Anda di halaman 1dari 7

RESUME

LAPANGAN HUKUM PERDATA, PIDANA,


DAN HUKUM INTERNASIONAL

Nama : Faisal Fajar Nugraha


NIM : 21410520

A. Hukum Perdata
1. Pengertian Hukum Perdata
Hukum Perdata adalah hukum yang didalamnya memuat beberapa peraturan meliputi
hubungan-hubungan hukum antar manusia atau badan hukum yang satu dengan badan hukum
yang lainnya didalam kehidupan masyarakat dengan menitik beratkan kepada kepentingan
individual atau perorangan. Dimana didalam masyarakat sendiri setiap individu memiliki
kepentinganya masing-masing, tidak hanya bersamaan atau berlaianan saja, namun terkadang
juga bertentangan satu sama lain. Oleh karena itu hukum perdata sangat berperan penting dalam
hubungan antar masyarakat sehingga terciptanya ekuilibrum setiap kepentingan.

2. Sejarah Hukum Perdata


Sejarah membuktikan bahwa Hukum Perdata yang saat ini berlaku di Indonesia, tidak
lepas dari Sejarah Hukum Perdata Eropa. Bermula di benua Eropa, terutama di Eropa
Kontinental berlaku Hukum Perdata Romawi, disamping adanya Hukum tertulis dan Hukum
kebiasaan setempat. Diterimanya Hukum Perdata Romawi pada waktu itu sebagai hukum asli
dari negara-negara di Eropa, oleh karena keadaan hukum di Eropa kacau-balau, dimana tiap-
tiap daerah selain mempunyai peraturan-peraturan sendiri, juga peraturan setiap daerah itu
berbeda-beda. Oleh karena adanya perbedaan ini jelas bahwa tidak ada suatu kepastian hukum.
Akibat ketidak puasan, sehingga orang mencari jalan ke arah adanya kepastian hukum,
kesatuan hukum dan keseragaman hukum.

Pada tahun 1804 atas prakarsa Napoleon terhimpunlah Hukum Perdata dalam satu
kumpulan peraturan yang bemama “Code Civil des Francais” yang juga dapat disebut “Code
Napoleon”, karena Code Civil des Francais ini adalah merupakan sebagian dari Code
Napoleon. Sebagai petunjuk penyusunan Code Civil ini dipergunakan karangan dari beberapa
ahli hukum antara lain Dumoulin, Domat dan Pothies, disamping itu juga dipergunakan Hukum
Bumi Putra Lama, Hukum Jemonia dan Hukum Cononiek. Dan mengenai peraturan-peraturan
hukum yang belum ada di Jaman Romawi antara lain masalah wessel, assuransi, badan-badan
hukum. Akhimya pada jaman Aufklarung (Jaman baru sekitar abad pertengahan) akhirnya
dimuat pada kitab Undang—Undang tersendiri dengan nama “Code de Commerce”.

Sejalan dengan adanya penjajahan oleh bangsa Belanda (1809-1811), maka Raja Lo-
dewijk Napoleon Menetapkan : “Wetboek Napoleon Ingerighr Voor het Koninkrijk Holland”
yang isinya mirip dengan “Code Civil des Francais atau Code Napoleon” untuk dljadikan
sumber Hukum Perdata di Belanda (Nederland). Setelah berakhimya penjajahan dan dinyatakan
Nederland disatukan dengan Prancis pada tahun 1811, Code Civil des Francais atau Code Na-
poleon ini tetap berlaku di Belanda (Nederland). Oleh Karena perkembangan jaman, dan
setelah beberapa tahun kemerdekaan Belanda (Nederland) dari Perancis ini, bangsa Belanda
mulai memikirkan dan mengadakan kodifikasi dari Hukum Perdatanya. Dan tepatnya 5 Juli
1830 kodifikasi ini selesai dengan terbentuknya BW (Burgerlijk Wetboek) dan WVK (Wetboek
van koophandle) ini adalah produk Nasional- Nederland namun isi dan bentuknya sebagian
besar sama dengan Code Civil des Francais dan Code de Commerce. Dan pada 1 Januari tahun
1948, kedua Undang-Undang produk Nasional-Nederland ini diberlakukan di Indonesia ber-
dasarkan azas koncordantie (azas Politik Hukum). Sampai sekarang kita kenal dengan nama
KUH Sipil (KUHP) untuk BW (Burgerlijk Wetboek). Sedangkan KUH Dagang untuk WVK
(Wetboek van koophandle).
3. Pluralisme Hukum Perdata
Pada tanggal 1 Mei 1848 BW (Burgerlijk Wetboek) diberlakukan di Indonesia dengan
berdasarkan asas konkordansi, yaitu asas kesamaan hukum yang berlaku di daerah jajahan
dengan hukum yang berlaku di Belanda. Sehingga BW diberlaku bagi golongan Eropa,
golongan Timur Asing, dan bagi golongan Bumi Putera yaitu rakyat Indonesia Asli berlaku
hukum perdata adat atau hukum adat. Keadaan pluralisme hukum perdata tersebut berlaku
dalam masyarakat pada saat itu sehingga terjadi dualisme hukum, yaitu perbedaan hukum yang
berlaku untuk golongan orang yang berbeda-beda dalam suatu negara. Hukum perdata yang
beraneka ragam itu, karena berlaku bermacam-macam sistem hukum perdata, yaitu hukum
perdata Eropa (Barat), hukum perdata Timur asing dan hukum perdata adat (hukum adat), yang
semuanya berlaku resmi bagi golongan-golongan penduduk di Hindia Belanda (Indonesia).
Keadaan demikian merupakan pluralisme dalam hukum perdata.

