MAKALAH
PENEMUAN HUKUM
Oleh: Shidarta
PENEMUAN HUKUM
Shidarta
Pemisahan (Baik-Buruk)
Kesamaan Perlakuan
Kepribadian
Persekutuan
Kewibawaan
Pemisahan (Baik-Buruk)
Kesamaan Perlakuan Kepribadian Hak sebagai seorang: -MANUSIA - warga penduduk - warga negara - anak - perempuan - buruh - konsumen - dll. Kewibawaan Persekutuan
Hak sebagai kelompok: -- masy. internasional - - negara -- bangsa -- komunitas agama -- komunitas adat -- serikat buruh - asosiasi profesi dll.
Diterima baik oleh: 1. institusi profesi 2. komunitas keilmuan 3. masyarakat luas 4. para pihak
Norma hukum ditetapkan secara top-down menjadi hukum positif diterapkan secara rasional
rasional
rasional
Peristiwa konkret A
Peristiwa konkret B
Peristiwa konkret C Pengalaman dari waktu ke waktu adalah penentu nilai kebaikan suatu norma hukum positif
Context of Justification I
rasional
rasional
Peristiwa konkret A
Peristiwa konkret B
Peristiwa konkret C Pengalaman dari waktu ke waktu adalah penentu nilai kebaikan suatu norma hukum positif
Context of Discovery II
Asumsi fungsi law as social order hukum positif X Het recht hinkt achter de feiten aan.
Peristiwa konkret A
Peristiwa konkret B
Peristiwa konkret C
Peristiwa konkret A
Peristiwa konkret B
Peristiwa konkret C
Asumsi fungsi law as social order hukum positif X Het recht hinkt achter de feiten aan.
Peristiwa konkret A
Peristiwa konkret B
Peristiwa konkret C
Peristiwa konkret A
Peristiwa konkret B
Peristiwa konkret C
Langkah-Langkah Penalaran dalam Penemuan Hukum untuk menghasilkan suatu putusan konkret
Sumber HUKUM
Putusan
Putusan
Yurisprudensi
Kebiasaan
Putusan
Doktrin
Yurisprudensi
epi
Langkah-langkah PH
Apply the structure Research the facts Synthezise the rules Analyze the sources Identify the Source of law
5 4 3 2 1
Kenneth J. Vandevelde
Kenneth J. Vandevelde:
Five separate steps:
1. 2. 3. Identify the applicable sources of law, usually statutes and judicial decisions; Analyze these sources of law to determine the applicable rules of law and the policies underlying those rules. Synthesize the applicable rules of law into a coherent structure in which the more specific rules are grouped under the more general ones; Research the available facts; and Apply the structure of rules to the facts to ascertain the rights or duties created by the facts, using the policies underlying the rules to resolve difficult cases.
4. 5.
Structure of Law
Konsep Vandevelde
1 Identify the sources of law Apply the structure 5 to the facts 4 Research the facts
Decision
Bukankah seharusnya Fakta dimatangkan s riset fakta sudah dimulai di sini? proses pembuktian d
Sumber Hukum
Struktur aturan
d b
Alternatif
a
Alternatif
Putusan akhir
e
Y
struktur kasus
Alternatif
Shidarta, 2004
Menurut J.A. Pontier, penelitian psikologis empiris menunjukkan adanya 2 pendekatan penalaran hakim: a. antisipasi-skematik b. penalaran regresif Struktur
Sumber Hukum
aturan
d b
Alternatif
a
Alternatif
Putusan akhir
e
Y
struktur kasus
Alternatif
Shidarta, 2004
Sumber Hukum
Struktur aturan
Alternatif
struktur kasus
Sumber Hukum
Empirical law
ASPEK Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis dalam Penalaran Hukum Dualisme Rasionalisme Kepastian
z8
z9
z13
Atas dasar ini, kita dapat memetakan minimal 6 aliran pemikiran dalam hukum:
1 2 3 4
Moralitas berupa asas kebenarankeadilan Undang-undang Undang-undang Doktrinal-deduktif Keadilan Universal
Doktrinal-deduktif Doktrinal-deduktif, diikuti nondoktrinalinduktif Doktrinal-deduktif sekaligus nondoktrinalinduktif Doktrinal-deduktif sekaligus nondoktrinalinduktif Nondoktrial-induktif
Kepastian Kepastian diikuti kemanfaatan Keadilan sekaligus kemanfaatan Kepastian sekaligus kemanfaatan Kemanfaatan
Partikular-nasional Partikular-nasional
Kebiasaan
Makro-Partikular
Putusan hakim
Kasusistik
Kasus faktual
Mikro-Kasuistik
Ontologis: Hukum = asas kebenaran dan keadilan Epistemologis: Doktrinal-deduktif (dari premis normatif self-evident) Aksiologis: Keadilan
2. Positivisme Hukum
Ontologis: Hukum = norma-norma positif dalam sistem perundang-undangan Epistemologis: Doktrinal-deduktif Aksiologis: Kepastian
3. Utilitarianisme
Ontologis: Hukum = norma-norma positif dalam sistem perundang-undangan Epistemologis: Doktrinal-deduktif diikuti Nondoktrinal-induktif Aksiologis: Kepastian diikuti Kemanfaatan
4. Mazhab Sejarah
Ontologis: Hukum = pola perilaku yang terlembagakan Epistemologis: Nondoktrinal-induktif Internalisasi doktrinal-deduktif * (pendekatan struktural/makro) Aksiologis: Kemanfaatan, keadilan (simultan)
6. Realisme Hukum
Ontologis: Hukum = manifestasi makna-makna simbolik para pelaku sosial Epistemologis: Nondoktrinal-induktif (pendekatan interaksional/ mikro) Aksiologis: Kemanfaatan
Gramatikal (objektif) Otentik Teleologis (sosiologis) Sistematis (logis) Historis (subjektif) Komparatif Futuristis (antisipatif) ==================== Restriktif Ekstensif
Argumentum per analogiam Argumentum a contrario Argumentum a fortiori Penghalusan (penyempitan) hukum
Sudikno Mertokusumo (2010) menyatakan eksposisi sama dengan metode konstruksi. konstruksi. Pandangan ini tidak tepat, karena eksposisi tepat, adalah lebih ke teknis merumuskan penemuan hukum itu sehingga bisa dimengerti (orang lain).
Metode EKSPOSISI
VERBAL
NONVERBAL
PRINSIPAL
MELENGKAPI
REPRESENTASI
Metode Interpretasi
Saya masih menggunakan satu konsep hukum yang sama
Metode Interpretasi
Saya masih menggunakan satu konsep hukum yang sama
Metode Konstruksi
Saya sudah pindah ke konsep hukum lain
Metode Konstruksi
Saya mungkin dapat menemukan satu konsep yang mendekati, tetapi TIDAK dapat saya gunakan!
Metode Konstruksi
Saya sudah mengkreasikan satu konsep hukum lain
Putusan PENGADILAN TINGGI MEDAN (No. 144/PID/1983/PT Mdn) dengan Ketua Majelis Bismar Siregar
next slide
Contoh: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena PENIPUAN, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
: semua orang : larangan : - memiliki maksud menguntungkan diri sendiri/orang lain secara melawan hukum - memakai nama palsu, keadaan palsu, tipu muslihat/ rangkaian kebohongan - menggerakkan orang lain menyerahkan barang - meminta diberikan/dihapuskan utang : (mengikuti berlakunya asas teritorial, dll.)
Kondisi norma
Bagaimana dilakukan?
Unsur 1 Unsur 2 Unsur 3 Unsur 4 Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang,
Unsur 5 Unsur 6
3.
4.
PERHATIKAN!
Dalam pertimbangan putusan hakim, TIDAK HANYA unsur tindak pidana yang bermasalah* itu saja yang perlu diuraikan. Semua unsur harus diuraikan satu demi satu. Pada hakikatnya hakim juga membuat silogisme setiap kali ia membuat uraian unsur demi unsur tadi (sekalipun tidak secara eksplisit dicantumkan). Khusus untuk uraian unsur yang dilakukan penemuan hukum, argumentasi harus dijelaskan secara mendalam dan komprehensif.
*) Pengertian bermasalah di sini dalam arti masih perlu dilakukan langkah-langkah penemuan hukum tersendiri.
Bagaimana dilakukan?
Unsur 1 Unsur 2 Unsur 3 Unsur 4 Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan BARANG sesuatu kepadanya,
Unsur 5
Unsur 6
FILSAFAT
Filsafat Hukum
Ilmu Bahasa
ILMU FORMAL
Logika
ILMU EMPIRIS
Dogmatika Hukum
ILMU PRAKTIS
Shidarta, 2003
hukum
material
pembuktian
hukum acara
Ilmu Hukum
(dogmatis) dogmatis)
HTN
HAN
ilmu per-uu
psikologi
Logika
retorika
Pemisahan (Baik-Buruk)
Kesamaan Perlakuan
Kepribadian
Persekutuan
Kewibawaan
Argumentasi hukum
Ada satu atau beberapa unsur yang tidak dapat langsung diterapkan, namun harus diberikan pemaknaan tertentu. Unsur BARANG ini dieksposisikan menjadi kurang lebih:
P.Mayor
P. Minor Konklusi
Segala organ [termasuk] yang melekat pada tubuh seseorang adalah BARANG menurut ketentuan Pasal 378 KUHP. Kegadisan adalah organ yang melekat pada tubuh seseorang. KEGADISAN adalah BARANG menurut ketentuan Pasal 378 KUHP.
Argumentasi hukum
Pada akhirnya, setelah semua unsur-unsur diuraikan, maka akan ditemukan silogisme yang utuh, yang menunjukkan semua unsur terkait dengan Pasal 378 KUHP telah terpenuhi.
P.Mayor
P. Minor
Konklusi
Semua orang yang bermaksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan keadaan palsu menggerakkan orang lain menyerahkan barang ADALAH pelaku penipuan menurut Pasal 378 KUHP. Mertua Raja Sidabutar adalah orang yang bermaksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan keadaan palsu menggerakkan orang lain [Katarina Br. Siahaan] menyerahkan barang [kegadisannya]. Mertua Raja Sidabutar adalah pelaku penipuan menurut Pasal 378 KUHP.
EKSPLISIT: Dalam bahasa Tapanuli, kemaluan ini disebut bonda yang tidak lain bermakna sama dengan benda (barang).
Apakah dapat diterima sebagai putusan yang berwibawa? Jawabannya ditentukan oleh: 1. 2. 3. 4. institusi profesi komunitas keilmuan masyarakat luas para pihak