Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. X/No.

10/Sep/2021

TINJAUAN PERDATA PENYELESAIAN perkawinan dulu terdapat anak-anak atau


SENGKETA WARISAN DALAM STUDI keturunan anak-anak tersebut, suami atau istri
KASUS YANG TERJADI DI KABUPATEN baru tidak boleh mewarisi lebih. Bagian terkecil
MINAHASA PROPINSI SULAWESI UTARA yang diterima oleh salah seorang dan anak-
(DESA KAWENG)1 anak itu, atau oleh semua keturunan
Oleh: Brayen K. Sundalangi2 penggantinya bila ia meninggal lebih dulu,
Elko L. Mamesah3 bagaimanapun juga bagian warisan suami atau
Stefan O. Voges4 istri tersebut tidak boleh melebihi seperempat
dan harta peninggalan si pewaris.
ABSTRAK Kata kunci: Tinjauan Perdata, Penyelesaian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk Sengketa, Warisan.
mengetahui faktor-faktor/alternatif apa saja
yang mendukung para pihak dalam PENDAHULUAN
Penyelesaian sengketa dan bagaimana A. Latar Belakang
penyelesaian sengketa tentang warisan ditinjau Indonesia mengenal tiga sistem pewarisan,
dari asas hubungan darah dan asas hubungan yaitu hukum waris adat, hukum waris perdata
perkawinan menurut Pasal 832 Ayat (1) dan dan hukum waris Islam. Ketiganya memiliki
Pasal 852 a Kitab Undang-Undang Hukum beberapa perbedaan dalam unsur-unsur
Perdata. Dengan menggunakan metode pewarisan, salah satunya mengenai ahli waris.
penelitian yuridis empiris, disimpulkan: 1. Pewarisan berdasarkan undang-undang adalah
Penyelesaian sengketa tentang warisan bagi suatu bentuk pewarisan dimana hubungan
para pihak yang masih mempunyai hubungan darah merupakan faktor penentu dalam
kekeluargaan secara perdata dapat melalui hubungan pewarisan antara pewaris dengan
jalur litigasi maupun non litigasi. Jalur litigasi, ahli waris. Anggota-anggota keluarga si pewaris
yaitu penyelesaian sengketa dengan terbagi dalam empat golongan.
mengajukan gugatan melalui pengadilan. Jalur Anggota keluarga yang termasuk dalam
non litigasi merupakan penyelesaian sengketa golongan pertama apabila masih hidup, maka
di luar pengadilan melalui konsultasi, negoisasi, mereka secara bersama-sama berhak mewarisi
mediasi dan konsiliasi. 2. Penyelesaian sengketa seluruh harta peninggalan sedangkan anggota
tentang warisan ditinjau dari asas hubungan keluarga yang lainnya tidak mendapatkan
darah dan asas hubungan perkawinan terdapat bagian apapun. Anggota keluarga dari golongan
dalam Pasal 832 Ayat (1) dan Pasal 852 a Kitab pertama jika tidak ada, maka barulah orang-
Undang-Undang Hukum Perdata. Penyelesaian orang yang termasuk golongan kedua tampil ke
sengketa warisan menurut asas hubungan muka sebagai ahli waris. Sama halnya jika tidak
darah, mengikuti ketentuan penggolongan ahli terdapat keluarga dari golongan kedua, barulah
waris, yaitu golongan terdahulu menutup orang-orang dari golongan ketiga tampil ke
golongan kemudian. Ahli waris golongan muka. Hal yang sama berlaku juga kepada
pertama (I) dan kedua (II) apabila tidak ada, anggota keluarga dari golongan keempat.5
maka yang mewaris adalah golongan ketiga (III) Ahli waris selain keempat golongan tersebut
dan/atau golongan keempat (IV). Pasal 852a di atas, yaitu anak luar nikah yang telah diakui
dalam hal warisan, dimana seorang suami atau sah oleh pewaris dimana besarnya bagian yang
istri telah meninggal lebih dulu maupun diperoleh dari anak tersebut tergantung pada
ditinggal mati disamakan dengan seorang anak dengan golongan manakah ia turut mewarisi.
sah dan orang yang meninggal. Hal demikian Pasal 862 sampai dengan Pasal 873 Kitab
mengandung pengertian, bahwa bila Undang-Undang Hukum Perdata mengatur
perkawinan suami istri yang dimaksud adalah pewarisan dalam hal adanya anak luar nikah.
perkawinan kedua atau selanjutnya dan dari Anak luar nikah apabila tidak ada, maka seluruh
harta warisan jatuh pada negara sebagaimana
1
yang tertuang dalam Pasal 832 Ayat (2) dan
Artikel Skripsi
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
17071101101
3 Fakultas Hukum Unrsat, Magister Ilmu Hukum 5 Subekti. 2003. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT.
4 Fakultas Hukum Unrsat, Magister Ilmu Hukum Intermasa. Hlm. 98.

22
Lex Crimen Vol. X/No. 10/Sep/2021

Pasal 873 Ayat (1) Kitab Undang-Undang hukum yang terkait dengan topik penelitian,
Hukum Perdata. yaitu literatur dan kamus hukum.
Harta warisan dapat menjadi masalah besar
yang berlanjut pada sengketa antarkeluarga jika PEMBAHASAN
pembagiannya dirasa tidak adil oleh ahli waris. A. Faktor-Faktor/Alternatif Apa Saja Yang
Pembagian harta warisan yang tepat dan sesuai Mendukung Para Pihak Dalam
dengan aturan hukum yang berlaku dapat Penyelesaian Sengketa Warisan.
meminimalisir munculnya masalah tersebut Penyelesaian kasus perdata bagi pihak yang
juga menghindarkan kemungkinan adanya bersengketa, biasanya melalui dua jalur yang
sengketa antarkeluarga tentang warisan secara menjadi penawaran bagi kedua belah pihak,
perdata. Berdasarkan latar belakang di atas, yaitu: 7
maka penulis tertarik ingin mengangkat judul 1. Jalur litigasi
tentang “tinjauan perdata penyelesaian Pelaksanaan gugatan secara umum
sengketa warisan dalam studi kasus yang disebut litigasi. Gugatan adalah suatu
terjadi di kab. Minahasa prov. Sulawesi utara tindakan sipil yang dibawa ke pengadilan
(desa kaweng).” hukum, dimana penggugat sebagai pihak
yang mengklaim telah mengalami
B. Rumusan Masalah kerugian akibat dari tindakan terdakwa,
1. Faktor-Faktor/alternatif apa saja yang menuntut upaya hukum atau keadilan.
mendukung para pihak dalam Penggugat yang berhasil, maka penilaian
Penyelesaian sengketa? akan diberikan dalam mendukungnya
2. Bagaimana penyelesaian sengketa termasuk berbagai perintah pengadilan
tentang warisan ditinjau dari asas yang mungkin dikeluarkan untuk
hubungan darah dan asas hubungan menegakkan hak. Orang yang memiliki
perkawinan menurut Pasal 832 Ayat (1) kecenderungan untuk menempuh jalur
dan Pasal 852 a Kitab Undang-Undang litigasi daripada mencari solusi non
Hukum Perdata? yudisial disebut sadar hukum. Hukum
positif di Indonesia masih membuka
C. Metode Penelitian ruang bagi para pihak untuk memilih
Jenis penelitian yang digunakan dalam dasar hukum dalam penyelesaian
skripsi ini adalah penelitian dengan pendekatan pembagian harta warisan yang nantinya
yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif, memberikan konsekuensi terhadap
yaitu penelitian hukum dengan cara meneliti pengadilan mempunyai kewenangan
bahan kepustakaan (library research). mengadili sengketa tersebut. Pilihan
Penelitian dilakukan dengan menelusuri hukum di sini maksudnya, sengketa
peraturan-peraturan dan literatur-literatur tersebut dapat diajukan ke pengadilan
yang berkaitan dengan permasalahan yang negeri bila tunduk pada hukum adat atau
diteliti.6 Bahan hukum primer merupakan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
bahan hukum yang mempunyai otoritas. 2. Jalur non litigasi
Bahan-bahan hukum primer terdiri dari Jalur non litigasi merupakan
peraturan perundang-undangan dan putusan- penyelesaian masalah hukum di luar
putusan hakim. Bahan hukum primer yang pengadilan dan dikenal dengan
digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini, penyelesaian sengketa alternatif.
yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Penyelesaian perkara di luar pengadilan
dan hukum waris. Bahan hukum sekunder, ini diakui dalam peraturan perundangan
yaitu semua publikasi tentang hukum yang di Indonesia. Penjelasan Pasal 3 Undan-
bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang
Bahan hukum sekunder yang digunakan oleh Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
penulis dalam skripsi ini adalah buku-buku teks menyebutkan, bahwa:

6 Soekanto, S dan Mamudji, S. 2001. Penelitian Hukum


Normatif (Suatu Tinjauan Singkat). Jakarta: Rajawali Pers. 7 Winarta, H. F. 2012. Hukum Penyelesaian Sengketa.
Hlm. 13-14. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 7-8.

23
Lex Crimen Vol. X/No. 10/Sep/2021

”Penyelesaian perkara di luar pengadilan, d. Konsiliasi


atas dasar perdamaian atau melalui Penyelesaian sengketa melalui
wasit (arbitase) tetap diperbolehkan.” perundingan dengan melibatkan pihak
Penyelesaian-penyelesaian sengketa secara ketiga yang netral untuk membantu
konsensus sudah lama dilakukan oleh pihak bertikai. Hal ini dilakukan untuk
masyarakat, yang intinya menekankan pada menemukan bentuk penyelesaian yang
upaya musyawarah mufakat, kekeluargaan, disepakati oleh para pihak. Hasil
perdamaian dan sebagainya. Alternative konsiliasi ini ini harus dibuat secara
Dispute Resolution mempunyai daya tarik tertulis dan ditandatangani bersama oleh
khusus di Indonesia karena sesuai dengan para pihak bersengketa yang selanjutnya
sistem sosial budaya tradisional berdasarkan harus didaftarkan di pengadilan negeri.
musyawarah untuk mencapai mufakat. Kesepakatan tertulis ini bersifat final dan
Alternative Dispute Resolution merupakan mengikat para pihak. Upaya penyelesaian
kehendak sukarela dari pihak-pihak yang sengketa dengan menunjuk ahli untuk
berkepentingan untuk menyelesaikan sengketa memberikan pendapatnya terhadap
di luar pengadilan, dalam arti di luar masalah tersebut diperlukan agar
mekanisme ajudikasi standar konvensional. mendapatkan pandangan yang objektif.
Bab I tentang ketentuan umum, Pasal 1 Butir Contoh-contoh kasus sengketa warisan,
(10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 antara lain sebagai berikut:
tentang Arbitrase dan Alternatif menyebutkan, 1. Kasus sengketa harta warisan di Nusa
bahwa Alternative Dispute Resolution adalah Tenggara Barat, dimana seorang ibu yang
lembaga penyelesaian sengketa atau beda suaminya meninggal dunia mendapat
pendapat melalui prosedur yang disepakati warisan berupa tanah seluas empat ribu
oleh para pihak dengan cara-cara berikut ini: meter persegi, namun dijual oleh
a. Konsultasi anaknya senilai 240 juta rupiah. Sang ibu
Suatu tindakan bersifat personal antara hanya mendapat uang sebesar lima belas
suatu pihak (klien) dengan pihak lain juta rupiah dari hasil penjualan tersebut.
yang merupakan konsultan dan Merasa dirugikan, ibu tersebut
memberikan pendapat atau sarannya. melaporkan kasus ini kepada pihak
Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kepolisian.8
keperluan dan kebutuhan klien. 2. Kasus gugatan warisan oleh anak pendiri
Konsultan hanya memberikan pendapat grup besar terhadap lima kakak tirinya di
hukum sebagaimana dimintakan oleh pengadilan negeri Jakarta Pusat. Kasus
kliennya dan keputusan selanjutnya tersebut berisi gugatan mengenai dua
mengenai penyelesaian sengketa belas warisan dan yang dipersoalkan
tersebut akan diambil oleh para pihak. kisarannya mencapai sekitar enam ratus
b. Negosiasi triliun.
Penyelesaian sengketa melalui 3. Kasus gugatan dua anak perempuan
musyawarah atau perundingan langsung merasa tak terima jika pembagian
di antara para pihak bertikai dengan warisan didasarkan pada wasiat sang ibu
maksud untuk mencari dan menemukan yang menyebutkan, bahwa para anak
bentuk-bentuk penyelesaian yang dapat perempuan hanya mendapatkan bagian
diterima oleh para pihak. Kesepakatan sepuluh persen. Kedua anak perempuan
mengenai penyelesaian tersebut tersebut dalam gugatannya, mengacu
selanjutnya harus dituangkan dalam pada Pasal 852 Kitab Undang-Undang
bentuk tertulis yang disetujui para pihak. Hukum Perdata yang berlaku bagi
c. Mediasi
Penyelesaian sengketa melalui
8 CNN Indonesia. 2020. Kasus Warisan Di NTB
perundingan dengan dibantu oleh pihak
Berujung Saling Lapor Ibu Dan Anak.
luar yang tidak memihak atau netral guna https://www.cnnindonesia.com/nasional/2020070210365
memperoleh penyelesaian sengketa dan 4-12-519917/kasus-warisan-di-ntb-berujung-saling-lapor-
disepakati oleh para pihak. ibu-dan-anak Diakses tanggal 27 Sepetember 2021. Pukul
08.19 WITA.

24
Lex Crimen Vol. X/No. 10/Sep/2021

golongan Tionghoa. Pasal tersebut “Bila perkawinan putus karena perceraian,


menyebutkan, bahwa hukum waris dari harta bersama diatur menurut hukumnya
semua keluarga sedarah dibagi tanpa ada masing-masing.”
perbedaan, baik itu pria maupun wanita.9
Penyelesaian harta bersama yang dimaksud
B. Penyelesaian Sengketa Tentang Warisan adalah sebagai berikut:10
Ditinjau Dari Asas Hubungan Darah Dan 1. Bagi mereka yang kawin menurut agama
Asas Hubungan Perkawinan Menurut Pasal Islam, hukum Islam tidak mengenal harta
832 Ayat (1) Dan Pasal 852 A Kitab Undang- bersama karena istri diberi nafkah oleh
Undang Hukum Perdata suami. Harta milik dan hak masing-
Cerai gugat dan cerai talak harus dengan masing suami dan istri.
keputusan pengadilan. Alasan perceraian 2. Bagi mereka yang kawin menurut agama
menurut ketentuan Pasal 19 Peraturan Islam dan agama-agama lainnya, tetapi
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang tunduk kepada hukum adat yang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun mengenal harta bersama (gono-gini,
1974 tentang Perkawinan adalah sebagai harta guna kaya), maka apabila terjadi
berikut: perceraian, mantan suami dan istri
1. Salah satu pihak berbuat zinah atau masing-masing mendapat separuh
menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan darinya (Yurisprudensi Mahkamah Agung
sebagainya yang sukar disembuhkan. Nomor 387K/Sip/1958 tanggal 11-2-1958
2. Salah satu pihak meninggalkan yang lain dan Nomor 392K/Sip/1969 tanggal 30-8-
selama dua tahun berturut-turut tanpa 1969).
izin pihak lain dan tanpa alasan sah atau 3. Bagi mereka yang kawin menurut agama
karena hal lain di luar kemampuannya. Kristen, tetapi tunduk kepada Burgelijk
3. Salah satu pihak mendapat hukuman Wetboek yang mengenal harta bersama
penjara lima tahun atau hukuman yang (persatuan harta sejak terjadi
lebih berat setelah perkawinan perkawinan), maka apabila terjadi
berlangsung. perceraian, harta bersama dibagi dua
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman antara mantan suami dan istri (Pasal 128
atau penganiayaan berat yang Burgelijk Wetboek).
membahayakan pihak lain. Dua cara pembagian warisan dalam sistem
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan hukum waris perdata, yaitu:11,12
atau penyakit dengan akibat tidak dapat 1. Ahli waris yang mewaris berdasarkan
menjalankan kewajibannya sebagai ketentuan undang-undang (ab-intestato)
suami istri. Orang yang karena ketentuan undang-
6. Antara suami istri terus-menerus menjadi undang dengan sendirinya menjadi ahli
perselisihan dan pertengkaran serta tidak waris, yaitu anggota keluarga si pewaris
ada harapan akan hidup rukun lagi dalam mulai dari yang terdekat hubungan
rumah tangga. darahnya sampai terjauh selama ada ikatan
Tiga masalah yang perlu diperhatikan akibat keluarga atau hubungan darah dengan si
perceraian, yaitu: pewaris. Ahli waris yang mewaris
1. Terhadap anak dan istri. berdasarkan ketentuan undang-undang
2. Terhadap harta perkawinan. (ab-intestato) disebutkan di dalam Pasal
3. Terhadap status. 832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Menurut ketentuan Pasal 37 Undang- yang berbunyi:
Undang Perkawinan:
“Menurut undang-undang yang berhak
9 Dzulfaroh, A, N. 2020. Selain Gugatan Hak Waris Anak untuk menjadi ahli waris ialah, para
Pendiri Sinar Mas, Ini Kasus Sengketa Harta Konglomerat keluarga sedarah, baik sah, maupun luar
Indonesia.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/14/185808
765/selain-gugatan-hak-waris-anak-pendiri-sinar-mas-ini- 10 Muhammad, A. K., Op. Cit., hlm. 126.
kasus-sengketa-harta?page=all Diakses tanggal 27 11 Ria, W. R. dan Zulfikar, M., Op. Cit., hlm. 19-20.
September 2021. Pukul 08.29 WITA. 12 Ishaq, H., Op. Cit., hlm. 176-177.

