Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH HUKUM DI

INDONESIA
KELOMPOK 1
12 MIPA 7
FASE PRA-KOLONIAL
• Fase ini berlangsung sebelum Indonesia diduduki oleh penjajah.

• Di bawah penguasaan kerajaan-kerajaan nusantara yang tersebar pada wilayah


kepulauan nusantara itu, maka tata hukum bangsa Indonesia saat itu pula masih bersifat
kewilayahan berdasarkan batas wilayah kekuasaan masing-masing kerajaan.

• Zaman Kerajaan Hindu Budha


● Pada zaman ini hukum adat dipengaruhi ajaran Hindu-Buddha, adat yang ada dalam
pelaksanaan ajaran Hindu-Buddha yang mempercayai dewa-dewa. Contoh: Upacara
perkawinan, Kelahiran, Kematian.

• Zaman Kerajaan Islam


● Pada zaman ini hukum adat dipengaruhi ajaran Islam, adat dan pelaksanaannya
menyerap dan melaksanakan hukum islam. Contoh: Gono-gini, adat bersandi syarak dan
syarak bersandi kitabullah di Padang, Sumatera Barat.
FASE KOLONIAL

Kedatangan bangsa Eropa mempengaruhi tata hukum di Indonesia


VOC merupakan kongsi dagang Belanda yang diberi kekuasaan wilayah di
nusantara. VOC sendiri punya hak octrooi yang diberikan oleh pemerintah
Belanda.
Setelah menguasai wilayah dengan hak octrooinya, hukum Belanda yang awalnya
hanya berlaku dalam kapal VOC mulai diberlakukan bagi orang pribumi
FASE KOLONIAL (Masa VOC)
• Semua peraturan yang dibuat VOC diumumkan dalam bentuk plakat tapi tidak
tersimpan dalam arsip.
Jadi, sesudah diumumkan plakat tersebut tidak diketahui mana yang masih berlaku
dan tidak berlaku. Karena itu akhirnya plakat plakat tersebut dikumpulkan kembali
dan disebut sebagai statuten van batavia pada tahun 1642

• Pada tahun 1766 statuta batavia itu dibuat kembali sehingga muncul Nieuwe
Bataviase Statuten
Statuta batavia baru ini berlaku sebagai hukum positif bagi pribumi maupun bangsa
asing. Namun statute tersebut belum dapat dikatakan sebagai kodifikasi hukum
karena belum tersusun secara sistematis

• Setelah kebubaran VOC, Indonesia jatuh ke tangan Inggris dibawah pimpinan Raffles
namun tidak ada perubahan dibidang hukum. Akhirnya dengan konvensi London
1814 Indonesia dikembalikan lagi kepada Belanda
MASA PEMERINTAHAN
BELANDA
Dimulai 1800-1942

Latar belakang : pengambilan alih kekuasaan VOC oleh pemerintahan Bataafsche Republiek ( nama
tersebut diubah menjadi Koninklijke Holana)

Sistem hukum yang diterapkan yaitu monarki absolut dari kerajaan Belanda dimana Daendels sebagai
salah satu Gubernur Jendral Hindia Belanda ( hingga tahun 1811)

Peraturan Daendels di bidang pemerintahan: Pulau Jawa dibagi menajdi 9 karasidenan

Peraturan Daendels di bidang hukum: Tidak mengganti peraturan yang berlaku di dalam pergaulan
pribumi selama tidak melanggar ketentuan perintah yang diberikan untuk menjaga keamanan umum
sesuai kehendak kerajaan
Masa Pemerintahan Inggris

● Dimulai 1811-1816
● Letnan Jendral: Thomas Stamford Raffles
● Bidang pemerintahan: membagi pulau Jawa menjadi 19 karasidenan
● Bidang Hukum: mengganti susunan peradilan
1. Divisin’s court: Wedana/demang dan pegawai bawahannya (beberapa pegawai pribumi)
mengadili perkara kecil dan perkara sipil (pembatasan 20 rupyen). Banding ke bopati’s
court
2. District’s courts/bopati’s court: Bupati (sebagai ketua), penghulu, jaksa dan pegawai
bawahannya berwenang mengadili perkara sipil (21-50 rupyen). Banding ke resident’s
court.
3. Resident’s court: Residen (sebagai ketua), para bupati, penghulu, hoof (jaksa), mengadili
perkara pidana dengan ancaman hukuman mati dan perkara sipil > 50 rupyen
Masa Pemerintahan Inggris
4. Court of circuit: terdiri dari ketua dan anggota, bertugas keliling menangani perkara pidana
dengan ancaman hukuman mati, menganut sistem juri 5-9 pribumi.

5. Raffles tidak mengganti hukum yang berlaku pada pribumi (Anggapan hukum yang berlaku
adalah hukum Islam)

6. Inggris menyerahkan kembali kepada Belanda pada 1816 sebagai hasil Konvensi London
1814
KEMBALINYA PEMERINTAHAN BELANDA
• Sebagai Melalui Konvensi London 1814
• Terlaksana mulai tahun 1816
• Peraturan per-UU-an mulai tertata dan dibagi dalam 3 masa, yaitu:
1. Masa Besluiten Regerings (BR) :
• merupakan monarki absolut dimana raja sebagai penguasa mutlak wilayah.
• Raja berhak membuat peraturan umum ( algemene verordening atau koninlijk
besluit)
• Koninlijk besluit bersifat eksekutif ( pengangkatan gubernur jendral) dan
bersifat mengatur sebagai algemene verordering
2. Masa Regering Reglement (RR)
• Pemerintahan berupa monarki parlemen sehingga kekuasaan raja
berkurang
• Peraturan di tanah jajahan merupakan wewenang dari parlemen
3. Masa Indische Staatsregeling (IS)
• Munculnya volkraad ( perwakilan rakyat) Indonesia sehingga sapat
mengambil andil pembuatan UU di wilayah Indonesia
MASA POLITIK ETIS
• Pada masa kolonial, sekitar tahun 1900-1942 di Hindia Belanda (Indonesia)
terdapat periode Politik Etis (Ethische Politiek)
• Politik etis bertujuan meningkatkan masyarakat pribumi dalam hal ekonomi,
sosial, dan budaya secara lebih sistematis daripada sebelumnya
• C.Th. van Deventer, merupakan seorang pencetus kebijakan-kebijakan dalam
Politik Etis
• program kebijakan Trias Van Deventer, yaitu:
1. Irigasi (pengairan) dengan membangun dan memperbaiki irigasi dan bendungan
untuk keperluan pertanian.
2. Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan dengan
membangun sekolah-sekolah umum..
3. Imigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.

• Pada implementasinya, kebijakan-kebijakan tersebut dilaksanakan sebagian


besar untuk keuntungan perusahaan swasta Belanda bukan miliki pribumi.
PERIODE PEMERINTAHAN JEPANG
● Untuk melaksanakan pemerintahan di Indonesia, bala tentara Jepang
berpedoman pada undang-undang yang disebut ‘’Gunseirei’’.
● Pada masa pendudukan Jepang, tidak banyak terjadi perubahan undang-
undang, semua perundang-undangan yang telah ditetapkan pemerintah dulu
tetap berjalan asalkan tidak bertentangan dengan peraturan pemerintahan
militer.
● Untuk golongan Eropa, Timur Asing Cina, Timur asing bukan Cina dan
Indonesia yang secara sukarela tunduk kepada hukum perdata Eropa tetap
berlaku baginya Burgerlijk Wetboek (BW) dan Wetboek van Koophandel (WvK)
serta aturan-aturan hukum perdata Eropa yang tidak dikodifikasikan.

● Adapun bagi golongan Bumiputera (Indonesia) dan Timur Asing bukan Cina
yang tidak tunduk secara sukarela kepada hukum perdata Eropa tetap berlaku
aturan-aturan hukum perdata adatnya.
PERIODE PEMERINTAHAN JEPANG
● Lembaga peradilan Hindia Belanda juga tetap digunakan, kecuali Residentiegerecht yang
dihapus. Adapun susunan lembaga peradilan berdasarkan Gunseirei No. 14 Tahun 1942 terdiri
dari:
● Tihoo Hooin, berasal dari Landraad (Peradilan Negeri);
● Keizai Hooin, berasal dari Landgerecht (Hakim Kepolisian);
● Ken Hooin, berasal dari Regentschapgerecht (Pengadilan Kabupaten);
● Gun Hooin, berasal dari Districtsgerecht (Pengadilan Kewedanaan);
● Kaikyoo Kootoo Hooin, berasal dari Hof voor Islamietische Zaken (Mahkamah Islam Tinggi);
● Sooyoo Hooin, berasal dari Priesterraad (Rapat Agama);
● Gunsei Kensatu Kyoko, terdiri dari Tihoo Kensatu Kyoko (Kejaksaan Pengadilan Negeri), berasal
dari Paket voor de Landraden.
FASE KEMERDEKAAN
● Sejak 18 Agustus 1945 tata hukum positif di Indonesia adalah system hukum yang tersusun atass
subsistem hukum adat, subsistem hukum Islam, dan subsistem hukum Barat.

● Tahun 1945-1949
Bentuk tata hukum dan politik hukum yang akan berlaku masa itu dapat dilihat pada Pasal 1 dan 2 yang
memiliki inti semua peraturan dan lembaga yang telah ada dan berlaku pada jaman penjajahan Belanda
maupun masa pemerintahan balatentara Jepang, tetap diberlakukan dan difungsikan.

● ditetapkan bahwa tiap Kabupaten sekurang-kurangnya terdapat 1 Peradilan Negeri dan sekurang-
kurangnya satu Peradilan Tinggi dalam satu provinsi.
FASE KEMERDEKAAN (demokrasi Liberal)
● Tahun 1950-1959.
Pada tanggal 17 Agustus 1950 bangsa Indonesia kembali ke negara kesatuan, dengan Undang-Undang
Dasar Sementara 1950 yang berlaku sampai tanggal 4 Juli 1959. Tata hukum yang berlaku pada masa
ini adalah tata hukum yang terdiri dari semua peraturan yang dinyatakan berlaku berdasarkan Pasal 142
UUDS 1950, dan ditambah dengan peraturan baru yang dibentuk oleh pemerintah negara selama kurun
waktu dari 17 Agustus 1950 sampai dengan 4 Juli 1959.

● Salah satu pembenahan yang dianggap sebuah keberhasilan pada masa ini ialah pemerintah
sudah dapat menciptakan sejumlah peraturan perundang-undangan, juga pemerintah berhasil
melaksanakan pemilihan umum dengan baik yang dilakukan secara demokratis, dengan
menghasilkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan terbentuknya Badan Konstituante.
FASE KEMERDEKAAN (demokrasi Terpimpin)
● Tahun 1959-1965
Setelah keluarnya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950 tidak berlaku lagi, dan kembali berlaku UUD 1945 sampai sekarang.

● produk perundang-undangan pada masa demokrasi terpimpin yang penting dalam pertumbuhan
tatanan hukum Indonesia adalah UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA).

● Selain itu adanya UU No. 19 Tahun 1964 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman
menyebabkan kehidupan hukum di Indonesia merosot, karena dengan adanya UU No. 19 Tahun
1964 itu memberi peluang untuk badan eksekutif turut ikut campur dalam proses peradilan.
Kondisi ini berujung pada konflik politik berkepanjangan, menjurus pada pertentangan ideologi
komunis dengan ideologi nasionalis dan agamis. Hal ini berlanjut menjadi kudeta PKI yang dikenal
sebagai Gerakan 30 September/PKI (G.30.S/PKI) yang pada akhirnya gagal.
FASE KEMERDEKAAN (Orde Baru)
● Setelah dirasa adanya kekacauan tata urutan peraturan perundang-undangan, pada tahun 1966
diterbitkan Tap MPR terkait tata urutan (hierarki) perundang-undangan.
● Ketetapan MPR Nomor V/MPR/1973 dan TAP No. IX/MPR/1978. Hierarki perundang-undangan
yang dimaksud adalah diurutkan sebagai berikut.
● Undang-Undang Dasar 1945.
● Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
● Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu).
● Peraturan Pemerintah (PP).
● Keputusan Presiden (Keppres).
● Peraturan Pelaksana lainnya seperti :

○ Peraturan Menteri;

○ Instruksi Menteri;

○ dan lain-lain.

MASA REFORMASI
Masa reformasi dimulai pada saat presiden soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 yang lalu
digantikkan oleh wakilnya BJ. Habibie. Pasca reformasi berbagai perubahan terjadi pada sistem
hukum Indonesia untuk mengikuti tuntutan reformasi antara lain : keterbukaan, demokratisasi,
peningkatan perlindungan HAM, pemeberantasan KKN, reformasi sistem politik dan ketatanegaraan,
termasuk amanddemen atas UUD 1945.

Perubahan dan peristiwa yang terjadi

* Perubahan UU di berbagai bidang, diantaranya UU tentang pemilu, parpol, ekonomi dan lain,lain

* Dilakukannya amandemen UUD 1945 pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.

* Perubahan kedudukan lembaga negara MPR menjadi sejajar dengan lembaga negara lain dan
penghapusan lembaga DPA dan menggantinya dengan DPD

* Penghapusan TAP MPR dari peraturan perundang-undangan,

* DIhapuskannya Dwifungsi ABRI dan dipisahkannya TNI dengan POLRI


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai