Anda di halaman 1dari 4

Nama: Fitri Hidayati

NIM: 20210510337
Resume
Pengertian Hukum Internasional dari Prof Mochtar Kusuma Atmadja, Sejarah HI
serta Monism dan Dualism dalam Hukum Internasional.

A. Pengertian Hukum Internasional

a. Hukum Internasional perdata


Hukum Internasional perdata adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan perdata yang melintas batas negara. Hukum ini mengatur hubungan hukum perdata
antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum hukum perdata (nasional)
yang berlainan.
b. Hukum internasional publik
Hukum internasinal public ialah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasioanl) yang bukan
bersifat perdata.
Persamaan dari kedua hukum tersebut ialah sama-sama mengatur hubungan atau persoalan
yang diaturnya (objeknya). Dan perbedaanya yaitu, hukum internasinal public mengatur
hubungan antara negara-negara, Sedangakan hukum perdata internasional mengatur antara
orang perorangan. Hubungan atau persoalan Internasional pada masa sekarang tidak
semuanya dapat disebut hubungan atau persoalan antar negara. Kedudukan para pejabat
badan internasional dan hubungan mereka dengan badan internasional tempat mereka bekerja
didalmnya.
Hukum internasional juga biasa disebut hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa
atau hukum antarnegara. Hukum bangsa-bangsa (law of nations, droit de gens, voelkerrecht)
berasal dari istilah hukum romawi, ius gentium bukanlah berarti hukum yang berlaku antara
bangsa-bangsa saja, melainkan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan antara orang
romawi dengan orang bukan romawi dan antara orang bukan romawi satu sama lain.
Istilah hukum antarbangsa sama dengan istilah hukum antar negara, karena berlainan dengan
kerajaan dan republic pada zaman dahulu negara modern pada hakikatnya merupakan negara
kebangsaan (nation state).

B. Sejarah Hukum Internasional


Hukum internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur hubungan antar
negara-negara, lahir dengan kelahiran masyarakat internasional yang didasarkan atas negara-
negara nasional. Yang modern dan biasanya diambil saat ditandatanganinya perjanjian
perdamaian Westphalia yang mengakhiri perang tiga puluh tahun (Thirty Years War) di
eropa.
Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antara kerajaan-
kerajaan tidak mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Romawi. Semasa kerajaan
romawi telah dikenal suatu sistem hukum yang tinggi tingkat perkembangannya. Hukum
romawi sangat penting bagi perkembangan hukum internasional selanjutnya. Selain
pengertian hukum bangsa-bangsa itu sendiri yang berasal dari pengertian ius gentium dalam
Bahasa latin hukum romawi telah menyumbangkan banyak sekali asas atau konsep yang
kemudian diterima dalam hukum internasional. Konsep hukum romawi yang berasal dari
hukum perdata kemudian memegang peranan penting dalam hukum internasional ialah
konsep seperti occupation, servitut dan bona fides. Dan juga asas pacta sunt servanda
merupakan warisan kebudayaan romawi yang berharga.
Hukum romawi juga menjadi dasar Sebagian besar sistem hukum di eropa khususnya
negara Eropa Barat, kemudian mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan
hukum internasional.
Perjanjian Westphalia dianggap sebagai pristiwa penting dalalm sejarah hukum
internasional modern. Dan sebagai pristiwa yang meletakkan dasar masyarakat internasional
modern yang didasarkan atas negara-negara nasioanl.
Kejadian yang penting dilihat dari sudut perkembangan hukum internasional ialah
konferensi perdamaian tahun 1856 dan konferensi Jenewa tahun 1864, yang memelopori
konferensi perdamaian Den Haag tahun 1899 yang sangat penting artinya dalam hukum
internasioanal dalam semua konferensi perdamaian itu untuk pertama kalinya suatu
konferensi internasional dipergunakan secara sadar untuk melahirkan konfensi internasional
yang membentuk perjanjian yang berlaku secara umum dan direncanakan untuk diadakan
secara berkala konferensi perdamaian den Haag pertama pada tahun 1899
Dalam masa (periode) yang berakhir dengan diadakannya konferensi perdamaian den
haag tahun 1907 diatas tadi, telah terjadi tiga hal yang penting yang dapat kita anggap sebagai
ciri konsolidasi masyarakat internasional yang didasarkan atas negara-negara kebangsaan .
Pertama negara sebagai kesatuan politik teritolial yang terutama didasarkan atas kebangsaan
(nation state) tumbuhan masyarakat internasional, yaitu sesudah terjadinya perjanjian
Westphalia, kekuasaan riil dalam negara masih berada dalam tangan raja
Kedua, diadakannya berbagai konferensi internasional yang dimaksudkan sebagai konferensi
untuk mengadakan perjanjian internasional yang bersifat umum dan meletakan kaidah hukum
yang berlaku secara universal.
Ketiga, dibentuknya makham internasional arbitrase permanen yang merupakan suatu
kejadian penting mewujudkan suatu masyarakat (hukum) Internasional.

C. Dualism dan Monism dalam Hukum Internasional


a. Dualism
Aliran dualism pernah sangat berpengaruh dijerman dan italia. Para pemuka aliran ini yang
utama ialah tripel, seorang pemuka aliran positivisme dari jerman, menurut paham dualism
ini yang bersumber pada teori bahwa daya ikat hukum internasional bersumber pada kemauan
negara, hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem atau perangkat
hukum yang terpisah satu dari yang lainnya.
Ada beberapa alasan yang diajukan oleh penganut aliran dualism, yang didasarkan pada alas
an formal maupun alas an berdasarkan kenyataan,yaitu:
1. Keduanya mempunyai sumber yang berlainan, hukum nasional bersumber pada
kemuan negara, sedangkan hukum internasional bersumber pada kemauan Bersama
masyarakat negara.
2. Subjek yang berbeda, subjek dari hukum nasional adalah orang perorangan baik
dalam hukum public maupun perdata. Sedangkan subjek dari hukum internasional
ialah negara.
3. Sebagai tata hukum
Pandangan dualism mempunyai beberapa akibat yang penting, salah satu akibat pokok
yang terpenting ialah kaidah-kaidah dari perangkat hukum yang satu tidak mungkin
bersumber atau berdasarkan pada perangkat hukum yang lain. Dengan perkataan lain, dalam
teori dualism tidak ada tempat bagi persoalan hirarki antara hukum nasional dan hukum
internasional karena pada hakikatnya kedua perangkat hukum ini tidak saja berlainan dan
tidak bergantung satu sama lainnya tapi juga lepas satu dari yang lainnya.

b. Monism
Paham monism didasarkan atas pemikiran kesatuan dari seluruh hukum yang
mengatur hidup manusia dalam rangka pemikiran ini hukum internasional dan hukum
nasional merupakan dua bagian dari satu kesatuan yang lebih besar yaitu hukum yang
mengatur kehidupan manusia. Akibat pandangan monism ini ialah bahwa antara dua
perangkat ketentuan hukum ini mungkin ada hubungan hirarki. Persoalan hirarki antara
hukum nasional dan hukum internasional inilah yang melahirkan beberapa sudut pandangan
yang berbeda dalam aliran monism mengenai masalah hukum manakah yang dalam utama
dalam hubungan antara hukun nasional dan hukum internasional.
Dalam pandangan monism dengan primat hukum nasional, hukum internasional untuk itu
tidak lain dari merupakan lanjutan hukum nasional belaka, atau tidak lain dari hukum
nasional untuk urusan luar negri atau auszeres staatsrecht. Aliran ini pernah kuat di jerman
dengan adanya apa yang dinamakan mazehab bonn, ( antara lain max Wenzel). pandangan
yang melihat kesatuan antara hukum nasional dan hukum internasional dalam primat
menganggap bahwa hukum internasional itu bersumber pada hukum nasional. Alasan
utamanya adalah:
1. Tidak ada suatu organisasi diatas nagara-negara yang mengatur kehidupan negara-
negara di dunia ini.
2. Dasar hukum internasional yang mengatur hubungan internasional terletak dalam
wewenang negara untuk mengadakan perjanjian internasional, jadi wewenang
konstitusional. Adapun kelemahannya yaitu paham ini terlalu memandang hukum itu
sebagai hukum yang tertulis semata-mata sehingga sebagai hukum internasional
dianggap hukum yang bersumberkan perjanjian internasional, suatu hal sebagaimana
diketahhui tidak benar.

Anda mungkin juga menyukai