Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini globalisasi semakin meluas. Globalisasi bersifat tanpa batas di
antara negara dan mempengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia. Dampak
globalisasi menyebabkan negara Indonesia ikut dalam pergaulan hidup
bersama dengan negara lain. Adanya pergaulan hidup dengan bangsa- bangsa
lain, melahirkan berbagai persoalan hukum yang memperlihatkan unsur asing.
Untuk memecahkan persoalan-persoalan yang disebabkan karena
hubungan-hubungan secara ”internasional”, yang memperlihatkan unsur asing
tersebut perlu dikembangkan ilmu hukum yang mengatur hubungan-hubungan
hidup antara warga negara dengan warga negara lain. Semakin terbukanya
Indonesia dalam pergaulan internasional, baik karena adanya investasi dari
perusahaan-perusahaan asing di Indonesia, berkembangnya pariwisata,
mengakibatkan banyaknya turis-turis asing yang datang ke Indonesia,
banyaknya pemuda-pemudi Indonesia yang sekolah ke luar negeri, dan
sebaliknya, memungkinkan pula terjadinya hubungan-hubungan hukum yang
mempunyai unsur asing.
Negara Indonesia, dalam melindungi aktivitas hukum warganya yang
bersentuhan dengan warga negara asing, selama ini masih menggunakan
aturan peninggalan kolonial yaitu Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor
Nederlands Indie. Aturan tersebut masih tetap berlaku selama belum diadakan
yang baru menurut UUD NRI Tahun 1945 (Pasal 1 Aturan Peralihan UUD
NRI Tahun 1945). Dalam dunia hukum, subsistem dari hukum nasional yang
dikembangkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang
mengandung unsur asing, dikenal dengan nama Hukum Perdata Internasional
(HPI). Dalam bidang Hukum Perdata Internasional dikenal berbagai konsepsi
tentang luas bidangnya. Seperti diketahui, setiap negara mempunyai sistem
Hukum Perdata Internasionalnya sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya tinjauan yang
mendalam mengenai Hukum Perdata Internasional.

1
B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Hukum Perdata Internasional?


b. Bagaimana sejarah perkembangan Hukum Perdata Internasional?
c. Apa peran dan manfaat Hukum Perdata Internasional?
d. Apa saja sumber hukum yang berkaitan dengan Hukum Perdata
Internasional?

C. Tujuan

a. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Hukum Perdata Internasional?


b. Mengetahui Bagaimana sejarah perkembangan Hukum Perdata
Internasional?
c. Mengetahui Apa peran dan manfaat Hukum Perdata Internasional?
d. Mengetahui Apa saja sumber hukum yang berkaitan dengan Hukum
Perdata Internasional?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum Perdata Internasional (HPI)


Menurut Dr. Bayu Seto Hardjowahono dalam bukunya "Dasar- Dasar
Hukum Perdata Internasional" Hukum Perdata Internasional pada dasarnya
merupakan bagian dari hukum nasional suatu negara dan bukan merupakan
bagian dari hukum internasional publik. Artinya:
a. Hukum Perdata Internasional merupakan salah satu subbidang hukum
dalam sebuah sistem hukum nasional yang bersama-sama dengan sub-
subbidang hukum lain, seperti hukum keperdataan, hukum dagang, hukum
pidana, dan sebagainya membentuk suatu sistem hukum nasional yang
utuh.
b. Sistem hukum dari sebuah negara seharusnya diperlengkapi dengan suatu
sistem HPI nasional yang bersumber pada sumber-sumber hukum
nasional.

Sedangkan menurut Prof. DR. Mr. Sudargo Gautama, Hukum Perdata


Internasional merupakan hukum nasional yang mengatur hubungan-hubungan
perdata yang mempunyai unsur-unsur asing. Artinya, unsur-unsur luar negeri.
Jadi Hukum Perdata Internasional adalah hukum perdata untuk hubungan-
hubungan internasional, "international relation". Tetapi sumbernya adalah
nasional dan bukan supra nasional.

Berdasarkan pengertian dari kedua ahli tersebut dapat disimpulkan


bahwa Hukum Perdata Internasional merupakan hukum perdata bagian dari
hukum nasional untuk hubungan-hubungan internasional.

B. Sejarah Hukum Perdata Internasional

1. Masa Imperium Romawi

Awal mula perkembangan sejarah hukum Romawi ditandai dengan


lahirnya Kedua Belas ablet (the Twelve Tables) pada pertengahan abad
ke-5 SM. Kedua Belas Tablet ini merupakan undang-undang yang dibuat

3
oleh kaum elit Romawi. Ia menjadi dasar dari konstitusi Romawi dan
hukum perdata Romawi. Ia menjadi dasar hukum untuk pemberian hak-
hak istimewa (privilege) kepada para patrician (keluarga-keluarga elit)
dibandingkan dengan hak-hak yang dimiliki oleh kaum plebeian (yang
dapat kita sebut sebagai kelas menengah) di kalangan warga negara Roma.
2. Kejatuhan Imperium Romawi dan Abad Pertengahan
Semakin luasnya wilayah Imperium Romawi menimbulkan banyak
persoalan, antara lain karena banyaknya kerusuhan (chaos) pada abad ke-3
M. Untuk mencermati hal tersebut, bangsa Romawi melakukan reformasi
pemerintahan dengan membagi Imperium menjadi Kerajaan Romawi
Barat dan Kerajaan Romawi Timur. Pembagian kerajaan ini ternyata
memperlemah posisi Romawi terhadap bangsa-bangsa Jerman dan barbar.
3. Masa Renaissance Dan Reformasi’
Masa Renaissance (Renaisans) adalah masa di mana orang- orang di Eropa
Barat kembali memperhatikan kesusastraan klasik dan
kemudianberkembanglah kesusastraan dan kesenian baru. Ilmu
pengetahuan modernmulai berkembang.

4. Zaman Moderen

Pasquale Stanislao Mancini (1817-1888) adalah seorang yuris Italia yang


mendukung secara militan penyatuan Italia. Dalam pidato pengukuhan
guru besarnya di Universitas Turin, yang berjudul Nasionalitas sebagai
Dasar dari Hukum Internasional (Della Nasionalitas Come Fondamento
Del Dirritto Delle Genti), Mancini menyatakan bahwa koeksistensi hukum
dari aneka ragam nasionalitas merupakan konsepsi yang melingkupi
hukum internasional, negara sebagai unit dalam hukum internasional
terbentuk atas dasar kesadaran kesamaan nasional.

C. Peranan dan Manfaat Hukum Perdata Internasional


Perkembangan Hukum Perdata Internasional di dasarkan pada
kenyataan adanya koeksistensi dari berbagai sistem hukum di dunia yang
sederajad. Setiap pembuat hukum di suatu negara pada dasarnya membentuk
hukum sesuai dengan kebutuhan atau situasi yang ada di negaranya.
Namun adakalanya terjadi peristiwa-peristiwa hukum yang menunjukkan
adanya kaitan atau relevansi dengan lebih dari satu sistem hukum negara-
4
negara.

Dengan adanya unsur masalah-masalah pokok dalam HPI ini maka


dapat mempermudah para pembaca, baik mahasiswa, dosen, maupun
stakeholder lainnya agar lebih mudah dalam mempelajari dan memahami apa
itu HPI, perbedaan antara HPI dengan Hukum Internasional (publik) baik dari
subyek hukum, sumber hukum maupun permasalahan yang diatur.

Manfaat dan peranan ilmu begitu besar bagi para pembaca dan orang-
orang yang menekuni profesi di bidang hukum dalam menerapkan teori-teori
maupun kaidah dan asas hukum yang terkait dengan peristiwa HPI untuk
memecahkan permasalahan yang ada dalam praktek di setiap negara.

D. Asas-asas Hukum Perdata Indonesia


Asas-asas yang menjadi landasan dalam pembentukan norma HPI yaitu:
1. Prinsip Nasionalitas, prinsip yang memberlakukan hukum nasional
seseorang yang berlaku dalam menentukan status personal seseorang.
2. Prinsip Domisili, prinsip yang memberlakukan hukum domisili seseorang
yang berlaku dalam menentukan status personal seseorang.
3. Asas Kebebasan Berkontrak, adalah asas umum yang diberikan oleh
undang-undang dalam membuat suatu kontrak, yang terdapat pada Pasal
1338 Kitab Undangundang Hukum Perdata.
4. Asas Lex Fori, asas yang memberlakukan hukum sang hakim dalam suatu
peristiwa HPI.
5. Asas Lex Loci Contractus, asas yang menganut hukum tempat dibuatnya
kontrak dalam perjanjian.
6. Asas Lex Loci Solutionis, asas yang menganut hukum tempat
dilaksanakannya perjanjian.
7. The Proper Law of The Contract, adalah hukum yang berlaku dalam
suatu kontrak adalah hukum negara yang memiliki titik taut terbanyak.
8. The Most Characteristic Connection, adalah hukum yang berlaku dalam
suatu kontrak adalah hukum pihak yang memiliki pribadi yang paling
karakteristik.

E. Peraturan Perundang-undangan terkait HPI


1. Instrumen Hukum Nasional

5
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 26, Pasal 28 A, Pasal 28 B, Pasal 28 D
b. Algemeene Bepalingen van Wetegeving (AB) Pasal 16,
Pasal 17, Pasal 18
c. BW (Kitab Undang-undang Hukum Perdata) Pasal 83, Pasal 84,
Pasal 945
d. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 56 sampai dengan pasal 62
e. Undang-Undang Kewarganegaraan Pasal 2 sampai dengan pasal 6
2. Instrumen Hukum Internasional, antara lain:
a. General Priciples of Private Internasional Law
b. Convention on Conflict of Laws related to the Form of
Testamentary Dispositions, Tahun 1961.
c. Convention on the Law Applicable to Surnames and Given names,
1980 (Art 27);
d. Convention on Celebration and Recognition of the Validity of
Marriage 1978 (Art 27);

e. Hague Convention on Matrimonial Property, 1978


f. Convention on the Protection of Children and Cooperation in
Respecs of Intercountry Adoptions 1933;
g. International Instrumens on Child Abduction (Article 114);
h. Convention on the Law Appllicable to Maintenance Obligations
1973 (Article 116)
i. Convention on the Law Applicable to Agency 1978 (Article 125).

F. Perbedaan Hukum Perdata Indonesia dan Hukum Perdata Internasional


1. Sumber Hukum
Hukum nasional bersumberkan pada hukum kebiasaan dan hukum tertulis
suatu Negara sedangkan hukum internasional berdasarkan pada hukum
kebiasaan dan hukum yang dilahirkan atas kehendak bersama Negara-
negara dalam masyarakat internasional.
2. Subjek
Subjek hukum nasional adalah individu-individu yang terdapat dalam
suatu Negara. Sedangkan subjek hukum internasional adalah Negara-

6
negara anggota masyarakat internasional.

3. Kekuatan Hukum
Hukum nasional mempunyai kekuatan mengikat yang penuh dan
sempurna kalau dibandingkan dengan hukum internasional yang lebih
banyak bersifat mengatur hubungan Negara-negara secara horizontal.

a. Istilah Hukum Perdata Internasional


Berbagai istilah dipakai untuk HPI ini seperti :
1. Conflict of Laws
Istilah ini diperkenalkan oleh Dicey. Padanan bahasa Indonesia
untuk istilah ini adalah Hukum Perselisihan, yang pernah dipakai
oleh Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas
Indonesia pada era tahun 1950-an. Keberatan atas istilah ini adalah
adanya kesan bahwa seolah-olah dalam HPI terdapat perselisihan,
pertentangan antara berbagai berbagai stelsel atau sistem hukum.
2. Private International Law
Pemakaian istilah Hukum Perdata Internasional ini menimbulkan
berbagai kecaman, seolah-olah terdapat pertentangan dalam istilah.
3. Hukum Antar Tata Hukum (HATAH)
Berbagai keberatan atas istilah-istilah tersebut di atas mendorong
Profesor Sudargo Gautama mencari istilah yang lebih tepat. Istilah
itu adalah Hukum Antar Tata Hukum, dengan mengikuti istilah
”interlegal law” dari Alf Ross atau ”Interrechtsordenrecht” dari
Logemann dan ”tussenrechtsordening” dari Resink.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam makalah ini yaitu, Hukum Perdata Internasional


merupakan hukum perdata bagian dari hukum nasional untuk hubungan-hubungan
internasional. Ada empat aneka ragam pandangan tentang luas lingkup HPI, yaitu
(1) pandangan yang tersempit, (2) pandangan yang lebih luas, (3) pandangan yang
lebih luas lagi dan (4) pandangan yang terluas. HPI Indonesia menganut pandangan
yang keempat. Peraturan perundang-undangan yang terkait HPI yaitu ada
Instrumen hukum nasional dan Instrumen hukum internasional. Berbagai istilah
dipakai dalam Hukum Perdata Internasional diantaranya adalah Conflict of Laws,
Private International Law, dan Hukum Antar Tata Hukum (HATAH).

8
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Z. D., Oppusunggu, Y. U., & Penasthika, P. P. (2014). Hukum Perdata


Internasional.

Gautama, Sudargo. (1987). Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia.


Bandung: Bina Cipta.

Hardjowahono, Bayu Seto. (2013). Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional.


Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Seto, B. (1992). Dasar-dasar hukum perdata internasional. Citra Aditya Bakti.

Suparman, Eman. (2018). Hukum Perselisihan ("Conflictenrecht"): Pertautan


Sistem Hukum dan Konflik Kompetensi dalam Pluralisme Hukum Bangsa
Pribumi. Kencana.

Tutik, D. T. T. (2015). Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional. Kencana.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai