Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum Vol. VI/No.

1/Jan-Mar/2018

SENGKETA HARTA WARISAN YANG BELUM menurut pasal 913 KUHPerdata Legitieme
DIBAGI AKIBAT PERBUATAN SEORANG AHLI Portie ialah bagian dari harta warisan yang
WARIS YANG MENJUAL HARTA WARISAN1 harus di berikan kepada para ahli waris dalam
Oleh : Titha A. N. Suratinoyo2 garis lurus (baik ke atas maupun ke bawah)
Dosen Pembimbing : menurut undang-undang, dan terhadap bagian
Said Aneke R. SH, MH, Firdja Baftim, SH, MH ini si pewaris tidak boleh menetapkan sesuatu
baik sebagai hibah maupun wasiat.
ABSTRAK Persoalannya, ialah tidak jarang terjadi para
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk ahli waris memperebutkan harta warisan
mengetahui bagaimana pengaturan hukum semasa pewaris masih hidup, misalnya seorang
terhadap harta warisan yang belum dibagi dan ahli waris yang telah berjasa membantu
bagaimana upaya hukum terhadap perbuatan kebutuhan pewaris yang notabene adalah
seorang ahli waris yang menjual harta warisan orang tuanya sendiri seperti mengantar dan
yang belum dibagi. Dengan menggunakan membiayai kesehatan (pengobatan) pewaris,
metode penelitian yuridis normatif, dengan sendiri dan kenyataannya telah
disimpulkan: 1. Harta warisan yang belum di menguasai misalnya sebidang tanah sawah,
bagi adalah harta milik bersama para ahli waris, atau telah menjual harta kekayaan yang belum
bahkan pengaturannya menurut sistem hukum dibagi, seperti sebidang tanah berisi ratusan
perdata barat berdasarkan KUHPerdata pohon kelapa kepada orang lain, tanpa
merupakan hak mutlak pada ahli waris yang sepengetahuan dan persetujuan dari saudara-
pewaris sendiri tidak di bolehkan mengurangi saudaranya yang merupakan ahli waris pula.
atau menyimpanginya sesuai ketentuan Menjual objek harta warisan tanpa
Legitieme Portie dalam pasal 913 KUHPerdata persetujuan ahli waris lainnya, sudah barang
juga hal yang sama di atur dalam sistem hukum tentu telah menyulut persengketaan diantara
islam dan sistem waris adat. Bahkan menurut para ahli waris yang dapat menjadikan
sistem waris adat, terdapat harta kekayaan hubungan persaudaraan dan kekeluargaan itu
yang tidak boleh dibagi-bagikan (Harta pusaka sendiri.Ahli waris yang satu sudah mengawasi
tinggi) yang ditemukan pada kerajaan-kerajaan dan berpendapat bahwa penjualan harta
dan kesultanan sebagai harta bersifat turun warisan oleh ahli waris lainnya tanpa
temurun. 2. Penjualan harta warisan yang persetujuan bersama, sudah jelas melanggar
belum dibagi oleh seorang ahli waris ketentuan hukum warisan.
merupakan pelanggaran hukum terhadap Menjadi pengetehuan umum termasuk di
sistem kewarisan, mengingat harta warisan kalangan masyarakat di pedesaan bahwa harta
yang belum dibagi adalah harta milik bersama warisan yang belum di bagi merupakan harta
(Boedel). milik bersama ( Boedel, bahasa belanda) dan
Kata kunci: Sengketa, harta warisan yang belum apabila ditelususri dasar hukumnya, akan
dibagi, ahi waris. sampai pada apa yang disebut sebagai konsep
Legitieme Portie (Bagian-bagian mutlak) yang
PENDAHULUAN menurut Munir Fuady,4 baik sistem dalam
A. Latar Belakang Masalah KUHPerdata maupun sistem kewarisan dalam
Harta warisan pada dasarnya telah terikat hukum islam sama-sama mengenal apa yang
oleh hukum diantara pewaris dengan para ahli disebut dengan hak mutlak dari ahli waris yang
waris, yakni dalam bentuk bagian-bagian dari tidak dapat disimpangi oleh pewaris dengan
para ahli waris atas harta warisan ini dikenal pemberian wasiat, yang di sebut dengan hal
dengan Legitieme Portie (sebgaian-bagian Legitieme Portie.
mutlak). Djaja S. Maliala3 menerangkan bahwa Pasal 913 KUHPerdata menyebutkan bahwa
“Bagian Mutlak atau legitieme portie adalah
suatu bagian dari harta peninggalan yang harus
1
Artikel Skripsi. di berikan kepada para ahli waris dalam garis
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
14071101382
lurus menurut undang-undang, terhadap
3
Djaja S. Maliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang
4
Benda dan Hukum Perikatan, Nuansa Aulia, Bandung, Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, Rajagrafindo
2008, hlm. 164. Persada, Jakarta, 2015, hlm 162.

