Anda di halaman 1dari 50

PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011

MAKALAH

PENEMUAN HUKUM
Oleh: Shidarta

PENEMUAN HUKUM
Shidarta

Makassar, 1 Juni 2011

Pemisahan (Baik-Buruk)

Kesamaan Perlakuan

Kepribadian

Persekutuan

Kewibawaan

Pemisahan (Baik-Buruk)

Kesamaan Perlakuan Kepribadian Hak sebagai seorang: -MANUSIA - warga penduduk - warga negara - anak - perempuan - buruh - konsumen - dll. Kewibawaan Persekutuan

Hak sebagai kelompok: -- masy. internasional - - negara -- bangsa -- komunitas agama -- komunitas adat -- serikat buruh - asosiasi profesi dll.

Diterima baik oleh: 1. institusi profesi 2. komunitas keilmuan 3. masyarakat luas 4. para pihak

Norma hukum ditetapkan secara top-down menjadi hukum positif diterapkan secara rasional

Norma hukum positif direvisi (ditetapkan kembali)

rasional

rasional

Peristiwa konkret A

Peristiwa konkret B

Peristiwa konkret C Pengalaman dari waktu ke waktu adalah penentu nilai kebaikan suatu norma hukum positif

empiri A empiri B empiri C

Norma hukum ditetapkan secara top-down menjadi hukum positif

Context of Justification I

Norma hukum positif direvisi (ditetapkan kembali)

diterapkan secara rasional

rasional

rasional

Peristiwa konkret A

Peristiwa konkret B

Peristiwa konkret C Pengalaman dari waktu ke waktu adalah penentu nilai kebaikan suatu norma hukum positif

empiri A empiri B empiri C

Context of Discovery II

Asumsi fungsi law as social order hukum positif X Het recht hinkt achter de feiten aan.

Peristiwa konkret A

Peristiwa konkret B

Peristiwa konkret C

empiri A empiri B empiri C

Asumsi fungsi: law as a tool of social engineering hukum positif X

Peristiwa konkret A

Peristiwa konkret B

Peristiwa konkret C

empiri A empiri B empiri C

Asumsi fungsi law as social order hukum positif X Het recht hinkt achter de feiten aan.

Peristiwa konkret A

Peristiwa konkret B

Peristiwa konkret C

empiri A empiri B empiri C

Asumsi fungsi: law as a tool of social engineering hukum positif X

Peristiwa konkret A

Peristiwa konkret B

Peristiwa konkret C

empiri A empiri B empiri C

Langkah-Langkah Penalaran dalam Penemuan Hukum untuk menghasilkan suatu putusan konkret
Sumber HUKUM

Putusan

Nilai/Asas UU Traktat Kontrak

Putusan
Yurisprudensi

Kebiasaan

Garis Normatif-Imperatif Garis Normatif-Koordinatif Garis Persuasif

Normatif-Imperatif Normatif-Koordinatif Normatif-Persuasif Nilai/Asas UU Traktat Kontrak

Putusan
Doktrin

Kebiasaan Autonomic Legislation

Yurisprudensi

epi

Langkah-langkah PH

Apply the structure Research the facts Synthezise the rules Analyze the sources Identify the Source of law

5 4 3 2 1

Kenneth J. Vandevelde

A specific persons rights & duties

Kenneth J. Vandevelde:
Five separate steps:
1. 2. 3. Identify the applicable sources of law, usually statutes and judicial decisions; Analyze these sources of law to determine the applicable rules of law and the policies underlying those rules. Synthesize the applicable rules of law into a coherent structure in which the more specific rules are grouped under the more general ones; Research the available facts; and Apply the structure of rules to the facts to ascertain the rights or duties created by the facts, using the policies underlying the rules to resolve difficult cases.

4. 5.

Analyze the sources Synthesize the rules


Sources of Law

Structure of Law

Konsep Vandevelde

1 Identify the sources of law Apply the structure 5 to the facts 4 Research the facts
Decision

Bukankah seharusnya Fakta dimatangkan s riset fakta sudah dimulai di sini? proses pembuktian d

Langkah-langkah itu dapat lebih disistematisasi sebagai berikut:

Sumber Hukum

Struktur aturan

d b
Alternatif

a
Alternatif

Putusan akhir

e
Y
struktur kasus

Alternatif

Shidarta, 2004

Menurut J.A. Pontier, penelitian psikologis empiris menunjukkan adanya 2 pendekatan penalaran hakim: a. antisipasi-skematik b. penalaran regresif Struktur
Sumber Hukum

aturan

d b
Alternatif

a
Alternatif

Putusan akhir

e
Y
struktur kasus

Alternatif

Shidarta, 2004

Penalaran regresif dapat terjadi, seperti

Sumber Hukum

Struktur aturan

Pendekatan* modulisasi (fakta konsep) Pendekatan tipologisasi (konsep fakta)


Alternatif Alternatif Putusan akhir

Alternatif

struktur kasus

* Nono Makarim, dalam biografi Busyro

Bagaimana menemukan hukumnya?

Sumber Hukum

Moral law Rational law

Empirical law

Idealisme Intuisionisme Keadilan z1 z2 z 3 z7

ASPEK Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis dalam Penalaran Hukum Dualisme Rasionalisme Kepastian

z8

z9

Sumbu z Sumbu y zona 45 atas

z10 z11 z12

z13

z17 z18 Zona 45 bawah Sumbu x z19 Materialisme Empirisme Kemanfaatan

Atas dasar ini, kita dapat memetakan minimal 6 aliran pemikiran dalam hukum:
1 2 3 4
Moralitas berupa asas kebenarankeadilan Undang-undang Undang-undang Doktrinal-deduktif Keadilan Universal

Doktrinal-deduktif Doktrinal-deduktif, diikuti nondoktrinalinduktif Doktrinal-deduktif sekaligus nondoktrinalinduktif Doktrinal-deduktif sekaligus nondoktrinalinduktif Nondoktrial-induktif

Kepastian Kepastian diikuti kemanfaatan Keadilan sekaligus kemanfaatan Kepastian sekaligus kemanfaatan Kemanfaatan

Partikular-nasional Partikular-nasional

Kebiasaan

Makro-Partikular

Putusan hakim

Kasusistik

Kasus faktual

Mikro-Kasuistik

1. Aliran Hukum Kodrat

Ontologis: Hukum = asas kebenaran dan keadilan Epistemologis: Doktrinal-deduktif (dari premis normatif self-evident) Aksiologis: Keadilan

TOP-DOWN satu arah

2. Positivisme Hukum

Ontologis: Hukum = norma-norma positif dalam sistem perundang-undangan Epistemologis: Doktrinal-deduktif Aksiologis: Kepastian

TOP-DOWN satu arah

3. Utilitarianisme

Ontologis: Hukum = norma-norma positif dalam sistem perundang-undangan Epistemologis: Doktrinal-deduktif diikuti Nondoktrinal-induktif Aksiologis: Kepastian diikuti Kemanfaatan

TOP-DOWN diikuti BOTTOM-UP

4. Mazhab Sejarah

Ontologis: Hukum = pola perilaku yang terlembagakan Epistemologis: Nondoktrinal-induktif Internalisasi doktrinal-deduktif * (pendekatan struktural/makro) Aksiologis: Kemanfaatan, keadilan (simultan)

TOP-DOWN dan BOTTOM UP (simultan)

* Koreksi Shidarta, 2003

5. [American] Sociological Jurisprudence


Ontologis: Hukum = putusan hakim in-concreto Epistemologis: Nondoktrinal-induktif Doktrinal-deduktif Aksiologis: Kemanfaatan, kepastian (simultan) TOP-DOWN dan BOTTOM UP (simultan)

6. Realisme Hukum

Ontologis: Hukum = manifestasi makna-makna simbolik para pelaku sosial Epistemologis: Nondoktrinal-induktif (pendekatan interaksional/ mikro) Aksiologis: Kemanfaatan

BOTTOM-UP (satu arah)

METODE penemuan hukum

Metode penemuan hukum


METODE INTERPRETASI METODE KONSTRUKSI

Gramatikal (objektif) Otentik Teleologis (sosiologis) Sistematis (logis) Historis (subjektif) Komparatif Futuristis (antisipatif) ==================== Restriktif Ekstensif

Argumentum per analogiam Argumentum a contrario Argumentum a fortiori Penghalusan (penyempitan) hukum

Sudikno Mertokusumo (2010) menyatakan eksposisi sama dengan metode konstruksi. konstruksi. Pandangan ini tidak tepat, karena eksposisi tepat, adalah lebih ke teknis merumuskan penemuan hukum itu sehingga bisa dimengerti (orang lain).

Metode EKSPOSISI

VERBAL

NONVERBAL

PRINSIPAL

MELENGKAPI

REPRESENTASI

dIterapkan untuk kata-kata individual

diterapkan dengan cara mencari sinonim dll.

diterapkan untuk kata-kata lain

Metode Interpretasi
Saya masih menggunakan satu konsep hukum yang sama

Metode Interpretasi
Saya masih menggunakan satu konsep hukum yang sama

Metode Konstruksi
Saya sudah pindah ke konsep hukum lain

Metode Konstruksi
Saya mungkin dapat menemukan satu konsep yang mendekati, tetapi TIDAK dapat saya gunakan!

Metode Konstruksi
Saya sudah mengkreasikan satu konsep hukum lain

CONTOH KASUS Pasal 49


UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM (3) hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi produksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum.
Bagaimana jika hakim menghadapi kasus seorang wanita yang merasa ditipu oleh seorang pria dan karena itu ia kehilangan kegadisannya (contoh kasus tahun 1980).

Kasus Putusan Hakim Bismar Siregar


DESKRIPSI: Seorang pria yang sudah berkeluarga bernama MERTUA RAJA SIDABUTAR (perkerjaan kontraktor) berpacaran dengan seorang gadis di bawah umur bernama KATARINA Br. SIAHAAN. Selama masa pacaran, Mertua berjanji (ada bukti surat ybs) akan segera mengawini Katarina. Tertarik pada janji ini, Katarina bersedia menyerahkan kegadisannya kepada Mertua. Namun, Mertua melanggar janji ini, sehingga pihak Katarina melapor ke polisi. Kasus ini diproses secara pidana, sampai akhirnya diadili di PN Medan. Jaksa menuntut terdakwa melanggar pasal-pasal berikut secara kumulatif: 1. Pasal 293 KUHP jo Pasal 5 ayat (3) UU Drt 1951: (perbuatan cabul dengan anak di bawah umur) 2. Pasal 378 KUHP (penipuan) 3. Pasal 335 KUHP (perbuatan tidak menyenangkan) PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN (No. 571/KS/1980/PN Mdn, tanggal 5 Maret 1980): Terdakwa MERTUA terbukti sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan cabul dengan perempuan yang bukan isterinya. Terdakwa dihukum 3 bulan penjara, tetapi tidak akan dijalankan dengan masa percobaan 6 bulan. JAKSA melakukan banding.

Putusan PENGADILAN TINGGI MEDAN (No. 144/PID/1983/PT Mdn) dengan Ketua Majelis Bismar Siregar

next slide

Contoh: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pasal 378 KUHP:

Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena PENIPUAN, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
: semua orang : larangan : - memiliki maksud menguntungkan diri sendiri/orang lain secara melawan hukum - memakai nama palsu, keadaan palsu, tipu muslihat/ rangkaian kebohongan - menggerakkan orang lain menyerahkan barang - meminta diberikan/dihapuskan utang : (mengikuti berlakunya asas teritorial, dll.)

Subjek norma Modus perilaku Objek norma

Kondisi norma

Bagaimana dilakukan?
Unsur 1 Unsur 2 Unsur 3 Unsur 4 Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang,

Unsur 5 Unsur 6

Kasus Putusan Hakim Bismar Siregar


1. 2. Unsur krusial pelanggaran atas Pasal 378 KUHP yang ingin ditetapkan oleh Bismar Siregar: dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain ada bukti surat yang memuat rayuan/janji terdakwa. secara melawan hukum terpidana sudah beristeri, agamanya (Kristen) melarang perbuatan seperti itu. dengan memakai nama palsu atau martabat (hoednigheid) palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan keadaan palsu terbukti dengan telah dipenuhinya unsur no.1 dan 2 di atas. menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya BARANG ini diartikan secara luas. KEGADISAN* yang melekat pada diri korban dapat dikategorikan sebagai BARANG.

3.

4.

Terdakwa dipidana melakukan PENIPUAN dengan pidana penjara 3 tahun


* Juga disebut dalam putusan bahwa dalam bahasa Tapanuli, kemaluan ini disebut bonda yang tidak lain bermakna sama dengan benda (barang).

PERHATIKAN!
Dalam pertimbangan putusan hakim, TIDAK HANYA unsur tindak pidana yang bermasalah* itu saja yang perlu diuraikan. Semua unsur harus diuraikan satu demi satu. Pada hakikatnya hakim juga membuat silogisme setiap kali ia membuat uraian unsur demi unsur tadi (sekalipun tidak secara eksplisit dicantumkan). Khusus untuk uraian unsur yang dilakukan penemuan hukum, argumentasi harus dijelaskan secara mendalam dan komprehensif.
*) Pengertian bermasalah di sini dalam arti masih perlu dilakukan langkah-langkah penemuan hukum tersendiri.

Bagaimana dilakukan?
Unsur 1 Unsur 2 Unsur 3 Unsur 4 Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan BARANG sesuatu kepadanya,

Unsur 5

Unsur 6

FILSAFAT

Filsafat Hukum

Ilmu Bahasa

ILMU FORMAL

Logika

Teori Hukum Ilmu-ilmu empiris hukum*

ILMU EMPIRIS

Dogmatika Hukum

* Menggantikan istilah: ilmu-ilmu hukum empiris

ILMU PRAKTIS
Shidarta, 2003

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTAR-DISIPLIN untuk membantu kognisi hakim

hukum
material

pembuktian

hukum acara

Ilmu Hukum
(dogmatis) dogmatis)

HTN

HAN

ilmu per-uu

politik sintaktika semiotika


Ilmu Bahasa Ilmu lain
(berobjekkan hukum) hukum)

psikologi

semantika Pragtika dialektika


Shidarta, 2003

Logika

antrosejasosio- pologi rah logi

retorika

Pemisahan (Baik-Buruk)

Kesamaan Perlakuan

Kepribadian

Persekutuan

Kewibawaan

Dimensi kognisi tadi bertemu dengan dimensi afeksi

Argumentasi hukum
Ada satu atau beberapa unsur yang tidak dapat langsung diterapkan, namun harus diberikan pemaknaan tertentu. Unsur BARANG ini dieksposisikan menjadi kurang lebih:

P.Mayor

P. Minor Konklusi

Segala organ [termasuk] yang melekat pada tubuh seseorang adalah BARANG menurut ketentuan Pasal 378 KUHP. Kegadisan adalah organ yang melekat pada tubuh seseorang. KEGADISAN adalah BARANG menurut ketentuan Pasal 378 KUHP.

Argumentasi hukum
Pada akhirnya, setelah semua unsur-unsur diuraikan, maka akan ditemukan silogisme yang utuh, yang menunjukkan semua unsur terkait dengan Pasal 378 KUHP telah terpenuhi.

P.Mayor

P. Minor

Konklusi

Semua orang yang bermaksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan keadaan palsu menggerakkan orang lain menyerahkan barang ADALAH pelaku penipuan menurut Pasal 378 KUHP. Mertua Raja Sidabutar adalah orang yang bermaksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan keadaan palsu menggerakkan orang lain [Katarina Br. Siahaan] menyerahkan barang [kegadisannya]. Mertua Raja Sidabutar adalah pelaku penipuan menurut Pasal 378 KUHP.

Apa inti dari penemuan hukum itu?


Segala organ [termasuk] yang melekat pada tubuh seseorang adalah BARANG menurut ketentuan Pasal 378 KUHP.

EKSPLISIT: Dalam bahasa Tapanuli, kemaluan ini disebut bonda yang tidak lain bermakna sama dengan benda (barang).

Apakah dapat diterima sebagai putusan yang berwibawa? Jawabannya ditentukan oleh: 1. 2. 3. 4. institusi profesi komunitas keilmuan masyarakat luas para pihak

Anda mungkin juga menyukai