Anda di halaman 1dari 23

SEJARAH HUKUM DI

INDONEIA
 Menurut Soerjono Soekanto, sejarah adalah pencatatan yang
bersifat deskriptif dan interpretatif, mengenai kejadian-
kejadian yang dialami oleh manusia pada masa-masa lampau, yang
ada hubungannya dengan masa kini.

 Apabila dilihat dari kegunaannya, maka sebagai pegangan dapat


diartikan bahwa, sejarah adalah suatu pencatatan dari kejadian-
kejadian penting masa lalu yang perlu diketahui, diingat, dan
dipahami oleh setiap orang atau suatu bangsa masa kini. Jadi
sejarah tata hukum Indonesia adalah suatu pencatatan dari
kejadian-kejadian penting mengenai tata hukum Indonesia pada
masa lalu yang perlu diketahui, diingat dan dipahami oleh bangsa
Indonesia.
SEBELUM MERDEKA

1. Masa Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) (1602-1799);


2. Masa Besluiten Regerings (1814-1855)
3. Masa Regerings Reglement (1855-1926)
4. Masa Indische Staatsregeling (1926-1942)
5. Masa Jepang (Osamu Seirei) (1942-1945)

SETELAH MERDEKA
1. Masa 1945-1949 (18 Agustus 1945-26 Desember 1949)
2. Masa 1949-1950 (27 Desember 1945-16 Agustus 1950)
3. Masa 1950-1959 (17 Agustus 1950-4 Juli 1959)
4. Masa 1959-sekarang (5 Juli 1959-sekarang
A. SEBELUM BELANDA DATANG KE INDONESIA

Sejarah hukum Indonesia dalam arti seluasnya bermula


dari mulai bermukimnya suatu masyarakat di tanah air
Indonesia.
 Artinya adalah saat dimana kita mengenal dan memulai
sejarah Indonesia sesuai dengan sejarah
perkembangan Bangsa Indonesia yang diwarnai
pengaruh agama, penjajahan, dan kemerdekaan, serta
perkembangan pasca kemerdekaan
 Berlaku hukum Adat/ hukum tidak tertulis. Di beberapa
daerah hukum adat dipengaruhi agama Islam/ Hindu.
Masa ini diawali dengan datangnya pedagang pedagang
Belanda (yang kemudian mendirikan voc) yang semula
bertujuan untuk menghindari persaingan diatara mereka.
Mereka tunduk pada hukumnya sendiri. Hukum Adat setempat
tidak berlaku lagi bagi mereka.

Van Vollenhoven menulis ketika kapalnya merapat di


Indonesi : “terdapat suatu negeri yang ditinjau dari
sudut hukum negara bukan negeri yang tandus dan
kosong, negeri tersebut penuh sesak dengan lembaga
tata negara dan lembaga tata kuasa yang
diselenggarakan oleh kekuasaan dan atas suku, desa,
perserikatan, republik, dan kerajaan”.
❖ Ketika Bangsa Belanda datang ke Indonesia, mereka melihat
bahwa di Indonesia telah ada suatu tatanan hukum yang ajeg
(recht orde)

❖ Namun demikian mereka tidak merta menundukkan diri terhadap


tata hukum yang berlaku

❖ Tatanan hukum yang ada di Indonesia itu yang kemudian disebut


sebagai HUKUM ADAT

❖ Dengan kedatangan orang belanda di Indonesia, maka ada


dualisme hukum, yaitu ada 2 sistem tata hukum yang berlaku :
❖ Hukum Adat
❖ Hukum Belanda

❖ Adapun yang dimaksud dengan hukum belanda adalah hukum kapal


VOC yang terdiri :
❖ Hukum Belanda Kuno
❖ Asas-asas Hukum Romawi
 Hukum Kapal sebagian besar adalah hukum disiplin (tucht recht)

 Persoalannya adalah hukum kapal tidak dapat mengatasi


menyelesaikan perkara-perkara yang ada di pusat-pusat
perdagangan VOC, sehingga perlu dibuat peraturan-peraturan baru
yang dapat memenuhi kebutuhan istimewa tersebut

 Kendala yang fundamental adalah status VOC, apakah berwenang


membuat peraturan kenegaraan
 Oleh karenanya pada tahun 1609, STATEN GENERAAL, yaitu
badan federatif tertinggi negara-negara belanda memberikan
kekuasaan pada Gubernur Jenderal, pengurus VOC untuk membuat
peraturan guna menyelesaikan perkara

 Peraturan itu dibuat dalam plakat, kemudian dikumpulkan yang


disebut Nederlandsh Indisch Plakatboek.