5
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

bagian mana si yang meninggal tak di Rahmadi,7 menjelaskan penggunaan mediasi


perbolehkan menetapkan sesuatu, baik selaku dalam sistem hukum Indonesia selain di
pemberian antara yang masih hidup maupun dasarkan pada kerangaka peraturan
selaku wasiat.”5Dasar hukum bagian-bagian hak perundang-undangan negara, juga dipraktikan
mutlak para ahli waris ini, melarang pewaris dalam penyelesaian sengketa seperti sengketa
berbuat sewenang-wenang atas harta warisan keluarga, waris, batas tanah, dan lain
misalnya memberikan sebidang tanah kepada sebagainya. Penulis berpendapat bahwa
ahli waris lainnya tanpa persetujuan bersama mediasi merupakan bentuk penyelesaian
para ahli waris. sengketa yang lazim digunakan di dalam
Hukum mengatur demikian, pada dasarnya masyarakat yang lebih mengedepankan
hukum memberikan perlindungan terhadap kekeluargaan dan kebersamaan dari pada
para ahli waris dari tindakan atau perbuatan penyelesaian melalui lembaga peradilan.
sewenang-wenang oleh pewaris, misalnya
karena seorang ahli waris dianggap lebih B. Rumusan Masalah
berjasa sehingga diberikan sebidang tanah 1. Bagaimanakah pengaturan hukum
sawah, merupakan bentuk pelanggaran terhadap harta warisan yang belum dibagi ?
terhadap ketentuan legitieme portie ini, 2. Bagaimanakah upaya hukum terhadap
Persengketaan yang timbul diantara para perbuatan seorang ahli waris yang menjual
ahli waris sehubungan dengan tindakan atau harta warisan yang belum dibagi ?
perbuatan pewaris yang pilih kasih dengan
memberikan sebidang tanah sawah kepada C. Metode Penelitian
satu ahli waris, tanpa persetujuan bersama. Penelitian ini adalah penelitian hukum
Oleh karena harta warisan itu sendiri belum normatif. Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji
dibagi merupakan fakta yang sering terjadi mengemukakan, hukum normatif bahan
dalam masyarakat. Persengketaan mengenai pustaka merupakan data dasar, yang dalam
harta warisan seperti itu tentunya harus ilmu penelitian digolongkan sebagai data
diselesaikan secara hukum baik sekunder.8
penyelesaiannya diluar pengadilan maupun
melalui pengadilan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Undang-undang nomor 48 tahun 2009 A. Pengaturan Hukum Terhadap Harta
tentang kekuasaan kehakiman, menentukan Warisan yang Belum Dibagi
pada pasal 58 bahwa “ Upaya penyelesaian Pada dasarnya, pembagian harta warisan
sengketa perdata dapat dilakukan diluar dapat terjadi dalam 2 bentuk. Pertama, ketika
pengadilan negara melalui arbitrase atau pewaris masih hidup, dan Kedua ialah ketika
melalui aternatif penyelesaian pewaris meninggal dunia. Pembagian harta
6
sengketa.” Ketentuan persengketaan kewarisan warisan menurut sistem hukum waris lazimnya
adalah bagian dari sengketa perdata, yang terjadi ketika si pewaris telah meninggal dunia.
berdasarkan pasal 58 tersebut dapat Tidak jarang, ketika pewaris masih hidup
diselesaikan diluar pengadilan baik melalui namun sudah berusia lanjut, pewaris
arbitrase atau alternative penyelesaian mengumpulkan seluruh anak-anaknya dan
sengketa, maupun penyelesaian melalui anggota keluarganya untuk merundingkana
lembaga peradilan. tentang harta warisan, termasuk kapan dan
Sengketa perdata oleh karena status hukum berapa besar bagian dari masing-masing ahli
harta warisan apabila dilakukan waris apabila pewaris memiliki beberapa orang
penyelesaiannya diluar pengadilan, dapat anak kandung.
ditempuh misalnya secara mediasi. Takdir

7
Takdir Rahmadi, meidasi. Penyelesaian Sengketa melalui
5
R.Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Pendekatan Mufakat, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 2002, 2011, hlm 69.
8
hlm,239. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
6
Lihat UU. NO. 48 tahun 2009 tentang kekuasaan Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, Rajagrafindo Persada,
kehakiman. (pasal 58). Jakarta, 2004, hlm 24.