25
Lex Crimen Vol. X/No. 10/Sep/2021

kawin dan si suami atau istri yang hidup “Anak-anak atau sekalian keturunan
terlama, semua menurut peraturan tertera mereka, biar dilahirkan dari lain-lain
di bawah ini. perkawinan sekali pun, mewaris dari
Dalam hal, bilamana baik keluarga sedarah, kedua orang tua, kakek, nenek, atau
maupun si yang hidup terlama di antara semua keluarga sedarah mereka
suami istri, tidak ada, maka segala harta selanjutnya dalam garis lurus ke atas,
peninggalan si yang meninggal, menjadi dengan tiada perbedaan antara laki atau
milik negara, yang mana berwajib akan perempuan dan tiada perbedaan
melunasi segala utangnya, sekadar harga berdasarkan kelahiran lebih dahulu.
harta peninggalan mencukupi untuk itu.” Mereka mewaris kepala demi kepala, jika
dengan si meninggal mereka bertalian
Ahli waris yang mewaris berdasarkan keluarga dalam derajat kesatu dan
ketentuan undang-undang (ab-intestato) masing-masing mempunyai hak karena
memperoleh warisan atas dasar alas hak diri sendiri; mereka mewaris pancang
umum, yaitu harta warisan diperoleh karena demi pancang, jika sekalian mereka atau
adanya peristiwa hukum seperti meninggalnya sekadar sebagian mereka bertindak
seseorang. Ketentuan-ketentuan umum dalam sebagai pengganti.”
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan Mengenai hak suami atau istri yang
demikian berlaku bagi mereka, antara lain: 13 ditinggalkan, mendapat bagian sebesar
a. Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum seorang anak yang sah dari pewaris (vide
Perdata tentang Asas Kematian. Pasal 852 (a) Kitab Undang-Undang
b. Pasal 831 Kitab Undang-Undang Hukum Hukum Perdata). Suami atau istri pisah
Perdata tentang Commorientes. ranjang masih dapat saling mewaris,
c. Pasal 832 Kitab Undang-Undang Hukum kecuali yang sudah bercerai. Hal ini
Perdata tentang Penggolongan Ahli karena hak warisnya sudah terhalang
Waris. perceraian tadi. Pewaris yang tidak
d. Pasal 834 Kitab Undang-Undang Hukum meninggalkan keturunan maupun suami
Perdata tentang Hereditatis Petitio atau istrinya tetapi meninggalkan ayah,
e. Pasal 1048 Kitab Undang-Undang Hukum ibu serta saudara-saudaranya dalam garis
Perdata tentang ahli waris tidak hanya menyamping, maka harta akan jatuh
berhak atas harta warisan tetapi juga kepada saudara-saudara, ayah atau
mempunyai kewajiban membayar utang- ibunya tersebut (vide Pasal 854 Kitab
utang pewaris. Undang-Undang Hukum Perdata).14
f. Pasal 1066 Kitab Undang-Undang Hukum b. Mewaris karena penggantian tempat (bij
Perdata tentang Ciri Khas Hukum Waris. plaatsvervulling)
g. Pasal 874 Kitab Undang-Undang Hukum Ahli waris yang merupakan keturunan,
Perdata tentang pembagian harta keluarga sedarah dari pewaris dan
warisan yang akan dilaksanakan terlebih muncul sebagai pengganti tempat orang
dahulu atas dasar surat wasiat. lain, yang seandainya tidak mati lebih
Pewarisan ab intestato mengenal dua cara dahulu dari pewaris, sedianya akan
mewaris, yaitu: mewaris. Contohnya, seorang ayah
a. Mewaris karena haknya atau meninggal dunia mempunyai anak yang
kedudukannya sendiri (uit eigen hoofde) sudah lebih dahulu meninggal dunia,
Ahli waris yang terpanggil untuk mewaris tetapi dari anak tersebut terdapat cucu-
karena kedudukannya sendiri cucunya (cucu-cucu dari pewaris).
berdasarkan hubungan darah antara ia Cucu-cucu dari pewaris tersebut
dengan pewaris. Hal ini telah disebutkan mendapatkan hak sebesar orang tuanya
dalam Pasal 852 Kitab Undang-Undang seandainya masih hidup, namun apabila
Hukum Perdata yang berbunyi: semua anak-anak dari pewaris sudah
meninggal dunia dan yang tinggal adalah

14Fuady, M. 2015. Konsep Hukum Perdata. Cetakan ke-2.


13 Meliala, D. S., Op. Cit., hlm. 9. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 142-144.

26
Lex Crimen Vol. X/No. 10/Sep/2021

cucu-cucu dari beberapa anak tersebut, tatkala si yang mewariskan meninggal


maka cucu-cucu tersebut mendapat hak dunia.”
sama besar (per kepala) tanpa melihat
berapa hak dari orang tua mereka PENUTUP
seandainya orang tua mereka masih A. Kesimpulan
hidup. 1. Penyelesaian sengketa tentang warisan
Hak-hak untuk pergantian tempat seperti bagi para pihak yang masih mempunyai
ini hanya berlaku bagi anak atau cucu hubungan kekeluargaan secara perdata
(garis lurus ke bawah), tetapi tidak bagi dapat melalui jalur litigasi maupun non
keturunan dari istri atau saudara- litigasi. Jalur litigasi, yaitu penyelesaian
saudaranya dan juga keturunan lurus ke sengketa dengan mengajukan gugatan
atas (ayah, kakek atau nenek). Vide Pasal melalui pengadilan. Jalur non litigasi
843 Kitab Undang-Undang Hukum merupakan penyelesaian sengketa di luar
Perdata.15 Mengenai penggantian tempat pengadilan melalui konsultasi, negoisasi,
ahli waris juga disebutkan dalam Pasal mediasi dan konsiliasi.
841 Kitab Undang-Undang Hukum 2. Penyelesaian sengketa tentang warisan
Perdata yang berbunyi: ditinjau dari asas hubungan darah dan
asas hubungan perkawinan terdapat
Pergantian memberi hak kepada seorang dalam Pasal 832 Ayat (1) dan Pasal 852 a
yang mengganti, untuk bertindak sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
pengganti, dalam derajat dan dalam Penyelesaian sengketa warisan menurut
segala hak orang yang diganti.” asas hubungan darah, mengikuti
ketentuan penggolongan ahli waris, yaitu
Pasal tersebut dengan jelas golongan terdahulu menutup golongan
menyebutkan, bahwa memberi hak kemudian. Ahli waris golongan pertama
kepada seseorang untuk menggantikan (I) dan kedua (II) apabila tidak ada, maka
hak-hak dari orang yang meninggal yang mewaris adalah golongan ketiga (III)
dunia. Orang tersebut memperoleh hak dan/atau golongan keempat (IV). Pasal
dari orang yang digantikannya.16 Mewaris 852a dalam hal warisan, dimana seorang
berdasarkan penggantian tempat ahli suami atau istri telah meninggal lebih
waris dengan demikian mempunyai arti, dulu maupun ditinggal mati disamakan
yaitu mereka yang mewaris berdasarkan dengan seorang anak sah dan orang yang
penggantian tempat, mewaris pancang meninggal. Hal demikian mengandung
demi pancang (Pasal 852 Ayat (2) Kitab pengertian, bahwa bila perkawinan
Undang-Undang Hukum Perdata). suami istri yang dimaksud adalah
2. Orang-orang yang menerima bagian warisan perkawinan kedua atau selanjutnya dan
berdasarkan pesan terakhir atau wasiat dari perkawinan dulu terdapat anak-anak
(testament) dari pewaris. Kemungkinan atau keturunan anak-anak tersebut,
dalam hal ini, orang tersebut tidak suami atau istri baru tidak boleh
mempunyai hubungan darah atau ikatan mewarisi lebih. Bagian terkecil yang
keluarga apapun dengan si pewaris. Hal ini diterima oleh salah seorang dan anak-
sesuai dengan Pasal 899 Kitab Undang- anak itu, atau oleh semua keturunan
Undang Hukum Perdata yang berbunyi: penggantinya bila ia meninggal lebih
“Dengan mengindahkan akan ketentuan dulu, bagaimanapun juga bagian warisan
dalam Pasal 2 Kitab Undang-Undang ini, suami atau istri tersebut tidak boleh
untuk dapat menikmati sesuatu dari suatu melebihi seperempat dan harta
surat wasiat, seorang harus telah ada, peninggalan si pewaris.

B. Saran
15Ibid.
1. Penyelesaian sengketa warisan sebaiknya
16 Sjarif, S. A. dan Elmiyah, N. 2010. Hukum Kewarisan diawali terlebih dulu dengan cara damai
Perdata Barat Pewarisan Menurut Undang-Undang. atau kekeluargaan, mengingat hubungan
Cetakan ke-3. Jakarta: Kencana. Hlm. 24.

27
Lex Crimen Vol. X/No. 10/Sep/2021

darah antara pihak-pihak bersengketa. Fuady, M. 2015. Konsep Hukum Perdata.


Upaya-upaya non litigasi seperti Cetakan ke-2. Jakarta: Rajawali Pers.
konsultasi, negoisasi, mediasi dan Haar, B. T. 1994. Asas-Asas Dan Susunan hukum
konsiliasi hendaknya diupayakan Adat. Terjemahan K. Ng Soebakti
mendahului jalur pengadilan agar konflik Poesponoto. Jakarta: Pradya Paramita.
atau sengketa warisan bisa dihindari Hilman, H. 1991. Hukum Waris Indonesia.
sebisa mungkin. Hal tersebut akan lebih Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
baik apabila disertai dengan adanya Ishaq, H. 2014. Pengantar Hukum Indonesia.
keterbukaan antara pihak-pihak Depok: PT. Raja Grafindo Persada.
bersengketa terutama mengenai harta Kamello, T. 2011. Hukum Perdata: Hukum
warisan yang menjadi pokok masalahnya. Orang & Keluarga. Medan: USU Press.
Penyelesaian sengketa warisan bertujuan
untuk mengatasi konflik yang mungkin Kartohadibroto, S. 1964. Masalah Hukum
atau akan terjadi akibat adanya harta Sehari-hari. Yogyakarta: Hien Hoo Sing.
warisan tersebut agar tidak bermasalah Krisnawati, E. 2006. Hukum Waris Menurut
di kemudian hari. Burgerlijk Wetboek (B (BW). Bandung:
2. Hubungan darah dan perkawinan CV. Utomo.
merupakan faktor penting dalam hukum Meliala, D. S. 2018. Hukum Waris Menurut
waris. Sengketa warisan hampir selalu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
menjadi masalah dalam masyarakat, baik Cetakan ke-1. Bandung: Penerbit
secara adat, agama maupun perdata. Nuansa Aulia.
Pemerintah perlu mengambil perhatian Muhammad, A. K. 1993. Hukum Perdata
terhadap masalah sengketa warisan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
karena pada prosesnya tidak jarang ______________. 2010. Pokok Pokok Hukum
ditemukan ada pihak-pihak baik keluarga Perdata Indonesia. Cetakan Revisi.
atau orang lain yang berusaha Bandung: PT. Citra Adytia.
mengambil keuntungan dari konflik Mustafa, B., dkk. 1982. Asas-Asas Hukum
tersebut. Sengketa warisan harus jelas Perdata Dan Hukum Dagang. Bandung:
kepastian hukumnya agar tidak ada pihak Ermico.
yang merasa dirugikan. Nugroho, S. S. 2016. Hukum Waris Adat di
Indonesia. Cetakan I. Solo: Pustaka
DAFTAR PUSTAKA Iltizam.
A. Buku: Pitlo, A. 1979. Hukum Waris Menurut Kitab
Afandi, A. 1986. Hukum Waris Hukum Keluarga Undang Undang Hukum Perdata
Hukum Pembuktian. Jakarta: Bina Belanda. Terjemahan oleh Isa Arief.
Aksara. Jakarta: lntermasa.
________. 2004. Hukum Waris, Hukum Keluarg Prawirohamidjojo, R. S. dan Safioedin, A. 1986.
Dan Hukum Pembuktian. Cetakan ke-4. Hukum Orang Dan Keluarga. Cetakan
Jakarta: Rineke Cipta. ke-5. Alumni.
Amanat, A. 2003. Membagi Warisan Projodikuro, W. 1962. Hukum Warisan Di
Berdasarkan Pasal-Pasal Hukum Indonesia. Bandung.
Perdata BW. Cetakan ke-3. Jakarta: Raja Ramulyo, H. M. I. 1993. Beberapa Masalah
Grafindo Persada. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata
Ali, A. C. 2003. Seri Hukum Pertanahan III Barat (Burgerlijk Wetboek). Jakarta:
Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah Sinar Grafika.
dan Seri Hukum Pertanahan IV Rosida, A. 2011. Hukum Waris Menurut Kitab
Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah. Undang-Undang Hukum Perdata.
Jakarta: Prestasi Pustaka. Lampung: Universitas Lampung.
Badrulzaman, M. D. 2001. Kompilasi Hukum Ria, W. R. dan Zulfikar, M. 2018. Hukum Waris
Perikatan. Bandung: Penerbit Citra Berdasarkan Sistem Perdata Barat Dan
Aditya Bakti. Kompilasi Hukum Islam. Lampung.

28
Lex Crimen Vol. X/No. 10/Sep/2021

Sasongko, W. 2008. Armagedon antara Petaka properti/waspada-sengketa-harta-


dan Rahmat. Jakarta: Gema Insani. warisan-dalam-keluarga/
Satrio, J. 1992. Hukum Waris. Cetakan ke-2.
Bandung: Alumni.
Sitompul, R. 2006. Hukum Perdata Indonesia.
Jakarta: Pustaka Bangsa Press.
Sjarif, S. A. dan Elmiyah, N. 2010. Hukum
Kewarisan Perdata Barat Pewarisan
Menurut Undang-Undang. Cetakan ke-
3. Jakarta: Kencana.
Soekanto, S dan Mamudji, S. 2001. Penelitian
Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat). Jakarta: Rajawali Pers.
Soepomo. 1966. Bab-Bab Tentang Hukum Adat.
Jakarta: Universitas.
Subekti, R. 1985. Pokok Pokok Hukum Perdata.
Cetakan ke-26. Jakarta: lntermasa.
Subekti. 2003. Pokok-pokok Hukum Perdata.
Jakarta: PT. Intermasa.
Suparman, E. 2005. Hukum Waris Indonesia
Dalam Perspektif lslam, Adat dan BW.
Bandung: Ketika Aditama.
Winarta, H. F. 2012. Hukum Penyelesaian
Sengketa. Jakarta: Sinar Grafika.

B. Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

C. Internet:
CNN Indonesia. 2020. Kasus Warisan Di NTB
Berujung Saling Lapor Ibu Dan Anak.
https://www.cnnindonesia.com/nasion
al/20200702103654-12-519917/kasus-
warisan-di-ntb-berujung-saling-lapor-
ibu-dan-anak
Dzulfaroh, A, N. 2020. Selain Gugatan Hak
Waris Anak Pendiri Sinar Mas, Ini Kasus
Sengketa Harta Konglomerat Indonesia.
https://www.kompas.com/tren/read/2
020/07/14/185808765/selain-gugatan-
hak-waris-anak-pendiri-sinar-mas-ini-
kasus-sengketa-harta?page=all
Prawiro, M. 2019. Pengertian Keluarga: Ciri-Ciri,
Fungsi, dan Macam-Macam Keluarga.
https://www.maxmanroe.com/vid/sosi
al/pengertian-keluarga.html
Kamil, J. D. Waspada Sengketa Harta Warisan
Dalam Keluarga.
https://realestat.id/berita-

29

Anda mungkin juga menyukai