Sesudah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, hukum perdata Barat dalam
BW masih tetap berlaku berdasarkan pada ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Dan
untuk menyesuaikan dengan suasana nasional, maka BW peninggalan penjajah itu berganti
nama menjadi Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Dan sampai sekarang ini masih tetap dan
terus berlaku sebagai salah satu sumber hukum perdata di Indonesia. Disamping berlaku hukum
perdata Barat tersebut, ternyata juga berlaku hukum perdata lainnya, yaitu hukum perdata adat
dan hukum perdata Islam dalam masyarakat Indonesia.

4. Sistematika Hukum Perdata


Menurut ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata terbagi ke dalam 4 kelompok, yaitu:

1) Hukum perorangan (Personenrecht), beberapa ahli hukum menyebutnya dengan istilah


hukum pribadi. Hukum perorangan adalah semua kaidah hukum yang mengatur mengenai
siapa saja yang dapat membawa hak dan kedudukannya dalam hukum. Hukum perorangan
terdiri dari:

a) Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum, kewenangan hukum,


domisili, dan catatan sipil.
b) Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan untuk bertindak
sendiri melaksanakan hak-haknya itu
c) Hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan tersebut

2) Hukum keluarga (Familierecht), merupakan semua kaidah hukum yang mengatur


hubungan abadi antara dua orang yang berlainan jenis kelamin dan akibat-
akibatnya Hukum keluarga terdiri dari:

a) Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara suami/isteri


b) Hubungan antara orang tua dan anak-anaknya
c) Perwalian
d) Pengampuan

3) Hukum harta kekayaan (Vermogensrecht), adalah semua kaidah hukum yang mengatur
hak-hak yang didapatkan pada orang dalam hubungannya dengan orang lain yang
mempunyai uang. Hukum harta kekayaan terdiri dari:

a) Hak mutlak, adalah hak-hak yang berlaku pada semua orang.


b) Hak perorangan, adalah hak-hak yang hanya berlaku pada pihak tertentu.

4) Hukum waris (Erfrecht), merupakan hukum yang mengatur mengenai benda dan
kekayaan seseorang jika ia meninggal dunia.
Meskipun demikian, Burgerlijk Wetboek atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
merupakan sumber hukum perdata utama di Indonesia memiliki sistematika yang berbeda.
Burgerlijk Wetboek terdiri dari 4 buku, yaitu

a) Buku I tentang Orang (van Personen)


b) Buku II tentang Benda (van Zaken)
c) Buku III tentang Perikatan/perutangan (van Verbintenissen)
d) Buku IV tentang Pembuktian dan Daluarsa (van Bewijs en Verjaring)

B. Hukum Pidana
1. Pengertian Hukum Pidana
Hukum pidana merupakan hukum yang memuat tentang perbuatan pelanggaran dan
kejahatan terhadap kepentingan umum, dimana dari perbuatan konkrit tersebut diancam dengan
hukuman yang berupa penderitaan atau siksaan. Dapat kita simpulkan bahwa hukum pidana
hanya mengatur tentang pelanggaran serta kejahatan terhadap norma-norma hukum yang
mengenai kepentingan umum.