6
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

Upaya yang lazim di lakukan tesebut kepada ahli waris untuk dipelihara dan tidak
sebenarnya mengandung antisipasi agar di dibagikan antara para ahli waris. Selain
antara para ahli waris tidak timbul perselisihan pengertian harta pusaka, terdapat pula
mengenai objek harta warisan yang dapat tingkatannya yaitu harta pusaka rendah dan
memunculkan pertikaian dalam lingkungan harta pusaka tinggi. Bahwa harta pusaka
keluarga, yang paling giliran akhirnya juga akan rendah adalah harta peninggalan dari beberapa
terungkap di tengah-tengah masyarakat generasi di atas ayah yang keadaan dan
sebagai perkara kewarisan. kedudukannya yang sifatnya tidak mutlak yang
Pembahasan tentang upaya pembagian tidak dapat di bagi-bagi, baik penguasaannya
harta warisan sebelum pewaris meninggal atau pemakaiannya atau mungkin juga
dunia, dengan cara mengumpulkan semua ahli pemiliknya.10
waris bahkan hasil keputusan yang di ambil di Sedangkan harta pusaka tinggi, ialah harta
saksikan baik oleh tokoh masyarakat, pemuka peninggalan dari zaman leluhur, yang
pemerintah desa, serta tokoh agama, dikarenakan keadaanya, kedudukannya dan
merupakan bagian penting agar proses sifatnya tidak dapat atau tidak patut dan tidak
pewarisan berjalan aman dan damai, tidak pantas dibagi-bagi11. Dominikus Rotu,
sampai menimbulkan benih-benih menjelaskan harta pusaka atau harta asal yang
persengketaan dikalangan para ahli waris dan tetap utuh atau tidak di bagi-bagi disebabkan
keluarganya, hal semacam itu dapat dikaji oleh beberpa hal, yaitu :
berdasarkan sistem hukum yang mengaturnya, a. Karena sifatnya memang tidak dapat di
apakah berdasarkan sistem hukum perdata bagi-bagi, misalnya harta benda itu
barat (KUHPerdata) , sistem hukum islam merupakan milik kerabat, suku atau klan
ataukah menggunakan sistem hukum adat. pada masyarakat Ngadhu-Bhaga (Flores
Pengaturan tentang harta warisan adalah NTT), misalnya disebut ngora ngadhu-
bergantung pada masyarakat hukum yang bhaga, ngora gaa, ngora ona woa,ngora
bersangkutan, apakah menggunakan ona sao, merupakan harta bersama
pengaturan menurut sistem hukum perdata seluruh anggota kerbat.
barat (KUHPerdata), berdasarkan sistem hukum b. Karena kedudukan hukumnya memang
islam, ataukah menggunakan sistem hukum terikat kepada suatu tempat atau jabatan
adat, yang juga berbeda antara daerah dan tertentu, misalnya harta benda keramat
masyarakat hukum adat yang satu dengan yang milik keratin di Kasapuha Cirebon
lainnya. seluruhnya tetap utuh jatuh pada ahli
Tidak jarang pada masyrakat yang beragama waris yang menjadi sultan sepuh,
islam mengeai pengaturan pembagian harta sehingga barang-barang tersebut tetap
warisan, tidak dilakukan menurut sistem hukum disimpan di keraton kesepuhan.
islam, melainkan berdasarkan pada sistem c. Karena belum bebas dari kekuasaan
hukum adat, oleh karena berbagai aspek dan persekutuan hukum yang bersangkutan,
pertimbangan antara lain. Pertama, tidak seperti tanah kesikepan di daerah
semua warisan secara serta merta dibagi antara Cirebon atau tanah gugolan.
para ahli waris. Kedua, pembagian warisan yang d. Karena pembagiannya untuk sementara
didasarkan kepada ahli waris perempuan ditunda, harta benda seperti ini banya
karena di pandang telaten dan lebih dekat ditemukan di bagian jawa, misalnya
dengan pewaris, khususnya pewaris selaku ibu karena masih ada anak-anak yang belum
yang masih hidup. Dan ketiga, ialah pengaturan dewasa tersebut supaya tetap
tentang pencampuran harta bawaan dan harta memperoleh nafkah untuk kehidupan
bersama kedua orang tua (pewaris) yang mereka, maka harta peninggalan tidak
nantinya akan dialihkan kepada ahli waris. dibagi-bagikan, dan tiap tuntutan
Hukum adat mengenai adanya harta pusaka dibagikan oleh para ahli waris yang
atau harta asal, yang menurut kamus hukum,9 menurut hakim akan berakibat buruk
harta pusaka adalah harta yang diwariskan

10
Loc Cit.
9 11
M.Marwan dan Jimmy, P. Op Cit. hlom.250 Loc Cit.

7
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

yaitu terlantarnya anak-anak dan janda, perkongsian ini berakhir dengan


maka gugatan itu akan di tolak hakim. meninggalnya salah seorang persero.14
e. Karena hanya di wariskan kepada salah Dalam praktik ketentuan-ketentuan
satu ahli waris saja, misalnya anak pengecualian tersebut diak berlaku lagi, oleh
tunggal atau kepada pewarisan mayorat karena bentuk badan hukum maatschap yang
seperti di bali, sehingga tidak perlu di merupakan bentuk perseroan terbatas (PT)
bagi-bagi.12 yang di atur dalam undang-undang nomor 40
Pewarisan menurut sistem hukum perdata tahun 2007 tentang perseroan terbatas,
barat harus terjadi setelah meninggalnya menentukan meninggalnya persero tidak
pewaris, atau dalam jangka wakru yang tidak menjadikan beubarnya perseroan terbatas (PT)
terlalu lama, oleh karena pewarisan terjadi yang hidup beberapa garansi dan beberapa
karena adanya kematian dari salah seorang garansi sebelumnya telah wafat dan meninggal
atau kedua pewaris (ayah dan ibu). Eman dunia, akan tetapi eksistensi perseroan terbatas
Suparman,13 menjelaskan bahwa berbeda masih terus ada dan masih hidup sampai
dengan sistem hukum adat tentang warisan, sekarang.
menurut kedua sistem hukum islam dan sistem Pada dasarnya harta warisan berpeluang
hukum perdata barat, yang dimaksudkan besar menjadi milik ahli waris, bahkan dalam
dengan waris atau harta peninggalana adalah harta warisan tersebut telah ditentukan sebagai
sejumlah harta benda pewaris dalam keadaan bagian-bagian mutlak (legitieme portie) para
bersih. Artinya setelah dikurangi dengan ahli waris, yang tidak dapat dikurangi atau
pembayaran hutang pewaris dan pembayaran- dihambat oleh pewaris itu sendiri. Konsep
pembayaran lain yang diakibatkan oleh legitieme portie yang ditemukan
meninggalnya pewaris. pengaturannya dalam sistem hukum perdata
Berdasarkan hal tersebut, maka ahli waris barat maupun sistem hukum islam mengenai
tidak dibebani kewajiban membayar hutang kewarisan, merupakan upaya hukum mengatur
pewaris, sepanjang harta warisan dapat dan melindungi kepentingan-kepentingan ahli
mencukupi untuk itu dan pembayaran utang waris.
pewaris merupakan hal yang di dahulukan
sebelum dilakukan pembagian warisan. B. Perbuatan Seorang Ahli Waris Menjual
Oleh karena itu, harta yang diterima oleh Harta Warisan yang Belum Dibagi
ahli waris menurut sistem hukum islam dan Perbuatan seorang ahli waris menjual
hukum adat itu memang hak mereka yang sebagian harta warisan yang belum dibagi pada
terbebas dari kreditur pewaris, sedangkan dasarnya adalah bentuk perjanjian jual beli,
warisan dalam sistem hukum perdata barat yang menurut pasal 1457 KUHPerdata,
yang bersumber pada BW ( KUHPerdata) itu disebutkan bahwa : “ Jual beli adalah suatu
meliputi seluruh harta benda beserta hak –hak perjanjian, dengan mana pihak yang satu
dan kewajiban pewaris dalam lapangan hukum mengikatkan dirinya untuk meyerahkan suatu
harta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang, kebendaan, dan pihak yang lain untuk
akan tetapi terhadap aturan tersebut, ada membayar harga yang telah dijanjikan.”15
beberapa pengecualian di mana hak-hak dan Perjanjian jual beli sebagai salah satu bentuk
kewajiban dalam lapangan hukum harta perjanjian, maka terkait erat dengan keabsahan
kekayaan dan ada juga tidak dapat beralih dan syarat-syart sahnya suatu perjanjian.
kepada ahli waris, antara lain : Pasal 1320 KUHPerdata menentukan syarat
1. Hak memungut hasil (Vrucntgabruik). umum yang berlaku untuk semua perjanjian
2. Perjanjian perburuhan, dengan pekerjaan yang terdiri atas :
yang harus dilakukan brsifat pribadi. a. Adanya kata sepakat antara pihak dalam
3. Perjanjian perkongsian dagang, baik yang perjanjian.
berbentuk maatschap menurut BW b. Adanya kecakapan berbuat para pihak.
maupun firma menurut WVK, sebab c. Adanya perihal tertentu.

12 14
Domiskus Rato, Op Cit, hlm. 184-185 Eman Suparman, Loc Cit.
13 15
Eman Suparman, Op Cit, hlm 27. R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op cit, hlm. 366.

8
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

d. Adanya kuasa yang diperbolehkan.16 Menurut sistem hukum Islam kewarisan


Mengingat objek yang diperjual belikan adalah kompetensi pengadilan agama untuk
tersebut merupakan harta milik bersama, menyelesaikannya berdasarkan undang-undang
tentunya keabsahan perjanjian jual beli nomor 50 tahun 2009 tentang perubahan
tersebut dapat terancam batal, oleh karena kedua atas undang-undang nomor 7 tahun
misalnya ruko yang diperjualbelikan masih milik 1989 tenatng peradilan agama, sehingga
bersama sebagai harta yang belum dibagi. penyelesaian perkara tersebut dilihat dari objek
Manakala timbul gugatan, bergantung dari dan sifat perkaranya apakah sebagai
sudut tunduknya kepada sistem hukum perdata penggelapan warisan ataukah sebagai penipuan
barat maupun kepada hukum islam untuk terhadap hak atas warisan tersebut.
mebahasnya lebih lanjut. Beberapa konsekuensi yang timbul dari
Gugatan terhadap para pihak yang tunduk permasalahan penjualan sebagaian harta
dan mengikuti ketentuan sistem hukum warisan tersebut, dijelaskan oleh Eman
perdata barat, tentunya harus di selesaikan Suparman,18 sebagai berikut :
dengan jalan mengajukan gugatan ke 1. Akibat menerima secara penuh : ahli
pengadilan negeri, sedangkan yang tunduk waris atau para ahli waris yang menerima
serta mengikuti ketentuan sistem hukum islam, warisan secara penuh, baik secara diam-
akan mengikuti pengajuan gugatan ke diam maupun secara tegas bertanggung
pengadilan agama, oleh karena objek jawab sepenuhnya atas segala kewajiban
gugatannya adalah sengketa kewarisan. yang melekat pada harta warisan. Artinya
Gugatan itu sendiri adalah suatu tuntutan ahli waris harus menanggung segala
seseorang atau beberapa orang selaku macam hutang-hutang pewaris.
penggugat yang berkaitan dengan Penerimaan warisan secara penuh yang
permasalahan perdata yang mengandung dilakukan secara tegas yaitu melalui akta
sengketa antara dua pihak atau lebih yang otentik atau akta dibawah tangan,
diajukan kepada ketua pengadilan negeri sedangkan penerimaan secara penuh
dimana salah satu pihak sebagai penggugat yang dilakukan diam-diam, biasanya
untuk menggugat pihak lain sebagai tergugat.17 dengan cara mengambil tindakan
Dalam hal penjualan oleh seorang ahli waris tertentu yang menggambarkan
terhadap harta warisan yang belum dibagi, penerimaan secara penuh.
ketika proses penjualan tersebut telah 2. Akibat menerima warisan secara
berlangsung, dan pihak ahli warisnya Beneficiaire :
mengajukan keberatan terhadap jual beli harta a. Seluruh warisan terpisah dari harta
warisan, dengan alasan sebagai harta warisan kekayaan pribadi ahli waris.
milik bersama, karena belum dibagi. Maka b. Ahli waris tidak perlu menanggung
terkait erat pula dengan kompetensi pembayaran hutang-hutang pewaris
pengadilan, apabila kewarisan terkait erat dengan kekayaan sendiri sebab
dengan sistem hukum islam. pelunasan hutang-hutang pewaris
Kompetensi mutlak (absolut) dapat diajukan hanya dilakukan menurut kekuatan
mengingat harta warisan merupakan harta harta warisan yang ada.
milik bersama para pihak baik pewaris maupun c. Tidak terjadi percampuran harta
para ahli waris yang memeluk agama islam. kekayaan, antara harta kekayaan ahli
Sehingga pengadilan negri tidak berwenang waris dengan harta warisan.
mengadili perkara tersebut, karena merupakan d. Jika hutang-hutang pewaris telah
kewenangan pengadilan agama. Disisi lain, dilunasi semuanya dan masih ada sisa
pihak pengadilanpun dapat menolak mengadili peninggalan, maka sisa itulah yang
perkara tersebut, karena adanya kompetensi merupakan bagian ahli waris.
mutlak peradilan. Para ahli waris di berikan kelonggaran oleh
ketentuan undang-undang untuk menentukan
sikap terhadap harta warisan. Ahli waris diberi
16
Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, Op Cit, hlm 165.
17
Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di
18
Indonesia,Kencana,Jakarta,2015, hlm. 19. Eman Suparman, Op Cit, hlm. 33-34.

9
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

hak untuk berpikir selama 4 bulan dan setelah 4. Harta bersama dapat dijadikan sebagai
itu dia harus menyatakan sikapnya apakah barang jaminan oleh salah satu pihak
menerima atau menolak warisan atau mungkin atas persetujuannya pihak lainnya.
saja ia menerima warisan dengan syarat yang Ketentuan pasal 91 dan ayat-ayatnya
dinamakan (menerima warisan secara menurut penulis dapat terjadi percampuran
beneficiaire). antara harta bawaan dan harta bersama yang
Pembahasan warisan patut pula di bahas menimbulkan konsekuensi hukum tertentu.
suatu harta bawaan baik dari pihak ayah Manakala perkawinan suami istri itu bagi suami
maupun dari pihak ibu beserta harta bersama merupakan perkawinan kedua dan telah
akan menjadi harta warisan. Harta bawaan dan mempunyai seorang anak maka pada
harta bersama menurut pasal 35 ayat-ayatnya perkawinan keduanya yang juga memiliki
undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang beberapa orang anak, maka harta bawaan
perkawinan di sebutkan : sebagai warisan atau pemberian dari
1. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan pertama kepada anaknya yang
perkawinan menajadi harta bersama. satu-satunya, dapat bercampur dengan harta
2. Harta bawaan dari masing-masing suami kekayaan pada perkawinan kedua.
dan istri dan harta benda yang diperoleh Konsekuensi lainnya ialah dalam hal
masing-masing sebagai hadiah atau pewarisan, oleh karena anak dari perkawinan
warisan, adalah dibawah penguasaan pertama telah memiliki harta warisan sebagai
masing-masing, sepanjang para pihak harta bawaan dari pihak ibunya, namun
tidak menentukanlain.19 perkawinan orang tuanya putus karena
Harta bersama adalah harta yang diperoleh kematian ibunya.Dan maka perkawinan kedua
setelah suami istri tersebut berada di dalam yang juga memiliki beberapa anak, maka hasil
hubungan perkawinan atas usaha mereka harta bawaannya di gunakan sebagai sumber
berdua atau salah satu pihak dari mereka. pembiayaan dan pengembangan bisnis
Harta bawaan adalah harta masing-masing keluarga barunya, merupakan suatu cotoh yang
suami istri yang telah dimilikinya sebelum dapat terjadi.
perkawinan baik perolehannya karena Seorang anak ketika putusnya perkawinan
mendapat warisan atau usaha-usaha lain.20 ayah dan ibunya karena kematian, dan ayahnya
kawin lagi dengan mendapatkan beberapa
Perihal harta kekayaan dalam perkawinan , orang anak, sementara anak dari ibunya yang
juga di atur dalam kompilasi hukum islam yang telah meninggal dunia mendapat harta warisan
menyatakan pada pasal 85 bahwa “ Adanya dari pihak orang tuanya, harta warisan berupa
harta bersama dalam perkawinan itu tidak sebidang lahan persawahan yang menghasilkan
menutup kemungkinan adanya harta milik itu dapat bercampur dengan harta dari
masing-masing suami atau isteri.”21 Lebih lanjut perkawinan kedua, misalnya hasil sawah
di tentukan dalam pasal 91 ayat-ayatnya dari digunakan untuk membiayai usaha ayahnya
kompilasi hukum islam,bahwa : yang sudah menikah lagi.
1. Harta bersama sebagaimana tersebut Status hukum harta warisan yang
dalam pasal 85 diatas dapat berupa diturunkan kepada anak tersebut menjadi
benda berwujud atau benda tidak riskan oleh karena perlindungan hukum apabila
berwujud. terjadi percampuran harta bawaan dengan
2. Harta bersama yang berwujud dapat harta bersama dalam keluarga tersebut, dapat
meliputi benda tidak bergerak, benda menimbulkan akibar hukum terhadap status
bergerak dan surat-surat berharga. hukum terhadap bawaan si anak yang
3. Harta bersama yang tidak berwujud bersangkutan. Kemudian, jika ayah yang sudah
dapat berupa hak maupun kewajiban. kawin lagi meninggal dunia, dan anak-anaknya
dari perkawinan kedua mengkleim harta
seorang anak sebagai harta bawaan milik
19
Lihat UU.No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.(Pasal
bersama, kemudian salah seorang menjual
35). sawah tersebut, maka pertanggung jawaban
20
Rosnindar Sembiring , Op cit, hlm 88.
21
Lihat Kompilasi Hukum Islam.(Pasal 91).

10
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

hukum waris menjadi bagian penting dalam Takdir Rahmadi,23 menerangkan lebih lanjut
mengatasi persoalan tersebut. perihal penyelesaian sengketa secara mediasi,
Perlu penulis kemukakan, bahwa upaya bahwa penyele`saian dapat dicapai atau
hukum mengajukan gugatan apabila salah dihasilkan jika semua pihak yang bersengketa
seorang ahli waris menjual harta warisan yang dapat menerima penyelesaian itu, namun
belum dibagi, hanyalah salah satu bentuk atau adakalanya karena berbagai faktor para pihak
cara penyelesaian sengketa. Disamping tidak mampu mencapai penyelesaian sehingga
penyelesaian sengketa melalui pengadilan mediasi berakhir dengan jalan buntu. Situasi ini
(ligitigasi), juga dapat ditempuh penyelesaian yang membedakan mediasi dari litigasi. Litigasi
sengketa kewarisan karena seorang ahli waris pasti berakir dengan sebuah penyelesaian
lainnya secara alternatif penyelesaian sengketa, hukum sebuah petusan hakim.
khususnya dengan mediasi.
Takdir Rahmadi,22 menjelaskan unsur-unsur KESIMPULAN DAN SARAN
asensial mediasi, yakni : A. Kesimpulan
a. Mediasi merupakan cara penyelesaian 1. Harta warisan yang belum di bagi adalah
sengketa melalui perundingan. harta milik bersama para ahli waris,
Berdasrkan pendekatan mufakat atau bahkan pengaturannya menurut sistem
konsensuspara pihak. hukum perdata barat berdasarkan
b. Para pihak meminta bantuan pihak lain KUHPerdata merupakan hak mutlak pada
yang bersifat tidak memihak yang ahli waris yang pewaris sendiri tidak di
disebut mediator. bolehkan mengurangi atau
c. Mediator tidak memiliki kewenangan menyimpanginya sesuai ketentuan
memutus, tetapi hanya membantu para Legitieme Portie dalam pasal 913
pihak yang bersengketa dalam mencari KUHPerdata juga hal yang sama di atur
penyelesaian yang cepat diterima para dalam sistem hukum islam dan sistem
pihak. waris adat. Bahkan menurut sistem waris
Pendekatan konsesnsus atau mufakat dalam adat, terdapat harta kekayaan yang tidak
proses mediasi mangandung arti, bahwa segala boleh dibagi-bagikan (Harta pusaka
sesuatu yang dihasilkan dalam proses mediasi tinggi) yang ditemukan pada kerajaan-
harus merupakan hasil kesepakatan atau kerajaan dan kesultanan sebagai harta
persetujuan para pihak. Upaya mewujudkan bersifat turun temurun.
kesepakatan bersama di antara para pihak yang 2. Penjualan harta warisan yang belum
bersengketa di dalam sengketa dibagi oleh seorang ahli waris merupakan
kewarisan.Misalnya karena seorang ahli waris pelanggaran hukum terhadap sistem
menjual harta warisan yang belum dibagi kewarisan, mengingat harta warisan yang
menurut penulis lebih tepat digunakan oleh belum dibagi adalah harta milik bersama
karena mengingat hubungan kekeluargaan di (Boedel).
masa-masa mendatang.
Penyelesaian sengketa kewarisan akibat B. Saran
seorang ahli waris menjual harta warisan tanpa Para pihak dalam sengketa kewarisan
persetujuan para ahli waris lainnya, seharusnya menyelesaikan persengketaan
menunjukan bahwa titik permasalahannya ialah mereka secara damai, dengan menggunakan
ahli waris yang menjual harta warisan itu antara lainnya ialah cara mediasi guna
sendiri.Padahal harta warisan merupakan harta mendapatkan kesepakatan bersama. Dengan
milik bersama dari para ahli waris. Lain halnya mediasi yang dicapai, maka kelangsungan hidup
jika telah ada pembagian harta warisan, dan kekeluargaan dan persaudaraan akan tetap
seorang ahli waris menjual bagiannya kepada terjalin dan terjamin.
pihak lainnya yang merupakan tanggung jawab Perlu kesadaran hukum diantara para ahli
dan urusan ahli waris yang bersangkutan. waris dalam menyelesaikan pembagian harta

