merupakan perluasan dari wilayah daratan, wilayah
udara suatu negara mengikuti batas-batas wilayah negara di darat dan laut. Hal ini kemudian.

Anda mungkin juga menyukai