Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI

SEJARAH DAN HUKUM PERDATA

Disusun Oleh :
Tasya Nabila
26219296
2EB14

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2021
3.1 Hukum Perdata Yang Berlaku di Indonesia
Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara
individu-individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di daratanEropa (civil law) dikenal
pembagian hukum menjadi dua yakni hukum publik dan hukum privat atau hukum perdata.
Dalam sistem Anglo Sakson (common law) tidak dikenal pembagian semacam ini. Hukum di
Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa, hukum Agama dan hukum
Adat.
Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum
Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie).
Yang dimaksud dengan Hukum perdata Indonesia adalah hukum perdata yang berlaku
bagi seluruh Wilayah di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia adalah hukum
perdata barat (Belanda) yang pada awalnya berinduk pada Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang aslinya berbahasa Belanda atau dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan biasa
disingkat dengan B.W. Sebagaian materi B.W. sudah dicabut berlakunya & sudah diganti
dengan Undang-Undang RI misalnya mengenai Perkawinan, Hipotik, Kepailitan, Fidusia
sebagai contoh Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, Undang-Undang Pokok Agraria
No.5 Tahun 1960.
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek
hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau
hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata
negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata men gatur hubungan antara penduduk atau
warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,
kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata
lainnya.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum
tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon
(yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran
atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum
Eropa kontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum
lainnya. Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya
hukum perdata Belanda pada masa penjajahan.
Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di
Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal
dengan BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah
jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama
Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari
hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian.
Adapun kriteria hukum perdata yang dikatakan nasional yaitu :
a. Berasal dari hukum perdata Indonesia
b. Berdasarkan sistem nilai budaya
c. Produk hukum pembentukan Undang-undang Indonesia
d. Berlaku untuk semua warga negara Indonesia
e. Berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia

3.2 Sejarah Hukum Perdata


Hukum perdata yang ada di Indonesia, tidak terlepas dari sejarah hukum perdata Eropa,
utamanya di Eropa kontinental berlaku Hukum Perdata Romawi sebagai hukum asli dari negara
di Eropa, disamping terdapat hukum tertulis dan kebiasaan setempat.
Namun, karena terdapat perbedaan peraturan pada masing-masing daerah menjadikan
orang mencari jalan yang mempunyai kepastian hukum dan kesatuan hukum. Berdasarkan
prakarsa dari Napoleon, di tahun 1804 yang terhimpun hukum perdata yang bernama Code
Civil de Francais atau disebut juga dengan Code Napoleon.
Di tahun 1809-1811, Perancis menjajah Belanda, lalu Raja Lodewijk Napoleon
menerapkan Wetboek Napoleon Ingeriht Voor het Koninkrijk Hollad yang berisi hampir sama
dengan Code Napoleon dan Code Civil de Francais untuk diberlakukan sebagai sumber hukum
perdata di Belanda.
Sesudah penjajahan berakhir dan Belanda disatukan dengan Perancis, Code Napoleon
dan Code Civil des Francais tetap diterapkan di Belanda
Di tahun 1814, Belanda mulai membuat susunan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Sipil). Dengan dasar kodifikasi hukum Belanda dibuat oleh MR.J.M.KEMPER yang
disebut ONTWERP KEMPER tetapi sebelum menyelesaikan tugasnya, di tahun 1824 Kemper
meninggal dunia dan kemudian diteruskan oleh NICOLAI yang menjabat sebagai Ketua
Pengadilan Tinggi Belanda.
Di 6 Juli 1830, kodifikasi sudah selesai dibuat dengan dibuatnya BW (Burgerlijik
Wetboek) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda dan WvK (Wetboek van
Koophandle) atau Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Dari dasar asas koncordantie atau azas politik, di tahun 1948 kedua Undang-Undang
tersebut berlaku di Indonesia dan hingga saat ini dikenal dengna KUHP untuk BW dan KUH
dagang untuk WvK.
3.3 Pengertian dan Keadaan Hukum di Indonesia
a. Pengertian Hukum
Hukum Perdata dalam arti luas meliputi semua Hukum Privat materiil dan dapat juga
dikatakan sebagai lawan dari Hukum Pidana. Hukum Privat (Hukum Perdata Materiil) ialah
hukum yang memuat segala peraturan yang mengatur hubungan antar perseorangan di dalam
masyarakat dan kepentingan dari masing-masing yang bersangkutan. Dalam arti bahwa di
dalamnya terkandung hak dan kewajiban seseorang dengan suatu pihak secara timbal balik
dalam hubungannya terhadap orang lain dalam suatu masyarakat tertentu.
Disamping Hukum Privat Materiil, juga dikenal Hukum Perdata Formil yang sekarang
dikenal denagn HAP (Hukum Acara Perdata) atau proses perdata yang artinya hukum yang
memuat segala aperaturan yang mengatur bagaimana caranya melaksanakan praktek di
lingkungan pengadilan perdata.
b. Keadaan Hukum Perdata di Indonesia
Kondisi Hukum Perdata dewasa ini di Indonesia dapat dikatakan masih bersifat majemuk
yaitu masih beraneka warna. Penyebab dari keaneka ragaman ini ada 2 faktor yaitu:
 Faktor Ethnis disebabkan keaneka ragaman Hukum Adat Bangsa Indonesia, karena
negara kita Indonesia ini terdiri dari berbagai suku bangsa.
 Faktor Hostia Yuridisyang dapat kita lihat, yang pada pasal 163.I.S. yang membagi
penduduk Indonesia dalam tiga Golongan, yaitu:
1. Golongan Eropa dan yang dipersamakan
2. Golongan Bumi Putera (pribumi / bangsa Indonesia asli) dan yang dipersamakan.
3. Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab).
Pasal 131.I.S. yaitu mengatur hukum-hukum yang diberlakukan bagi masing-masing
golongan yang tersebut dalam pasal 163 I.S. diatas.
Adapun hukum yang diberlakukan bagi masing-masing golongan yaitu:
1. Bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata dan Hukum
Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan Hukum Dagang di negeri
Belanda berdasarkan azas konkordansi.
2. Bagi golongan Bumi Putera (Indonesia Asli) dan yang dipersamakan berlaku Hukum
Adat mereka. Yaitu hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat, dimana
sebagian besar Hukum Adat tersebut belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-
tindakan rakyat.
3. Bagi golongan timur asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum masing-masing,
dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing (Cina, India, Arab)
diperbolehkan untuk menundukan diri kepada Hukum Eropa Barat baik secara
keseluruhan maupun untuk beberapa macam tindakan hukum tertentu saja.
Pedoman politik bagi pemerintah Hindia Belanda terhadap hukum di Indonesia ditulis
dalam pasal 131 (I.S) (Indische Staatregeling) yang sebelumnya pasal 131 (I.S) yaitu pasal 75
RR (Regeringsreglement) yang pokok-pokoknya sebagai berikut:
1. Hukum Perdata dan Dagang (begitu pula Hukum Pidana beserta Hukum Acara Perdata
dan Hukum Acara Pidana harus diletakan dalam kitab Undang-undang yaitu di
Kodifikasi).
2. Untuk golongan bangsa Eropa harus dianut perundang-undangan yang berlaku di negeri
Belanda (sesuai azas Konkordansi).
3. Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur Asing (yaitu Tionghoa, Arab, dan
lainnya) jika ternyata bahwa kebutuhan kemasyarakatan mereka menghendakinya,
dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka.
4. Orang Indonesia Asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan di
bawah suatu peraturan bersama denagn bangsa Eropa, diperbolehkan menundukkan diri
pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan ini boleh dilakukan baik
secara umum maupun secara hanya mengenai perbuatan tertentu saja.
5. Sebelumnya hukum untuk bangsa Indonesai ditulis di dalam Undang-undang. Maka
bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi mereka, yaitu
Hukum Adat.
Disamping itu ada peraturan-peraturan yang secara khusus dibuat untuk bangsa Indonesia
seperti:
– Ordonansi Perkawinan bangsa Indonesia Kristen (Staatsblad 1933 no7.4).
– Organisasi tentang Maskapai Andil Indonesia (IMA) Staatsblad 1939 no 570 berhubungan
denag no 717).
Dan ada pula peraturan-peraturan yang berlaku bagi semua golongan warga negara, yaitu:
 Undang-undang Hak Pengarang (Auteurswet tahun 1912)
 Peraturan Umum tentang Koperasi (Staatsblad 1933 no 108)
 Ordonansi Woeker (Staatsblad 1938 no 523)
 Ordonansi tentang pengangkutan di udara (Staatsblad 1938 no 98).