22 23
Takdir Rahmadi, Op ci, hlm. 13. Takdir Rahmadi, Loc cit.

11
Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

warisan dalam rangka mencegah timbulnya Subaktim, Pokok-Pokok Hukum Prerdata,


persengketaan lebih lanjut. Intermasa, Jakarta, 1989.
, dan Tjitrosudibio, R, Kitab Undang-Undang
DAFTAR PUSTAKA Hukum Perdata, Pradnya Paramita,
Buku : Jakarta, 2002.
Asikin Zainal, Hukum Acara Perdata di Sudarsono, Hukum Waris dan Sistem Bilateral,
Indonesia, Kencana, Jakarta,2015. Rinaka Cipta, Jakarta 1991.
Fauzan, Kaidah Penemuan Hukum Yurisprudensi Suparman, Eman, Hukum Waris Indonesia
Bidang Hukum Perdata, dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW,
Kencana,Jakarta,2014. Rafika Aditama, Bandung, 2005.
Fuady Munir, Arbitrase Nasional dan Alternatif Syahrani, Riduan, Rangkuman Intisari Ilmu
Penyelesaian Sengketa Bisnis, Citra Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
Aditya Bakti, Bandung,2003. 2005.
, Konsep Hukum
Perdata,RajaGrafindo Persada, Jakarta, Peraturan Perundang-Undangan
2015. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Hadikusuma, Hilman, Bahasa Hukum Indonesia, Perkawinan.
Alumni, Bandung, 1992. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
, Hukum Waris Adat, Citra Aditya Tentang Arbitrase dan Alternatif
Bakti, Bandung, 2015. Penyelesaian Sengketa.
Harahap, M. Yahya, Hukum Acara Perdata Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Tentang Gugatan, Persidangan, Tentang Kekuasaan Kehakiman.
Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009
Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, Tentang Perubahan Kedua Atas
2005. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
Marwan, M, dan Jimy.P, Kamus Hukum, Reality Tentang Peradilan Agama.
Publishar, Surabaya 2009. Kompilasi Hukum Islam.
Maliala, Djaja S, Perkembangan Hukum Perdata Sumber Media Online
Tentang Benda dan Hukum Perikatan, “Harta Warisan”, Dimuat pada :
Nuansa Aulia, Bandung, 2006. id.m.wikipedia.org. Diundung Tanggal
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata 10 November 2017.
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, “Sengketa”, Dimuat pada : Kbbi.web.id.
2014. Diunduh Tamggal 10 November 2017
Rahmadi, Takdir, Mediasi Penyekesaian “Ahli Waris”, Dimuat pada : id.wikipedia.org.
Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, Diunduh Tanggal 10 November 2017.
RajaGrafindo Perdsada, Jakarta 2011. Sumber-Sumber Lain
Rato, Dominikus, Hukum Perkawinan dan Waris Bahan Kuliah Hukum Islam.
Adat di Indonesia (Sistem Kekerabatan, Bahan Kuliah Hukum Perdata.
Perkawinan, dan Pewarisan Menurut
Hukum Adat), LangkBang Presindo,
Yokyakarta, 2015.
Satrio J, Hukum Pribadi. Bagian 1 Person
Alamiah, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999.
Sembiring, Rosnidar, Hukum Keluarga. Harta-
Harta Benda Dalam Perkawinan,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016.
Soekanto, Soerjono, dan Mamudji, Sri,
Penelitian Hukum Normatif. Suatu
Tinjauan Singkat, RajaGrafindo, Jakarta,
2004.

12

Anda mungkin juga menyukai