 Karena tidak dikelola dan disusun dengan baik, terlebih pada tahun
1635 ada kekacauan, maka timbul kebingungan bagi kawula negara,
mana plakaat yang masih berlaku dan mana yang sudah dicabut
 Oleh karena itu Gubernur Jenderal Van Diemen
(1636-1646) memberi perintah kepada MR Joan
Maetsyucker, seorang pensiunan dari Hof Van
Justitie (setingkat MA) untuk mengumpulkan dan
menyusun plakat dan dibuat buku dengan nama
STATUTEN VAN BATAVIA

 Dengan demikian hukum yang berlaku untuk


wilayah yang dikuasai VOC adalah :
• Hukum statuta
• Hukum Belanda Kuno
• Asas-asas Hukum Romawi
 Disamping itu bagi VOC berlaku keistimewaan
sebagai berikut :

• HAK MONOPOLI PELAYARAN


PERDAGANGAN
• HAK MENENTUKAN ANGKATAN PERANG
• HAK MENDIRIKAN BENTENG
• HAK MENGUMUMKAN PERANG /
PERDAMAIAN
• MENCETAK UANG

 Namun karena dalam penyelenggaraan


usahanya VOC banyak terjadi korupsi,
sehingga berakibat pada bangkrutnya VOC
sehingga akhirnya di bubarkan.
- VOC pailit, kemudian bubar Indonesia jatuh ke
tangan inggris, Raffles sebagai Gubernur Jenderal
tidak banyak perubahan di bidang hukum dengan
Konvensi London 1814 Inggris menyerahkan
kekuasaan atas Indonesia ke tangan Belanda
kembali.
- Perubahan di bidang Hukum tidak signifikan
- Akhirnya berdasarkan konvensi London pada tahun
1814, Indonesia diserahkan kembali ke Belanda
- Namun pada tahun 1848 adalah tahun yang penting bagi
sejarah hukum indonesia, yaitu saat diberlakukannya
hukum bagi masyarakat eropa di Indonesia dengan asas
konkordansi.

- Pada masa itu terjadi kodifikasi (pengumpulan hukum-


hukum yang sejenis ke dalam satu kitab yang disusun
secara sistematis dan lengkap) di Hindia Belanda yang
diketuai Mr. Scholten Van Oud Harlem, Artinya
kodifikasi hukum yang ada di Indonesia adalah tiruan
kodifikasi hukum belanda yang berlaku di Belanda.
Kodifikasi yang berhasil dilakukan antara lain:

1. Reglement Op De Rechtelijke Organisatie (RO) atau


Peraturan Organisasi Pengadilan

2. Algemene Bepalingen Van Wetgeving (AB) atau ketentuan


umum tentang Peraturan Perundang-Undangan.

3. BW (Burgerlijke Wetboek) atau Kitab Undang-Undang


Hukum Perdata

4. Tahun 1866 berlaku kuhp bagi orang Eropa

5. Tahun 1918 berlaku Wetboek Van Strafrecht (WVS) bagi


semua golongan rakyat Hindia Belanda
• Semula Reglement OP De Rechtelijke Organisatie akan diberlakukan
di seluruh Hindia Belanda tetapi keadaan tidak memungkinkan

• Pada tanggal 1 Mei 1848 hanya berlaku bagi daerah Jawa dan Madura

• Untuk luar Jawa dan Madura tiap-tiap keresidenan diatur sendiri

• Kemudian dirubah menjadi peraturan umum yang dimulai berlakuk 1


juli 1927 yang disebut “Reglement Buitengewesten”

• Beberapa Pasal yang perlu diketahui dari Algemene Bepalingen (AB)


yang merupakan politik Hukum Belanda:

• Pasal 6 A.B : penduduk indonesia dibeda-bedakan dalam golongan


Eropa, Bumiputera, dan yang disamakan

• Pasal 7 A.B : yang dipersamakan dengan Eropa, yaitu:


 Orang Kristen, termasuk orang-orang Indonesia yang menganut agama
tersebut
 Orang darimana pun asalnya yang tidak termasuk dalam Pasal 8 di
bawah ini
 Pasal 8 A.B : yang dipersamakan dengan
Bumiputera, yaitu : orang Arab, Tionghoa, dan
semua orang yang beragama Islam.

 Pasal 10 A.B : Gubernur Jenderal berwenang jika


perlu mengadakan pengecualian terhadap pasal
sebelumnya bagi orang-orang kristen pada
umumnya atau bagi masyarakat kristen Indonesia.

 Pasal 11 A.B : hakim menerapkan hukum Perdata


Eropa bagi golongan Eropa dan hukum Adat bagi
golongan Pribumi sehingga terjadi Dualisme Hukum
• Bila dilihat isinya R.R merupakan UUD penjajahan
Belanda yang lahir karena adanya perubahan UUD
di belanda
• Tahun 1920 beberapa pasalnya mengalami
perubahan yang dikenal dengan R.R baru.
• Pasal 75 R.R baru isinya memberlakukan
ketentuan hukum yang lama bagi golongan
penduduk
• Sebagai akibat perubahan UUD belanda tahun
1922, pemerintah di Hindia Belanda merubah R.R
menjadi Indische Staatsregeling (I.S)

• Pada masa ini tetap ada Pluralisme di bidang


hukum (KARENA PASAL 131 IS = PASAL 75 RR)
 Pada masa ini tidak banyak perubahan Hukum di
Indonesia

 yang perlu diingat yaitu Uu No. 1/1942 tentang


berlaku kembali semua peraturan Hindia Belanda
yang tidak bertentangan dengan kekuasaan militer
Jepang (pasal 3)
PENGGOLONGAN PENDUDUK DAN SISTEM HUKUM

INDONEISA
2 (DUA) SISTEM PERADILAN.
Pertama, hierarki peradilan untuk orang-orang Eropa dan Hukum Acara
Reglement op de Rechtsvordering
yang dipersamakan yang jenjang peradilannya terdiri atas : (Rv)/Perdata
Reglement op de Strafvoerdering
(Sv)/Pidana
1. Residentiegerecht ------ kota yg memiliki landraad/ T1
2. Raad van Justitie --------T2 banding,
3. Mahkamah Agung (Hogerechtshof). Jakarta, Surabaya, Semarang,
Padang, Medan, dan Makassar

Jakarta

Kedua, hierarki peradilan untuk orang-orang Indonesia dan Hukum Acara


yang dipersamakan, yang meliputi : Herziene Inlandsch Reglement
(HIR), baik untuk acara perdata
maupun acara pidananya
1. Districtgerecht,---------- /Kecamatan/Camat/Hakim
2. Regentschapsgerecht, ------/Kabupaten/Bupati/Hakim
3. Rechtspraak fer Politierol/Politierol, ---------
/Kabupaten/Asisten Gubernur/Hakim
4. Landraad, -------- /Kabupaten/Hakim Profesional
Pada awal kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia
mempertahankan penyimpanan umum yang ada, namun
dengan perubahan penyebutan, yaitu:

1. Districtgerecht/Gun Hoin .........menjadi Pengadilan Distrik


2. Regentschapgerecht/Ken Hoin ........menjadi Pengadilan
Kabupaten
3. Landgerecht/Keizai Hoin ........menjadi Pengadilan
Kepolisian
4. Landraad/Tiho Hoin ..........menjadi Pengadilan Negeri
5. Raad van Justitie/Koto Hoin ...........menjadi Pengadilan
Tinggi
6. Hooggerechtshof/Saiko Hoin .............menjadi Mahkamah
Agung
Adapun jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
menurut Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2011 adalah
sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945,


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat,
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UU
4. Peraturan Pemerintah,
5. Peraturan Presiden,
6. Peraturan Daerah Provinsi;
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
SUSUNAN PERADILAN DI
INDONESIA
HIRARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai