Kepada,
Yth. Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Perdata
Nomor : xxxxxxxxxxx
Pada Pengadilan Agama Kuningan
di - K U N I N G A N
Nama : xxxxxxxxxxxxx
NIK KTP : xxxxxxxxxxxxx
Jenis Kelamin : Perempuan
Tmpt,Tgl Lahir/Umur : xxxxxxxxxxxxxxx
Agama : Islam
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SLTA/Sederajat
Tempat Tinggal : xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
No handphone : xxxxxxxxxxxx
Dengan ini perkenankan kami menyampaikan Jawaban dan Gugatan Rekonvensi atas
Permohonan Cerai Talak tertanggal xxxxxxxxxxxxx dalam perkara perdata Nomor :
xxxxxxxxxxxxxxx sebagai berikut :
DALAM KONPENSI
1. Bahwa Termohon menolak seluruh dalil yang dikemukakan oleh Pemohon dalam
gugatannya terkecuali ada yang diakui dengan tegas oleh Tergugat;
2. Bahwa benar antara Termohon dan Pemohon adalah suami istri sah yang telah
melangsungkan pernikahan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan
Agama Pesawahan Kabupaten Kuningan sebagaimana kutipan Akta Nikah Nomor :
1
xxxxxxxxxxxx tertanggal xxxxxxxxxx ;
3. Bahwa benar dari perkawinan antara Termohon dan Pemohon telah berumah
tangga selama xxxxxxxxxxx bulan dan bertempat tinggal dirumah Termohon di
xxxxxxxxxxxxx;
4. Bahwa benar dari perkawinan antara Termohon dan Pemohon tidak dikaruniani
anak :
5. Bahwa tidak benar sekitar bulan Desember tahun 2018 Rumah tangga antara
Termohon dan Pemohon mulai terjadi percekcokan dan pertengkaran karena
Termohon tidak tunduk terhadap Pemohon, bahkan selama Perkawinan
Termohon selalu mengabdikan diri sebagai seorang istri yang baik, Pengorbanan
termohon sebelum Pemohon menjadi kepala sekolah sampai sekarang menjadi
kepala sekolah telah banyak mengeluarkan uang untuk kepentingan Pemohon
bahkan kebutuhan sehari-hari anak anak Pemohon selama pemohon mengikuti
diklat xxxxxxxxxxxx, namun Setelah menjadi Kepala Sekolah,malah Pemohon pergi
meninggalkan Termohon,dengan tanpa memperdulikan hak-hak Termohon
sebagai Istri, bahkan yang lebih amat sangat menyakitkan hati termohon ternyata
Pemohon mempunyai WIL ( Wanita idaman lain ) ;
6. Bahwa benar Pemohon pergi meninggalkan Termohon pada awal bulan Februari
2020 sampai dengan sekarang kurang lebih 1 tahun 4 bulan sampai dengan
diajukan gugatan ini Pemohon sudah tidak memberikan nafkah lahir maupun
bathin ; hal ini disebabkan karena Pemohon telah mempunyai Wanita Idaman Lain
(WIL) bernama xxxxxxxxxxx dan bertimpat tinggal dalam satu rumah dengan
pemohon hingga saat ini di xxxxxxxxxxxx.;
7. Bahwa atas perbuatan Pemohon ini, Termohon telah melaporkan Pemohon
kepihak yang berwajib/Kepolisian Polres Kuningan atas dugaan melanggar pasal
279 dan atau 284 KUHPidana tentang kawin halangan dan atau Perzinahan;
8. Bahwa dari rangkaian fakta-fakta tersebut diatas maka Termohon mohon kepada
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menolak dalil-
dalil gugatan aquo yang telah Termohon bantah tersebut diatas dengan
mempertimbangkan manfaat dan mudharatnya kedapan untuk Termohon maupun
2
untuk Pemohon dan seandainya kalau ditanya hati kecil yang paling dalam dan
demi kepentingan Rumah tangga, Termohon masih tetap bisa menerima Pemohon
dengan catatan Pemohon merubah sikap dan perbuatannya karena pada
prinsipnya Termohon ingin mempertahankan perkawinannya dengan Pemohon;
DALAM REKONPENSI
3
sekarang menelantarkan Istri yang dilakukan oleh Pemohon tersebut sangatlah
bertentangan dengan SIGHAT TA’LIK yang isinya “seorang suami tidak akan
membiarkan (Tidak mempedulikan) istrinya..…” selain itu Perbuatan
menelantarkan Istri juga bertentangan dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun
2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pasal 9 Ayat 1 yang
berbunyi : “ Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup
rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut “ dan Pasal 49
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga, yang berbunyi :
“Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang
yang : ”menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) “.DAN Ancaman pidana
terhadap kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga ini adalah pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp15
juta (lihat Pasal 44 ayat [1] UU KDRT). Dan khusus bagi KDRT yang
dilakukan oleh suami terhadap istri yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau
kegiatan sehari-hari, ancaman pidananya adalah pidana penjara paling lama 4
(empat) bulan atau denda paling banyak Rp 5 juta;
6. Bahwa akibat adanya perceraian itu tidak pula menghapuskan kewajiban
Tergugat Rekonvensi/Pemohon Konvensi terhadap Penggugat
Rekonvensi/Termohon Konvensi, yang berupa nafkah, dan kewajiban lainnya
berdasarkan Pasal 149 KHI yang menyebutkan “Bilamana perkawinan putus
karena talak, maka bekas SUAMI WAJIB:
a. Memberikan MUT`AH yang layak kepada bekas istrinya, baik berupa uang
atau benda, kecuali bekas istri tersebut qobla al dukhul;
b. Memberi NAFKAH, MASKAN dan KISWAH kepada bekas istri selama
DALAM IDDAH, kecuali bekas istri telah di jatuhi talak bain atau nusyur
dan dalam keadaan tidak hamil;
4
c. Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya, dan separoh apabila
qobla al dukhul;
7. Bahwa hal tersebut harus dipenuhi oleh Tergugat Rekonvensi, untuk itu mohon
pula kepada Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan untuk memutuskan agar
Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membayar kepada Penggugat Rekonvensi
yaitu:
a. Nafkah Madliyah istri selama 3 bulan yaitu sebesar Rp. 50.000,-/per hari X 30
hari X 3 bulan = Rp. 4.500.000.,- ditambah hari- hari yang belum dihitung
sampai ada Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
b. Nafkah Iddah sebesar Rp.1000.000 X 3 Bulan = Rp.3.000.000,-
c. Mut’ah akibat terjadinya perceraian sebesar Rp.20.000.000,-, dikarenakan kasih
sayang dan cinta kasih yang telah dinodai oleh Tergugat Rekonvensi dengan
cara meninggalkan dan mempermaikan martabat dan perasaan seorang
perempuan.
d. Bahwa karena Pemohon/Tergugat Rekonpensi berstatus sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS/ASN) dilikungan xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxx Kabupaten
Kuningan. NIP xxxxxxxxxxx Pangkat/Golongan Ruang Pembina 4A. Jabatan.
Kepala Sekolah xxxxxxxxxx UPTD xxxxxxxxxxx
Gaji Pokok berserta tunjangan Istri dan anak Rp.4,881.525,-
Tunjangan Fungsional Rp.510.000,-
Tunjangan Beras dan tunjangan Pajak Rp.252,698,-Total Jumlah bersih
Rp.5.236.600,- maka berlakulah PP No.10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah
diubah oleh PP No.45 Tahun 1990 terhadap perceraian ini ;
e. Bahwa Pasal 8 ayat (1) PP 10/1983 menyatakan “apabila perceraian terjadi atas
kehendak Pegawai Negeri Sipil pria maka ia wajib menyerahkan sebagian
gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak- anaknya.”
f. Bahwa untuk selanjutnya dalam Pasal 8 ayat (2) PP 10/1983 menyatakan
“Pembagian gaji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah sepertiga untuk
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, sepertiga untuk bekas istrinya dan
sepertiga untuk anak atau anak-anaknya.”, sehingga apabila perkawinan ini
putus karena perceraian maka sepertiga gaji dari Penggugat sebagai PNS akan
dibagi dan diberikan untuk menghidupi Tergugat sepertiga lagi untuk
5
menghidupi anak-anak Penggugat dan Tergugat, sedangkan Tergugat hanya
berhak menerima sepertiga dari gajinya sebagai PNS. Namun apabila dari
Perkawinan Tersebut tidak ada anak maka bagian gaji yang wajib diserahkan
oleh PNS Pria Kepada Mantan Istrinya ialah setengah dari gajinya; hal itu
merupakan kewajiban yang diatur secara tegas dalam peraturan perundang-
undangan;
g. Bahwa Pemohon/Tergugat Rekonpensi memiliki gaji Rp.5.236.600,-
Bahwa berdasarkan dalil-dalil diatas maka Termohon / Penggugat Rekonpensi
mohon kepada Majelis Hakim Yth, untuk menerima Gugatan Rekonpensi ini dan
memberikan putusan yang amarnya sebagai berikut :
Dalam Konvensi
xxxxxxxxxxxxxxxxx