3.4 Sistematika Hukum Perdata Indonesia


Menurut ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata terbagi ke dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Hukum perorangan (Personenrecht), beberapa ahli hukum menyebutnya dengan istilah
hukum pribadi. Hukum perorangan adalah semua kaidah hukum yang mengatur
mengenai siapa saja yang dapat membawa hak dan kedudukannya dalam
hukum. Hukum perorangan terdiri dari:
a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum, kewenangan hukum,
domisili, dan catatan sipil.
b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan untuk
bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu
c. Hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan tersebut
2. Hukum keluarga (Familierecht), merupakan semua kaidah hukum yang mengatur
hubungan abadi antara dua orang yang berlainan jenis kelamin dan akibat-akibatnya.
Hukum keluarga terdiri dari:
a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara suami/isteri
b. Hubungan antara orang tua dan anak-anaknya
c. Perwalian
d. Pengampuan
3. Hukum harta kekayaan (Vermogensrecht), adalah semua kaidah hukum yang mengatur
hak-hak yang didapatkan pada orang dalam hubungannya dengan orang lain yang
mempunyai uang. Hukum harta kekayaan terdiri dari:
a. Hak mutlak, adalah hak-hak yang berlaku pada semua orang.
b. Hak perorangan, adalah hak-hak yang hanya berlaku pada pihak tertentu.
4. Hukum waris (Erfrecht), merupakan hukum yang mengatur mengenai benda dan
kekayaan seseorang jika ia meninggal dunia.
Meskipun demikian, Burgerlijk Wetboek atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
merupakan sumber hukum perdata utama di Indonesia memiliki sistematika yang berbeda.
Burgerlijk Wetboek terdiri dari 4 buku, yaitu:
a. Buku I tentang Orang (van Personen)
b. Buku II tentang Benda (van Zaken)
c. Buku III tentang Perikatan/perutangan (van Verbintenissen)
d. Buku IV tentang Pembuktian dan Daluarsa (van Bewijs en Verjaring)
DAFTAR PUSTAKA
 https://triajengwahyuningsih.wordpress.com/2016/03/10/bab-3-hukum-perdata-
yang-berlaku-di-indonesia/
 https://fh.umkendari.ac.id/course/hukum-perdata/
 https://dwisetiati.wordpress.com/2012/06/05/pengertian-dan-keadaan-hukum-
perdata-di-indonesia/
 https://www.jurnalhukum.com/sistematika-hukum-perdata-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai