Anda di halaman 1dari 7

Nama Mahasiswi : ZURAEDAH

NPM : 5222220029
Ujian Tengah Semester : SEJARAH HUKUM
Koordinator : Dr. Kunthi Triedewiyanti, SH, MA

SOAL

1. Mengapa Sejarah Hukum penting dipelajari bagi mahasiswa Magister


Hukum di Indonesia? Jelaskan dengan memberikan pandanga
sejarah hukum di Indonesia ini dengan bidang yang menjadi
perhatian Saudara!

Jawaban
1. Mempelajari Sejarah Hukum bagi Mahasiswa Magister Hukum di
Indonesia adalah sebagai berikut :
a) untuk mengetahui bagaimana proses dari terbentuknya hukum
sampai yang sekarang ini berlaku sehingga dapat mengetahui
arah dan tujuan mengapa hukum itu dibuat;
b) memberikan pandangan yang luas, karena pada intinya hukum tidak
dapat berdiri sendiri, ia dipengaruhi oleh bidang keilmuan lain
seperti sosiologi, antropologi, psikologi dan lain-lain; dan
c) memberikan kemampuan untuk menyusun kritik dan berdebat dengan
tanggung jawab berdasarkan sumber dan/atau dari para ahli nya.
2. Sejarah hukum binis di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari awal mula
sejarah hukum perdata berlaku pada bangsa Romawi sebelum 50
1

Masehi yang kemudian berlaku di Perancis dibawah kekuasaan Raja


Louis XV yang dikenal dengan Code Civil Des Francois pada tanggal 21
Maret 1804 yang kemudian pada tahun 1807 diundangkan menjadi
Code Napoleon. Pada tahun 1811 Belanda di jajah oleh Perancis
dengan menggunakan Code Civil yang selanjutnya pada tahun 1848
Code Civil tersebut berlaku di jajahan Belanda yaitu Hindia Belanda.
Kemudian Belanda membuat pembagian golongan untuk penduduk
Hindia Belanda menjadi 3 golongan yaitu: (1) Golongan Eropa yaitu

1
Erie Hariyanto, Burger Wetboek (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya di
Indonesia), STAIN Pemakasan Jurnal Online, V ol. I V N o . 1 J u n i 2 00 9, hal. 144-146

Page 1 of 7
semua orang Belanda, orang yang berasal dari Eropa, orang Jepang,
orang yang hukum keluarganya berdasarkan azas-azas yang sama
dengan hukum Belanda beserta anak keturunan mereka; (2) Golongan
Timur Asing Tionghoa dan Timur Asing bukan Tionghoa misalnya orang
Arab, India dan Pakistan; (3) Golongan penduduk asli atau dikenal
dengan sebutan Pribumi.
Mengenai hukum yang berlaku untuk masing-masing golongan diatas
diatur pada Pasal 131 IS (Indische Staatsregeling) yaitu : (1) Golongan
Eropa berlaku hukum perdata dan hukum Dagang yang berlaku di Negara
Belanda atas dasar azas konkordansi; (2) Golongan Timur Asing Tiongha
berlaku hukum perdata yang diatur dalam BW dan Hukum Dagang yang
diatur dalam KUHD (WvK) dengan beberapa pengecuaian dan
penambahan sebagaimana diatur dalam stablad tahun 1917 Nomor 129
jo Stb. Tahun 1925 Nomor 557. Pengecualian dan penambahan meliputi :
(a) Upacara Perkawinan; (b) Pencegahan Perkawinan; (c) Kantor
Pencatatan Sipil (Burgerlijk Stand); (d) Pengangkatan anak (adopsi); (e)
Peraturan tentang kongsi dan Golongan timur asing bukan Tinghoa
berlaku hukum perdata Eropa sepanjang mengenai hukum harta
kekayaan sedangkan mengenai hukum kekeluargaan dan hukum waris
tunduk pada hukum asli mereka sendiri. Hal ini diatur dalam Staatblad
tahun 1924 Nomor 556 yang mulai berlaku sejak 1 Maret 1925; dan (3)
dari golongan penduduk asli atau pribumi berdasarkan ketentuan pasal
131 ayat 6 IS berlaku hukum perdata adat yaitu keseluruhan peraturan
hukum yang tidak tertulis tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat
sehari-hari. BW (Burgelijk Wetboek) yang dikenal dengan KUH Perdata
(KUHP) dalam perkembangannya sudah mengalami beberapa perubahan
karena mengikuti perkembangan zaman yang memang belum
sepenuhnya berhasil diubah. Perubahan diharapkan selaras dengan
perkembangan masyarkat Indonesia sehingga Hakim dapat memutuskan
suatu perkara dengan seadil-adilnya.

SOAL
2. Perkembangan sejarah di Indonesia sangat terkait dengan kebijakan
Bewuste Rechtpolitiek yang bertalian erat dengan langkah-langkah yang

Page 2 of 7
diambil politisi di bidang perundang-undangan, pemerintahan dan
peradilan. Jelaskan hal tersebut dengan menyebutkan juga tokoh-tokoh
penting pihak Belanda dan Indonesia!
Jawaban
3. Kebijakan mengenai Bewuste Rechtpolitiek (politik hukum berkesadaran)
berawal dari kebijakan dari para tokoh-tokoh penting dari Belanda yang
bermula dari2:
a. Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808-1811,
pada saat itu Daendels mendapat instruksi untuk melakukan
reformasi terhadap pertanahan di Hindia Belanda akibat terjadi
banyaknya korupsi di tubuh VOC. Pada saat itu Daendels melakukan
perubahan total dari bidang administrasi pemerintahan sampai ke
bidang administrasi peradilan. Dalam administrasi peradilan,
Daendles memisahkan peradilan untuk setiap kabupaten dan setiap
prefektorat (di atas kabupaten) dengan memiliki lembaga pengadilan
tersendiri;
b. Gubernur- Letnan Sir Thomas Stamford Rafless pada tahun
1811-1816, melanjutkan yang sudah dilakukan pendahulunya,
Rafless melalui pandangan liberal-modernnya dan pendidikan,
Rafless membawa penduduk Hindia Belanda masuk ke lingkup
pengetehuan dunia. Yang pertama menjadi perhatian khususnya
adalah melakukan pemeriksaan terhadap status kepemilikan tanah,
yang menyatakan bahwa tanah di Jawa adalah milik negara, yang
karenanya kemudian diberlakukan sistem pajak tanah atau sewa
tanah (landrent). Kemudian dalam administrasi pemerintahan
Rafless membagi 16 keresidenan dan menjadikan kabupaten menjadi
“distrik” yang berfokus pada desa dan dikepalai oleh kepala desa;
c. Gubernur Jenderal G.A. Baron van der Capellen pada tahun
1818-1826, yang membuat kebijakan penghapusan kekuasaan resmi
para bupati atas tanah yang sebagai gantinya diberi gaji berupa uang;

2
Sri Harini, Sejarah Hukum Indonesia Masa Pemerintahan Daendles-Refless (Salatiga:UKSW, 1994), hal. 3-6

Page 3 of 7
d. Komisaris Jenderal L.P.J. Viscount Du Bus de Ghisignies pada tahun
1826-1830, yang juga melanjutkan kebijakan Rafless atas sistem
sewa tanah.
e. Gubernur Jenderal Johannes Count van de Bosch pada tahun
1830-1833, yang menerapkan sistem budidaya tanaman
(cultuurstelsel)
Berdasarkan pengaruh dari tokoh-tokoh penting tersebut diatas maka
Belanda membuat kebijakan kaum liberal yang dikenal dengan istilah
bewuste rechtpolitiek, yang membuat tatanan hukum kolonial secara
sadar mengontrol kekuasan dan kewenangan raja dan aparatur nya di
daerah jajahannya dan mengupayakan perlindungan hukum yang pasti
bagi seluruh lapisan penduduk yang bermukim di daerah jajajahannya.3
Kemudian pemberlakuan Undang-undang Dasar (Grondwet) yang baru
pada tahun 1848 yang berisi peraturan-peraturan hukum kolonial di
Hindia Belanda dan setelah mendapatkan ratifikasi oleh Raja Belanda
disebut Regeringsreglement 1854 yang berisi 130 Pasal.
Regeringsreglement 1854 inilah yang menjadi landasan konstitusional
dan menjadi ide rechtstaat (negara hukum).
Sejak dicanangkannya bewuste rechtspolitiek itu4, konsep tentang negara
hukum terus masuk ke dalam pemikiran para ahli hukum di Indonesia,
apalagi setelah Sekolah Kejurusan Hukum untuk Pelajar
Bumiputera (Opleidingsschool voor de Inlandsche
Rechtskundigen) didirikan pada tahun 1909. Sekolah ini kemudian diubah
menjadi Sekolah [Menengah] Hukum (Rechtsschool) pada tahun 1922
(ditutup tahun 1928). Sebagai gantinya sudah dipersiapkan sebuah
sekolah tinggi hukum (Rechtshoogeschool) yang sebenarnya sudah
beroperasi sejak tahun 1924.

Dari sekolah-sekolah inilah lahir nama-nama besar tokoh hukum


Indonesia yang ikut berjuang mempersiapkan tatanan awal sistem
ketatanegaraan Indonesia merdeka. Beberapa di antara mereka bahkan
sempat mengambil program doktor di Belanda dan lulus sebagai

3
Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional, Jakarta, hal.15
4
https://business-law.binus.ac.id/2016/11/26/negara-hukum-pancasila-dan-hak-asasi-manusia/

Page 4 of 7
doktor-doktor hukum orang Indonesia pertama, seperti R. Gondokusumo,
Alimoedin Enda Boemi, R. Kusumah Atmadja, M. Soebroto, dan R.
Soepomo.

SOAL
3. Ada pertentangan pemikiran di Pemerintahan Belanda terkait dengan
pemaksaan asas konkordinasi dan menerapkan unifikasi dan kodifikasi
hukum di Hindia Belanda atau asas dualisme. Jelaskan dengan
mengkaitkan beberapa ahli baik dari Belanda maupun di Hindia Belanda!

Jawaban
3. Sejak jaman VOC hingga pemerintahan Raffles di Hindia Belanda,
kedudukan hukum adat Indonesia (Hindia Belanda) dianggap tidak sejajar
dengan derajat hukum Eropa yang berlaku bagi kaum kolonial
Belanda. Pada 1838, Belanda melakukan kodifikasi terhadap semua
aturan hukum, terutama dalam bidang hukum perdata dan hukum dagang.
Dalam hukum dikenal asas konkordansi. Asas ini yang mendasari
pemerintah kolonial Belanda untuk memberlakukan unifikasi hukum di
daerah jajahannya termasuk Hindia Belanda. Ide ini ditentang Van Der
Vinne dengan dalil bahwa sebagian besar penduduk Hindia Belanda
beragama islam dan memegang teguh adat istiadat mereka. Bagi Van
Der Vinne, adalah suatu kejanggalan jika hukum Eropa versi Belanda
diterapkan di Hindia Belanda.5 Pada zaman Hindia Belanda ada sosok
yang dijadikan sebagai Bapak dari Hukum Adat yaitu Cornelis Van
Vollenhoven (1874-1933) dan murid nya Barend Ter Haar Bzn
(1892-1941).

SOAL

4. Jelaskan siapa Prof. Soetandyo Wignjosoebroto dan Soepomo yang


saudara kenal? Jelaskan bagaimana keberpihakan mereka terhadap

5
Lihat https://www.academia.edu/5609178/Mazhab_Sejarah_dalam_Sosiologi_Hukum, R. Ardiansyah, Paper
“Mahzab Sejarah dalam Sejarah Hukum”

Page 5 of 7
hukum rakyat dan hukum adat atau hukum yang hidup yang
menggunakan pendekatan socio-historical jurisprudence. Jelaskan!

Jawaban
a. Prof. Soetandyo Wignjosoebroto adalah seorang sosiolog sekaligus Guru
Besar Emiritus dari Universitas Airlangga dan pernah menjadi anggota
Komnas HAM dari tahun 1993-2002. Beliau juga aktif menjadi pengajar
Universitas Diponegoro, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dan
Universitas Pancasila6. Buku-buku yang pernah ditulis beliau antara lain:
Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional, Hukum Paradigma dan
Dinamika Masalahnya dan Hukum Konsep dan Metode.
Menggunakan pendekatan socio-historical jurispudence, beliau pernah
turut andil dalam pembelaan komunitas becak yang digusur disuatu
kawasan, penyelesaian kasus Lumpur Lapindo dan menjadi saksi ahli
dalam sejumlah kasus perlawanan kota melalui jalur hukum. Beliau juga
pernah menampung pedagang kaki lima (PKL) yang kena imbas dari
penggusuran di depan rumah dinasnya di Jl. Dharmawangsa, Surabaya.

b. Prof. Dr. Mr. Soepomo7 adalah seorang adalah seorang politikus dan
pengacara Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Kehakiman
pertama di Indonesia. Beliau dikenal sebagai bapak konstitusi Indonesia
dan dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden
Soekarno pada tahun 1965. Soepomo juga dikenal sebagai perancang
Undang-undang Dasar 1945 bersama dengan Muhammad Yamien dan
Soekarno.
Sebelumnya pada tahun 1924 di bawah bimbingan Cornelis van
Vollenhoven, seorang profesor hukum asal Belanda yang terkenal
sebagai perancang ilmu hukum adat Indonesia, Soepomo
berkesempatan melanjutkan pendidikan ke Rijksuniversiteit
Leiden/Leiden University di Belanda.

6
https://soetandyo.wordpress.com/about/
7
https://id.wikipedia.org/wiki/Soepomo

Page 6 of 7
Menggunakan pendekatan socio-historical jurispudence, beliau menulis
mengenai buku yang berjudul “Bab-bab Hukum Adat” tahun 1996, buku
tersebut menjelaskan beberapa pendapat beliau mengenai:
a) Arti dari hukum adat adalah hukum tidak tertulis didalam peraturan
tidak tertulis, meliputi peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak
ditetapkan oleh yang berwajib tetapi ditaati dan didukung oleh rakyat
berdasarkan atas keyakinan bahwasanya peraturan-peraturan
tersebut mempunyai kekuatan hukum;
b) Pembidangan dalam hukum adat yang meliputi: Hukum keluarga,
hukum perkawinan, hukum waris, hukum tanah, hukum hutang
piutang, dan hukum pelanggaran;
c) Pada tahun 1918 di balai Perguruan Tinggi di Belanda, melalui
disertasinya beliau menulis mengenai Vorstenlands grondenrecht
(hak tanah di kerajaan-kerajaan);dan
d) Penyeledikan mengenai tentang Hukum Adat Jawa Barat.

Page 7 of 7

Anda mungkin juga menyukai