2. Asas dan Tujuan Hukum Pidana


Terdapat beberapa asas yang mendasari hukum pidana dan sudah dijelaskan dalam
Pasal 1 sampai 5 KUHP. Beberapa asas diantaranya yaitu :

1) Asas Legalitas, Asas ini berkaitan dengan seseorang itu tidak dapat dikenakan suatu
sanksi pidana selama tindak kejahatan yang dilakukan itu tidak terdapat dalam KUHP
sebagaimana di jelaskan Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : “tidak ada perbuatan apapun
yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana perundang-undangan yang
sudah dicantumkan.”

2) Asas Teritorialitas, Asas ini sebenarnya berlaku pada hukum internasional karna asas ini
sangat penting untuk menghukum semua orang yang berada di Indonesia yang melakukan
tindak pidana yang dilakukan oleh orang tersebut baik dilakukan di Indonesia maupun di
luar. Akan tetapi asas ini berisi asas positif yang dimana tempat berlaku seorang pidana itu
berdiam diri. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 KUHP berbunyi : ”ketentuan pidana
dalam perundang-undangan di indonesia diterapkan bagi setiap orang melakukan tindak
pidana di Indonesia.”

3) Asas Nasional Aktif, Asas ini terdapat dalam Pasal 5 KUHP dan membahas tentang
KUHP terhadap orang-orang Indonesia yang melakukan tindak pidana diluar negara
Indonesia. Dalam hukum internasional hukum ini disebut asas Personalitas. Akan tetapi
hukum ini tergantung dengan perjanjian bilateral antar negara yang membolehkan untuk
mengadili tindak pidana tersebut sesui asal negaranya.  Terdapat dalam Pasal 5 KUHP

4) Asas Nasional Pasif, Asas ini memberlakukan KUHP terhadap siapapun baik WNI
ataupun warga negara asing yang melakukan perbuatan tindak pidana diluar negara
Indonesia sepanjang perbuatan tersebut melanggar kepentingan negara Indonesia.

5) Asas Universalitas, Asas universalitas ini biasanya berkaitan dengan asas kemanusiaan,
dalam arti sipelaku tindak pidana ini akan dikenakan pidana yang berlaku dengan tempat
atau dimana ia berhenti seperti tindak pidana terorisme yang dimana kasus ini telah
melibatkan semua negara atau semua negara telah bersepakat jika hal yang demikian itu
merupakan tindak pidana

3. Sejarah Hukum Pidana


Sejarah hukum pidana Indonesia secara umum tidak dapat dilepaskan dari keberadaan
masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia yang terbagi dalam banyak kerajaan, masyarakat
Indonesia di bawah jajahan Belanda dan masyarakat Indonesia setelah masa kemerdekaan.
Hukum pidana modern Indonesia dimulai pada masa masuknya bangsa Belanda di Indonesia,
adapun hukum yang ada dan berkembang sebelum itu atau setelahnya, yang hidup
dimasyarakat tanpa pengakuan pemeritah Belanda dikenal dengan hukum adat. Pada masa
penjajahan Belanda pemerintah Belanda berusaha melakukan kodifikasi hukum di Indonesia,
dimulai tahun 1830 dan berakhir pada tahun 1840, namun kodifikasi hukum ini tidak termasuk
dalam lapangan hukum pidana.
Dalam hukum pidana kemudian diberlakukan interimaire strafbepalingen. Pasal 1
ketentuan ini menentukan hukum pidana yang sudah ada sebelum tahun 1848 tetap berlaku dan
mengalami sedikit perubahan dalam sistem hukumnya. Walaupun sudah
ada interimaire strafbepalingen, pemerintah Belanda tetap berusaha menciptakan kodifikasi
dan unifikasi dalam lapangan hukum pidana, usaha ini akhirnya membuahkan hasil dengan
diundangkannya koninklijk besluitn 10 Februari 1866. wetboek van strafrech voor nederlansch
indie (wetboek voor de europeanen) dikonkordinasikan dengan Code Penal Perancis yang
sedang berlaku di Belanda. Inilah yang kemudian menjadi Wetboek van Strafrecht atau dapat
disebut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku sampai saat ini dengan
perubahan-perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia.

4. Macam-macam Delik Hukum Pidana


1) Delik Kejahatan (Misdrijiven) dan Delik Pelanggaran (Overtredingen)
2) Delik Formil (formeel Delict) dan Delik Materil (Materiil Delict)
3) Delik Kesengajaan (Dolus) dan Delik Kealpaan (culpa)
4) Delik Aduan (Klacht Delicten) dan Delik Umum (Gewone Delicten)
5) Delik Umum (Delicta Commuia) dan Delik Khusus (Delicta Propria)
6) Delik Commisions, Ommisionis, dan Commisionis per Ommisionem Commissa
7) Delik Berdiri Sendiri dan Delik Berlanjut
8) Delik Politik Murni dan Delik Politik Campuran
9) Delik Biasa dan Delik Berkualifikasi

C. Hukum Internasional
1. Istilah Hukum Internasinal
Hukum internasional sebenarnya merupakan hukum yang sudah tua usianya. Semenjak
zaman Romawi dahulu kala telah ada suatu jenis hukum yang kini disebut “hukum
internasional”. Adapun istilah yang tertua tentang penyebutan hal itu ialah istilah “ius
gentium” , yang kemudian diterjemahkan menjadi “volkerrecht” dalam bahasa jerman, “droit
de gens” dalam bahasa Perancis , dan“law of nations” dalam nahasa Inggris. Pengertian
“volkerrecht” dan “ius gentium” dipergunakan untuk menyatakan dua pengertian yang
berlainan :

1) Ius gentium adalah hukum yang mengatur hubunga antar dua orang warga Kota Roma
dengan orang asing yakni orang yang bukan warga negara Kota Roma.
2) Ius gentium adalah hukum yang diturunkan dari tata tertib alam yang mengatur masyarakat
segala bangsa, yakni hukum alam (naturrecht).

Jadi hukum yang diadakan untuk mengatur pergaulan antara negara negara yang
berdaulat dan merdeka dinamakan “hukum antar negara” atau “hukum internasional”(law of
nations, droit international publique). Yang dimaksud hukum internasional adalah keseluruhan
kaidah kaidah dan asas asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi
batas batas negara yang bukan bersifat perdata, melainkan hukum internasional yang bersifat
publik.

2. Dasar Keberlakuan Hukum Internasional


Ada beberapa teori yang menjadi hakikat dan dasar berlakunya hukum internasional, yaitu:
1) Teori hukum alam, Menurut teori hukum alam (natural law), hukum internasional adalah
hukum yang diturunkan untuk hubungan bangsa-bangsa di dunia. Hal ini dikarenakan
hukum internasional merupakan bagian dari hukum tertinggi, yaitu hukum alam.

2) Teori Kehendak negara, Menurut teori hukum kehendak negara, kekuatan mengikat
hukum internasional terletak pada kehendak negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum
internasional, karena negara adalah pemegang kedaulatan, maka negara adalah juga sumber
dari segala hukum.

3) Teori Kehendak Bersama Negara-Negara, Teori ini beranggapan bahwa kekuatan


mengikat hukum internasional berasal dari kehendak bersama negara-negara dalam
hubungannya. Kehendak bersama negara-negara lebih tinggi derajatnya daripada kehendak
negara.

4) Mazhab Wina, Tokoh terkenal dari teori ini adalah Hans Kelsen dengan mazhabnya yaitu
Mazhab Wina.Menurut Kelsen, kaidah dasar dari hukum internasional itu adalah prinsip
atau asas pacta sunt servanda.

5) Mazhab Prancis, Menurut teori ini dasar mengikatnya hukum internasional itu dapat
dikembalikan kepada sifat alami manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa memiliki
hasrat untuk hidup bergabung dengan manusia lain dan kebutuhan akan solidaritas.

3. Kekuatan Mengikat Hukum Internasional


Aliran tentang kekuatan mengikat hukum internasional, yaitu :

1) Aliran Hukum Alam (Natural Law) , Aliran ini mempunyai pengaruh yang besar atas
hukum internasional sejak permulaan pertumbuhannya. Menurut para penganut ajaran
hukum alam ini, hukum internasional itu mengikat karena hukum internasional itu tidak
lain karena "hukum alam" yang ditetapkan pada kehidupan masyarakat bangsa-bangsa.
Dengan demikian negara terikat atau tunduk pada hukum internasional dalam hubungan
antara mereka satu sama lain karena hukum internasional merupakan bagian dari hukum
yang lebih tinggi yaitu "hukum alam".

2) Aliran Hukum Positif - Kehendak Negara oleh George Jellineck, Teori ini meletakkan
dasar bahwa negaralah yang merupakan sumber segala hukum, dan hukum internasional itu
mengikat karena negara itu tunduk pada hukum internasional atas kemauan sendiri.
Menurut penganut aliran positif lainnya, hakekat dan daya mengikat hukum internasional
tidak terletak pada kehendak sepihak negara-negara, melainkan pada kehendak besama
negara-negara. Jika negara-negara tunduk pada hukum internasional, disebabkan karena
terdapat kehendak bersama dan negara-negara untuk tunduk dan terikat pada hukum
internasional. Jadi ada kesamaaan kehendak dari negara-negara. Jika pada suatu waktu ada
satu atau beberapa negara tidak lagi bersedia untuk tunduk dan terikat pada hukum
internasional, dan bermaksud untuk menarik diri, maka negara itu tidak dapat menarik diri
secara sepihak, melainkan harus mendapat persetujuan bersama dari negara-negara lainnya.

4. Sumber-sumber Hukum Internasional


Sumber hukum Internasional terdapat pada Pasal 38 ayat (1) Piagam Mahkamah
Internasional, yaitu sebagai berikut :
1) Traktat Internasional (international convention)
2) Kebiasan-kebiasan internasional (international custom) yang diakui sebagai hukum oleh
negara-negara di dunia
3) Asas hukum umum (general principles of law) yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab
(civilized nations)
4) Yurisprudensi internasional
5. Subjek Hukum Internasional

1) Negara, Menurut Fenwich, negara adalah suatu masyarakat politik yang diorganisasikan
secara tetap untuk menduduki suatu daerah tertentu dan hidup dalam batas-batas daerah
tersebut, bebas dari negara lain sehingga dapat bertindak sebagai badan yang merdeka di
muka bumi.
2) Palang Merah Internasional (PMI), Palang Merah Internasional merupakan organisasi
dalam ruang lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan
Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan
3) Tahta Suci Vatikan, Pada tanggal 11 Februari 1929 telah terjadi penandatanganan
perjanjian antara Italia dan Tahta Suci yang disebut dengan Latern Treaty, dalam perjanjian
tersebut memuat bahwa telah diberikan sebidang tanah di Roma kepada tahta suci yang
kemudian didirikan menjadi Vatikan dengan kegiatan di bidang keagamaan, politik,
ekonomi serta social budaya.
4) Organisasi Internasional, Adanya perhimpunan negara yang berdaulat dengan adanya
tujuan tertetu, dilaksanakan oleh pelengkap negara seperti dewan keamanan, dewan
ekonomi social, majelis umum, dll.
5) Individu (Orang per orangan), Dulu terdapat suatu putusan dari Mahkamah Internasional
yang telah permanen mengenai kasus Danzig Railway Official dengan hasil putusan bahwa
jika suatu perjanjian internasional memberikan hak kepada perorangan maka hak tersebut
harus diakui oleh suatu badan peradilan internasional.
6) Pemberontak, Menurut hukum perang , pemberontak dapat memperoleh hak dan
kedudukan sebagai pihak bersengketa (belligerent dalam keadaan tertentu)

REFERENSI

file:///C:/Users/Owner/Downloads/57818-ID-unifikasi-hukum-perdata-dalam-pluralitas.pdf
https://www.jurnalasia.com/ragam/sejarah-singkat-hukum-perdata-yang-berlaku-di-indonesia/

file:///C:/Users/Owner/Downloads/385-Article%20Text-1021-1-10-20160412%20(1).pdf

https://www.jurnalhukum.com/sistematika-hukum-perdata-indonesia/

https://menuruthukum.com/2020/05/07/asas-asas-hukum-pidana/

https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-sejarah-hukum-pidana-indonesia

http://www.irsangusfrianto.com/p/hukum-pidana.html

https://www.academia.edu/10946348/Pengertian_definisi_dan_peristilahan_hukum_internasional?
auto=download

https://dwiyantofebri.wordpress.com/2013/04/07/hakekat-dan-dasar-berlakunya-hukum-internasional/

https://menuruthukum.com/2020/01/27/subjek-hukum-internasional/

http://ririnpuspitasarifr.blogspot.com/2014/11/kekuatan-mengikat-hukum-internasional.html

Anda mungkin juga menyukai