Anda di halaman 1dari 3

DISKUSI HUKUM PERDATA

Jelaskan bagaimana sejarah terbentuknya KUHPerdata di Indonesia !

Jawablah dengan disertai sumber jawaban dan jawaban tidak boleh hanya
menyalin / memindahkan dari Buku Materi Pokok (BMP) atau internet maka harus
dilakukan analisis terlebih dahulu oleh mahasiswa.

JAWABAN :

Sejarah Perkembangan hukum Perdata di Indonesia tidak terlepas dari


sejarah perkembangan Ilmu Hukum di negara-negara Eropa lainnya, dalam arti
perkembangan hukum perdata di Indonesia amat dipengaruhi oleh perkembangan
hukum di negara-negara lain, terutama yang mempunyai hubungan langsung.

Indonesia sebagai negara yang dahulu pernah dijajah oleh pemerintahan


Belanda maka kebijakan-kebijakan dalam hukum perdata tidak terlepas dari
kebijakan yang terjadi dan diterapkan di negara Belanda. Pada tahun 1848 menjadi
tahun yang amat penting dalam sejarah hukum Indonesia. Pada tahun ini hukum
privat yang berlaku bagi golongan hukum Eropa dikodifikasi, yakni dikumpulkan dan
dicantumkan dalam beberapa kitab undang-undang berdasarkan suatu sistem
tertentu. Hal tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya hukum Perdata di Indonesia.

Burgelijk Wetboek atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan KUH
Perdata menurut sejarah adalah berasal dari Belanda yang diberlakukan di
Indonesia berdasarkan azas konkordansi. Walaupun pada awalnya diberlakukan
bagi orang keturunan Belanda (termasuk di dalamnya orang Eropa dan Jepang),
namun setelah Indonesia merdeka ternyata masyarakat Indonesia tetap
mempergunakannya dalam memecahkan masalah-masalah perdata.

Berlakunya hukum perdata Belanda tersebut di Indonesia bertalian erat dengan


politik hukum pemerintah Hindia Belanda yang membagi penduduk Hindia Belanda
menjadi 3 golongan yaitu:

(1) Golongan Eropa yaitu semua orang Belanda, orang yang berasal dari Eropa,
orang Jepang, orang yang hukum keluarganya berdasarkan azas-azas yang
sama dengan hukum Belanda beserta anak keturunan mereka;
(2) Golongan Timur Asing Tionghoa dan Timur Asing bukan Tionghoa misalnya
orang Arab, India dan Pakistan;

(3) Mereka yang telah meleburkan diri dan menyesuaikan hidupnya dengan
golongan Bumi Putera.

Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan Pasal 2 Aturan Peralihan UUD 1945


disebutkan bahwa segala badan negara dan peraturan yang ada masih berlaku,
selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini. Dengan demikian maka seluruh
tatanan hukum kolonial yang berlaku pada masa jajahan Belanda masih tetap
berlaku sampai diadakan peraturan yang baru termasuk hukum perdata Belanda
yang merupakan warisan pemerintah Kolonial Belanda. Sistematika KUHPerdata di
Indonesia terdiri atas:

1. Perihal Orang (Van Personen), yang mengatur tentang hukum badan pribadi
dan hukum keluarga.

2. Perihal Benda (Van Zaken), yang mengatur tentang benda termasuk di


dalamnya hukum waris.

3. Perihal Perikatan (Van Verbintenissen), yang mengatur tentang hukum


kekayaan yang mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berlaku
terhadap orang-orang atau pihak-pihak tertentu.

4. Perihal pembuktian dan Lewat Waktu (Van Bewijaeu Veryaring).

Diberlakukan KUHPerdata peninggalan Belanda di Indonesia ternyata ada


beberapa yang sudah ketinggalan jaman atau dengan kata lain sudah tidak sesuai
lagi dengan kebutuhan dalam masyarakat. Dengan demikian diharapkan badan
legislatif berupaya semaksimal mungkin menciptakan hukum perdata nasional atau
kalau memang belum mampu mencipta undang-undang pengganti KUHPerdata.
Burgelijk Wetboek (KUH Perdata) yang berlaku di Indonesia berdasarkan asas
konkordansi dalam kenyataannya terdapat beberapa hal yang tidak sesuai nilai-nilai
ataupun dengan perkembangan masyarakat.
Karenanya hakim nantinya dalam menafsirkan pasal-pasal yang terdapat
dalam BW tersebut harus mengedepankan keadilan. Selanjutnya dengan harapan
semoga badan legislatif mampu membuat hukum perdata nasional yang mampu
diterima oleh semua kalangan masyarakat, dimana belanda sendiri sudah
melakukan modernisasi terhadap Burgelijk Wetboek lamanya.

Sumber Buku :
Martha Eri Safira, “Hukum Perdata”, CV. Nata Karya, Ponorogo, 2017.

Sumber Jurnal :
Erie Hariyanto, "Burgelijk Wetboek (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya di
Indonesia)", Al-Ihkam, Volume IV, Nomor 1, Juni 2009.

Anda mungkin juga menyukai